1. APRESIASI
Pengertian Apresiasi
Pada dasarnya, apresiasi seni adalah suatu proses penghayatan pada seni yang berkembang pada
penghargaan untuk karya seni dan pembuatnya. Proses penglihatan pada karya seni melalui proses
beberapa tahapan penghayatan. Setelah menghayati, proses apresiasi telah mencapai penghargaan
suatu karya seni.
Apresiasi dilihat dari sudut bahasa berasal dari bahasa Inggris dari kata “ apreciation” dengan kata
kerja to appreciate yang berarti menentukan nilai (menilai), menilai mutu/bobot karya, menikmati,
menyadari (keobjektifan) kepekaan rasa, dan menghayati sehingga secara umum diartikan “kesadaran
menentukan mutu melalui penghayatan pada suatu karya seni”.
Kegiatan berapresiasi atau proses penghayatan dilakukan oleh seseorang dengan sadar tanpa prasangka
(objektif). Jika dalam proses apresiasi timbul prasangka, pengamat tidak akan dapat bekerja secara
objektif. Akibat yang terjadi bukan penghayatan yang sebenarnya, melainkan penolakan-penolakan
secara emosional terhadap suatu karya seni. Proses apresiasi dapat dikatakan terjadi suatu proses
“wawancara” antara pengamat dan seniman, melalui suatu karya seni, karena karya seni merupakan
bahasa simbol sesuai dengan bentuk, warna, dan isi berdasarkan ide pencipta karya yang bersangkutan.
Kadang-kadang antara pengamatan seniman dalam menerjemahkan makna suatu karya tidak selalu
lancar dan sering terjadi selisih pendapat/tanggapan.
Permasalahan tersebut menunjukkan seseorang yang berapresiasi seni seharusnya bersikap objektif.
Akan tetapi, kadang juga sulit melepaskan sikap subjektif. Akibatnya, sebuah hasil karya seni akan
mendapat penilaian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Hal tersebut disebabkan kemampuan
apresiator dan tanggapan pada sebuah karya seni.
Gambar 1.1 Kegiatan apresiasi pada sebuah pameran karya seni rupa
Proses apresiasi seni dapat terjadi dua kemungkinan; pertama, apresiasi afektif ini terjadi bila pengamat
cepat mengalami empati dan rasa puas, apresiasi afektif tidak mencangkup hal-hal yang logis;
kedua, apresiasi kreatif, ini apabila pengamat sadar dalam melakukan penghayatan dan penilaian dengan
menggunakan aspek logika.
Menurut Verbek, pengamatan bukanlah menggunakan satu indra saja, melainkan seluruh pribadi, artinya
pengamatan bukanlah penjumlahan dari penginderaan tetap suatu dunia kejiwaan yang teroganisir.
Ketajaman pengamatan seseorang bergantung pada pengetahuan, pengalaman perasaan, keinginan, dan
anggapan seseorang. Pengamatan terhadap sebuah hasil karya seni adalah pengamatan terhadap suatu
objek yang terdiri dari totalitas yang penuh arti.
Dengan demikian, proses apresiasi adalah proses aktif dan kreatif sehingga secara efektif pengamatan
dapat memahami nilai seni, yaitu untuk mendapatkan pengalaman estetik. Apresiasi seni menurut
ketrampilan dan kepekaan estetik yang memungkinkan seseorang mendapatkan pengalaman estetik dan
peghayatan karya seni.
Pendekatan Apresiasi
Dalam keadaan bagaimanapun, seni hadir dan dibutuhkan oleh masyarakat. Seni selalu memainkan
peranan yang sangat penting. Perkembangan masyarakat dan kebudayaan modern diperlukan bimbingan
dan pendidikan seni. Seni dapat membuka pandangan masyarakat tentang dunia yang konkrit, unik dan
menakjubkan. Seni bukanlah sesuatu yang dinikmati dalam waktu senggang, seni tidak hanya
mengasyikkan sebagian orang yang mempunyai perasaan dan intuisi tertentu, tetapi seni mengandung
pesan atau misi untuk menyampaikan nilai dari pengalaman estetika seniman. Seni mendidik kearah
kreativitas artistik yang mempunyai andil dalam membentuk masa depan bangsa.
Pengalaman estetik yang diperoleh dari tanggapan karya, sedikit banyak akan mempengaruhi oral, sikap,
dan sampai pada perilaku pengamat. Siswa yang sedang tumbuh yang mempunyai sifat suka meniru dan
mengikuti mode yang sedang berkembang akan mudah terkena pengaruh dari lingkungan mereka
masing-masing.
Seni dapat membentuk moral generasi muda karena ada hubungan antara estetika dan etika. Apabila di
kalangan masyarakat dikaitkan terjadi kemerosotan/dekadensi moral, terjadi pergeseran-pergeseran nilai
etika, mungkin sekali karena interpretasi yang salah terhadap dunia seni dan film khususnya, walaupun
faktor itu bukan satu-satunya penyebab, melainkan banyak faktor yang memiliki andil besar dalam
konteks kebudayaan secara luas.
gan Gambar 1.3 Batik Jawa Hokokai, Pekalongan
Gambar 1.5 Motif Truntum Mete, Gajahmada Tulungagung
Gambar 1.6 Motif Bunga nirwana, Gambar 1.7 Motif Grompol Ceplok Duku,
Gajahmada Tulangagung Gajahmada Tulangagung
Contoh Penerapan Batik untuk Kebutuhan Sehari-Hari:
Gambar 1.8 Tas Gambar 1.9 Sandal
Gambar 1.10 Jaket Gambar 1.11 Topeng
DEASAIN REKLAME
Pengertian reklame
Kata reklame berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari kata re dan clamo. Re berarti berulang ulang,
sedangkan clamoartinya seruan atau panggilan yang berulang-ulang. Seruan tersebut ditujukan untuk
khalayak ramai.
Tujuan reklame untuk mengajak atau memperkenalkan barang kepada khalayak ramai agar memakai
barang yang ditawarkan.
Bagi masyarakat, reklame itu bermanfaat untuk mengenal produk-produk baru yang diperlukan dalam
kehidupannya. reklame juga membantu mensukseskan perdagangan, industri, dan perekonomian.
Media Reklame
a. Media Suara (Audio)
Pedangan keliling menawarkan mie ayam, roti, es bakso, bakmi, atau sayur-mayur menggunakan alat-
alat bunyi, misalnya dengan memukul-mukul bambu, piring, atau mangkuk. Bahkan ada yang
menggunakan pengeras suara, tape recorder, atauy melalui siaran radio.
b. Media Rupa (Visual)
Gambar rekklame yang menawarkan berbagai macam hasil produksi. Di sekitar kita, di muka toko, di tepi
jalan raya banyak terpasang reklame cetakan dan gambar. Bentuknya bermacam-macam, ada yang
berbentuk spanduk, baliho, pamflet, dan papan rekleme.
c. Media Suara dan Rupa (Audio Visual)
Reklame ini lebih menarik. Kita dapat mendengar suara dan melihat gambarnya. Jadi, kita dapat
mendengar suara dan melihat gambaranya. Jadi, kita dapat menangkap dan memahami maksud tujuan
reklame itu dengan mudah. Contohnya, melihat rekleme di televisi dan slide (promosi melalui pemutaran
film) di gedung bioskop.
Jenis-jenis Reklame
b. Reklame Komersial
Rekleme komersial adalah reklame yang digunakan dalam bidang niaga atau bisnis yang bertujuan
mendatangkan keuntungan.
Gambar 1. 12 Reklame Komersial (Pamflet Produk Buku)
c. Reklame Nonkomersial
Rekleme non komersial adalah rekleme yang semata-mata tidak untuk mendatangkan keuntungan yang
berupa material. Reklame ini berguna untuk mempengaruhi perileku seseorang agar mengikuti seruan
atau himbauan tersebut.
Keindahan merupakan nilai-nilai estetis yang menyertai sebuah karya rupa. Keindahan juga dipahami sebagai
pengalaman estetis. Keindahan juga dipahami segai pengalaman estetis yang diperoleh ketika seseorang mencerap
objek seni atau dapat pula dipahami sebagai sebuah objek yang memiliki unsur keindahan. Dalam dunia
kesenirupaan, nilai-nilai keindahan kerap dikaitkan dengan kualitas karya rupa yang mengandung unsur kesatuan
(unity), keselarasan (harmony), keseimbangan (balance), kontras (contrast) sehingga menimbulkan perasaan
haru, nyaman, nikmat, bahagia, agung, getar, ataupun rasa senang. Kesemuanya itu yang dikenal dengan prinsip-
prinsip estetika.
d. Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat penting. Tidak adanya kesatuan dalam sebuah
karya rupa akan membuat karya tersebut terlihat cerai-berai, kacau-balau yang mengakibatkan karya tersebut
tidak nyaman dipandang.
2. Keselarasan (harmony)
Keserasian dapat dicapai dengan memperbanyak kesamaan dan kemiripan.
3. Keseimbangan (balance)
Ada keseimbangan simetris dan asimetris. Keseimbangan dapat dicapai dengan arah, warna, bentuk, atau ukuran.
4. Kontras (contrast)
Kontras dapat dicapai dengan membuat perbadaan yang mencolok sehingga dapat menjadi pusat perhatian
(menarik). Kontras dapat dicapai dengan memberikan perbedaan warna, bentuk, atau ukuran.
Berkarya Seni
Rupa Murni
BAB 2
Gambar 2.1 Lukisan Karya Gustave Courbert Gambar 2.2 Lukisan Karya Basuki Abdullah
2. Naturalisme
Naturalisme ini dianggap bagian dari realisme yang memilih objek yang indah dan membuai saja,
secara visual persis seperti objek aslinya (fotografis). Dalam perkembangannya cenderung memperindah
objek secara berlebihan.
Tokohnya: Renbrandt, george Cole, John Contable, Luis Alvarez Catala, William Callow, Basuki
abdullah (Indonesia).
3. Romantisme (1818)
Aliran ini mengembalikan seni pada emosi yang bersifat imajiner. Aliran ini umumnya ditandai oleh
tema-tema yang fantastis, penuh khayal, petualangan para pahlawan, melukiskan kisah atau kejadian
dramatis.
Dalam melukiskannya, banyak menampilkan berbagai perilaku dan karakter manusia yang dilebih-
lebihkan. Warna lebih meriah, gerakan lebih lincah, emosi lebih tegas.
Tokohnya: Eugene delacroik (1798-1963), Jean Baptiste Camille Corot (1796-1875), Rousseau
(1812-1876), Raden Saleh (Indonesia). Gaya ini juga berkembang di Jerman, Belanda, dan Perancis.
Gambar 2.4 Lukisan Karya Rouseau Gambar 2.5 Lukisan Karya Raden Saleh
6. Kubisme (1907)
Aliran ini menyederhanakan bentuk-bentuk alam secara geometris (segitiga, segi empat, lingkaran,
oval, silinder, bola, kerucut, kubus, balok) dengan intuisi dan rasionalitas.
Konsep dasarnya adalah menghadirkan tempilan secara serempak dan stimultan berbagai bagian
objek yang dilihat dari depan atau belakang, yang tampak atau tersembunyi. Tujuannya adalah untuk
menunjukkan hubungan di antara bagian-bagian itu.
Tokohnya: Pablo Picasso, Max Beckman, Henry Moore, Fernand Lager, Archipenko, Juan Gris.
Kubisme Analitis
Objek dianalisis, dipecah, dan dipandang dari berbagai sudut kemudian dilukis atau dibentuk
sekaligus.
Kubisme Sintesis
Objek seakan-akan disusun dari bidang/bentuk yang berlainan, saling tumpang tindih sehingga
membentuk tampilan yang unik.
8. Dadaisme (1916)
Istilah ini berasal dari bahasa anak-anak Perancis yang artinya kuda mainan. Aliran ini mendukuang
Surealisme karena muncul dari alam bawah sadar sebagai protes tidak adanya polarissasi nilai
(baik/buruk) sosial dan etika akibat perang dunia.
Hal inilah yang menyebabkan karya Dadaisme memiliki ciri sinis, konyol, menggambarkan beda
atau mesin sebgai manusia, mengikuti kemauan sendiri, dan menolak estetika dalam karyanya. Kolase
adalah salah satu dari sekian teknik yang digunakan.
Tokohnya: Marchel Duchamp, Jean (Hans) Arp, Lazlo Mohoyi Nagy, Basquiat.
Gambar 1.11 Lukisan Karya Marchel Duchamp Gambar 1.12 Lukisan Karya Basquiat
9. Surealisme (1937)
Aliran ini dipengaruhi oleh teori psianalisis Simund Freud yang menyatakan bahwa pikiran manusia
terdiri dari alam sadar (dalam kontrol/ingatan) dan bawah sadar (tidak dalam kontrol
kesadaran/terlupakan).
10. Abstrakisme (1940-an)
Aliran ini yang menggambarkan sebuah bentuk yang tidak berwujud atau non figuratif. Sebenarnya
kesan abstrak sudah nampak pada gaya Kubisme, Futurisme, atau Surealisme, tapi meraka memiliki
perbedaan konsep yang mendasar.
Dalam aliran ini karya yang ada terdiri dari susunan garis, bentuk, dan warna yang terbebas dari
ilusi atas bentuk alam. Secara lebih umum abstrakisme merupakan seni saat bentuk-bentuk di alam tidak
lagi berfungsi sebagai objek atau tema, tetapi sebagai motif saja.
Dalam perkembangannya terbagi menjadi sejumlah golongan.
Abstrak Ekspresionisme/Non-Figuratif
Ekspresi gejolak jiwa yang digambarkan secara spontan dan abstrak.
Tokohnya: Ashile Gorky, Wassily Kandinsky, Roberto Matta.
11. Kontemporer
Seni kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kata
“Kontemporer” berasal dari kata “co” (bersama) dan “tempo” (waktu). Kontemporer juga diartikan
kekiniaan, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau
saat ini. Kontemporer adalah seni yang tidak teriket oleh aturan-atuaran zaman dulu dan berkembang
sesuai zaman sekarang.
Seni kontemporer juga dinyatakan sebagai seni yang melawan tradisi “modernisasi Barat”. Ini
sebagai pengembangan dari wacana pascamodern (postmodern art) dan pascakolonialisme yang
berusaha membangkitkan wacana pemunculan indegenous art (seni pribumi atau khasanah seni lokal
yang menjadi tempat tinggal (negara) para seniman.
Secara awam seni kontemporer bisa diartikan sebagai berikut:
1) Tiadanya sekat antara berbagai disiplin seni, atau meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung,
grafis, kriya, teater, tari, musik, anarki, omong kosong, hingga aksi politik.
2) Punya gairah dan nafsu “moralistik”yang berkaitan dengan matra sosial dan politik sebagai tesis.
3) Seni yang cenderung diminati media massa untuk dijadikan komoditas pewacanaan, sebagai aktualitas
berita yang fashionable.
Karya seni rupa kontemporer dapat berupa karya seni lukis, seni patung, seni grafis, dan seni
instalasi. Karya-karya tersebut diciptakan untuk kepentingan ekspresi pribadi seniman dalam
mengungkapkan daya imajinasi kreatif yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi pada waktu karya
tersebut diciptakan.
Bahan:
Bahan untuk lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di
dalam fotografibisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam,
dengan syarat bisa memberikan kesan tertentu kepada media yang digunakan.
Media
Seni Patung
Untuk eksplorasi wujud tiga dimensional ada beberapa jenis bahan dan alat. Bahan-bahan tersebut
dikategorikan menjadi tiga, yakni : bahan lunak, bahan liat, dan bahan keras.
Bahan Lunak
Kertas, karton, gabus dan styrofoam termasuk bahan lunak. Bahan-bahan ini relatif mudah didapat dan
membentuknya dapat dengan alat yang sederhana seperti pisau, silet dan gunting. Bahkan tanpa
alatpun, kertas dapat dilipat langsung dengan tangan tanpa bantuan alat yang lain. Latihan dengan
bahan lunak ini lebih banyak menggunakan bahan karton. Jenis karton cukup banyak, namun untuk
latihan dengan
teknik potong dan toreh gunakanlah karton yang kaku agar bentuk yang dibuat tidak mudah
melengkung. Untuk teknik melipat, karton tebal dan kaku tidak baik digunakan karena sulit dilipat.
Walaupun dapat digunakan tetapi hasilnya kurang baik. Bagi pemula karton dan styrofoam sangat baik
digunakan untuk latihan memahami seni rupa tiga dimensional. Untuk styrofoam, agar mendapatkan
hasil potongan yang baik, perlu menggunakan alat khusus yang dapat dibeli di toko dan harganya pun
tidak terlalu mahal. Apabila menggunakan pisau kadang-kadang hasil potongan kurang baik
Bahan Liat
Bahan liat ada beberapa jenis, seperti tanah liat, gips, plastisin dan lilin. Dalam latihan ini digunakan
bahan tanah liat yang mudah didapat karena hampir ada di seluruh tempat, hanya pengolahannya perlu
ditingkatkan kualitasnya.Tanah liat ada beberapa jenis, yaitu : Earthenware, stoneware, raku dan
porselin. Tanah liat sangat mudah dibentuk.
Bahan Keras
Yang termasuk bahan keras adalah kayu, batu dan logam. Ketiga jenis bahan ini telah digunakan oleh
perupa dan kriyawan sejak jaman dahulu untuk membuat karya seni rupa dan kriya. Karena bahan ini
sukar dibentuk, maka memerlukan alat-alat khusus seperti alat potong berupa gergaji, gunting, alat
pembentuk berupa pahat dan sebagainya. Di antara ketiga bahan itu yang paling banyak peralatannya
adalah logam, karena di samping jenis alat di atas dibutuhkan pula peralatan lain, seperti alat
penyambung berupa las serta alat pelebur dan pencetak.
e. Kolase
teknik ini menerapkan penggabungan antara teknik lukis dengan teknik menempel elemen-elemen
lain yang kita tentukan dan di komposisikan sedemikian rupa, misalnya menempelkan kertas gambar-
gambar dari media cetak atau bahan lainnya sehingga dapat menghasilkan bentuk hasil karya seni
lukis yang memiliki karakter yang berbeda dengan yang lainnya serta lebih bervariasi.
Memahat, artinya bahan yang digunakan dikurangi sedikit demi sedikit secara bertahap sehingga
nantinya akan diperoleh hasil sesuai dengan yang dinginkan.
Membutsir, adalah memijit, menambah, dan mengurangi sedikit demi sedikit bahan yang akan dibuat
sehingga akhirnya terwujud sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Mencetak, adalah teknik membuat patung dengan menggunakan acuan atau cetakan sebagai
modelnya.
Menyusun dan Merakit (assemblage), adalah teknik membuat patung dengan cara menyusun
barang-barang jadi. Diantarannya dengan teknik las, lem, baut, dan keling.
5. Finishing
Finishing adalah tahap akhir dalam proses berkarya. Finishing dapat dilakukan dengan cara memberikan
bahan pelapis agar karya tetap awet. Untuk karya lukis, biasanya juga diberikan pigura agar tampilannya
lebih menarik.
f. Pameran
Gambar 1.17 Pameran lukisan di Galery Affandi, Yogyakarya
Pameran merupakan suatu kegiatan menggelar karya seni yang bertujuan untuk mengkomunikasikan
karya seni kepada masyarakat. Pameran dapat kelompokkan berdasarkan jenis karyanya, yaitu pameran
homogen atau pameran heterogen.
Pameran homogen, artinya pameran yang hanya menampilkan satu karya seni rupa saja, misalnya
pameran lukisan, pameran patung, pameran keramik dan lain sebagainya.
Pameran heterogen, artinya pameran yang sekaligus menampilkan berbagai jenis karya seni rupa,
misalnya pameran seni kriya, pameran lukisan, pameran patung, pameran keramik dan karya seni rupa
lainnya dilakukan dalam satu ruang pameran dan dilakukan dalam waktu bersamaan.
Pameran juga dapat dilaksanakan oleh seorang (pameran tunggal) atau dilakukan banyak orang secara
bersama-sama (pameran kelompok).
Pameran perorangan atau pameran tunggal. adalah pameran yang diselenggarakan oleh satu orang
seniman saja.
Pameran kelompok, adalah pameran yang diselenggarakan secara berkolompok. Baik kelompok
seniman dalam satu sanggar atau satu almamater, kelompok seniman dalam satu aliran dan kelompok
lainnya.
Pada umumnya, seorang seniman menyelengggaraka pameran setelah berkarya dan telah terkumpul
beberapa berkarya karya yang siap untuk dipamerkan. Bahkan, untuk menyelenggarakan pameran
tunggal seorang seniman kadang memerlukan waktu yang lama karena setiap seniman produktivitasnya
dalam menciptakan sebuah karya berbeda-beda.
Bagi para siswa setelah selesai berkarya dan jika telah terkumpul sejumlah karya, sebaiknya karya-karya
tersebut dipamerkan kepada masyarakat agar masyarakat tahu sejauh mana hasil belajar. Tempat
pameran dapat dilakukan di dalam kelas maupun diluar kelas, seperti di aula sekolah, gedung pertemuan,
galeri, dan lain-lain. Pameran di dalam kelas artinya pameran yang diselenggarakan di dalam ruang kelas
di lingkungan sekolah.
Seperti telah disebutkan di depan bahwa penyelengggaraan pameran dapat dilaksanakan di aula sekolah,
gedung pertemuan, dan lai-lain. Di manapun pameran diselenggarakan memerlukan persiapan-persiapan
agar pameran dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Jika pameran di kelas penyelenggaraannya lebih
ringan, tetapi jika pameran diselenggarakan di luar sekolah memerlukan persiapan yang lebih intensif.
Beberapa tahapan yang harus dilalui dalam penyelenggaraan pameran, antara lain menyiapkan materi
pameran. Misalnya, karya dua dimensi berupa lukisan, karya gambar, dan batik, atau karya tiga dimensi
seperti, seperti patung, seni kriya, dan keramik, atau kedua-duanya dipamerkan secara bersama-sama.
Meskipun penyelenggaraan didalam kelas, tetapi dibutuhkan persiapan-persipan agar pameran berjalan
baik. Persiapan-persiapan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Persiapan Pameran
a. Penyusunan Panitia
Kegiatan awal dalam persiapan pameran adalah pembentukan panitian pameran. Pembentukan
panitia pameran sangat dibutuhkan agar pameran dapat berjalan dengan baik. Adapun susunan panitia
pameran adalah sebagai berikut.
ng : membimbing dan menuntun hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pameran. Selaku
pembimbing adalah guru Mata Pelajaran Seni Budaya.
: tugasnya adalah bertanggungjawab atas penyelenggaraan pameran.
ua : membantu ketua untuk memperlancar penyelenggaraan pameran.
: tugasnya menangani urusan administrasi.
a : menangani hal-hal yang berkaitan dengan keuangan.
a : tugasnya menyeleksi karya yang akan dipamerkan.
manan : bertugas menjaga pameran.
Apabila susunan panitia terbentuk, selanjutnya melakukan persiapan-persiapan, yaitu menentukan
meteri atau karya yang akan dipamerkan, menyiapkan ruang pameran, menyiapkan publikasi dan
dokumentasi.
b. Menyiapkan Materi atau karya yang Akan Dipamerkan
Pertama kali yang dilakukan dalam kegiatan pemeran adalah mengumpulkan materi karya seni
rupa yang akan dipamerkan. Selanjutnya, membuat daftar karya yanga da sehingga memudahkan untuk
membuat katalog pameran. Katalog berisi nama p[embuat karya, judul karya, ukuran, teknik, dan media
yang dipakai untuk membuat karya, serta tahun pembuatan.
c. Menyiapkan Tempat Pemeran
Tempat pemeran dapat di luar sekolah maupun didalam lingkungan sekolah. Dimanapun tempat
penyelenggaraan pameran, ruang pameran harus ditata agar dapat memberikan suasana nyaman dan
komunikasi yang baik antara pengunjung dengan penyelenggara sehingga pemeran dapat berjalan
dengan lancar dan suskse. Materi karya seni yang dipamerkan harus disusun secara menarik dan mudah
dilihat. Penyusunan karya perlu memerhatikan lalu lintas para pengunjung.
Jika karya yang kan dipamerkan berupa karya seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi, maka untuk
mengatur karya-karya tersebut perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1) Karya dua dimensi, seperti gamabr dan lukisa ditata dengan beberapa cara, yaitu rata bawah, rata
tengah, atau ata atas.
2) Karya-karya tiga dimensi, seperti patung, guci, topeng, dan lain-lain perlu ditata dengan memerhatikan
beberapa hal berikut:
a) Mempertimbangkan warna agar susunannya tidak membosankan.
b) Mengelompokkan bahan baku karya.
c) Peyusunan karya tidak perlu terlalu dekat sehingga memungkinkan lebih luasnya sudut pandang bagi
karya-karya tiga dimensi.
Jalur lalu lintas dalam ruang pameran perlu diatur untuk memperlancar arus pengunjung di dalam
ruangan. Alur pengunjung diusahakan satu arah dengan membedakan pintu masuk dan pintu keluar.
Susunan panel-panel (sketsel) yang digunakan untuk memasang karya sekaligus untuk mengatur
ruangan diatur sedemikian rupa sehingga terlihat rapi.
d. Publikasi dan Dokumentasi
Kegiatan pameran, baik di dalam maupun di luar sekolah perlu diumumkan kepada masyarakat.
Oleh karena itu, meskipun pameran diselengarakan di dalam kelas, perlu dipublikasikan lewat
pengumuman yang ditempel di papan pengumuman sekolah.
Dokumentasi terjutuan untuk mencatat jumlah pengunjung pameran, pesan, dan kesan, serta
saran dan pandangannya tentang pameran yang diselenggarakan.
Buku tamu yang disediakan di atas me ja diletakkan di dekat pintu masuk yang dijaga oleh petugas
untuk mengetahui catatan jumlah pengunjung. Sementara itu, pesa n dan kesan pengunjung dapat
ditampung pada buku khusus yang diletakkan di a tas me ja dekat pintu keluar yang juga dijaga oleh
petugas. Dokumentasi berguna untuk mempelajari kelak jika pameran telah berakhir sebagai bahan
evaluasi dan masukan yang berharga untuk penyelenggaraan pameran berikutnya.
2. Pelaksanaan Pameran
Pembukaan pameran perlu dipersiapkan secara matang karena pembukan pameran sebagai awal sukses
atau tidaknya penyelenggaraan pameran. Apabila persiapan sudah selesai, maka pada saat yang telah
ditentukan pameran dibuka secara resmi. Untuk membukanya, dapat menunjuk seorang yang layak utk
membuka pameran itu secara resmi yakni kepala sekolah atau yang mewakili. Acara pembukaan
biasanya berisi pengantar dari pihak penyelenggara atau ketua panitia pameran dan sambutan dari
kepala sekolah. Untuk memeriahkan acara pembukaan pameran biasa diselingi hiburn berupa
pertunjukan seni tari, pembacaan puisi, musik, dan lain-lain.
3. Penutupan
Pelaksanan pameran perlu dibatasi waktunya. Apabila waktu kegiatan pameran telah berakhir, maka
pameran ditutup. Sebelum ditutup dapat diisi kegiatan berupa diskusi dengan mendatangkan para
kritikus, seniman, maupun pengamat atau pemerhati seni rupa untuk diajak diskusi dan dimintai
pendapat tentang dunia kesenirupaan.
Penyelenggaraan diskusi tersebut dimaksudkan agar para siswa dapat menambah wawasan seni seni dan
dapat menggugah semangat bagi para siswa yang memiliki bakat di bidang seni rupa. Disamping itu,
kegiatan tersebut dapat dipakai sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan pameran dan kritik
terhadap karya-karyayang dipamerkan.
Melalui kegiatan penyelenggaraan pameran, para siswa akan memperolah banyak manfaat yang dipetik,
antara lain sebagai berikut:
a) Meningkatkan kemampuan berkarya
Dengan adanya pameran, karya-karya para siswa akan dilihat oleh masyarakat sehingga para siswa
dituntut untuk menghasilkan karyanya yang terbaik. Di sini akan terjadi persaingan yang sehat dan
terarah, dan hal ini menjadi pendorong bagi siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam berkarya.
b) Dapat melakukan penilaian / evaluasi
Pameran merupakan kesempatan bagi guru untuk melihat sejauh mana kemajuan yang dicapai oleh
siswanya. Pameran dapat dikatakan menjadi sarana untuk melakukan penilaian atau evaluasi terhadap
kemajuan dan perkembangan yang terjadi pada diri siswa. Sehingga penilaian atau evaluasi ini dapat
dimasukan dalam perhitungan nilai rapor.
Penilaian juga dilakukan oleh pihak luar sekolah seperti orang tua siswa atau masyarakat umum yang
mengunjungi pameran tersebut. Dari kesan pesan yang mereka sampaikan tentunya dapat memberi
gambaran sampai sejauh mana keberhasilan pendidikan seni rupa di sekolah tersebut.
c) Sebagai sarana apresiasi dan hiburan
Di samping sebagai sarana untuk melakukan penilaian atau evaluasi, kegiatan pameran dapat dijadikan
sebagai sarana apresiasi. Apresiasi di sini dapat diartikan sebagai penikmatan, pengamatan,
penghargaan, atau bisa juga penilaian terhadap karya-karya yang ditampilkan. Penilaian yang dimaksud
bukan menilai dengan angka, melainkan suatu proses pencarian nilai-nilai seni, pemahaman isi dan pesan
dari karya seni, dan melakukan juga perbandingan-perbandingan terhadap karya seni sehingga nantinya
akan didapat sebuah penilaian yang utuh dan komprehensif.
Dalam arti yang luas, kegiatan pameran dapat juga diartikan sebagai sarana untuk mendapatkan hiburan.
Di sini masyarakat dapat merasakan kesenangan atau empati, merasakan suka duka seperti layaknya
menonton film atau menyaksikan pertunjukkan musik dan seni lainnya.
d) Melatih siswa untuk bermasyarakat
Melaksanakan kegiatan pameran bukanlah kerja perorangan, melainkan kerja kelompok yang melibatkan
banyak orang. Jadi, dengan mengadakan pameran seni rupa di sekolah, mendidik para siswa untuk
bermasyarakat. Di sini para siswa dapat bekerja sama satu sama lain, melatih untuk menghargai
pendapat orang lain, dan dapat pula memberi pendapat terhadap tim kerjanya.