Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

1. APRESIASI
Pengertian Apresiasi

Pada dasarnya, apresiasi seni adalah suatu proses penghayatan pada seni yang berkembang pada
penghargaan untuk karya seni dan pembuatnya. Proses penglihatan pada karya seni melalui proses
beberapa tahapan penghayatan. Setelah menghayati, proses apresiasi telah mencapai penghargaan
suatu karya seni.

Apresiasi dilihat dari sudut bahasa berasal dari bahasa Inggris dari kata “ apreciation”  dengan kata
kerja to appreciate  yang berarti menentukan nilai (menilai), menilai mutu/bobot karya, menikmati,
menyadari (keobjektifan) kepekaan rasa, dan menghayati sehingga secara umum diartikan “kesadaran
menentukan mutu melalui penghayatan  pada suatu karya seni”.

Kegiatan berapresiasi atau proses penghayatan dilakukan oleh seseorang dengan sadar tanpa prasangka
(objektif). Jika dalam proses apresiasi timbul prasangka, pengamat tidak akan dapat bekerja secara
objektif. Akibat yang terjadi bukan penghayatan yang sebenarnya, melainkan penolakan-penolakan
secara emosional terhadap suatu karya seni. Proses apresiasi dapat dikatakan terjadi suatu proses
“wawancara” antara pengamat dan seniman, melalui suatu karya seni, karena karya seni merupakan
bahasa simbol sesuai dengan bentuk, warna, dan isi berdasarkan ide pencipta karya yang bersangkutan.

Kadang-kadang antara pengamatan seniman dalam menerjemahkan makna suatu karya tidak selalu
lancar dan sering terjadi selisih pendapat/tanggapan.

Permasalahan tersebut menunjukkan seseorang yang berapresiasi seni seharusnya bersikap objektif.
Akan tetapi, kadang juga sulit melepaskan sikap subjektif. Akibatnya, sebuah hasil karya seni akan
mendapat penilaian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Hal tersebut disebabkan kemampuan
apresiator dan tanggapan pada sebuah karya seni.

        

Gambar 1.1 Kegiatan apresiasi pada sebuah pameran karya seni rupa

Mengenal Proses Apresiasi Seni

Proses apresiasi seni dapat terjadi dua kemungkinan; pertama, apresiasi afektif  ini terjadi bila pengamat
cepat mengalami empati dan rasa puas, apresiasi afektif tidak mencangkup hal-hal yang logis;
kedua, apresiasi kreatif, ini apabila pengamat sadar dalam melakukan penghayatan dan penilaian dengan
menggunakan aspek logika.

Menurut Verbek, pengamatan bukanlah menggunakan satu indra saja, melainkan seluruh pribadi, artinya
pengamatan bukanlah penjumlahan dari penginderaan tetap suatu dunia kejiwaan yang teroganisir.
Ketajaman pengamatan seseorang bergantung pada pengetahuan, pengalaman perasaan, keinginan, dan
anggapan seseorang. Pengamatan terhadap sebuah hasil karya seni adalah pengamatan terhadap suatu
objek yang terdiri dari totalitas yang penuh arti.

Apresiasi kreatif melalui beberapa tahapan khusus, antara lain:


a.       Pengamatan objek karya seni.
b.       Aktivitas fisiologis.
c.       Aktivitas psikologis (terjadinya persepsi sampai evaluasi, kemudian timbul interpretasi, imajinasi, dan
dorongan berbuat kreatif).
d.       Aktivitas penghayatan.
e.       Aktivitas penghargaan.

Dengan demikian, proses apresiasi adalah proses aktif dan kreatif sehingga secara efektif pengamatan
dapat memahami nilai seni, yaitu untuk mendapatkan pengalaman estetik. Apresiasi seni menurut
ketrampilan dan kepekaan estetik yang memungkinkan seseorang mendapatkan pengalaman estetik dan
peghayatan karya seni.

 Pendekatan Apresiasi

Ada beberapa pendekatan apresiasi karya seni, antara lain:


1.      Pendekatan deskriptif yaitu mengamati dan memaparkan karya seni secara apa adanya, seperti objek
gambar, pengggunaan warna, tema karya, judul karya, pembuatnya, dan berbagai hal yang ditampilkan
gaya tersebut.
2.      Pendekatan analitis yaitu mengamati objek seni berdasarkan kaidah-kaidah estetika yang baku,
seperti aspek tematik, teknik pengerjaan, penerapan asas kesenirupaan, dan makna yang terkandung di
dalamnya.
3.      Pendekatan interpretatif yaitu menginterpretesi karya seni berdasar sudut pandang pengamat, baik
kesamaan pengalaman, kesamaan sudut pandang, unsur keindahan, atau pengetahuan pengamat.
4.       Pendekatan penilaian yaitu proses memberi pengukuran, baik secara objektif maupun penilaian
secara subjektif. Penilaian secara objektif didasarkan kepada pertimbangan teknis pengerjaan, sedangkan
penilaian subjektif berdasarkan pada pertimbangan apresiatif pengamat, sehingga diperoleh kesimpulan
karya itu baik atau buruk.
5.       Pendekatan interdisiplin yaitu sutau karya seni dilihat dari berbagai disiplin keilmuan, seperti ilmu
antropologi, psikologi, kebudayaan, filsafat, ekonomi, hingga ilmu kebahasaan.

 Manfaat Apresiasi Seni

Dalam keadaan bagaimanapun, seni hadir dan dibutuhkan oleh masyarakat. Seni selalu memainkan
peranan yang sangat penting. Perkembangan masyarakat dan kebudayaan modern diperlukan bimbingan
dan pendidikan seni. Seni dapat membuka pandangan masyarakat tentang dunia yang konkrit, unik dan
menakjubkan. Seni bukanlah sesuatu yang dinikmati dalam waktu senggang, seni tidak hanya
mengasyikkan sebagian orang yang mempunyai perasaan dan intuisi tertentu, tetapi seni mengandung
pesan atau misi untuk menyampaikan nilai dari pengalaman estetika seniman. Seni mendidik kearah
kreativitas artistik yang mempunyai andil dalam membentuk masa depan bangsa.
Pengalaman estetik yang diperoleh dari tanggapan karya, sedikit banyak akan mempengaruhi oral, sikap,
dan sampai pada perilaku pengamat. Siswa yang sedang tumbuh yang mempunyai sifat suka meniru dan
mengikuti mode yang sedang berkembang akan mudah terkena pengaruh dari lingkungan mereka
masing-masing.

Seni dapat membentuk moral generasi muda karena ada hubungan antara estetika dan etika. Apabila di
kalangan masyarakat dikaitkan terjadi kemerosotan/dekadensi moral, terjadi pergeseran-pergeseran nilai
etika, mungkin sekali karena interpretasi yang salah terhadap dunia seni dan film khususnya, walaupun
faktor itu bukan satu-satunya penyebab, melainkan banyak faktor yang memiliki andil besar dalam
konteks kebudayaan secara luas.

B.    BERKARYA SENI RUPA TERAPAN


Mengenal Proses Kreasi
Secara sederhana, proses kreasi dalam dunia desain dan kesenirupaan pada umumnya  dapat dikatakan
sebagai suatu proses yang kerap disebut ‘dari imajinasi menjadi kenyataan’. Yaitu, proses mencipta
benda melalui pikiran dan melaksanakannya melalui tangan atau arkeologi, sehingga masyarakat dapat
menikmati dan memanfaatkannya.
Proses kreasi dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu:
         Proses kreasi yang muncul karena dorongan dari dalam akibat adanya rangsangan/stimulan dari luar.
         Proses kreasi yang muncul secara spontan dikarenakan adanya ilham atau rangsangan/stimulan dari
dalam.
         Proses kreasi yang muncul seiring dengan proses berpikir seseorang dalam memecahkan suatu masalah.
         Proses kreasi yang muncul secara paripurna sebagai akibat dari pengalaman yang mendalam terhadap
persoalan tertentu.
Setiap individu manusia hakikatnya memiliki daya kreativitas. Oleh karena itu, manusia sering disebut
sebagai makhluk kreatif. Dalam setiap individu, proses kreasi umumnya berkembang dan tumbuh
tergantung karakter, pengalaman, wawasan, dan daya ciptanya. Akibatnya hasil proses kreasi setiap
orang dapat berbeda-beda meskipun persoalannya sama. Hal ini tentu berbeda dengan berpikir
matematis yang hasil akhirnya harus memiliki jawaban tunggal yang pasti.

 Karya Seni Rupa Terapan


DESAIN TEKSTIL
Deasain Tekstil adalah seni menghias pada kain dengan motif hias tertentu, sehingga kain tampak indah
dan dapat difungsikan untuk berbagai kebutuhan.
1. Seni Tekstil Nusantara
a. Tenun
Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya tekstil Indonesia yang telah dikenal sejak ratusan tahun
silam. Pembuatan kain tenun tradisional adalah salah satu kekayaan ragam budaya Indonesia. Setiap
daerah memiliki cara dan gaya tersendiri dalam menenun sehingga menghasilkan motif cara dan gaya
tersendiri dalam menenun sehingga menghasilkan motif dan warna yang variatif. Riau daratan
contohnya, daerah ini mengembangakan tenun asli melayu, dengan motif khas bunga tanjung, tumpak
manggis, wajik berkaki, sikku awan, dan songket serontak yang khas dari Kabupaten Bengkalis, serta
motif muara takus khas Kabupaten Khampar.
Motif tenun tradisional Indonesia memiliki cerita dan sejarah di balik untaian benangnya. Ada yang
dianggap sebagai jimat sehingga tidak boleh dipakai sembarangan. Yaitu seni tenun khas Pontianak,
motif ruwit yang menyerupai perisai memiliki arti dibawa ke langit sebagai jimat atau pelindung perang.
Sementara motif pelangka merupakan tempat penampung air para prajurit yang haus dapat minim dari
pelangka tersebut setelah pulang perang. Oleh karena memiliki nilai sejarah di dalamnya, kain tenun
Pontianak tidak boleh dipakai sembarangan.
b. Batik
Apa itu Batik? 
Sekarang ini kata batik sudah  banyak dikenal di luar negeri.  Baik wanita maupun pria Indonesia dari
berbagian suku gemar memakai bahan pakaian yang dihiasi pola batik ataupun kain batiknya sendiri,
yang dibuat dan digunting menurut selera masing-masing.  Para turis asing ataupun pejabat-pejabat
asing yang tinggal di Indonesia sangat gemar akan batik dan sering membawanya pulang sebagai oleh-
oleh.
Sesudah menyebut semuanya ini, tentu timbul pertanyaan apakah sebenarnya batik ini.  Dalam karangan
pendek ini dijelaskan secara ringkas tentang arti batik, cara membatik, sejarah perkembangan batik,
serta pemakaian hasil batik Indonesia sekarang ini.
Arti kata batik:  para sarjana ahli seni rupa, baik yang berkebangsaan Indonesia maupun yang bangsa
asing, belum mencapai kata sepakat tentang apa sebenarnya arti kata batik itu.   Ada yang mengatakan
bahwa sebutan batik berasal dari kata "tik" yang terdapat di dalam kata titik.  Titik berarti juga tetes. 
Memang di dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan lilin di atas kain putih.  Ada juga yang
mencari asal kata batik di dalam sumber-sumber tertulis kuno.  Menurut pendapat ini, kata batik
dihubungkan dengan kata tulis atau lukis.  Dengan demikian, asal mula batik dihubungkan pula dengan
seni lukis dan gambar pada umumnya.  Bagainmana cara membuat batik itu?
Cara membatik:   alat untuk membatik ialah canting.  Terbuat dari bambu, berkepala tembaga serta
bercerat atau bermulut, canting ini berfungsi seperti sebuah pulpen.  Canting ini dipakai untuk
menyendok lilin cair yang panas, yang dipakai sebagain bahan penutup atau pelindung terhadap zat
warna.  Sebelum pembatik melelehkan lilin di kain putih, banyak langkah yang harus dilalui dulu oleh kain
itu.  Perkerjaan persiapan berupapencelupan dalam minyak tumbuh-tumbuhan serta larutan soda,
gunanya untuk memudahkan lilin melekat dan zat warna meresap.
Setiap kali kain hendak diberi warna lain, bagian-bagian yang tidak boleh kena zat warna ditutup dengan
lilin, sehingga makin banyak warna yang dipakai untuk menghias kain batik, makin lama juga pekerjaan
menutup itu.  Pada taraf yang penghabisan lilin dibuang dengan merebus kain dalam air mendidih. 
Sesudah itu kain batik keluar dengan warna-warnanya yang indah serta pola-polanya yang terpilih.
Sejarah Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran
ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada
masa-masa kerjaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. 
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang
kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik
rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Batik
yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-20 dan batik cap dikenal baru setelah
perang dunia I habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam, banyak
daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat
perjuangan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan
keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan
hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja
yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan di
tempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum
wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya
pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat
sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu,
serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.
Jaman Majapahit
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan
Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa
dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan
batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah
ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang
sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat
bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau
tunduk kepada kerajaan Majapahit.
Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam
pertempuran yang konon dikabarkan di sekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah
maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal di wilayah
Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat
batik asli.
Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Di luar
daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-19 ada beberapa orang kerajinan
batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan
obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia I yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di
Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di
Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya di pasar Porong Sidoarjo. Pasar
Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi
batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo
ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan
pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan
pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah
menjadi daerah pendudukan.
Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran
Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Tempat pembatikan
yang dikenal sejak lebih dari seabad lalu adalah di desa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai
riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.
Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar pesat
di daerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak
bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo
dan Yogyakarta.
Ketika berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan pangeran
Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke arah timur dan
sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa
Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kyai yang statusnya
turun-temurun. Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik
zaman perang Diponegoro itu.
Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit
mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Salah satu sentra batik sejak dahulu ada di daerah desa
Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Solo yang datang di Tulungagung pada
akhir abad ke-19. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Solo yang
menetap di daerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di
Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga
dan babarannya batik tulis.
Jaman Penyebaran Islam
Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan
penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat seni batik didaerah Ponorogo erat hubungannya dengan
perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada
seorang keturunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro
Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah
mesjid didaerah Patihan Wetan.
Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah pesantren yang diasuh Kyai
Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain
mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan.
Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri
ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo.
Waktu itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton Solo menjadi istri
Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. Di samping itu
banyak pula keluarga kraton Solo belajar di pesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni batik
keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar,
dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-bidang kepamongan dan
agama.
Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan
sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono,
Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat
yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain: pohon
tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kain putihnya juga memakai buatan sendiri dari tenunan
gendong. Kain putih impor baru dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19.
Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang
Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam
pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan
Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya
batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua
terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian
terkenal seluruh Indonesia.
Batik Solo dan Yogyakarta
Dari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitar abad 17,18 dan 19, batik kemudian berkembang
luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para keluarga raja di
dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan selanjutnya, oleh masyarakat batik dikembangkan
menjadi komoditi perdagamgan.
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik
tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan
dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal
dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”.
Sedangkan Asal-usul pembatikan di daerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan
rajanya Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah di desa Plered. Pembatikan pada masa
itu terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Dari
sini pembatikan meluas pada trap pertama pada keluarga kraton lainnya yaitu istri dari abdi dalem dan
tentara-tentara. Pada upacara resmi kerajaan keluarga kraton baik pria maupun wanita memakai pakaian
dengan kombinasi batik dan lurik. Oleh karena kerajaan ini mendapat kunjungan dari rakyat dan rakyat
tertarik pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga kraton dan ditiru oleh rakyat dan akhirnya
meluaslah pembatikan keluar dari tembok kraton.
Akibat dari peperangan zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja maupun antara penjajahan Belanda,
maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah baru antara lain ke
Banyumas, Pekalongan, dan ke daerah timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainya. Meluasnya daerah
pembatikan ini sampai ke daerah-daerah itu menurut perkembangan sejarah perjuangan bangsa
Indonesia dimulai abad ke-18. Keluarga-keluarga kraton yang mengungsi inilah yang mengembangkan
pembatikan ke seluruh pelosok pulau Jawa yang ada sekarang dan berkembang menurut alam dan
daerah baru itu.
Perang Pangeran Diponegoro melawan Belanda, mendesak sang pangeran dan keluarganya serta para
pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah timur dan barat.
Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan
batik.
Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta
Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik
berkembang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon.
Contoh Macam-Macam Motif Batik Tradisional Nusantara:

                
gan                       Gambar 1.3 Batik Jawa Hokokai, Pekalongan

                                     
                               Gambar 1.5 Motif Truntum Mete, Gajahmada Tulungagung

                                 
Gambar 1.6 Motif Bunga nirwana,                                  Gambar 1.7 Motif Grompol Ceplok Duku,
Gajahmada Tulangagung                                                                 Gajahmada Tulangagung
Contoh Penerapan Batik untuk Kebutuhan Sehari-Hari:

                                
Gambar 1.8 Tas                                   Gambar 1.9 Sandal

                           
Gambar 1.10 Jaket                            Gambar 1.11 Topeng

2. Ragam Hias Nusantara


Bangsa Indonesia dengan kebhinekanya memiliki wawasan budaya yang kaya, diantaranya
adalah ragam hias nusantara dengan berareka variasi motif. Ragam hias dapat tersebut
diterapkan dalam pembuatan seni kriya, seperti batik, relief/ukir, keramik, grafis, dan
sulam (kriya modern).
Ragam Hias dalam seni rupa setara artinya dengan ornamen. dalam berbagai pembahasan
seni rupa, lebih populer istilah ornamen daripada istilah ragam hias. Ornamen berasal dari
bahasa Yunani "ornare" yang artinya hiasan atau menghias. Menghias berarti mengisi
kekosongan suatu permukaan bahan dengan hiasan, sehingga permukaan yang semula
kosong menjadi tidak kosong lagi karena terisi oleh hiasan.
Keutuhan dan kesatuan ragam hias mengalami perkembangan di setiap wilayah nusantara
karena perbedaan nilai kreativitas manusianya. Ragam hias memiliki pola utama/inti yang
menjadi cirinya seperti geometris, tangga, tumpal, kawung, swastika, meander, manusia,
fauna, flora, benda dan religius.

DEASAIN REKLAME
Pengertian reklame
Kata reklame berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari kata re dan clamo. Re berarti berulang ulang,
sedangkan clamoartinya seruan atau panggilan yang berulang-ulang. Seruan tersebut ditujukan untuk
khalayak ramai.
Tujuan reklame untuk mengajak atau memperkenalkan barang kepada khalayak ramai agar memakai
barang yang ditawarkan.
Bagi masyarakat, reklame itu bermanfaat untuk mengenal produk-produk baru yang diperlukan dalam
kehidupannya. reklame juga membantu mensukseskan perdagangan, industri, dan perekonomian.
Media Reklame
a.      Media Suara (Audio)
Pedangan keliling menawarkan mie ayam, roti, es bakso, bakmi, atau sayur-mayur menggunakan alat-
alat bunyi, misalnya dengan memukul-mukul bambu, piring, atau mangkuk. Bahkan ada yang
menggunakan pengeras suara, tape recorder, atauy melalui siaran radio.
b.      Media Rupa (Visual)
Gambar rekklame yang menawarkan berbagai macam hasil produksi. Di sekitar kita, di muka toko, di tepi
jalan raya banyak terpasang reklame cetakan dan gambar. Bentuknya bermacam-macam, ada yang
berbentuk spanduk, baliho, pamflet, dan papan rekleme.
c.       Media Suara dan Rupa (Audio Visual)
Reklame ini lebih menarik. Kita dapat mendengar suara dan melihat gambarnya. Jadi, kita dapat
mendengar suara dan melihat gambaranya. Jadi, kita dapat menangkap dan memahami maksud tujuan
reklame itu dengan mudah. Contohnya, melihat rekleme di televisi dan   slide (promosi melalui pemutaran
film) di gedung bioskop.
Jenis-jenis Reklame
b.      Reklame Komersial
Rekleme komersial adalah reklame yang digunakan dalam bidang niaga atau bisnis yang bertujuan
mendatangkan keuntungan.
 Gambar 1. 12 Reklame Komersial (Pamflet Produk Buku)
c.       Reklame Nonkomersial
Rekleme non komersial adalah rekleme yang semata-mata tidak untuk mendatangkan keuntungan yang
berupa material. Reklame ini berguna untuk mempengaruhi perileku seseorang agar mengikuti seruan
atau himbauan tersebut.

    Gambar 1. 13 Reklame Nonkomersial

Macam-Macam Produk Reklame


1.      Logo
Logo bisa menjadi bagian dari bentuk rekleme yang lain, baik sebagai insial atau lambang dari badan
usaha, organisasi atau instalasi.
2.      Stiker
Berbentuk gambar atau tulisan pada kertas atau plastik yang ukurannya reletif kecil, bagian bawahnya
berperekat. Stiker dapat berisi slogan, kalimat bijak atau promosi produk.
3.      Advertensi
Terdapat pada surat kabar atau majalah. Isinya berupa pengumuman atau promosi produk barang dan
jasa dalam bentuk gambar dan kalimat.
4.      Pamflet
Jenis Reklame yang bentuk cetakannya reletif sederhana. Berisi penawaran usaha atau ajakan.
Penyebarannya dilakukan melalui kendaraan atau ditempel di pinggir jalan.
5.      Poster
Bentuk cetakannya relatif lebih baik dan lebih besar daripada pamflet. Isinya bisa bersifat komersial atau
himbauan dengan gambar dan kalimat bijak.
6.      Spanduk
Bahannya dari kain memenjang, dicetek dengan teknik sablon. Berisi pesan, himbauan atau informasi
dari yayasan atau organisasi politik. Dibentangkan pada pagar atau antar tiang di sekitar jalan raya.
7.      Brosur
Dicetak di atas kertas yang biasanya dilipat. Berisi tentang keadaan suatu usaha atau lembaga
pendidikan agar masyarakat yang berkepentingan dapat mengetahui kegiatan dan faktor pendukungan
yang ada.
8.      Katalog
Seperti brosur, tetepi isisnya daftar nama, gambar, harga, serta keterangan lainnya tentang barang dan
jasa yang ditawarkan. Penebarannya banyak dilakukan di gerbang  pertokoan, melalui sales, atau tempat
usaha yang berangkutan.
9.      Baleho
Berukuran besar terbuat dari triplek, seng, kain tebel, atau plastik khusus pada tiang besi yang diletakkan
pada perempatan jalan strategis atau di depan gedung pertunjukan. Fungsinya mempromosikan produk
yang reletif besar atau banyak seperti perumahan, mobil, rokok, film, dan lain-lain.
10.  Etalase
Berupa ruangan kecil berdinding kaca di depan toko atau tempat barang dijual. Berisi display barang-
barang yang dijual di toko tersebut.
11.  Cut out display
Berbentuk tiga dimensi, berupa balon atau model barang yang dipromosikan dalam ukuran besar yang
diletakkan di tempat strategis di sekitar toko.
12.  Neon lamp and neon box
Neon lamp terbuat dari susunan lampu pada bidang vertikal, sehingga berbentuk gambar berwarna atau
kalimat dari produk yang dipromosikan. Ritme gelap terang lampu yang sering digunakan pada neon
lamp ini menggunakan elektronik otematis. Tidak termasuk rekleme elektronik karena tidak ditayangkan
melalui pemancar, seperti di televisi atau radio.
Syarat-syarat Pembuatan Reklame
a.      Estetis
Artinya, reklame harus memiliki bentuk huruf indah, mudah dibaca oleh orang lain yang melihatnya.
Komposisi rekleme dengan bentuk yang menarik dan artistik.
b.      Etis
Artinya, reklame harus mengandung kalimat singkat, jelas, dan sopan, sehingga mudah dibaca.
Usahakan huruf jangan tertutup gambar, tetapi gambar boleh sebagian kecil tertutup huruf.
c.       Persuasif
Artinya, rekleme harus menarik perhatian orang ian atau khalayak ramai. Agar dapat memenuhi syarat
tersebut, reklame dibuat dengan bagian-bagian yang lengkap.
 

Mengingat Prinsip-Prinsip Estetika/Keindahan

Keindahan merupakan nilai-nilai estetis yang menyertai sebuah karya rupa. Keindahan juga dipahami sebagai
pengalaman estetis. Keindahan juga dipahami segai pengalaman estetis yang diperoleh ketika seseorang mencerap
objek seni atau dapat pula dipahami sebagai sebuah objek yang memiliki unsur keindahan. Dalam dunia
kesenirupaan, nilai-nilai keindahan kerap dikaitkan dengan kualitas karya rupa yang mengandung unsur kesatuan
(unity), keselarasan (harmony), keseimbangan (balance), kontras (contrast) sehingga menimbulkan perasaan
haru, nyaman, nikmat, bahagia, agung, getar, ataupun rasa senang. Kesemuanya itu yang dikenal dengan prinsip-
prinsip estetika.

d.      Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat penting. Tidak adanya kesatuan dalam sebuah
karya rupa akan membuat karya tersebut terlihat cerai-berai, kacau-balau yang mengakibatkan karya tersebut
tidak nyaman dipandang.
2.      Keselarasan (harmony)
Keserasian dapat dicapai dengan memperbanyak kesamaan dan kemiripan.
3.      Keseimbangan (balance)
Ada keseimbangan simetris dan asimetris. Keseimbangan dapat dicapai dengan arah, warna, bentuk, atau ukuran.
4.      Kontras (contrast)
Kontras dapat dicapai dengan membuat perbadaan yang mencolok sehingga dapat menjadi pusat perhatian
(menarik). Kontras dapat dicapai dengan memberikan perbedaan warna, bentuk, atau ukuran.
Berkarya Seni
Rupa Murni
BAB 2

PENGETAHUAN SENI RUPA MURNI


Seni rupa murni lebih mengkhususkan diri pada proses penciptaan karya seninya dilandasi oleh tujuan
untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan batin senimannya. Seni rupa murni diciptakan
berdasarkan kreativitas dan ekspresi yang sangat pribadi (lukis, patung, grafis, keramik ). Namun
dalam hal tertentu, karya seni rupa murni itu dapat pula diperjualbelikan atau memiliki fungsi sebagai
benda pajangan dalam sebuah ruang.
a. Seni lukis salah satu jenis seni murni berwujud dua dimensi pada umumnya dibuat di atas kain
kanvas berpigura dengan bahan cat minyak, cat akrilik, atau bahan lainnya.
b. Seni patung salah satu jenis seni murni berwujud tiga dimensi. Patung dapat dibuat dari bahan
batu alam, atau bahan-bahan industri seperti logam, serat gelas, dan lain-lain.
c. Seni Grafis merupakan seni murni dua dimensi dikerjakan dengan teknik cetak baik yang bersifat
konvensional maupun melalui penggunaan teknologi canggih. Teknik cetak konvensional antara lain :
1) Cetak Tinggi ( Relief Print) : wood cut print, wood engraving print, lino cut print, kolase print ;  2)
Cetak Dalam ( Intaglio ) : dry point, etsa, mizotint,sugartint  ; (3) sablon ( silk screen  ). Teknik Cetak
dengan teknologi modern, misalnya offset dan digital print.
d. Seni keramik termasuk seni murni tiga dimensi sebagai karya bebas yang tidak terikat pada bentuk
fungsional.

A.   Aliran-Aliran Seni Rupa Modern


Aliran atau gaya dalam seni rupa dibedakan berdasarkan prinsip pembuatannya. Kemunculan suatu gaya
atau kreativitas dalam rangka mendapatkan keunikan bisa relatif bersamaan atau meneruskan gaya
sebelumnya secara selaras atau bertentangan. Seorang seniman seni rupa dalam proses
perkembangannya bisa saja berkreasi lebih dari satu gaya.
Agar tidak terlalu jauh, apresiasi tentang aliran seni rupa ini dimulai dari periode setelah Klasikisme di
mancanegara yang lebih dikenak dengan Modern Art, disertai dengan penganutnya di Nusantara.
1.           Realisme (1800-an)
Aliran ini memandang dunia sebagai sesuatu yang nyata. Lukisan adalah sejarah bagi zamannya.
Pelukis/pembuat karya seni bekerja berdasarkan kemampuan teknis dan realiatas yang diserap oleh
indera penglihatannya. Fantasi atau imajinasi harus dihindari.
Namun, pada perkembangannya terjadi dua kecenderungan. Ada yang memilih objek yang
bagus/enak dilihat, ada pula yang memilih obejek yang jelek/tidak enak dilihat (kumuh,mengerikan). Dari
liran ini berkembang aliran;
         Realisme Cahaya            : Impresionisme
         Realisme Baru/Sosial      : Menggunakan objek dampak industri dan perkotaan
Fotografis        : Dikaitkan dengan kebenaran dan kekuatan untuk menyamai hasil fotografi yang sangat detail dalam
menangkap objek.
Tokohnya: Annibale Carracci, Gustave Courbert, Theodore Chasseriau, Thomas Couture, basuki
abdullah.
  

Gambar 2.1 Lukisan Karya Gustave Courbert                     Gambar 2.2 Lukisan Karya Basuki Abdullah

2.           Naturalisme
 

Naturalisme ini dianggap bagian dari realisme yang memilih objek yang indah dan membuai saja,
secara visual persis seperti objek aslinya (fotografis). Dalam perkembangannya cenderung memperindah
objek secara berlebihan.
Tokohnya: Renbrandt, george Cole, John Contable, Luis Alvarez Catala, William Callow, Basuki
abdullah (Indonesia).

Gambar 2.3 Lukisan Karya Basuki Abdullah

3.           Romantisme (1818)
Aliran ini mengembalikan seni pada emosi yang bersifat imajiner. Aliran ini umumnya ditandai oleh
tema-tema yang fantastis, penuh khayal, petualangan para pahlawan, melukiskan kisah atau kejadian
dramatis.
Dalam melukiskannya, banyak menampilkan berbagai perilaku dan karakter manusia yang dilebih-
lebihkan. Warna lebih meriah, gerakan lebih lincah, emosi lebih tegas.
Tokohnya: Eugene delacroik (1798-1963), Jean Baptiste Camille Corot (1796-1875), Rousseau
(1812-1876), Raden Saleh (Indonesia). Gaya ini juga berkembang di Jerman, Belanda, dan Perancis.

  
Gambar 2.4 Lukisan Karya Rouseau                   Gambar 2.5 Lukisan Karya Raden Saleh

4.           Impresionisme/Realisme Cahaya/Light Painting (1874)


Aliran ini dalam dunia seni rupa berawal dari ungkapan yang
mengejek pada karya Claude Monet (1840-1926) pada saat pameran di
Paris tahun 1874. Karya ini menggambarkan bunga teratai di pagi hari
yang ditampilkan dalam bentuk yang samar dan warna kabur dan oleh
sebagian kritikus seni disebut sebagai “impresionistik “, suatu lukisan yang
menampilkan bentuk yang sederhana dan terlampau biasa.
Aliran ini menggunakan konsep melukis berdasarkan usaha
merekam efek atau kesan cahaya yang jatuh/memantul pada suatu
objek/benda, sehingga menghindari garis atau kejelasan kontur. Cahaya
yang dimaksud terutama berasal dari matahari yang terus
bergerak/berubah dan dipengaruhi oleh cuaca. Hal ini bisa membuat
lukisan hanya selintas/tidak detail.
Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah kuatnya
goresan kuas, warna-warna cerah (bahkan banyak sekali pelukis
impresionis yang mengharamkan warna hitam karena dianggap bukan
bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas
pencahayaan, subjek-subjek lukisan.
Ciri khas:
         Goresan kuas pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa, untuk
memberikan kemudahan pelukis menangkap esensi subjek daripada
detailnya.
         Warna didapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat
yang digunakan. Diharapkan warna tercampur secara optis oleh retina.
         Bayangan dibuat dengan mencampurkan warna
komplementer (Hitam tidak digunakan sebagai bayangan).
         Cat tidak ditunggu kering untuk ditimpa dengan warna berikutnya.
         Pengolahan sifat transparansi cat dihindari.
         Meneliti sedetail mungkin sifat pantulan cahaya dari suatu objek
untuk kemudian diterapkan di dalam lukisan.
         Dikerjakan di luar ruangan (en plein air)
Tokohnya: Claude Monet, Aguste Renoir, Camille Pissarro, Paul
Cezane.
Selanjutnya aliran ini berkembang menjadi Post Impresionisme. Ini
bukan aliran, melainkan kelompok untuk menamai karya-karya pelukis
yang mengembangkan perenungan problem cahaya dengan lebih
mendalam, sehingga mencari jalan sendiri-sendiri.
Mereka menggabungkan keindahan alam dengan keindahan seni.
Untuk itu harus mengubah dulu unsur-unsurnya menjadi sesuatu yang
lebih menggena. Misalnya Henri Rousseau mengpayakan efek cahaya
dengan stilasi. Paul Signac atau George Seurat dengan kesabarannya
membuat titik-titik warna yang bervariasi dan berdekatan sehingga
menimbulkan efek kesan warna yang baru (pointilisme). Vincent van Gogh
mengembangkan teknik ini secara ekspresif dengan menggunakan teknik
variasi gradasi garis-garis pendek berwarna.
5.           Ekspresionisme (1900-an)
Aliran ini berusaha mengekspresikan aktualitas bukan hanya
berdasarkan indera penglihatan, tetapi juga dengan pengalaman batin.
Luapan perasaan berupa kesedihan atau tekanan batin lainnya yang
mengalir deras menyebabkan kebebasan teknik dalam melukiskannya,
sehingga cenderung terjadi distorsi dan sensasi.
Kesempurnaan objek yang biasa
dilakukan berdasarkan pengamatan
secara visual tidak lagi menjadi
pertimbangan estetika.
Tokohnya: Edward Munch, Ernst Barlanch, Affandi (Indonesia).

6.           Kubisme (1907)
Aliran ini menyederhanakan bentuk-bentuk alam secara geometris (segitiga, segi empat, lingkaran,
oval, silinder, bola, kerucut, kubus, balok) dengan intuisi dan rasionalitas.
Konsep dasarnya adalah menghadirkan tempilan secara serempak dan stimultan berbagai bagian
objek yang dilihat dari depan atau belakang, yang tampak atau tersembunyi. Tujuannya adalah untuk
menunjukkan hubungan di antara bagian-bagian itu.
Tokohnya: Pablo Picasso, Max Beckman, Henry Moore, Fernand Lager, Archipenko, Juan Gris.

Kubisme Analitis
Objek dianalisis, dipecah, dan dipandang dari berbagai sudut kemudian dilukis atau dibentuk
sekaligus.

 Gambar 2 .8 Kubisme Analitis-Karya Pablo Picasso

Kubisme Sintesis
Objek seakan-akan disusun dari bidang/bentuk yang berlainan, saling tumpang tindih sehingga
membentuk tampilan yang unik.

 Gambar 2.9 Kubisme Sintersis-Karya Pablo Picasso


7.           Futurisme (1909)
Seniman futuris berpendapat bahwa derajat kehidupan dapat dicapai melalui aktivitas. Tema yang
mendukung kesibukan dan kesimpangsiuran diangkat ke dalam karyanya dalam bentuk keindahan gerak
yang dinamis.
Tokohnya: Umberto Boccioni, Carlo Carra, Giacomo Balla, Marchel Duchamp.

       

Gambar 1.10 Lukisan Karya Marchel Duchamp

8.           Dadaisme (1916)
Istilah ini berasal dari bahasa anak-anak Perancis yang artinya kuda mainan. Aliran ini mendukuang
Surealisme karena muncul dari alam bawah sadar sebagai protes tidak adanya polarissasi nilai
(baik/buruk) sosial dan etika akibat perang dunia.
Hal inilah yang menyebabkan karya Dadaisme memiliki ciri sinis, konyol, menggambarkan beda
atau mesin sebgai manusia, mengikuti kemauan sendiri, dan menolak estetika dalam karyanya. Kolase
adalah salah satu dari sekian teknik yang digunakan.
Tokohnya: Marchel Duchamp, Jean (Hans) Arp, Lazlo Mohoyi Nagy, Basquiat.

                                                

Gambar 1.11 Lukisan Karya Marchel Duchamp                   Gambar 1.12 Lukisan Karya Basquiat

9.           Surealisme (1937)
Aliran ini dipengaruhi oleh teori psianalisis Simund Freud yang menyatakan bahwa pikiran manusia
terdiri dari alam sadar (dalam kontrol/ingatan) dan bawah sadar (tidak dalam kontrol
kesadaran/terlupakan).
 

Gambar 1.13 Lukisan Karya Salvador Dali

10.      Abstrakisme (1940-an)
Aliran ini yang menggambarkan sebuah bentuk yang tidak berwujud atau non figuratif. Sebenarnya
kesan abstrak sudah nampak pada gaya Kubisme, Futurisme, atau Surealisme, tapi meraka memiliki
perbedaan konsep yang mendasar.
Dalam aliran ini karya yang ada terdiri dari susunan garis, bentuk, dan warna yang terbebas dari
ilusi atas bentuk alam. Secara lebih umum abstrakisme merupakan seni saat bentuk-bentuk di alam tidak
lagi berfungsi sebagai objek atau tema, tetapi sebagai motif saja.
Dalam perkembangannya terbagi menjadi sejumlah golongan.

Abstrak Ekspresionisme/Non-Figuratif
Ekspresi gejolak jiwa yang digambarkan secara spontan dan abstrak.
Tokohnya: Ashile Gorky, Wassily Kandinsky, Roberto Matta.
  

Gambar 1.14 Abstak Ekspresionisme – Karya Wasily Kandinsky


Abstraki Geometris/Abstrakisme/Non-Objektif
Konsepnya adalah mengabstraksikan objek geometris menjadi bentuk non objektif.
Tokohnya: Wassily kandisnsky, Piet Mondrian, Vladimir Talin, Antonie Pevnie Pevner, naum Garbo,
Alexander Calder, Max Bill, Victor vasarely, Richard Anuszkiewicz.
  

Gambar 1.14 Abstak Geometris – Karya Wasily Kandinsky


         

Gambar 1.14 Suprematisme – Karya Piet Mondrian

11.      Kontemporer
Seni kontemporer adalah salah satu  cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kata
“Kontemporer” berasal dari kata “co” (bersama) dan “tempo” (waktu). Kontemporer juga diartikan
kekiniaan, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau
saat ini. Kontemporer adalah seni yang tidak teriket oleh aturan-atuaran zaman dulu dan berkembang
sesuai zaman sekarang.
Seni kontemporer juga dinyatakan sebagai seni yang melawan tradisi “modernisasi Barat”. Ini
sebagai pengembangan dari wacana pascamodern (postmodern art) dan pascakolonialisme yang
berusaha membangkitkan wacana pemunculan indegenous art (seni pribumi atau khasanah seni lokal
yang menjadi tempat tinggal (negara) para seniman.
Secara awam seni kontemporer bisa diartikan sebagai berikut:
1)         Tiadanya sekat antara berbagai disiplin seni, atau meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung,
grafis, kriya, teater, tari, musik, anarki, omong kosong, hingga aksi politik.
2)         Punya gairah dan nafsu “moralistik”yang berkaitan dengan matra sosial dan politik sebagai tesis.
3)         Seni yang cenderung diminati media massa untuk dijadikan komoditas pewacanaan, sebagai aktualitas
berita yang fashionable.

Karya seni rupa kontemporer dapat berupa karya seni lukis, seni patung, seni grafis, dan seni
instalasi. Karya-karya tersebut diciptakan untuk kepentingan ekspresi pribadi seniman dalam
mengungkapkan daya imajinasi kreatif yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi pada waktu karya
tersebut diciptakan.

a.       Gagasan Penciptaan Karya Seni Rupa Kontemporer


Pemunculan karya seni kontemporer lebih dipengaruhi oleh waktu sehingga situasi dan kondisi
yang terjadi ketika karya tersebut dibuat akan terasa mewarnai karya kontemporer. Ide atau gagasan
tersebut muncul untuk menanggapi sesuatu yang terjadi. Tanggapan berupa kritik, saran, berontak,
ataupun sekedar merekam hal-hal yang sedang terjadi dilingkungan tersebut dituangkan ke dalam
sebuah karya seni melalui lukisan, patung, seni grafis, dan seni instalasi.
Seni Instalasi secara teknis merupakan pengembangan dari proses pembuatan seni patung yaitu
teknik asembling (assemblage). Objek karya seni (biasanya tiga dimensi) dikreasikan dengan cara
mengkontruksi, merakit, atau mengkombinasikan berbagai media secara bersamaan. Teknik ini
merupakan pengembangan dari periode Dadais yang membebaskan segala media dan cara untuk
berkreasi.
Terkait dengan seni instalasi yang diciptakan oleh seniman dalam mengungkapkan rasa kegalauan
dan kekhawatiran atau kecemasannya melalui berbagai macam media kadang-kadang sulit dipahami oleh
masyarakat awam.

b.       Teknik Berkarya Seni Rupa Konteporer


Teknik penciptaan karya seni rupa kontemporer dibuat oleh para seniman melalui berbagai macam
cara. Ada yang dibuat dengan cara konvensional, yaitu yang sudah biasa atau lazim dilakukan oleh
seniman dalam berkarya. Misalnya, malalui lukisan, patung, dan grafis. Ada juga karya seni kontemporer
yang dibuat dengan cara nonkonvensional, yaitu menata, menyusun, mengikat, merangkai, dan
menyambung material yang digunakan dalam berkarya. Contohnya adalah beberapa karya seni instalasi
yang dibuat oleh pra seniman yang memanfaatkan ranting, jerami, dan sampah yang ada di lingkungan
sekitarnya.

c.       Bahan Karya Seni Rupa Kontemporer


Para seniman kontemporer memanfaatkan brbagai media untuk berkarya seni. Sebagai media
ekspresi, mereka memilih media yang sifatnya konvensional, seperti kanvas, kertas, cat, kayu, dan lain-
lain. Akan tetapi, ada pula yang memanfaatka jerami, sampah, ranting pohon, dan material lainnya
sebagai bahan berkarya seni atau istilah lain adalah dengan cara nonkonvensional. Hal itu dapat dilihat
pada karya seni instalasi yang memanfaatkan material yang ada dilingkungan alam sekitar.

Gambar 1.15 Seni Lukis Kontemporer Karya S. Teddy D.

  

Gambar 1.16 Seni Patung, di Pameran “Shanghair Art Fair”


        

Gambar 1.17 Seni Instalasi, di Pameran “Shanghair Art Fair”

B.   Mengenal Karya Seni Rupa Murni


Seni murni merupakan suatu karya seni rupa yang dibuat sebagai hasil ekspresi untuk dinikmati
keindahannya. Contohnya: lukisan dan patung. Kita akan membahas sejumlah seni murni.
Seni Lukis
Seni lukis merupakan salah satu karya seni rupa murni berwujud 2 dimensi. Seni lukis sudah dikenal
sejak jaman purba. Bukti yang ditemukan di dinding gua-gua atau peningggalan artefak menunjukkan
bahwa lukisan dibuat dengan alat atau benda tajam. Dari lukisan atau gambar tersebut, kita bisa melihat
bahwa mereka berusaha mengekspresikan aspek-aspek kehidupan pada masa itu.
Seiring dengan perkembangan jaman, secara konstan manusia merekam ide/gagasannya di atas kertas.
Kinik, seni lukis menjadi sarana ekspresi atau ide yang dicurahkan oleh pelukis secara visual dua dimensi
dengan media zat warna dan kanvas.
Seni Patung
Seni patung juga sudah dikenal sejak laman dahulu, yang merupakan ekspresi aiatu ide yang dicurahkan
dengan media yang berwujud 3 dimensi.

C.   Berkarya Seni Rupa Murni


a.      Menemukan Ide/Gagasan
Ide/gagasan bisa dikatakan sebagai konsep karya. ide/gagasan tersebut yang nantinya akan disampaikan
(diterapkan) secara kreatif ke dalam wujud karya seni.
b.      Menentukan Media
Pengetahuan alat dan bahan dalam bidang seni rupa sangat penting bagi perupa, sebab tanpa
pengetahuan tentang karakter bahan dan cara menggunakannya mustahil seorang perupa dapat
membuat karya seni rupa yang baik. Oleh sebab itu pemahaman dan keterampilan menggunakan alat
dan bahan merupakan salah satu yang harus dikuasai oleh seorang perupa jika hendak menghasilkan
karya yang baik.
       Media Seni Lukis
Alat:
Alat yang diperlukan untuk membuat karya seni lukis, antara lain:
1)      Kuas
2)      Palet
3)      Palet mest
4)      Kuda-kuda atau easel
5)      Cat
            Macam-macam Cat:
Cat Air (water colour)
Cat air adalah jenis pewarna dengan pencampur air. Karakter gambar cat air adalah warna dibuat secara
transparan (tipis) dan disapu secara berulang-ulang, sehingga menimbulkan efek gradasi warna yang
unik.
Cat Poster (Poster Colour)
Cat poster adalah salah satu jenis pewarna dengan pencampur air. Karakter gambar cat poster adalah
warna blok (merata) pada bidang gambar. Namun untuk menimbulkan efek kedalaman dapat pula
dicampur dengan warna yang lebih muda. Pencampuran warna cat poster biasanya dilakukan pada
wadah tersendiri.
Cat Akrilik (Acrylic)
Cat akrilik adalah jenis pewarna yang memiliki tingkat kecerlangan yang tinggi. Ada dua jenis cat akrilik,
yaitu cat akrilik dengan pencampur air, dan cat akrilik dengan pencampur minyak.
Cat Minyak (oil colour)
Cat minyak adalah jenis pewarna dengan pencampur minyak. Karakter gambar cat minyak adalah tebal
dan dalam beberapa hal menciptakan tekstur karena kekasaran sapuan kuas.pencampuran warna cat
minyak dapat dilakukan pada palet atau di atas kanvas.
6)      Air sebagai penngencer cat air, cat poster atau cat akrilik. Minyak sebagai pengencer cat minyak.
7)      Tempat air/minyak.
8)      Kain pembersih

Bahan:
Bahan untuk lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di
dalam fotografibisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam,
dengan syarat bisa memberikan kesan tertentu kepada media yang digunakan.

       Media
Seni Patung
Untuk eksplorasi wujud tiga dimensional ada beberapa jenis bahan dan alat. Bahan-bahan tersebut
dikategorikan menjadi tiga, yakni : bahan lunak, bahan liat, dan bahan keras.

Bahan Lunak
Kertas, karton, gabus dan styrofoam  termasuk bahan lunak. Bahan-bahan ini relatif mudah didapat dan
membentuknya dapat dengan alat yang sederhana seperti pisau, silet dan gunting. Bahkan tanpa
alatpun, kertas dapat dilipat langsung dengan tangan tanpa bantuan alat yang lain. Latihan dengan
bahan lunak ini lebih banyak menggunakan bahan karton. Jenis karton cukup banyak, namun untuk
latihan dengan
teknik potong dan toreh gunakanlah karton yang kaku agar bentuk yang dibuat tidak mudah
melengkung. Untuk teknik melipat, karton tebal dan kaku tidak baik digunakan karena sulit dilipat.
Walaupun dapat digunakan tetapi hasilnya kurang baik. Bagi pemula karton dan styrofoam  sangat baik
digunakan untuk latihan memahami seni rupa tiga dimensional. Untuk styrofoam,  agar mendapatkan
hasil potongan yang baik, perlu menggunakan alat khusus yang dapat dibeli di toko dan harganya pun
tidak terlalu mahal. Apabila menggunakan pisau kadang-kadang hasil potongan kurang baik

Bahan Liat
Bahan liat ada beberapa jenis, seperti tanah liat, gips, plastisin dan lilin. Dalam latihan ini digunakan
bahan tanah liat yang mudah didapat karena hampir ada di seluruh tempat, hanya pengolahannya perlu
ditingkatkan kualitasnya.Tanah liat ada beberapa jenis, yaitu : Earthenware, stoneware, raku  dan
porselin. Tanah liat sangat mudah dibentuk.

Bahan Keras
Yang termasuk bahan keras adalah kayu, batu dan logam. Ketiga jenis bahan ini telah digunakan oleh
perupa dan kriyawan sejak jaman dahulu untuk membuat karya seni rupa dan kriya. Karena bahan ini
sukar dibentuk, maka memerlukan alat-alat khusus seperti alat potong berupa gergaji, gunting, alat
pembentuk berupa pahat dan sebagainya. Di antara ketiga bahan itu yang paling banyak peralatannya
adalah logam, karena di samping jenis alat di atas dibutuhkan pula peralatan lain, seperti alat
penyambung berupa las serta alat pelebur dan pencetak.

c.   Menentukan Teknik


       Macam-Macam Teknik untuk Membuat Karya Seni Lukis:

a.        Finger Painting


Yaitu teknik lukis dengan menggunakan jari-jari tangan sebagai alat untuk mencampur/menyapukan
warna di atas kanvas. Hasil dari teknik ini, batas antara warna yang satu dengan yang lainnya
nampak jelas dan jalan gundukan-gundukan warna tampak jelas, utuh, tindih menindih satu sama
yang lainnya. Teknik ini sangat cocok untuk aliran yang beraliran ekspresionisme dan abstrak.

b.        Teknik Palet


Dalam proses melukis tidak menggunakan kuas sebagai sarananya, tetapi menggunakan palet mest
untuk membentuk obyeknya. Teknik ini juga cocok unyuk menggambar aliran ekspresiif, kubistis
maupun abstrak. Hasilnya goresan palet mest akan tampak jelas begitu juga pewarnaannya.

c.        Teknik Kuas


teknik ini merupakan teknik yang umum dan sering kita gunakan. Alat yang digunakan yaitu kwas
dengan bermacam bentuk dan ukuran. Teknik kuas ada 3 macam:
Teknik Kering
Yaitu kertas atau kanvasnya tetap kering tanpa dibasahi dengan air trlebih dahulu. Hasilnya warna
gambar akan nampak lebih kuat, tajam dan terang. Teknik ini dapat di gunakan dengan media cat
berbasis air atau minyak
Teknik Basah
Teknik ini lebih mudah dicapai dengan menggunakan cat poster atau cat air yang berbasis air.
Caranya dengan membasahi terlebih dahulu pemukaan kanvas atau kertas sebelum di pakai untuk
menggambar. Hasil teknik ini yaitu warna gambar akan terlihat transparan.
Teknik Pointilis
Teknik melukis dengan cara membuat titik-titik warna yang bervariasi dan berdekatan sehingga
menimbulkan efek/kesan warna yang baru.

d.        Teknik Tiupan


teknik ini untuk digunakan pada bahan pewarna yang encer seperti cat air. Daranya yaitu dengan
mnuangkan dat air dengan berbagai macam komposisi warna  encer ke atas kertas, kemudian di tiup
dengan menggunakan penyedota minuman dari segala arah sehingga membentuk suatu gambar yang
tidak terduga bentuknya.

e.        Kolase
teknik ini menerapkan penggabungan antara teknik lukis dengan teknik menempel elemen-elemen
lain yang kita tentukan dan di komposisikan sedemikian rupa, misalnya menempelkan kertas gambar-
gambar dari media cetak atau bahan lainnya sehingga dapat menghasilkan bentuk hasil karya seni
lukis yang memiliki karakter yang berbeda dengan yang lainnya serta lebih bervariasi.

4. Macam-Macam Teknik untuk Membuat Karya Seni Patung:

Memahat, artinya bahan yang digunakan dikurangi sedikit demi sedikit secara bertahap sehingga
nantinya akan diperoleh hasil sesuai dengan yang dinginkan.

Membutsir, adalah memijit, menambah, dan mengurangi sedikit demi sedikit bahan yang akan dibuat
sehingga akhirnya terwujud sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

Mencetak, adalah teknik membuat patung dengan menggunakan acuan atau cetakan sebagai
modelnya.
Menyusun dan Merakit (assemblage), adalah teknik membuat patung dengan cara menyusun
barang-barang jadi. Diantarannya dengan teknik las, lem, baut, dan keling.

5. Finishing
Finishing adalah tahap akhir dalam proses berkarya. Finishing dapat dilakukan dengan cara memberikan
bahan pelapis agar karya tetap awet. Untuk karya lukis, biasanya juga diberikan pigura agar tampilannya
lebih menarik.

f.      Pameran

 
Gambar 1.17 Pameran lukisan di Galery Affandi, Yogyakarya

Pameran merupakan suatu kegiatan menggelar karya seni yang bertujuan untuk mengkomunikasikan
karya seni kepada masyarakat. Pameran dapat kelompokkan berdasarkan jenis karyanya, yaitu pameran
homogen atau pameran heterogen.
 Pameran homogen,  artinya pameran yang hanya menampilkan satu karya seni rupa saja, misalnya
pameran lukisan, pameran patung, pameran keramik dan lain sebagainya.
Pameran heterogen,  artinya pameran yang sekaligus menampilkan berbagai jenis karya seni rupa,
misalnya pameran seni kriya, pameran lukisan, pameran patung, pameran keramik dan karya seni rupa
lainnya dilakukan dalam satu ruang pameran dan dilakukan dalam waktu bersamaan.
Pameran juga dapat dilaksanakan oleh seorang (pameran tunggal) atau dilakukan banyak orang secara
bersama-sama (pameran kelompok).
Pameran perorangan atau pameran tunggal.  adalah pameran yang diselenggarakan oleh satu orang
seniman saja.
Pameran kelompok, adalah pameran yang diselenggarakan secara berkolompok. Baik kelompok
seniman dalam satu sanggar atau satu almamater, kelompok seniman dalam satu aliran dan kelompok
lainnya.
Pada umumnya, seorang seniman menyelengggaraka pameran setelah berkarya dan telah terkumpul
beberapa berkarya karya yang siap untuk dipamerkan. Bahkan, untuk menyelenggarakan pameran
tunggal seorang seniman kadang memerlukan waktu yang lama karena setiap seniman produktivitasnya
dalam menciptakan sebuah karya berbeda-beda.
Bagi para siswa setelah selesai berkarya dan jika telah terkumpul sejumlah karya, sebaiknya karya-karya
tersebut dipamerkan kepada masyarakat agar masyarakat tahu sejauh mana hasil belajar. Tempat
pameran dapat dilakukan di dalam kelas maupun diluar kelas, seperti di aula sekolah, gedung pertemuan,
galeri, dan lain-lain. Pameran di dalam kelas artinya pameran yang diselenggarakan di dalam ruang  kelas
di lingkungan sekolah.
Seperti telah disebutkan di depan bahwa penyelengggaraan pameran dapat dilaksanakan di aula sekolah,
gedung pertemuan, dan lai-lain. Di manapun pameran diselenggarakan memerlukan persiapan-persiapan
agar pameran dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Jika pameran di kelas penyelenggaraannya lebih
ringan, tetapi jika pameran diselenggarakan di luar sekolah memerlukan persiapan yang lebih intensif.
Beberapa tahapan yang harus dilalui dalam penyelenggaraan pameran, antara lain menyiapkan materi
pameran. Misalnya, karya dua dimensi berupa lukisan, karya gambar, dan batik, atau karya tiga dimensi
seperti, seperti patung, seni kriya, dan keramik, atau kedua-duanya dipamerkan secara bersama-sama.
Meskipun penyelenggaraan didalam kelas, tetapi dibutuhkan persiapan-persipan agar pameran berjalan
baik. Persiapan-persiapan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.      Persiapan Pameran
a. Penyusunan Panitia
Kegiatan awal dalam persiapan pameran adalah pembentukan panitian pameran. Pembentukan
panitia pameran sangat dibutuhkan agar pameran  dapat berjalan dengan baik. Adapun susunan panitia
pameran adalah sebagai berikut.
ng                   : membimbing dan menuntun hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pameran. Selaku
pembimbing adalah guru Mata Pelajaran Seni Budaya.
                      :  tugasnya adalah bertanggungjawab atas penyelenggaraan pameran.
ua                    : membantu ketua untuk memperlancar penyelenggaraan  pameran.
                     : tugasnya menangani urusan administrasi.
a                     :  menangani hal-hal yang berkaitan dengan keuangan.
a                    :  tugasnya menyeleksi karya yang akan dipamerkan.
manan             :  bertugas menjaga pameran.
Apabila susunan panitia terbentuk, selanjutnya melakukan persiapan-persiapan, yaitu menentukan
meteri atau karya yang akan dipamerkan, menyiapkan ruang pameran,  menyiapkan publikasi dan
dokumentasi.
b.       Menyiapkan Materi atau karya yang Akan Dipamerkan
Pertama kali yang dilakukan dalam kegiatan pemeran adalah mengumpulkan materi karya seni
rupa yang akan dipamerkan. Selanjutnya, membuat daftar karya yanga da sehingga memudahkan untuk
membuat katalog pameran. Katalog berisi nama p[embuat karya, judul karya, ukuran, teknik, dan media
yang dipakai untuk membuat karya, serta tahun pembuatan.
c.        Menyiapkan Tempat Pemeran
Tempat pemeran dapat di luar sekolah maupun didalam lingkungan sekolah. Dimanapun tempat
penyelenggaraan pameran, ruang pameran harus ditata agar dapat memberikan suasana nyaman dan
komunikasi yang baik antara pengunjung dengan penyelenggara sehingga pemeran dapat berjalan
dengan lancar dan suskse. Materi karya seni yang dipamerkan harus disusun secara menarik dan mudah
dilihat. Penyusunan karya perlu memerhatikan lalu lintas para pengunjung.
Jika karya yang kan dipamerkan berupa karya seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi, maka untuk
mengatur karya-karya tersebut perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1)      Karya dua dimensi, seperti gamabr dan lukisa ditata dengan beberapa cara, yaitu rata bawah, rata
tengah, atau ata atas.
2)      Karya-karya tiga dimensi, seperti patung, guci, topeng, dan lain-lain perlu ditata dengan memerhatikan
beberapa hal berikut:
a)      Mempertimbangkan  warna agar susunannya tidak membosankan.
b)      Mengelompokkan bahan baku karya.
c)       Peyusunan karya tidak perlu terlalu dekat sehingga memungkinkan  lebih luasnya sudut pandang bagi
karya-karya tiga dimensi.
Jalur lalu lintas dalam ruang pameran perlu diatur untuk memperlancar arus pengunjung di dalam
ruangan. Alur pengunjung diusahakan satu arah dengan membedakan pintu masuk dan pintu keluar.
Susunan panel-panel (sketsel) yang digunakan untuk memasang karya sekaligus untuk mengatur
ruangan diatur sedemikian rupa sehingga terlihat rapi.
d.       Publikasi dan Dokumentasi
Kegiatan pameran, baik di dalam maupun di luar sekolah perlu diumumkan kepada masyarakat.
Oleh karena itu, meskipun pameran diselengarakan di dalam kelas, perlu dipublikasikan lewat
pengumuman yang ditempel di papan pengumuman sekolah.
Dokumentasi terjutuan untuk mencatat jumlah pengunjung pameran, pesan, dan kesan, serta
saran dan pandangannya tentang pameran yang diselenggarakan.
Buku tamu yang disediakan di atas me ja diletakkan di dekat pintu masuk yang dijaga oleh petugas
untuk mengetahui  catatan jumlah pengunjung. Sementara itu, pesa n dan kesan pengunjung dapat
ditampung pada buku khusus yang diletakkan di a tas me ja dekat pintu keluar yang juga dijaga oleh
petugas. Dokumentasi berguna untuk mempelajari kelak jika pameran telah berakhir sebagai bahan
evaluasi dan masukan yang berharga untuk penyelenggaraan pameran berikutnya.
2.      Pelaksanaan Pameran
Pembukaan pameran perlu dipersiapkan secara matang karena pembukan pameran sebagai awal sukses
atau tidaknya penyelenggaraan pameran. Apabila persiapan sudah selesai, maka pada saat yang telah
ditentukan pameran dibuka secara resmi. Untuk membukanya, dapat menunjuk seorang yang layak utk
membuka pameran itu secara resmi yakni kepala sekolah atau yang mewakili. Acara pembukaan
biasanya berisi pengantar dari pihak penyelenggara atau ketua panitia pameran dan sambutan  dari
kepala sekolah. Untuk memeriahkan acara pembukaan pameran biasa diselingi hiburn berupa
pertunjukan seni tari, pembacaan puisi, musik, dan lain-lain.
3.      Penutupan
Pelaksanan pameran perlu dibatasi waktunya. Apabila waktu kegiatan pameran telah berakhir, maka
pameran ditutup. Sebelum ditutup dapat diisi kegiatan berupa diskusi dengan mendatangkan para
kritikus, seniman, maupun pengamat atau pemerhati seni rupa untuk diajak diskusi dan dimintai
pendapat tentang dunia kesenirupaan.
Penyelenggaraan diskusi tersebut dimaksudkan agar para siswa dapat menambah wawasan seni seni dan
dapat menggugah semangat bagi para siswa yang memiliki bakat di bidang seni rupa. Disamping itu,
kegiatan tersebut dapat dipakai sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan pameran dan kritik
terhadap karya-karyayang dipamerkan.
Melalui kegiatan penyelenggaraan pameran, para siswa akan memperolah banyak manfaat yang dipetik,
antara lain sebagai berikut:
a)     Meningkatkan kemampuan berkarya
Dengan adanya pameran, karya-karya para siswa akan dilihat oleh masyarakat sehingga para siswa
dituntut untuk menghasilkan karyanya yang terbaik. Di sini akan terjadi persaingan yang sehat dan
terarah, dan hal ini menjadi pendorong bagi siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam berkarya.
b)  Dapat melakukan penilaian / evaluasi
Pameran merupakan kesempatan bagi guru untuk melihat sejauh mana kemajuan yang dicapai oleh
siswanya. Pameran dapat dikatakan menjadi sarana untuk melakukan penilaian atau evaluasi terhadap
kemajuan dan perkembangan yang terjadi pada diri siswa. Sehingga penilaian atau evaluasi ini dapat
dimasukan dalam perhitungan nilai rapor.
Penilaian juga dilakukan oleh pihak luar sekolah seperti orang tua siswa atau masyarakat umum yang
mengunjungi pameran tersebut. Dari kesan pesan yang mereka sampaikan tentunya dapat memberi
gambaran sampai sejauh mana keberhasilan pendidikan seni rupa di sekolah tersebut.
c)      Sebagai sarana apresiasi dan hiburan
Di samping sebagai sarana untuk melakukan penilaian atau evaluasi, kegiatan pameran dapat dijadikan
sebagai sarana apresiasi. Apresiasi di sini dapat diartikan sebagai penikmatan, pengamatan,
penghargaan, atau bisa juga penilaian terhadap karya-karya yang ditampilkan. Penilaian yang dimaksud
bukan menilai dengan angka, melainkan suatu proses pencarian nilai-nilai seni, pemahaman isi dan pesan
dari karya seni, dan melakukan juga perbandingan-perbandingan terhadap karya seni sehingga nantinya
akan didapat sebuah penilaian yang utuh dan komprehensif.
Dalam arti yang luas, kegiatan pameran dapat juga diartikan sebagai sarana untuk mendapatkan hiburan.
Di sini masyarakat dapat merasakan kesenangan atau empati, merasakan suka duka seperti layaknya
menonton film atau menyaksikan pertunjukkan musik dan seni lainnya.
d)     Melatih siswa untuk bermasyarakat
Melaksanakan kegiatan pameran bukanlah kerja perorangan, melainkan kerja kelompok yang melibatkan
banyak orang. Jadi, dengan mengadakan pameran seni rupa di sekolah, mendidik para siswa untuk
bermasyarakat. Di sini para siswa dapat bekerja sama satu sama lain, melatih untuk menghargai
pendapat orang lain, dan dapat pula memberi pendapat terhadap tim kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai