KESULTANAN MATARAM
Dosen Pengampu:
RAHMADI, S.AG,M.PD.I
Disusun oleh:
HADIRI (200103030089)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Selawat beserta
salam semoga senantiasa tercurah limpahan kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi
teladan para umat manusia yang merindukan keindahan surga.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat kerjasama yang solid dan
kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang
masih perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa yang akan datang.
Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat
dan maslahat bagi semua orang.
Wasalamu'alaikum Wr.Wb
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mataram Islam merupakan Kerajaan Islam yang ada di Nusantara yang berdiri
pada abad ke-16 M. Wilayah Kerajaan ini awalnya merupakan sebuah hutan yang
penuh dengan tumbuhan tropis di atas puing-puing istana tua Mataram Hindu,
beberapa abad sebelum Kerajaan ini berdiri.1 Wilayah ini sebelumnya merupakan
wilayah kekuasaan Kerajaan Pajang.Kerajaan Mataram merupakan salah satu
Kerajaan Islam terbesar di Nusantara. Mataram adalah daerah yang menghasilkan
dinasti Jawa modern yang paling kuat dan yang paling lama.2
Berdirinya Kerajaan Pajang sangatlah rumit dalam aspek sejarah, karena ada
banyak konflik yang membuat satu sama lain berebut kekuasaan atau dapat dikatakan
karena balas dendam yang tidak berkesudahan. Pada masa kepemimpinan Pati Unus
yang merupakan raja ke tiga dengan masa jabatan 1518 sampai 1521 M, yang mana
beliau mangkat karena serangan besar-besaran melawan portugis. Kabar kematian
1
Ahwan Mukarrom, Kerajaan-kerajaan Islam Indonesia (Surabaya: Penerbit Jauhar, 2010),
39.
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Terj. Satrio Wahono, et.al., (Jakarta:
2
Adipati Unus menjadi pemicu awal adanya konflik diantara keluarga Kesultanan
Demak. Untuk mengisi kekosongan pada masa itu, terjadi perebutan kekuasaan antara
Raden Kikin dan Raden Trenggana.3 Padahal mereka masih bersaudara yang kedua-
duanya merupakan puta dari Raden Patah. Raden kikin sebelumya sudah memiliki
jabatan sebagai Adipati Jipang (kecamatan Cepu, kabupaten Blora, Jawa Tengah)
namun Ia menginginkan jabatan yang lebih dari itu.4
Tanpa banyak bicara putra dari Raden Trenggana yang bernama Raden
Mukmin membunuh pamannya (Raden Kikin) di tepi sungai, sehingga Arya
Penangsang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Adipati Jipang. Akhirnya,
Raden Trenggana mengisi jabatan sebagai raja Kesultanan Demak yang ke tiga, Ia
naik tahta pada tahun 1521. Namun pemerintahannya berakhir pada tahun 1546 akibat
ekspedisinya di Panarukan Situbondo. Setelah itu Raden Mukmin menggantikan
ayahnya dan tentunya menjadi raja keempat. Ternyata Arya Penangsang masih
menyimpan dendam atas kematian ayahnya Raden Kikin yang dilakukan oleh Raden
Mukmin, sehingga Ia melakukan rencana jahatnya pada tahun 1549 dan Raden
Mukmin atau yang lebih dikenal Sunan Prawoto ini mangkat.5
3
H. J. De Graff dan T. H. G. T. H. Pigeaud, Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, terj. Graffiti
press dan KITLV. PT Graffiti pers, Jakarta. 1985, hlm. 95.
4
Ibid, hlm. 96.
5
Ibid, hlm. 236.
5
Hadiah yang diberikan oleh Jaka Tingkir tidak serta merta membuat Ki Ageng
Pemanahan merasa puas, tanah yang berlokasikan di Mataram tersebut merupakan
hutan lebat yang oleh masyarakat sekitar diberi nama Alas Mentaok, kemudian oleh
Ki Ageng Pemanahan dibedah menjadi sebuah desa. Ki Ageng berencana akan
memasukan islam kedalam wilayah tersebut dibawah Kerajaan Pajang.
6
Ibid, hlm. 244.
7
Ibid, hlm. 245.
8
Ibid, hlm. 249.
9
Ardian Kresna, Sejarah Panjang Mataram: Menengok Berdirinya Kesultanan Yogyakarta
(Jogjakarta: Diva Press, 2011),hlm. 27.
6
Pada masa Ki Ageng Pemanahan, mataram hanyalah sebuah daerah yang kecil
dan belum melakukan ekspansi sekalipun. Kemudian digantikan oleh putranya yang
bernama Sutawijaya atau Panembahan Senopati. Berbeda dengan ayahnya yang
menempuh jalan patuh sebagai Kerajaan dibawah panji Kerajaan Pajang, justru
Panembahan Senopati dengan sengaja mengabaikan kewajibannya terhadap raja Jaka
Tingkir. Pembangkangan Panembahan Senopati diantaranya tidak menghadap raja di
keraton untuk memberikan penghormatan tahunan, menggagalkan pelaksanaan
hukuman yang harus dilakukan atas perintah raja terhadap keluarga tumenggung di
Mayang.10
10
Drs. M. Yahya Harun, Kerajaan Islam Nusantara abad XVI dan XVII, Kurnia Alam
Sejahtera, Yogyakarta, 1995, hlm. 24.
11
Ibid, hlm. 24.
12
M.C. Ricklefs, loc.cit.
7
Panembahan Senopati mangkat pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar.
Dan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Mas Jolang atau Ki Gede Mataram atau
nama populernya Panembahan Sede Ing Krapyak. Ketika masa kepemimpinan Mas
Jolang mulai dari tahun 1601-1613 usaha ekspansi terhenti dan banyak daerah-daerah
membrontak untuk melepaskan diri karena gaya kepemimpinannya tidak seperti
ayahnya. Adapun pembrontakan yang dilakukan seperti Pangeran Puger di Demak
pada tahun 1602-1605 dan Pangeran Jayaraga di Ponorogo pada tahun 1608. Motif
pembrontakan karena rasa ketidakpuasan terhadap kebijakan-kebijakan yang
dilakukan Sede Ing Krapyak.
13
Ibid, hlm. 24.
14
Ibid, hlm 25.
8
Sultan Agung adalah salah satu raja di Kerajaan Islam Mataram yang selain
menjadi raja ia juga terkenal sebagai seorang pujangga. Ia dikenal sebagai raja
Mataram yang menentang praktek perdagangan kongsi dagang VOC milik Belanda
yang dianggap curang dan menindas rakyat Indonesia.15
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini kami mencoba untuk
menyajikan pembahasan mengenai kondisi Kerajaan Mataram pada masa
pemerintahan Sultan Agung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami mengambil satu rumusan masalah,
yaitu “bagaimana kondisi Kerajaan Mataram Islam pada masa pemerintahan Sultan
Agung?’’, karena rumusan masalah tersebut kami anggap relevan dalam pembahasan
mengenai Kerajaan Mataram Islam pada masa kejayaannya, yaitu pada masa
pemerintahan Sultan Agung.
15
Purwadi, Sejarah Raja-raja Jawa, (Jakarta: Ragam Media, 2010), hlm. 316.
9
BAB II
PEMBAHASAN
16
Ahwan Mukarrom, Op.cit., hlm. 43.
17
M.C. Ricklefs, Op.cit. hlm.102.
18
H. J. De Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung, Terj. Grafiti
Pers dan KITLV (Jakarta: Penerbit PT Pustaka Utama Grafiti, 2002), hlm.122.
10
Sultan Agung adalah seorang raja yang menganggap dirinya sebagai seorang
raja sekaligus sebagai tentara. Ia bertekad ingin mengantarkan Mataram menuju
puncak kejayaan. Keinginan tersebut kemudian direpresentasikan oleh Sultan Agung
dengan menerapkan politik ekspansi. Pemerintahannya akan ditandai oleh ekspedisi
dan peperangan yang kesemuannya dalam rangka politik ekspansi yang diwarisinya
dari ayahnya. Ideologi yang menjiwai politik ekspansi itu dapat dilacak kembali pada
ilham yang diterima oleh “Wong Agung Ngeksiganda”, yaitu Senopati yang
ditokohkan oleh Mangkunegara IV dalam Wedatama-nya.20 Ideologi tersebut yang
mendasari ambisi Sultan Agung untuk menaklukkan seluruh Jawa. Sultan Agung
melakukan berbagai penaklukkan dan pertempuran mulai dari penyerangan Ujung
Timur , hingga ia bertekad untuk menaklukkan Batavia.
Dalam Babad Tanah Jawi disebutkan bahwa Sultan Agung pernah memberi
tugas kepada Suratami untuk bergerak menuju wilayah timur dan membawa seluruh
pasukan Mataram untuk berperang. Suratami siap melaksanakan perintah Raja.
Setelah semuanya siaga berangkatlah pasukan Mataram itu. Para bupati di daerah
pesisir Utara serta daerah–daerah lain yang sudah dikuasai Sultan juga ikut
memperkuat ekspedisi itu.
Pada tahun 1615, Agung menduduki Wirasaba (di dekat kota Maja Agung
sekarang); ini sangat penting secara strategis, karena Wirasaba menguasai pintu
gerbang ke muara Sungai Brantas, dan mungkin juga penting secara psikologis,
karena sekarang Agung menguasai daerah yang pernah menjadi lokasi Majapahit. 25
23
H.J. De Graaf, Op.cit., hlm.35.
24
Sartono Kartodirdjo, Op.cit., hlm.154.
25
M.C. Ricklefs, Op.cit., hlm.102.
12
Pertahanan yang dipimpin oleh Pangeran Arya dan Rangga Pramana sangat kuat,
maka setelah dilakukan serangan berkali-kali, barulah kemudian kota tersebut dapat
dikalahkan.26 Dalam Babad Tanah Jawi dijelaskan bahwa waktu itu Sultan Agung
mengutus Tumenggung Martalaya untuk mengerahkan pasukan pesisir dan pasukan
dari wilayah lain yang sudah dikuasai Mataram. Jumlah prajurit dan senjatanya sangat
besar. Sempat dikabarkan bahwa Sultan Agung berkehendak agar kembali ke
Mataram dikarenakan tentara Mataram banyak yang luka bahkan meninggal. Akan
tetapi, Pangeran Purbaya dan Tumenggung Martalaya tetap teguh untuk menaklukkan
Wirasaba. Jika Wirasaba tidak dapat dikalahkan, lebih baik mati saja.
26
Sartono Kartodirdjo, Op.cit., hlm.154.
27
Sartono Kartodirdjo, Op.cit. 155.
13
Aliansi tersebut terdorong untuk bersatu lagi karena ancaman yang nyata yang
diperlihatkan oleh kemajuan yang dicapai Agung. mereka berusaha untuk melakukan
serangan dari pantai utara menuju Pajang, di mana mereka mengharapkan penguasa
setempat bergabung dengan mereka; seorang mata-mata Mataram di Tuban
tampaknya mengelabui tentara dari pantai supaya tidak mengikuti rute yang terbaik;
dan di Siwalan (di Pajang), tentara Surabaya itu dikepung oleh musuh tanpa
memperoleh dukungan dari pihak penguasa setempat. Pada bulan Januari 1616,
Agung membinasakan ekspedisi Surabaya ini.28
Karena kekalahan di Siwalan aliasnsi pesisir menjadi lemah, maka tidak dapat
menghalang-halangi gerakan maju barisan Mataram menuju Pasuruan. Tidak banyak
perlawanan, maka kota segera jatuh dan Pangeran Kapulungan mengungsi ke
Surabaya.
28
M.C. Ricklefs, Loc.cit., hlm.103.
29
H.J. De Graaf, Op.cit., hlm. 49.
14
naik kuda sambil mengangkut bahan makanan, dan setelah serangan terhadap
Mataram dimulai, tiba-tiba Tumenggung Kapulungan membelok ke arah Barat dan
pergi ke Surabaya, sedangkan pasukannya kembali pulang dalam keadaan kacau.
Keesokan harinya, Mataram menyerang kota, mendudukinya sambil merampas dan
membakar. Tumenggung Kapulungan yang dikejar oleh musuh, nyaris tertangkap dan
istri-istrinya jatuh di tangan pasukan Mataram.30
Tuban sudah menjadi incaran Mataram bahkan sejak Tuban masih berada di
tangan Kerajaan Pajang. Sekarang Agung melaju dengan kemenangan-
kemenangannya di Lasem pada tahun 1616 dan di Pasuruan pada tahun 1616 atau
1617. Pajang akhirnya berusaha memberontak pada tahun 1617, tetapi saat itu sudah
terlambat. Agung menghancurkan kotanya dan memindahkan penduduknya ke
Mataram; penguasa Pajang melarikan diri ke Surabaya. Pada tahun 1619, Agung
menaklukkan Tuban, salah satu unsur terpenting dari persekutuan Surabaya.31
30
Ibid, hlm 51.
31
M.C. Ricklefs, Op.cit., hlm.103.
32
H.J. De Graaf, Op.cit., hlm.58.
15
Dari tahun 1620 sampai 1625, secara periodik Agung mengepung Surabaya
dan membinasakan hasil-hasil panennya. Akhirnya, Sungai Brantas dibendung dan
jatah air untuk kota diputus. Selama masa itu, Sultan Agung disibukkan oleh
penaklukan-penaklukan lain yang berkaitan. Pada tahun 1622, sekutu Surabaya di
seberang Laut Jawa, Sukadana, berhasil ditaklukkan sehingga terputuslah salah satu
sumber suplai ke kota Surabaya.33
Ekspedisi ke Sukadana itu dilakukan dua kali, yang pertama terdiri atas 70
perahu dan 2000 prajurit yang dipimpin oleh gubernur Kendal T. Baureksa.
Operasinya hanya merupakan suatu pendaratan dan perampasan. Dalam ekspedisi
kedua permaisuri raja dan delapan sampai sembilan puluh orang tertawan dan dibawa
ke Mataram.35
Pasukan Sultan Agung berhasil menaklukkan Madura pada tahun 1624 yang
mengakibatkan Surabaya terputus dari sumber suplai penting yang lainnya. Meskipun
ada pertahanan yang gigih, tetapi kota-kota di Madura seperti Bangkalan, Arosbaya,
Balega, Sampang, dan Pakacangan berhasil diduduki oleh Mataram. Sebulan
kemudian, seluruh Madura termasuk Pamekasan dan Sumenep dikuasai oleh
Mataram36
33
M.C. Ricklefs, Op.cit.
34
Sartono Kartodirdjo, Op.cit., 157.
35
Loc.cit.
36
Ibid, hlm.158.
16
Dengan jatuhnya Surabaya maka seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur
(kecuali Blambangan) menjadi bersatu di bawah naungan Mataram. Persatuan ini
diperkuat lagi oleh Sultan Agung dengan mengikat para adipatinya dengan tali
perkawinan dengan putri-putri Mataram. Ia sendiri menikah dengan putri Cirebon,
sehingga daerah ini juga mengakui kekuasaan Mataram.38
Batavia menjadi pusat VOC sejak tahun 1619. 39 Bersamaan dengan hal
tersebut, Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung sedang menerapkan politik
ekspansi yaitu perluasan wilayah kekuasaan. Sultan agung merupakan raja baru yang
dikenal dengan gelar “Agung” yang berarti “yang terbesar”, memulai kegemilangan
pemerintahannya dengan memperoleh sebuah kemenangan atas angakatan perang
melawan Surabaya dan Madura.40 Pada masa pemerintahan Sultan agung, kepentingan
ekonomis Mataram cukup besar serta pengaruh politik dan kebudayaan tertanam
kuat.41 Sultan Agung berhasil menjadikan Kerajaan Mataram menjadi Kerajaan yang
besar. Seluruh pulau Jawa sempat tunduk di bawah kekuasaan Mataram, kecuali
Batavia karena pada saat itu Batavia berada di bawah kekuasaan VOC.
37
Loc.cit.
38
R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia III (Yogyakarta: Kanisius, 1987),
hlm.61.
39
Sartono Kartodirjo,Op.cit., hlm. 181
Thomas Stamford Raffles, The History of Java, Terj. Eko Prasetyo Nindrum, Nuryati
40
Agustin dan Idda Qoryati Mahbubah (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 214), hlm.502.
41
Sartono Kartodirjo,Op.cit,hlm. 171
17
dengan penghasil beras, sebagai komoditi yang sangat dibutuhkan oleh Belanda.
Sebelumnya VOC pernah menawarkan kerjasama terhadap Mataram pada tahun 1614
namun ditolak secara terang-terangan oleh Sultan Agung. Pada tahun 1618 Mataram
dilanda gagal panen akan tetapi Sultan Agung tetap pada pendiriannya menolak
bekerjasama dengan VOC. Hingga pada tahun 1619 VOC menguasai Batavia, daerah
yang belum dikuasai oleh Mataram. Menyadari kekuatan Belanda tersebut akhirnya
Sultan Agung mulai berfikir untuk memanfaatkan kekuatan Belanda untuk melawan
dan menaklukkan Surabaya dan Baten, sehingga pada tahun 1921 Mataram menjalin
hubungan dengan VOC. Surabaya memegang penanan untuk meneruskan peranan
lama perdagangan Jawa sebagai transito dari Maluku dan Malaka beserta peranannya
sebagai penghasil beras, sedangkan Banten mempunyai peran dalam perdagangan
ladanya.42 Sehingga itulah alasan mengapa Mataram ingin melakukan ekspansi ke
wilayah Surabaya dan Banten. Akan tetapi VOC ternyata menolak memeberikan
bantuan kepada Mataram dalam melawan Surabaya, sehingga hubungan diplomatik
keduanya terputus.
Pada tahun 1629 M angkatan perang kedua dari Mataram yang terdiri atas
orang-orang Jawa dan Madura begerak menuju Batavia. Meraka mengepung kota
tersebut selama beberapa waktu, kemudian meluncurkan serangan ke dalam kota dan
42
Ibid, hlm. 159
43
Ibid, hlm. 169
18
Selama masa akhir pemerintahan Sultan Agung, Mataram berada dalam situasi
penuh ketenangan dan ketentraman dibandingkan sebelumnya, karena pada saat itu
hanya terjadi pemberontakan dari raja-raja Blambangan dan Sumedang yang dianggap
sebagai wilayah yang berbahaya. Sultan Agung digambarkan sebagai raja yang sangat
44
Thomas Stamford Raffles,Op.cit., hlm.509
45
Sartono Kartodirjo, Op.cit, hlm. 171.
46
Ibid, hlm 170.
47
Ibid, hlm. 171.
19
pandai dan mempunyai pemikiran yang cerah bahkan orang Belanda pun
mengkuinya. Sultan Agung wafat pada tahun 1568 (tahun Jawa) atau 1645 M dan
kemudian digantikan oleh seorang puteranya yang bernama Pangeran Aria Prabu atau
Aria Mataram ketika ia berusia 26 tahun.48 Sebelumnya, menjelang tahun 1645 Sultan
Agung yang merasa bahwa ajalnya sudah dekat maka ia pun membangun Astana
Imogiri yang digunakan sebagai pusat tempat pemakaman keluarga-keluarga raja
Kesultanan Mataram mulai dari Sultan Agung sendiri dan keturunan-ketururannya
setelah Sultan Agung. Selain itu, Sultan Agung telah berhasil memadukan kalender
Hijriah (daerah pesisir utara) dan kalender saka (daerah pedalaman) kemudian di
akulturasi sehingga terciptanya kalender Jawa Islam. Sultan Agung juga merupakan
seorang penulis, terbukti dengan adanya sebuah karya peninggalannya yang diberi
nama Sastra Gending yang digunakan sebagai tuntunan hidup rakyat mataram. Selain
itu, adapun pembangunan sebuah keraton oleh Sultan Agung setelah naik takha ,
Sultan Agung memerintahkan pembangunan keraton di Karta pada tahun 1614,
lengkap dengan tembok keliling, alun-alun, pohon-pohonan, dan balai-balainya. Pada
fase kedua, yaitu pada tahun 1625 dibangun bangunan-bangunan lagi, antara lain
stinggil, masjid besar dan kolam. Bangunan-bangunan tersebut mempunyai dimensi
yang luar biasa yang ada umumnya kesemuanya mempunyai fungsi untuk
melambangkan status raja.49
48
Thomas Stamford Raffles, Loc.cit.
49
Sartono Kartodirjo, Op.cit, hlm. 174.
50
Ibid, hlm.112.
20
BAB III
PENUTUP
21
A. Kesimpulan
B. Saran
kita tahu bahwa islam menjadi negara mayoritas didunia. Kita bisa belajar tentang
bagaimana suatu kerajaan dalam memulai suatu pemeritahan hingga mencapai puncak
kejayaan yang memerlukan waktu yang sangat lama. Kita bisa mengambil pelajaran
dari peristiwa tersebut untuk kehidupan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Harun, M. Yahya. Kerajaan Islam Nusantara abad XVI dan XVII. Yogyakarta: Kurnia Kalam
Sejahtera, 1995
Wardaya. 2009. Cakrawala Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI (Program IPS). Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Listiyani, Dwi Ari. 2009. Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.