ISSN:- E-ISSN:
htpps://journal.upy.ac.id/index.php/karmawibangga
Siswanta
Prodi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta
siswanta.upy@gmail.com
Abstrak Abstract
Amangkurat Agung (I) adalah raja Amangkurat Agung (I) was the king
Mataram yang diangkat menjadi raja untuk of Mataram who was appointed king to
menggantikan ayahnya, dan mendapat replace his father, and earned the title
gelar Susuhunan Ing Alaga. Ketika Susuhunan Ing Alaga. When officially
dinobatkan secara resmi pada tahun 1646, crowned in 1646, he was called Kanjeng
ia bergelar Kanjeng Susuhunan Prabu Susuhunan Prabu Amangkurat Agung. In
Amangkurat Agung. Pada tahun 1647 ibu 1647 the capital of Mataram was moved
kota Mataram dipindah dari Karta ke from Karta to Plered. The new palace was
Plered yang berjarak kira-kira 2 km. Istana constructed using brick materials, while
baru ini dibangun dengan menggunakan the old castle in the Karta was made of
bahan dari batu bata, sedangkan istana wood. The Plered Palace is located east of
lama di Karta terbuat dari kayu. Berbeda Karta, about 2 km away. Unlike the
dengan Keraton sebelumnya, Keraton previous Palace, the Plered Kingdom is
Plered dikelilingi dengan tembok-tembok surrounded by 18-20-foot walls with a
setinggi 18-20 kaki dengan kedalaman 8- depth of 8-12 feet. King Amangkurat I died
12 kaki. Raja Amangkurat I wafat pada on his retreat in Tegal in July 1677. It was
masa bergerak mundur di Tegal pada Juli then replaced by the Crown Prince using
1677. Kemudian digantikan oleh Putra the title Amangkurat II, and was received
mahkota dengan memakai gelar by Javanese nobility in Tegal (his
Amangkurat II, dan diterima oleh grandmother's hometown).
bangsawan Jawa di Tegal (kampung Keywords: Mataram Kingdom, Plered
halaman neneknya). Kingdom, Amangkurat Agung
Kata kunci: Kerajaan Mataram, Kraton
Plered, Amangkurat Agung
33
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019
34
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019
dari literatur dengan cara menelaah isinya dengan sebutan Sultan Agung. Pada masa
melalui fakta-fakta dan dokumen-dokumen pemerintahan Sultan Agung para ulama
yang telah ada. Setelah kebenaran dan yang berada di kasultanan terbagi dalam
keaslian sumber dinilai dapat tiga bagian. Yaitu ulama yang masih
dipertanggungjawabkan, maka fakta yang berdarah bangsawan, ulama yang bekerja
ada digabungkan menjadi satu sehingga sebagai tenaga birokrasi, dan ulama
diperoleh rangkaian peristiwa sejarah yang pedesaan yang tidak menjadi tenaga
bermakna Penulisan ini merupakan hasil brokrasi. Sebagai penguasa Sultan Agung
penelitian yang dilakukan berdasarkan sangat menghargai para ulama karena
sistematika yang telah disusun penulis. mereka memiki moral dan ilmu
Setiap pembahasan ditempuh melalui pengetahuan yang tinggi. Jika ingin
diskripsi dan analisis, dengan selalu membuat kebijakan Sultan Agung selalu
memperhatikan aspek kronologis dari suatu meminta nasehat dan pertimbangan kepada
peristiwa. para ulama (Darmawijaya, 2010 : 74-75).
HASIL DAN PEMBAHASAN Peran ulama pada saat itu lebih
Masa awal Pemerintahan Mataram menitikberatkan pada Islamisasi terhadap
Sutawijaya naik tahta setelah ia budaya-budaya yang masih melekat dihati
merebut wilayah Pajang dari Hadiwijaya masyarakat Mataram. Seperti Sunan
dengan gelar Panembahan Senopati. Pada Kalijogo, beliau adalah seorang ulama
saat itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa yang selalu berusaha dengan keras agar
Tengah, mewarisi wilayah Kerajaan ajaran agama Islam mudah diterima oleh
Pajang. Pusat pemerintahan berada di masyarakat yang sudah kuat tertanam nilai
hutan Mentaok, wilayah yang terletak di kepercayaannya sebelum Islam masuk.
sebelah timur Kota Yogyakarta dan selatan Beliau dengan sabar mensiarkannya
Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi melalui karya seni yang sudah mentradisi
kraton (tempat kedudukan raja) pada masa di masyarakat.
awal terletak di Kotagede. Sesudah ia Pindahnya pusat pemerintahan dari
meninggal kekuasaan dilanjutkan putranya pesisir utara Jawa ke daerah pedalaman
Raden Mas Jolang yang setelah naik tahta yang bersifat agraris dan telah dipengaruhi
bergelar Prabu Hanyokrowati. oleh budaya dan tradisi sebelumnya.
Pemerintahan Prabu Hanyokrowati Demikianlah kondisi keberadaan Islam
tidak berlangsung lama karena ia wafat semenjak berpusat di Mataram campur
akibat kecelakaan saat sedang berburu di tangan budaya setempat yang kemudian
hutan Krapyak. Karena itu ia juga disebut terkenal dengan Islam Kejawen (M. Yahya
Susuhunan Seda Krapyak atau Harun, 1995 : 30-31).
Panembahan Seda Krapyak yang artinya Penggunaan gelar Sayidin
Raja yang wafat di Krapyak. Setelah itu Panatagama oleh Panembahan Senopati
tahta beralih sebentar ketangan putra menunjukkan bahwa sejak awal berdirinya
keempat Mas Jolang yang kemudian Mataram telah dinyatakan sebagai
bergelar Adipati Martoputro. Ternyata pemimpin dan pengatur agama. Mataram
Adipati Martoputro mengalami sakit- mewarisi agama dan peradaban Islam dari
sakitan. sehingga tahta beralih ke putra kerajaan Pesisir yang telah berdiri
sulung Mas Jolang yang bernama Mas sebelumnya. Sunan Kalijogo sebagai
Rangsang pada masa pemerintahan Mas penghulu di masjid Demak mempunyai
Rangsang, Mataram mengalami masa pengaruh besar di Mataram baik sebagai
puncak keemasan. pemimpin agama maupun pembimbing di
Pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) bidang politik. Hubungan yang sangat erat
Sesudah naik tahta Mas Rangsang dengan Cirebon memiliki peranan penting
bergelar Sultan Agung Prabu bagi perkembangan Islam di Mataram.
Hanyokrokusumo atau lebih dikenal Sifat mistik dari keraton Cirebon
35
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019
36
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019
dengan hujan badai. Akhirnya, raja yang pertama dari Jan Hermansz, utusan
dikenal karena berbagai ekspansi wilayah Belanda pertama di masa
sekaligus wawasan kebudayaannya, salah pemerintahannya. Dua ekor kuda pilihan
satunya mengembangkan kalender Jawa terbaik, dua sekesel yang indah, tiga puluh
dengan memadukan tarikh Hijriah dengan empat potong kesturi, air mawar
Saka pada tahun 1633. Setelah wafat setempayan, dan satu tong anggur Spanyol
dimakamkan di Imogiri, ia digantikan oleh dipersembahkan kepadanya untuk
putranya yang bergelar Amangkurat melegalkan perjanjian tersebut (H.J. de
Agung (I). Graaf, 1987: 89).
Pemerintahan Amangkurat Agung Pada tahun 1647 ibu kota Mataram
(1645-1677) dipindah dari Karta ke Plered. Seperti yang
Amangkurat Agung ( I ) adalah raja tertulis dalam babad tanah Jawi “Kamu
Mataram berikutnya. Pada tahun 1645 ia semua harus membuat batu-bata, karena
diangkat menjadi raja Mataram untuk saya mau angkat kaki dari Karta, saya
menggantikan ayahnya, dan mendapat ingin membangun kota di Plered”
gelar Susuhunan Ing Alaga. Ketika (Meinsma, 1874}. Istana baru ini lebih
dinobatkan secara resmi tahun 1646, ia banyak dibangun dari batu bata, sedangkan
bergelar Amangkurat atau Mangkurat, istana lama di Karta terbuat dari kayu.
lengkapnya adalah Kanjeng Susuhunan Letaknya di sebelah timur Karta, kira-kira
Prabu Amangkurat Agung. Dalam bahasa 2 km. Berbeda dengan Keraton
Jawa kata Amangku yang berarti sebelumnya, Keraton Plered dikelilingi
"memangku", dan kata Rat yang berarti dengan tembok-tembok setinggi 18-20
"bumi", jadi Amangkurat berarti kaki dengan kedalaman 8-12 kaki (Darja
"memangku bumi". Demikianlah, ia de Wever, 1995: 24, 27). Perpindahan
menjadi raja yang berkuasa penuh atas istana tersebut diwarnai pemberontakan
seluruh Mataram dan daerah-daerah Raden Mas Alit atau Pangeran Danupoyo,
bawahannya, dan pada upacara adik Amangkurat I yang menentang
penobatannya tersebut seluruh anggota penumpasan tokoh-tokoh senior.
keluarga kerajaan disumpah untuk setia Pemberontakan ini mendapat dukungan
dan mengabdi kepadanya. para ulama namun berakhir dengan
Di tahun pertamanya, ia kematian Mas Alit. Amangkurat I ganti
menandatangi perjanjian damai dengan menghadapi para ulama. Mereka semua,
VOC yang berisi enam pasal. Di antaranya termasuk anggota keluarganya, sebanyak
mengatur pengiriman utusan Belanda ke 5.000 orang lebih dikumpulkan di alun-
Mataram, kesediaan Belanda mengatur alun untuk dibantai.
perjalanan ulama Mataram, pembebasan Rijklof van Goens melukiskan
tawanan Belanda di Mataram, penyerahan kondisi Plered sebagai berikut. Dalam
orang-orang berutang, perang bersama, perjalanan menuju Plered sekitar 18 - 19
serta pelayaran bebas di Kepulauan mil dari kota pelabuhan Semarang, terletak
Maluku. Perdamaian yang ditandatangani pintu gerbang pertama, disebut Selimbi.
pada tanggal 24 September 1646. itu Pada pintu gerbang ini terdapat sebuah
disambut suka cita oleh Belanda. benteng, yang dihuni sekitar 1500 - 1600
Dentuman-dentuman meriam sebagai orang. Dengan dijaga oleh para prajurit
ekspresi perayaan perdamaian terdengar kraton, semua yang lewat gerbang dicatat
dari loji-loji Belanda (H.J. de Graaf, 1987: oleh juru tulis. Sekitar 1 - 1,5 mil dari
88). Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I gerbang Selimbi, terbentang daerah
dianggap sebagai bukti takluk VOC Mataram yang subur, sawah sangat luas
terhadap kekuasaan Mataram. hingga batasnya tidak tampak. Desa-desa
Berikutnya, 4 Februari 1947, sangat subur banyak ditemui sepanjang
Amangkurat I menerima kunjungan jalan. Diantara sawah-sawah ditemui
37
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019
38
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019
39
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019
40
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019
semua orang non-Jawa yang tinggal di dengan tanah, jejak-jejak Kraton bisa
wilayahnya. Sejarawan Belanda H. J. de dilihat dari situs - situs peninggalan. Situs-
Graaf berkomentar bahwa dengan situs yang masih ada sampai sekarang
melakukan ini, VOC, sebagai sebuah antara lain Sumur Gumuling, umpak
korporasi, terlibat dalam "spekulasi masjid Agung Kraton Plered, umpak bekas
berbahaya", yang mereka harapkan akan pendopo kraton Karta, Jagang/kanal,
terbayar di masa depan ketika rekan pondasi benteng Kraton, bekas tanggul
mereka akan memperoleh kembali buatan, bekas pondasi benteng keraton
kekuasaannya atas Mataram (Pigeaud, yang ada di Pungkuran, dan situs yang lain
1976 ;. 77). menjadi nama perkampugan seperti,
Pasukan VOC dengan Mataram kampung Segarayasa, kampung Kedaton,
membuat kemajuan yang lamban melawan kampung Keputren, kampung Kauman,
para pemberontak. Pada awal tahun 1678 dan lain sebagainya.
penguasaan mereka terbatas pada beberapa KESIMPULAN
kota di pantai utara bagian tengah. Pada Perkembangan Kerajaan Mataram
1678, Speelman menjadi Direktur Jenderal Islam sejak awal berdirinya dari Kota Gede
VOC, menggantikan Rijcklof van Goens, sampai dengan masa menjelang
yang menjadi Gubernur Jenderal keruntuhannya di Keraton Plered, telah
(Speelman kelak menjadi Gubernur mengalami pasang surut sesuai eranya
Jenderal pada 1681). Komandonya di masing-masing. Amangkurat Agung ( I )
Jepara diserahkan kepada Anthonio Hurdt, adalah raja Mataram yang diangkat
yang tiba pada Juni 1678 (Ricklefs, 2008 menjadi raja untuk menggantikan ayahnya
; 93). (Sultan Agung), dan mendapat gelar
Pemerintahan di Kartasura Susuhunan Ing Alaga. Ketika dinobatkan
sepenuhnya dibayang-bayangi Belanda. secara resmi pada tahun 1646, ia bergelar
Tidak hanya memburu Trunojoyo dan Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat
membawanya di hadapan Amangkurat II, Agung. Pada tahun 1647 ibu kota Mataram
Trunojoyo mati ditikam oleh Amangkurat dipindah dari Karta ke Plered. Pada masa
II. Belanda juga mendirikan sebuah pemerintahan Amangkurat Agung telah
garnisun tepat di depan istana setahun mengalami tanda-tanda kemunduran, yakni
kemudian. Pembangunan itu dilakukan dengan adanya serangan yang dipimpin
dengan alasan untuk melindungi Trunojoyo telah memporak porandakan
Amangkurat II dari serangan musuh. Di pertahanan Keraton Plered. Raja
luar itu, pemerintahan dilakukan dengan Amangkurat Agung (I) terpaksa harus
pengawalan Belanda. melarikan diri minta perlindungan pada
VOC. Akhirnya raja Amangkurat Agung
Kehancuran Kraton Plered. meninggal dunia dalam pelariannya di
Bangunan Kraton Plered rusak Tegal pada Juli 1677. Kemudian
karena adanya serangan Trunojoyo yang digantikan oleh Putra mahkota dengan
dibantu oleh Kraeng Galengsong karena memakai gelar Amangkurat II, dan
merasa tidak puas atas sikap Amangkurat diterima oleh bangsawan Jawa di Tegal
Agung yang telah bersekutu dengan (kampung halaman neneknya).
Belanda kemudian, adanya perang DAFTAR PUSTAKA
Diponegoro, dan pembuatan pabrik gula Adrisijanti, Inajati. (2000). Arkeologi
Plered. Nama Plered diambil dari luapan Perkotaan Mataram Islam. Jendela.
air yang mengalir dari Segarayasa di celah Yogyakarta
perbukitan sebelah selatan tempuran Daliman, A. (2012). Islamisasi dan
sungai Gajah Wong dengan sungai Opak. perkembangan kerajaan-kerajaan
Keberadaan Kraton Plered sekarang Islam di Indonesia, Yogyakarta,
sangat memprihatinkan, sudah hancur rata Ombak.
41
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019
42