Anda di halaman 1dari 10

Karmawibangga : Historical Studies Journal, Vol: 01, No: 01, 2019: 33-42

ISSN:- E-ISSN:
htpps://journal.upy.ac.id/index.php/karmawibangga

SEJARAH PERKEMBANGAN MATARAM ISLAM KRATON PLERED

Siswanta
Prodi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta
siswanta.upy@gmail.com

Abstrak Abstract
Amangkurat Agung (I) adalah raja Amangkurat Agung (I) was the king
Mataram yang diangkat menjadi raja untuk of Mataram who was appointed king to
menggantikan ayahnya, dan mendapat replace his father, and earned the title
gelar Susuhunan Ing Alaga. Ketika Susuhunan Ing Alaga. When officially
dinobatkan secara resmi pada tahun 1646, crowned in 1646, he was called Kanjeng
ia bergelar Kanjeng Susuhunan Prabu Susuhunan Prabu Amangkurat Agung. In
Amangkurat Agung. Pada tahun 1647 ibu 1647 the capital of Mataram was moved
kota Mataram dipindah dari Karta ke from Karta to Plered. The new palace was
Plered yang berjarak kira-kira 2 km. Istana constructed using brick materials, while
baru ini dibangun dengan menggunakan the old castle in the Karta was made of
bahan dari batu bata, sedangkan istana wood. The Plered Palace is located east of
lama di Karta terbuat dari kayu. Berbeda Karta, about 2 km away. Unlike the
dengan Keraton sebelumnya, Keraton previous Palace, the Plered Kingdom is
Plered dikelilingi dengan tembok-tembok surrounded by 18-20-foot walls with a
setinggi 18-20 kaki dengan kedalaman 8- depth of 8-12 feet. King Amangkurat I died
12 kaki. Raja Amangkurat I wafat pada on his retreat in Tegal in July 1677. It was
masa bergerak mundur di Tegal pada Juli then replaced by the Crown Prince using
1677. Kemudian digantikan oleh Putra the title Amangkurat II, and was received
mahkota dengan memakai gelar by Javanese nobility in Tegal (his
Amangkurat II, dan diterima oleh grandmother's hometown).
bangsawan Jawa di Tegal (kampung Keywords: Mataram Kingdom, Plered
halaman neneknya). Kingdom, Amangkurat Agung
Kata kunci: Kerajaan Mataram, Kraton
Plered, Amangkurat Agung

33
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019

PENDAHULUAN membunuh J.P. Coen. Basis penyerangan


Kerajaan Mataram Islam adalah Kerajaan Mataram inilah yang sekarang
kerajaan yang berdiri pada abad ke-17 di disebut dengan daerah Matraman.
Pulau Jawa. Kerajaan ini dipimpin oleh Selanjutnya Kalimalang karena pada saat
keturunan Ki Ageng Pemanahan, sebagai pasukan Kerajaan Mataram menyerang
suatu kelompok ningrat keturunan Batavia di tahun 1628 menemukan sungai
penguasa Majapahit. Asal-usulnya adalah yang bukan mengarah ke laut atau ke utara.
suatu Kadipaten di bawah Kasultanan Namun mengalir ke arah barat sehingga
Pajang, berpusat di "Hutan Mentaok". Raja disebut dengan Kalimalang. Dalam bahasa
pertama adalah Sutowijoyo (Panembahan Jawa arti dari kali adalah sungai sedangkan
Senapati), putra dari Ki Ageng malang adalah melintang. Begitu juga
Pemanahan. Berkat keberhasilannya Pademangan saat Kerajaan Mataram
membunuh Arya Penangsang dalam menyerang Batavia pada tahun 1628
perang perebutan tahta atas Demak, Kyai banyak panglima perang yang tidak pulang
Ageng Pemanahan mendapat hadiah tanah ke Kerajaan Mataram. Sebab takut
di Mataram dari Sultan Pajang. Di tempat dipenggal kepalanya karena gagal
inilah Kyai Ageng Pemanahan dan menguasai Kota Batavia. Salah satu
pengikutnya kemudian membuka hutan panglima tersebut menetap di Kota Batavia
untuk dijadikan tempat permukiman dan menjadi demang (penguasa setingkat
(Adrisijanti, 2000: 40). desa dalam budaya Jawa). Karena itu
Kerajaan Mataram pada masa daerah tersebut diberi nama Pademangan.
keemasannya pernah menyatukan tanah Akhirnya Sultan Agung, raja yang
Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. dikenal karena berbagai ekspansi wilayah
Kerajaan ini pernah dua kali menyerang sekaligus wawasan kebudayaannya, salah
VOC di Batavia untuk mencegah semakin satunya mengembangkan kalender Jawa
berkuasanya perdagangan itu, namun dengan memadukan tarikh Hijriah dengan
ironisnya justru harus menerima bantuan Saka pada tahun 1633. Setelah wafat
VOC pada masa-masa akhir menjelang dimakamkan di Imogiri, ia digantikan oleh
keruntuhannya. putranya yang bergelar Amangkurat
Dasar-dasar kehidupan maritim Agung (I). Pada masa pemerintahan
kurang dimiliki oleh Mataram dan tidak Amangkurat Agung ini telah berbelok
memungkinkan untuk mendirikan haluan tidak lagi seperti pemerintahan
pelabuan di pantai laut selatan Pulau Jawa ayahnya yang menentang VOC, akan tetapi
karena ombaknya terlalu besar. Sehingga justru bersekutu dengannya dan mendapat
kasultanan Mataram tidak memungkinkan dukungan penuh dari VOC.
menjadi kerajaan Maritim karena pusat METODE PENELITIAN
kerajaannya berada di pedalaman (Slamet Penelitian ini menggunakan metode
Mulyana, 2007: 226). kepustakaan (library research), karena
Mataram merupakan kerajaan data-data yang diperoleh melalui studi
berbasis agraris atau pertanian dan relatif pustaka. Adapun proses penelitian yakni,
tidak kuat dalam hal maritim. Kerajaan ini diawali dari penentuan subjek, perumusan
meninggalkan beberapa jejak sejarah yang problema, survai, pengumpulan sumber,
dapat dilihat hingga kini, seperti kampung analisa sumber, kesimpulan sementara dan
Matraman di Batavia (sekarang bernama berakhir dengan seminar umum, follow up
Jakarta) dikuasai oleh Belanda. Sehingga hasil seminar, disimpulkan dan dituangkan
di tahun 1628 dan 1629 Kerajaan Mataram dalam tulisan. Dalam pengumpulan sumber
pimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma ini penulis menggunakan teknik
menyerang Batavia. Penyerangan pertama pengumpulan data dengan cara studi
gagal namun serangan kedua berhasil kepustakaan, yaitu mengumpulkan data

34
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019

dari literatur dengan cara menelaah isinya dengan sebutan Sultan Agung. Pada masa
melalui fakta-fakta dan dokumen-dokumen pemerintahan Sultan Agung para ulama
yang telah ada. Setelah kebenaran dan yang berada di kasultanan terbagi dalam
keaslian sumber dinilai dapat tiga bagian. Yaitu ulama yang masih
dipertanggungjawabkan, maka fakta yang berdarah bangsawan, ulama yang bekerja
ada digabungkan menjadi satu sehingga sebagai tenaga birokrasi, dan ulama
diperoleh rangkaian peristiwa sejarah yang pedesaan yang tidak menjadi tenaga
bermakna Penulisan ini merupakan hasil brokrasi. Sebagai penguasa Sultan Agung
penelitian yang dilakukan berdasarkan sangat menghargai para ulama karena
sistematika yang telah disusun penulis. mereka memiki moral dan ilmu
Setiap pembahasan ditempuh melalui pengetahuan yang tinggi. Jika ingin
diskripsi dan analisis, dengan selalu membuat kebijakan Sultan Agung selalu
memperhatikan aspek kronologis dari suatu meminta nasehat dan pertimbangan kepada
peristiwa. para ulama (Darmawijaya, 2010 : 74-75).
HASIL DAN PEMBAHASAN Peran ulama pada saat itu lebih
Masa awal Pemerintahan Mataram menitikberatkan pada Islamisasi terhadap
Sutawijaya naik tahta setelah ia budaya-budaya yang masih melekat dihati
merebut wilayah Pajang dari Hadiwijaya masyarakat Mataram. Seperti Sunan
dengan gelar Panembahan Senopati. Pada Kalijogo, beliau adalah seorang ulama
saat itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa yang selalu berusaha dengan keras agar
Tengah, mewarisi wilayah Kerajaan ajaran agama Islam mudah diterima oleh
Pajang. Pusat pemerintahan berada di masyarakat yang sudah kuat tertanam nilai
hutan Mentaok, wilayah yang terletak di kepercayaannya sebelum Islam masuk.
sebelah timur Kota Yogyakarta dan selatan Beliau dengan sabar mensiarkannya
Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi melalui karya seni yang sudah mentradisi
kraton (tempat kedudukan raja) pada masa di masyarakat.
awal terletak di Kotagede. Sesudah ia Pindahnya pusat pemerintahan dari
meninggal kekuasaan dilanjutkan putranya pesisir utara Jawa ke daerah pedalaman
Raden Mas Jolang yang setelah naik tahta yang bersifat agraris dan telah dipengaruhi
bergelar Prabu Hanyokrowati. oleh budaya dan tradisi sebelumnya.
Pemerintahan Prabu Hanyokrowati Demikianlah kondisi keberadaan Islam
tidak berlangsung lama karena ia wafat semenjak berpusat di Mataram campur
akibat kecelakaan saat sedang berburu di tangan budaya setempat yang kemudian
hutan Krapyak. Karena itu ia juga disebut terkenal dengan Islam Kejawen (M. Yahya
Susuhunan Seda Krapyak atau Harun, 1995 : 30-31).
Panembahan Seda Krapyak yang artinya Penggunaan gelar Sayidin
Raja yang wafat di Krapyak. Setelah itu Panatagama oleh Panembahan Senopati
tahta beralih sebentar ketangan putra menunjukkan bahwa sejak awal berdirinya
keempat Mas Jolang yang kemudian Mataram telah dinyatakan sebagai
bergelar Adipati Martoputro. Ternyata pemimpin dan pengatur agama. Mataram
Adipati Martoputro mengalami sakit- mewarisi agama dan peradaban Islam dari
sakitan. sehingga tahta beralih ke putra kerajaan Pesisir yang telah berdiri
sulung Mas Jolang yang bernama Mas sebelumnya. Sunan Kalijogo sebagai
Rangsang pada masa pemerintahan Mas penghulu di masjid Demak mempunyai
Rangsang, Mataram mengalami masa pengaruh besar di Mataram baik sebagai
puncak keemasan. pemimpin agama maupun pembimbing di
Pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) bidang politik. Hubungan yang sangat erat
Sesudah naik tahta Mas Rangsang dengan Cirebon memiliki peranan penting
bergelar Sultan Agung Prabu bagi perkembangan Islam di Mataram.
Hanyokrokusumo atau lebih dikenal Sifat mistik dari keraton Cirebon

35
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019

merupakan unsur yang penting, sehingga diwajibkan untuk menjadikan Krawang


memudahkan Islam diterima oleh sebagai daerah pertanian padi Mataram.
masyarakat Jawa di Mataram. Islam Selanjutnya, membangun jalan-jalan yang
tersebut tentu adalah Islam sinkritisme menghubungkan Krawang dengan
yang menyatukan diri dengan unsur-unsur Mataram. Berikutnya, Sultan juga
Hindu-Budha (Daliman, 2012 : 190). bersekutu dengan orang orang-orang
Pada masanya Mataram melakukan Portugis di Malaka dan orang-orang
ekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Inggris di Banten. Adapun pengiriman
Pada puncak kejayaannya, wilayah beras ke Batavia dilarang dan sebagai
kekuasaan Mataram mencakup sebagian gantinya pedagang-pedagang beras
Pulau Jawa dan Madura, kira-kira diperintahkan untuk langsung
gabungan Jawa Tengah, sebagian besar mengirimkan dagangannya ke Malaka.
Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kegagalan penyerangan ke Batavia
dan Jawa Timur sekarang, dengan juga mengubah arah politik Kerajaan
pengecualian daerah Blambangan atau Mataram. Salah satu perubahan yang
yang sekarang adalah wilayah Probolinggo mencolok, sebagaimana tercatat dalam
hingga Banyuwangi. Sultan Agung Daghregister, adalah penarikan kapal-
memindahkan lokasi kraton dari Kota kapal perang Mataram dari Teluk Krawang
Gede ke Karta. pada awal Maret 1634 (J.J. de Graaf, 1986:
Akibat terjadi perselisihan dalam 197). Selanjutnya, ekspansi wilayah yang
penguasaan perdagangan antara Mataram tadinya mengarah ke barat beralih ke
dengan VOC yang berpusat di Batavia, timur, terutama wilayah Blambangan dan
Mataram lalu berkoalisi dengan Bali. Usaha tersebut berhasil dengan baik.
Kasultanan Banten dan Kasultanan Blambangan menyerah pada tahun 1639
Cirebon dan terlibat dalam beberapa dan mayoritas penduduknya dipindahkan
peperangan antara Mataram melawan ke pusat kerajaan meskipun akhirnya
VOC. bersama-sama dengan Bali menghalau
Masih mengenai ekspansi Kerajaan serangan Mataram dengan berani luar
Mataram, Banten dan Batavia merupakan biasa dan mempertahankan kebebasannya
dua wilayah yang menjadi target serangan (R. Soekmono, 1981: 62).
berikutnya. Serangan ke Banten dilakukan Penyerangan Kerajaan Mataram ke
karena kerajaan itu menolak mengakui Blambangan dan Bali dilandasi pula
kekuasaan Mataram atas seluruh Jawa. dengan sentimen kepercayaan. Hal itu
Sementara itu, serangan ke Batavia dipicu dilatarbelakangi oleh semangat serta
oleh kemarahan Sultan Agung terhadap keberhasilan hubungan baik dengan
VOC yang menolak membantunya dalam kelompok Islam di Mekah. Bahkan, karena
serangannya ke Surabaya (D.G.E. Hall, tt: termotivasi berkaitan dengan religi pula,
274). Serangan yang berlangsung dua kali penguasa Mataram mengirimkan utusan ke
(tahun 1628 dan 1629) itu tidak Mekah, yang pada tahun 1641 kembali ke
membuahkan hasil. Persoalan logistik Mataram dengan membawa ahli-ahli
menjadi penyebab utama. agama sebagai penasihat istana sekaligus
Kegagalan serangan ke wilayah barat gelar baru; Sultan Abdul Muhammad
tidak mengurangi ambisi Susuhunan Maulana Mataram atau lebih terkenal
Ingalaga Mataram untuk mewujudkan dengan nama Sultan Agung.
kembali wilayah Majapahit maupun Lima tahun kemudian, Sultan Agung
Demak. Sehubungan dengan hal itu, mula- menghembuskan napas terakhir. Babad
mula ia menempatkan penduduk dari Jawa Tanah Jawi melukiskan suasana kelabu
Tengah dan Sumedang di daerah Krawang dan suram di hari kematian itu; mendung
yang kala itu berupa semak belukar. Selain hitam menyelimuti langit Mataram dan di
membuka hutan tersebut, mereka juga luar gemuruh suara Merapi bercampur

36
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019

dengan hujan badai. Akhirnya, raja yang pertama dari Jan Hermansz, utusan
dikenal karena berbagai ekspansi wilayah Belanda pertama di masa
sekaligus wawasan kebudayaannya, salah pemerintahannya. Dua ekor kuda pilihan
satunya mengembangkan kalender Jawa terbaik, dua sekesel yang indah, tiga puluh
dengan memadukan tarikh Hijriah dengan empat potong kesturi, air mawar
Saka pada tahun 1633. Setelah wafat setempayan, dan satu tong anggur Spanyol
dimakamkan di Imogiri, ia digantikan oleh dipersembahkan kepadanya untuk
putranya yang bergelar Amangkurat melegalkan perjanjian tersebut (H.J. de
Agung (I). Graaf, 1987: 89).
Pemerintahan Amangkurat Agung Pada tahun 1647 ibu kota Mataram
(1645-1677) dipindah dari Karta ke Plered. Seperti yang
Amangkurat Agung ( I ) adalah raja tertulis dalam babad tanah Jawi “Kamu
Mataram berikutnya. Pada tahun 1645 ia semua harus membuat batu-bata, karena
diangkat menjadi raja Mataram untuk saya mau angkat kaki dari Karta, saya
menggantikan ayahnya, dan mendapat ingin membangun kota di Plered”
gelar Susuhunan Ing Alaga. Ketika (Meinsma, 1874}. Istana baru ini lebih
dinobatkan secara resmi tahun 1646, ia banyak dibangun dari batu bata, sedangkan
bergelar Amangkurat atau Mangkurat, istana lama di Karta terbuat dari kayu.
lengkapnya adalah Kanjeng Susuhunan Letaknya di sebelah timur Karta, kira-kira
Prabu Amangkurat Agung. Dalam bahasa 2 km. Berbeda dengan Keraton
Jawa kata Amangku yang berarti sebelumnya, Keraton Plered dikelilingi
"memangku", dan kata Rat yang berarti dengan tembok-tembok setinggi 18-20
"bumi", jadi Amangkurat berarti kaki dengan kedalaman 8-12 kaki (Darja
"memangku bumi". Demikianlah, ia de Wever, 1995: 24, 27). Perpindahan
menjadi raja yang berkuasa penuh atas istana tersebut diwarnai pemberontakan
seluruh Mataram dan daerah-daerah Raden Mas Alit atau Pangeran Danupoyo,
bawahannya, dan pada upacara adik Amangkurat I yang menentang
penobatannya tersebut seluruh anggota penumpasan tokoh-tokoh senior.
keluarga kerajaan disumpah untuk setia Pemberontakan ini mendapat dukungan
dan mengabdi kepadanya. para ulama namun berakhir dengan
Di tahun pertamanya, ia kematian Mas Alit. Amangkurat I ganti
menandatangi perjanjian damai dengan menghadapi para ulama. Mereka semua,
VOC yang berisi enam pasal. Di antaranya termasuk anggota keluarganya, sebanyak
mengatur pengiriman utusan Belanda ke 5.000 orang lebih dikumpulkan di alun-
Mataram, kesediaan Belanda mengatur alun untuk dibantai.
perjalanan ulama Mataram, pembebasan Rijklof van Goens melukiskan
tawanan Belanda di Mataram, penyerahan kondisi Plered sebagai berikut. Dalam
orang-orang berutang, perang bersama, perjalanan menuju Plered sekitar 18 - 19
serta pelayaran bebas di Kepulauan mil dari kota pelabuhan Semarang, terletak
Maluku. Perdamaian yang ditandatangani pintu gerbang pertama, disebut Selimbi.
pada tanggal 24 September 1646. itu Pada pintu gerbang ini terdapat sebuah
disambut suka cita oleh Belanda. benteng, yang dihuni sekitar 1500 - 1600
Dentuman-dentuman meriam sebagai orang. Dengan dijaga oleh para prajurit
ekspresi perayaan perdamaian terdengar kraton, semua yang lewat gerbang dicatat
dari loji-loji Belanda (H.J. de Graaf, 1987: oleh juru tulis. Sekitar 1 - 1,5 mil dari
88). Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I gerbang Selimbi, terbentang daerah
dianggap sebagai bukti takluk VOC Mataram yang subur, sawah sangat luas
terhadap kekuasaan Mataram. hingga batasnya tidak tampak. Desa-desa
Berikutnya, 4 Februari 1947, sangat subur banyak ditemui sepanjang
Amangkurat I menerima kunjungan jalan. Diantara sawah-sawah ditemui

37
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019

perbukitan yang ditanami pohon buah- Keindahan bangunan Keraton Plered


buahan. Diperkirakan pintu gerbang karena dilengkapi dengan danau buatan
Selimbi merupakan pintu masuk wilayah atau Segarayasa, yang berfungsi tidak
negara agung Mataram. Jalan antara hanya sebagai tempat rekreasi keluarga
gerbang Selimbi dan gerbang Tadi raja, tetapi bangunan ini juga sebagai
(gerbang masuk kedua), berjarak sekitar 7 tempat perikanan, perairan dan latihan
mil. Setelah gerbang kedua, terlihat perang. Di sebelah utara Segoroyoso
pegunungan mengitari pusat kerajaan terdapat areal perbukitan Gunung Kelir,
Plered (Darja de Wever, 1995: 25-26). disini merupakan tempat makam Panjang
Rijklof van Goens juga Mas dan Ratu Mas Malang. Gapuro
menggambarkan bahwa desa-desa di antara makam Gunung Kelir keberadaan sekarang
kedua pintu gerbang tersebut, padat telah melah mengalami kehancuran dengan
penduduk. Setiap desa berpenduduk sekitar dikelilingi tembak batu tebal dengan
100 - 150 orang, bahkan ada yang banyak bagian yang telah runtuh akibat
berpenghuni sekitar 1000 - 1500 orang. gempa. Tembok ini mengelilingi area
Pusat kerajaan dicapai setelah melalui seluas 900 m2, dimana di dalamnya
garbang ketiga, yang dinamai Kaliajir. terdapat makam Dalang Panjang Mas, Ratu
Dari gerbang ini terdapat jalan menuju Mas Malang dan makam-makam lainnya
istana raja, sepanjang 2 mil. Antara yang terlihat cukup tua. Ratu Mas Malang
gerbang Kaliajir dan istana raja, banyak semula merupakan istri Panjang Mas
ditemui rumah para pangeran dan berbagai seorang dalang Keraton Mataram sejak
residen. Pagar kota diperkirakan berukuran masa Panembahan Sedo Krapyak.
luas 2 x 2 mil, dengan ketinggian tembok Tampaknya Amangkurat I jatuh hati
sekitar 6 – 7 meter. Beberapa komponen di pada Ratu Mas Malang dan berniat untuk
dalam tembok keraton adalah sebagai memperistrinya. Akhirnya Panjang Mas
berikut sitinggil, bangsal witana, dibunuh dan jasatnya dikubur di Makam
mandungan, sri menganti, pecaosan, sumur Gunung Kelir yang terletak di sebelah
gumuling tempat memandikan keris timur Keraton Plered. Sepeninggal Panjang
pusaka, masjid panepen (Suronoto), Mas, Amangkurat I memperistri Ratu Mas
prabayeksa, bangsal kencana, bangsal Malang menjadi selir yang kemudian
kemuning, bangsal manis, gedong kuning, dijadikan permaisuri, namun tiba-tiba
dan tempat tinggal abdi dalem meninggal dunia.
kedhondhong (Adrisijanti, 2000:76). Pembangunan komponen-komponen
Di sebelah utara komplek kraton Keraton Plered dilakukan secara bertahap.
terdapat alun-alun berukuran sekitar 300 x Hal tersebut dapat diketahui dari Serat
400 m, dengan Masjid di sebelah baratnya. Babad Momana yang menyebutkan tahun
Di dalam komplek masjid terdapat makam. pendirian beberapa bangunan, meliputi
Desa Kauman berada di sekitar masjid, kadipaten (1569 J), masjid agung (1571 J),
diperkirakan dihuni oleh para pemuka prabayeksa (1572 J), segarayasa (1574 J).
agama dan pegawai masjid. Rumah-rumah Keterangan lain yang dapat diperoleh
para pangeran terletak di sebelah utara adalah pembangunan sitinggil bagian
alun-alun, menuju gerbang Kaliajir. Di bawah dengan batu (1572 J), pembangunan
sekitar desa Segarayasa, dulu terdapat witana atau anjungan di sitinggil (1574 J),
danau buatan, terletak di sebelah selatan permulaan pembangunan karadenan atau
kraton. Di tengah danau (Segarayasa) kediaman putra mahkota (1576 J), dan
tersebut terdapat sebuah pulau, pembangunan bangsal di srimenganti
dipergunakan untuk meditasi dan (1585 J) (Graaf, 1987:13).
sembahyang raja (Darja de Wever, 1995: Pemerintahan di Plered bertumpu
25-26). pada kekuatan militer. Rijklof van Goens
misalnya mencatat bahwa Amangkurat I

38
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019

memiliki 920.000 tentara dan 115.500 3 Pangeran Blitar 40.000 tentara


prajurit beristinggar. Tentara maupun 1.000 prajurit
prajurit beristinggar itu tidak hanya beristinggar
dipimpinnya sendiri melainkan juga 4 Pangeran 40.000 tentara
dipimpin oleh vasal-vasalnya yang Salaran 1.000 prajurit
dikerahkan ketika Mataram menghadapi beristinggar
peperangan. Pemerintahan Amangkurat I 5 Pangeran 100.000 tentara
di Kraton Plered juga penuh represi. Cirebon 600 prajurit
Represi pertama yang dirasakan terkait beristinggar
dengan kegemaran Amangkurat I 6 Pangeran 20.000 tentara
mengumpulkan besi untuk dibuat keris, Madura 500 prajurit
tombak, senapan, dan kendaraan laut. beristinggar
Berbagai penangkapan, pembelengguan, 7 Pangeran 20.000 tentara
pemerasan, dan perbuatan tirani lain Blambangan 500 prajurit
dilakukan untuk mengumpulkan uang demi beristinggar
bisa membeli besi (Daghregister, 7 8 Pangeran Tuban 20.000 tentara
Desember 1656 via H.J. de Graaf, 1987: 500 prajurit
130). Selain itu, represi pemerintahan beristinggar
Amangkurat I juga dirasakan dalam ranah 9 Pangeran Tuban 20.000 tentara
ekonomi. Per Garebeg Mulud 27 500 prajurit
November 1659, rakyat dikenakan pajak beristinggar
kepala. Besarnya berbeda-beda, seperti: 10 Pangeran 20.000 tentara
7/4 ringgit bagi penduduk biasa, 9/4 ringgit Pemalang 500 prajurit
bagi pemilik tanah, dan 3 ringgit bagi beristinggar
penduduk yang hidup dari usaha pelayaran 11 Pangeran 20.000 tentara
(Daghregister, 13 November 1659 via H.J. Demak 500 prajurit
de Graaf, 1987: 131). Tidak ketinggalan, beristinggar
Amangkurat I juga melakukan penutupan 12 Pangeran Pati 40.000 tentara
pelabuhan-pelabuhan. Penutupan 1.000 prajurit
pelabuhan itu dilakukan demi monopoli beristinggar
beras juga kayu sebagai komoditas 13 Susuhunan 20.000 tentara
perdagangan Mataram. Adapun penduduk 1.000 prajurit
yang kedapatan tetap berlayar ataupun beristinggar
melakukan perdagangan via pelabuhan Sumber: Rijklof van Goens via Darja de
dibunuh oleh penguasa setempat atas Wever, 1995: 41
perintahnya.
Selain itu, pemerintahan Amangkurat
Tabel 1. Kekuatan militer Mataram di juga memberlakukan monopoli terhadap
bawah Amangkurat Agung (I) beras, gula hitam, gula putih, papan, balok,
No Pemimpin Jumlah dan garam. Di samping itu, per 24 Juni
1 Pangeran 50.000 tentara 1657 Amangkurat I memberikan pinjaman
Purbaya 48.000 prajurit uang sebesar 10.000 rial kepada para
bertombak bawahannya, terutama penguasa Pesisir,
2.000 prajurit dan harus dikembalikan dua kali lipat
beristiggar selama satu tahun. Bagi bangsawan-
2 Pangeran 50.000 tentara bangsawan Mataram yang tidak terbiasa
Surabaya 48.000 prajurit berdagang, kebijakan itu membuat mereka
bertombak kesulitan sehingga perampasan dan
2.000 prajurit peningkatan besaran pajak kepala terhadap
beristiggar penduduk pun dilakukan. Ditambah

39
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019

dengan penderitaan-penderitaan yang konsesi perdagangan Belanda dengan


belum dapat diatasi, sebagai akibat menyerahkan banyak sekali daerah di
peperangan yang terjadi pada masa selatan Batavia, pelabuhan serta distrik
pemerintahan Sultan Agung, Mataram, juga sejumlah kota pantai
pemberontakan-pemberontakan pun mulai sebagai jaminan. Sementara itu, jatuhnya
bermunculan. Amangkurat I juga berselisih Kraton Plered membuat Adipati Anom
dengan putra mahkotanya, yaitu Raden sebagai penguasa baru Mataram kembali
Mas Rahmat yang menjadi Adipati Anom. memindahkan ibu kota. Kartasura dipilih
Perselisihan ini dilatarbelakangi oleh berita sebagai pusat pemerintahan. Adapun gelar
bahwa jabatan Adipati Anom akan yang diambil ialah Amangkurat II (1677-
dipindahkan kepada Pangeran Singasari 1703).
(putra Amangkurat I lainnya). Raja Amangkurat I wafat semasa
Pada tahun 1661 Mas Rahmat bergerak mundur di Tegal pada Juli 1677.
melancarkan aksi kudeta tetapi mengalami Putra mahkota menggantikan ayahnya dan
kegagalan. Amangkurat I menumpas memakai gelar Amangkurat II, dan
seluruh pendukung putranya itu. diterima oleh bangsawan Jawa di Tegal
Sebaliknya, Amangkurat I juga gagal (kampung halaman neneknya) dan juga
dalam usaha meracun Mas Rahmat tahun oleh VOC (Ricklefs, 2008 ; 92). Namun,
1663. Perselisihan memuncak tahun 1668 dia gagal untuk mengukuhkan
pada saat Mas Rahmat merebut calon selir kekuasaannya di kota terdekat, Cirebon,
ayahnya yang bernama Rara Oyi. yang penguasanya memutuskan untuk
Amangkurat I menghukum mati menyatakan kemerdekaan dari Mataram
Pangeran Pekik mertuanya sendiri, yang dengan dukungan dari Kasultanan Banten.
dituduh telah menculik Rara Oyi untuk Selanjutnya, adik laki-lakinya Pangeran
Mas Rahmat. Mas Rahmat sendiri Puger (kelak Pakubuwana I) merebut ibu
diampuni setelah dipaksa membunuh Rara kota yang kini hancur, menolak bergabung
Oyi dengan tangannya sendiri. Salanjutnya sebagai loyalis Amangkurat II, dan
muncul pemberontakan besar yang dimulai menyatakan dirinya sebagai raja dengan
di Madura di bawah pimpinan Trunojoyo gelar Ingalanga Mataram (Pigeaud, 1976
pada tahun 1674, seorang pangeran dari ; 76).
Arisbaya (Soekmono, 1981: 68). Karena tidak memiliki tentara dan
Dengan bantuan pelaut-pelaut harta kekayaan dan tidak dapat
Makasar yang dipimpin Kraeng Galesong, mengukuhkan kekuasaannya, Amangkurat
pemberontakan Trunojoyo pun meluas di memutuskan untuk bersekutu dengan
seluruh Jawa Timur dan daerah-daerah VOC. Pada saat ini, Laksamana Speelman
Pesisir Jawa Tengah. Puncaknya, ibu kota berada di Jepara, berlayar ke sana dari
Plered berhasil dikuasai pada tahun 1677 Surabaya setelah mendengar jatuhnya ibu
dan Amangkurat I meninggal di kota. Pasukannya telah merebut kembali
Tegalwangi atau Tegalarum dalam kota-kota pesisir penting di Jawa Tengah,
usahanya mencari perlindungan Belanda. termasuk Semarang, Demak, Kudus, dan
Ia meninggalkan pesan kepada penerusnya, Pati. Amangkurat pindah ke Jepara dengan
Adipati Anom, untuk meminta bantuan kapal VOC pada September 1677. Raja
kepada Belanda (Soekmono, 1981: 68). harus menyetujui konsesi luas yang
Pemberontakan Trunojoyo sangat dituntut VOC sebagai imbalan untuk
berpengaruh terhadap luas wilayah memulihkan monarkinya. Dia menjanjikan
Batavia. Mataram tidak hanya VOC pendapatan dari semua kota
berkewajiban membayar semua biaya pelabuhan di pantai utara. Dataran tinggi
perang yang dikeluarkan Belanda untuk Priangan dan Semarang akan diserahkan
membantu menumpas pemberontakan kepada VOC. Raja juga setuju untuk
Trunojoyo melainkan juga menjamin mengakui yurisdiksi kekuasaan VOC atas

40
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019

semua orang non-Jawa yang tinggal di dengan tanah, jejak-jejak Kraton bisa
wilayahnya. Sejarawan Belanda H. J. de dilihat dari situs - situs peninggalan. Situs-
Graaf berkomentar bahwa dengan situs yang masih ada sampai sekarang
melakukan ini, VOC, sebagai sebuah antara lain Sumur Gumuling, umpak
korporasi, terlibat dalam "spekulasi masjid Agung Kraton Plered, umpak bekas
berbahaya", yang mereka harapkan akan pendopo kraton Karta, Jagang/kanal,
terbayar di masa depan ketika rekan pondasi benteng Kraton, bekas tanggul
mereka akan memperoleh kembali buatan, bekas pondasi benteng keraton
kekuasaannya atas Mataram (Pigeaud, yang ada di Pungkuran, dan situs yang lain
1976 ;. 77). menjadi nama perkampugan seperti,
Pasukan VOC dengan Mataram kampung Segarayasa, kampung Kedaton,
membuat kemajuan yang lamban melawan kampung Keputren, kampung Kauman,
para pemberontak. Pada awal tahun 1678 dan lain sebagainya.
penguasaan mereka terbatas pada beberapa KESIMPULAN
kota di pantai utara bagian tengah. Pada Perkembangan Kerajaan Mataram
1678, Speelman menjadi Direktur Jenderal Islam sejak awal berdirinya dari Kota Gede
VOC, menggantikan Rijcklof van Goens, sampai dengan masa menjelang
yang menjadi Gubernur Jenderal keruntuhannya di Keraton Plered, telah
(Speelman kelak menjadi Gubernur mengalami pasang surut sesuai eranya
Jenderal pada 1681). Komandonya di masing-masing. Amangkurat Agung ( I )
Jepara diserahkan kepada Anthonio Hurdt, adalah raja Mataram yang diangkat
yang tiba pada Juni 1678 (Ricklefs, 2008 menjadi raja untuk menggantikan ayahnya
; 93). (Sultan Agung), dan mendapat gelar
Pemerintahan di Kartasura Susuhunan Ing Alaga. Ketika dinobatkan
sepenuhnya dibayang-bayangi Belanda. secara resmi pada tahun 1646, ia bergelar
Tidak hanya memburu Trunojoyo dan Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat
membawanya di hadapan Amangkurat II, Agung. Pada tahun 1647 ibu kota Mataram
Trunojoyo mati ditikam oleh Amangkurat dipindah dari Karta ke Plered. Pada masa
II. Belanda juga mendirikan sebuah pemerintahan Amangkurat Agung telah
garnisun tepat di depan istana setahun mengalami tanda-tanda kemunduran, yakni
kemudian. Pembangunan itu dilakukan dengan adanya serangan yang dipimpin
dengan alasan untuk melindungi Trunojoyo telah memporak porandakan
Amangkurat II dari serangan musuh. Di pertahanan Keraton Plered. Raja
luar itu, pemerintahan dilakukan dengan Amangkurat Agung (I) terpaksa harus
pengawalan Belanda. melarikan diri minta perlindungan pada
VOC. Akhirnya raja Amangkurat Agung
Kehancuran Kraton Plered. meninggal dunia dalam pelariannya di
Bangunan Kraton Plered rusak Tegal pada Juli 1677. Kemudian
karena adanya serangan Trunojoyo yang digantikan oleh Putra mahkota dengan
dibantu oleh Kraeng Galengsong karena memakai gelar Amangkurat II, dan
merasa tidak puas atas sikap Amangkurat diterima oleh bangsawan Jawa di Tegal
Agung yang telah bersekutu dengan (kampung halaman neneknya).
Belanda kemudian, adanya perang DAFTAR PUSTAKA
Diponegoro, dan pembuatan pabrik gula Adrisijanti, Inajati. (2000). Arkeologi
Plered. Nama Plered diambil dari luapan Perkotaan Mataram Islam. Jendela.
air yang mengalir dari Segarayasa di celah Yogyakarta
perbukitan sebelah selatan tempuran Daliman, A. (2012). Islamisasi dan
sungai Gajah Wong dengan sungai Opak. perkembangan kerajaan-kerajaan
Keberadaan Kraton Plered sekarang Islam di Indonesia, Yogyakarta,
sangat memprihatinkan, sudah hancur rata Ombak.

41
Karmawibangga: Historical Studies Journal, 1(1), 2019

Darja de Wever. (1995). Javaense Reyse,


Terra Incognita, Amsterdam
Darmawijaya. (2010). Kesultanan Islam
Nusantara, Jakarta, pustaka Al-
Kautsar
De Graaf, DR. H.J. (1985). Awal
Kebangkitan Mataram Masa
Pemerintahan Senopati, Grafitipers.
_____________________. (1985). Puncak
Kekuasaan Mataram Politik
Ekspansi Sultan Agung, Grafitipers.
_____________________. (1987).
Disintegrasi Mataram di Bawah
Mangkurat I, Grafitipers.
Gegevens Over Djokjakarta. (1925).
Hoofdplaats Djokjakarta
Goens, Rijklof van. (1956). De vijf
gezantschapsreizen naar het hof van
Mataram, 1648-1654, Den Haag.
Harun M. Yahya (1995). Kerajaan Islam
Nusantara abad XVI dan XVII,
Yogyakarta Kurnia Kalam Sejahtera.
Mainsma, J.J.. 1874-1877, Babad Tanah
Djawi, ‘s-Gravenhage, Dua jilid
Muljana, Slamet, 2007, Runtuhnya
Krajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya
Negara-Negara Islam di Nusantara,
Yogyakarta PT. LkiS Pelangi Aksara
Pigeaud, Theodore Gautrier Thomas.
(!976. Islamic State in Jawa 1500-
1700: Eigt Dutch Books and Articles
by Dr H.J. de Graaf, Den Haag:
Martinus Nijhoff ISBN 90-247-
1876-7
Ricklefs, M.C. (2008). A History of
Modern Indonesia Since C. 1200,
Palgrave Macmillan.
Soekmono, R., 1981, Pengantar Sejarah
Kebudayaan Indonesia, Yogyakarta,
Kanisius
Yusuf, Mundzirin, dkk, 2007, Sejarah
Peradaban Islam di Indonesia,
Yogyakarta, Kelompok Penerbit
Pinus.

42

Anda mungkin juga menyukai