Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEJARAH

KERAJAAN MATARAM KUNO


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Sejarah
Dengan guru pengajar Ajeng Laita Gardiani, S.Pd

Disusun Oleh :
Aliya Anasshafah Tanjung
Gracia Kirani Ratu Edo
Marchel Fibra Al Faruq
Rehash Muhammad Afif
Yehezkiel Bramantio Mackbon
E-X1

SMAT KRIDA NUSANTARA


BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
 
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Adapun judul makalah yang kami ajukan adalah "Makalah sejarah
mataram Kuno”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah pelajaran Sejarah Wajib, di SMAT
Krida Nusantara. Tidak dapat disangkal bahwa butuh usaha yang keras dalam penyelesaian
pengerjaan makalah ini. Namun, karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta di
sekeliling saya yang mendukung dan membantu. Terima kasih saya sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari tuhan yang maha esa
dan akhirnya kami menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena
keterbatasan ilmu yang kami miliki. Untuk itu saya dengan kerendahan hati mengharapkan saran
dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi membangun laporan penelitian ini.

Bandung, Februari 2023


1.1 Latar Belakang

Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan zaman hindu yang banyak meningagalkan sejarah
melalui prasasti yang ditemukan. Sejak abad 10 kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dimulai
dari pemerintahan Mpu Sindok yang kemudian di gantikan oleh Sri Lokapala. Selanjutnya
adalah Makuthawangsa Wardhana, dan terakhir oleh Dharmawangsa Teguh sebagai penutup
Kerajaan Mataram Kuno atau dengan sebutan lain Medang.
Secara umum Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang pernah berkuasa pada waktu
itu, yaitu wangsan Sanjaya, wangsa Syailendra, dan wangsa Isyana.Wangsa Isyana merupakan
dinasti yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno setelah berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa
Timur.
Pendiri dari dinasti Isyana adalah Mpu Sindok, baru membangun kerajaanya di Tamwlang tahun
929. Kerajaan tang didirikan Mpu sindok merupakan lanjutan dari kerajaan mataram. Dengan
demikian mpu sindok dianggap sebagai cikal nakal wangsa baru,yaitu wangsa Isana.
Perpindahan kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa syah
balitung,kekuasaan kerajaan mataram kuno telah meluas hingga ke jawa timur.

2.1 Rumusan Masalah

Adapaun beberapa rumusan yang akan dibahas dalam makalah tentang Kerajaan Mataram ini,
antara lain :

1. Bagaimana sejarah berdirinya mataram kuno?


2. Dimanakah letak wilayah kerajaan mataram kuno?
3. Darimanakah sumber-sumber sejarah kerajaan mataram kuno?
4. Siapa saja silsilah raja-raja kerajaan mataram kuno?
5. Prasasti apa saja yang berada di kerajaan mataram kuno?
6. Bagaimana kehidupan di kerajaan mataram kuno?
7. Apa penyebab runtuhnya kerajaan matara kuno?
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno di Jawa terkait erat dengan keberadaan kerajaan Hindu-Buddha
di Jawa. Kerajaan Mataram Kuno juga disebut dengan nama Kerajaan Mataram Hindu atau
Kerajaan Medang. Kerajaan ini didirikan Wangsa Sanjaya di bawah kepemimpinan Rakai
Mataram pada tahun 732 M. Lama menduduki wilayah Jawa, kerajaan ini dikuasai oleh tiga
dinasti besar hingga akhirnya pengaruhnya surut. Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad ke-
8 hingga ke-11 dan dikuasai oleh tiga dinasti yaitu Dinasti Sanjaya, Dinasti Syailendra, dan
Dinasti Isyana. Mataram kuno pertama kali diperkirakan berdiri di Bhumi Mataram yang berada
di sekitar Yogyakarta. Berdasarkan periode kepemimpinannya, lokasi ibu kota awalnya berada di
Jawa Tengah ketika Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra berkuasa. Pada masa kepemimpinan
Dinasti Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno dengan corak Hindu memiliki pengaruh yang luar.
Setelah digantikan Rakai Panangkaran mulai muncul perpecahan yang membuat kepemimpinan
terbagi dua. Dinasti Sanjaya yang memimpin Kerajaan Mataram Kuno dengan corak Hindu
berkuasa di Jawa Tengah bagian utara. Sementara Dinasti Syailendra dengan Kerajaan Mataram
Kuno dengan corak Buddha berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Di bawah kekuasaan
Dinasti Syailendra, Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan. Pada masa
kepemimpinan Sri Dharmatungga, wilayah kekuasaan meluas hingga Semenanjung Malaka.
Penggantinya Syailendra juga berhasil mengalahkan Chenla di Kamboja. Tak hanya kekuasaan,
namun kebudayaan juga berkembang termasuk membangun Candi Borobudur pada masa
kepemimpinan Samaratungga. Kedua dinasti ini bersatu kembali melalui pernikahan Rakai
Pikatan dan Pramodawardhani. Sementara pada masa pemerintahan Dinasti Isyana, oleh Mpu
Sindok ibu kota kerajaan bergeser ke Jawa Timur. Ada beberapa faktor yang disebut
memengaruhi kepindahan ini antara lain meletusnya Gunung Merapi, perebutan kekuasaan,
serangan Kerajaan Sriwijaya, hingga tidak adanya pelabuhan hingga ekonomi sulit berkembang.
Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno Berikut adalah daftar beberapa peninggalan
sejarah kerajaan Mataram Kuno: Prasasti Canggal Prasasti Kalasan Prasasti Balitung Prasasti
Klurak Candi Gedong Songo Candi Borobudur Candi Mendut Candi Plaosan Candi Prambanan

Pada dasarnya, Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan dengan corak Hindu dan corak Buddha
yang berkembang mulai dari abad ke-8 sampai dengan abad ke-11.
Letak Kerajaan Mataram Kuno berada di Jawa Tengah sebelum akhirnya berpindah ke Jawa
Timur. Kerajaan ini mulanya didirikan oleh Raja Sanjaya, dan tahtanya dilanjutkan sejumlah
dinasti Syailendra dan dinasti Isyana setelah meninggalnya sang pendiri kerajaan.
Kata “Mataram” sendiri diambil dari Bahasa Sansekerta “Matr” yang memiliki arti sebagai
“ibu”. Banyak sejarawan yang mendeskripsikannya Kerajaan Mataram Kuno sebagai bentuk
personifikasi sosok ibu yang melambangkan kehidupan, alam dan lingkungan.
Selain terkenal dengan nama “Mataram Kuno”, kerajaan ini juga banyak disebut dengan istilah
“Medang” oleh penduduk Jawa. Istilah Medang ini muncul dari berbagai prasasti yang
ditemukan di berbagai lokasi di sekitar Jawa Tengah dan juga di Jawa Timur.
Setelah ditelaah, Kata Medang tersebut rupanya mengacu kepada sebuah keraton bernama
keraton Medang yang terletak di wilayah Kerajaan Mataram. Etimologi atau asal-muasal nama
“Medang” diperkirakan berasal dari nama pohon “medang”, pohon yang berasal dari wilayah
tersebut yang dikenal keras dan kokoh.
Banyak pengamat sejarah mengatakan kalau perekonomian Kerajaan Mataram Kuno sangat
bergantung pada pertanian, khususnya pertanian padi. Kerajaan Mataram Kuno juga mendapat
keuntungan dari perdagangan maritim ke sejumlah kerajaan dari negara lain.
Selain itu, menurut sumber-sumber asing dan temuan arkeologi, Kerajaan Mataram Kuno diduga
memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tidak sedikit dari mereka berkehidupan cukup
makmur. Kerajaan ini ditelisik mengembangkan masyarakat yang memiliki kepribadian dan
kebudayaan kompleks.
Ini menjadi alasan di balik tingkat kecanggihan yang dimiliki oleh Kerajaan Mataram Kuno
dibandingkan kerajaan lainnya dan peradaban mereka yang halus. Memasuki akhir abad ke-8,
kerajaan ini menyaksikan berkembangnya seni dan arsitektur klasik Jawa yang tercermin dalam
pesatnya pembangunan candi

Adapun sebuah kerajaan tercermin dengan adanya sang pemimpin maupun seorang raja berserta
dengan setiap prasasti peninggalannya,
Silsilah Kerajaan Mataram Kuno rupanya berhubungan dengan sejumlah kerajaan Hindu lainnya
di Indonesia. Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno awalnya tercatat dalam Prasasti Canggal yang
dibuat pada tahun 732 Masehi.Dalam prasasti itu dikisahkan, terdapat seorang raja yang
memerintah Pulau Jawa bernama Sanna. Setelah Raja Sanna meninggal, kerajaan menjadi kacau.
Dari sinilah cikal bakal Kerajaan Mataram Kuno mulai terbentuk.Sepeninggal Raja Sanna,
saudari perempuannya yang bernama Sannaha mendukung anaknya untuk mengambil takhta
kerajaan. Anak Sannaha yang bernama Sanjaya atau Rakai Mataram ini menjadi pemimpin awal
Kerajaan Mataram Kuno. Ia memimpin dari tahun 732 - 760 M.Setelahnya, Raja Sanjaya atau
Rakai Mataram digantikan oleh Sri Maharaja Rakai Panangkaran. Rakai Panangkaran
memerintah dari tahun 760 - 780 M. Berbeda dari ayahnya yang memeluk agama Hindu-Siwa,
Rakai Panangkaran menganut agama Buddha Mahayana. Rakai Panangkaran menikahi seorang
perempuan dan dikaruniai anak bernama Rakai Panaraban. Nama gelarnya adalah Sri Maharaja
Rakai Panunggalan Rakai Panaraban.
Beserta Prasasti,
1. Prasasti Canggal
Sumber : kompas.com

Prasasti Canggal merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berangka tahun
654 Saka atau 732 M. Prasasti ini ditemukan di Gunung Wukir, Desa Canggal,
Kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti Canggal ditulis dengan huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi dari Prasasti Canggal adalah asal usul Dinasti Sanjaya
dan pembangunan sebuah lingga di Bukit Stirangga. Disebutkan pula bahwa yang
menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya yang merupakan
keturunan Sannaha saudara perempuan Sanna.

1. Prasasti Kalasan

Sumber : kompas.com

Prasasti Kalasan merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berangka tahun
700 Saka atau 778 M. Sesuai namanya, prasasti ini ditemukan di Desa Kalasan, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Prasasti Kalasan ditulis dengan huruf Pranagari dan bahasa
Sansekerta. Prasasti ini berisi cerita pendirian bangunan suci untuk Dewi Tara dan biara
untuk pendeta oleh raja Panangkaran atas permintaan Keluarga Syailendra. Disebutkan
pula bahwa Panangkaran juga menghadiahkan Desa Kalasan untuk para Sanggha atau
umat Buddha. Adapun bangunan suci untuk Dewi Tara diidentifikasi sebagai Candi
Kalasan sekarang.

2. Prasasti Klurak

Sumber : kompas.com

Prasasti Klurak merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berangka tahun
782 M. Prasasti ini ditemukan di daerah Prambanan berisi cerita tentang pembuatan Arca
Manjusri di sebelah utara Prambanan oleh Raja Indra yang bergelar Sri
Sanggramadananjaya.

3. Prasasti Batu Roko

Prasasti Ratu Boko merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berangka
tahun 856 M. Prasasti Ratu Boko bercerita tentang kekalahan Raja Balaputradewa dalam
perang saudara melawan kakaknya yaitu Pramodhawardani dan kemudian melarikan diri
ke Sriwijaya
4. Prasasti Kedu

Prasasti Kedu dikenal juga sebagai Prasasti Balitung.


Prasasti Kedu merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berangka tahun 907
M. Prasasti Kedu berisi silsilah raja-raja keturunan wangsa Sanjaya yang mendahului
Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai
Panunggalan, Rakai Warak, Raka Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, dan Rakai
Watuhumalang
Kehidupan sosial Kerajaan Mataram Kuno ditandai dengan adanya pembagian golongan
masyarakat berdasarkan kasta, yakni kasta brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Di samping itu,
ada pula stratifikasi sosial berdasarkan kedudukan seseorang di dalam masyarakat, baik
kedudukan di dalam struktur birokrasi kerajaan maupun berdasarkan kekayaan materi.
Stratifikasi sosial masyarakat Mataram Kuno juga bersifat kompleks dan tumpang tindih. Salah
satu contohnya, ada kasta ksatria yang dapat menduduki jabatan keagamaan di tingkat pusat dan
dapat menjadi pertapa yang tinggal di suatu biara. Ibu kota Kerajaan Mataram Kuno dikelilingi
tembok dari batu bata dan kayu. Di dalamnya terdapat istana tempat tinggal raja dan
keluarganya, serta para abdi kerajaan. Di luar istana, terdapat kediaman putra mahkota dan para
pejabat tinggi kerajaan yang menjadi elite birokrasi tertinggi.

Hubungan rakyat dengan raja tidak bersifat langsung. Raja hanya menggelar pertemuan dengan
petinggi kerajaan. Dalam pertemuan itulah, para pejabat menyampaikan aspirasi rakyat dan raja
akan mengeluarkan titahnya setelah mendapat pertimbangan dari penasihat dan pejabat yang
hadir. Di luar tembok kota, barulah terdapat desa-desa tempat penduduk tinggal yang diatur oleh
pejabat desa. Kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno bernilai sangat tinggi. Hal itu dibuktikan
dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi yang masih bisa disaksikan hingga
sekarang. Jumlah prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno sangat banyak, mungkin
mencapai ratusan. Begitu pula dengan candi-candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang
masih berdiri megah hingga saat ini. Candi-candi Kerajaan Mataram Kuno ada yang bercorak
Hindu ada pula yang bercorak Buddha. Beberapa candi peninggalan Mataram Kuno yang
terkenal yakni Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Pawon,
dan masih banyak lainnya. Selain itu, di Kerajaan Mataram Kuno juga berkembang seni sastra
dan seni pertunjukan. Salah satu hasil seni sastra peninggalan Kerajaan Mataram Kuno adalah
Kitab Ramayana Kakawin yang diduga berasal dari masa pemerintahan Raja Dyah Balitung
(899-911). Di masa pemerintahan Dinasti Isyana di Jawa Timur, dihasilkan karya sastra berjudul
Sang Hyang Kamahayanikan yang berisi tentang agama Buddha Mahayana. Baca juga: Sejarah
Candi Bubrah di Kawasan Prambanan Dari relief Candi Prambanan dan Borobudur, diketahui
tentang adanya bermacam-macam seni pertunjukan pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Seni
pertunjukan yang ada saat itu adalah pertunjukan wayang, kemudian tari-tarian yang biasanya
ditampilkan dalam upacara penetapan sima (tanah bebas pajak).

Sejarah mencatat bahwa Kerajaan bercorak Hindu di Jawa hampir mengalami kehancuran kala
Kerajaan Mataram Kuno hancur akibat bencana alam. Mpu Sindok, yang menjabat sebagai
menteri tinggi (Rakai Mahamantri Hino) di zaman Raja Dyah Wawa mengambil inisiatif dengan
memindahkan kerajaan ke wilayah lain yang lebih potensial dan aman dari bencana alam. Daerah
timur Jawa menjadi tujuan Mpu Sindok untuk membentuk Dinasti Isyana yang menandai
dimulainya kekuasaan Kerajaan Hindu di Timur Jawa. Dalam perjalanannya, konflik kekuasaan
dan pertikaian saudara hampir selalu mewarnai sejarah Kerajaan turunan dari Mpu Sindok, mulai
dari Medang, Kahuripan, Tumapel, Singhasari hingga terakhir Majapahit. Kemunculan dan
kejayaan daerah timur Jawa yang kini dikenal sebagai wilayah Jawa Timur tercatat oleh sejarah
sebagai suatu kejayaan Nusantara, utamanya di zaman Singhasari-Majapahit di mana hampir
seluruh Nusantara bisa ditaklukkan pada masa kejayaan Majapahit. bahas mengenai sejarah
kemunculan, konflik yang mewarnai perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa Timur.
Disajikan pula peristiwa penting yang terjadi, peninggalan hingga sandyakala (keruntuhan) dari
dinasti Hindu di Jawa yang ditandai dengan perang saudara berkepanjangan dan kemunculan
agama baru, dan Islam yang semakin mempercepat kemunduran Majapahit.

Anda mungkin juga menyukai