Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Imajinasi Vol XI No 1-Januari 2017

Jurnal Imajinasi
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi

Apresiasi Seni dalam Konteks Pendidikan Seni


Moh. Rondhi 1
1
Dosen Jurusan Seni Rupa FBS UNNES - Mahasiswa Prodi Pendidikan Seni S3 Pascasarjana, UNNES
Semarang, Indonesia.

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Kegiatan mengapresiasi karya seni baik terhadap karya buatan
teman sendiri maupun karya buatan seniman profesional sangat
Diterima Oktober 2016 penting dalam upaya untuk mendapatkan pengalaman estetik dan
Disetujui Desember 2016 juga mengembangkan kepribadian siswa. Dengan demikian kegiatan
Dipublikasikan Januari 2017 apresiasi seni merupakan kegiatan penting di dalam pendidikan seni.
Keywords: Persoalan yang muncul adalah bagaimana pembelajaran apresiasi seni
apresiasi seni, esensialis, tersebut dilaksanakan di sekolah. Berkaitan dengan kegiatan apresiasi
antiesensialis, pengalaman sebagian ahli mengatakan bahwa apresiasi seni harus dilakukan dengan
estetik, pendidikan seni sikap tanpa pamrih, namun ahli lain mengatakan bahwa sikap tanpa
pamrih tersebut hanyalah mitos. Di dalam hal menanggapi sebuah karya
seni ada dua sikap yaitu sikap apresiatif dan sikap kritis. Sikap apresiatif
adalah sikap tanpa pamrih terhadap benda atau karya seni, sedangkan
sikap kritis adalah sebaliknya yaitu penonton berharap memperoleh
sesuatu yang berharga dari sebuah karya seni. Jika seseorang menemukan
sesuatu atau nilai yang diharapkan dalam karya tersebut maka orang tersebut
akan mengatakan bahwa karya itu bagus, sebaliknya sikap tanpa pamrih
akan membuat seseorang siap menerima nilai apa saja dari sebuah karya seni

PENDAHULUAN kegiatan berekspresi dan kegiatan apresiasi


Pendidikan seni di sekolah antara lain harus bisa dilaksanakan secara seimbang.
bertujuan untuk memberi bekal kepada Berekspresi secara kreatif sama pentingnya
siswa dengan berbagai kompetensi baik dengan mengapresiasi secara kreatif.
di bidang penciptaan maupun apresiasi. Berekspresi secara kreatif tidak hanya
Kegiatan berkesenian meliputi kegiatan bisa dilakukan oleh seniman profesional
penciptaan karya seni yang biasanya tetapi juga bisa dilakukan oleh siapa
dilakukan oleh seniman dan kegiatan saja yang mau, demikian juga mengenai
penerimaan hasil ciptaan tersebut oleh kegiatan mengapresiasi secara kreatif. Ada
masyarakat atau penonton. Kegiatan pepatah yang mengatakan bahwa: ‘Seniman
mencipta karya seni sering disebut dengan bukanlah manusia spesial, tetapi setiap
kegiatan berekspresi atau berkreasi, orang adalah seniman dengan kemampuan
sedangkan kegiatan penerimaannya biasa spesial’ (Ross, 1980: 73). Dengan demikian
disebut dengan kegiatan menikmati atau kegiatan berekspresi maupun mengapresiasi
mengapresiasi karya seni. Menikmati karya karya seni tentu bisa diajarkan dan perlu
seni sebenarnya merupakan salah satu sisi dilaksanakan di sekolah.
dari kegiatan mengapresiasi karya seni Mengapresiasi karya seni adalah
sebab bisa jadi seorang penonton tidak tindakan yang dilakukan penonton terhadap
bisa menikmati karya seni yang ia tonton karya seni dalam rangka untuk menghargai
karena suatu hal misalnya karena tidak karya tersebut. Dengan demikian proses
suka atau karena tidak berselera. Meskipun apresiasi karya seni perlu dilakukan
demikian dalam pendidikan seni antara seseorang agar ia bisa menangkap nilai yang


Corresponding author: © 2016 Semarang State University. All rights reserved
Address: Jurusan Seni Rupa FBS UNNES Semarang
Email : mohrondhi@mail.unnes.ac.id
UNNES JOURNALS
10 Moh. Rondhi, Apresiasi Seni dalam Konteks Pendidikan Seni

terkandung dalam sebuah karya seni. Proses Kaum esensialis berpendapat bahwa
apresiasi ini tentu saja sangat rumit dan tidak ada ciri-ciri tertentu yang bersifat universal
mudah dijelaskan karena menyangkut aspek dan tidak berubah dari segala sesuatu
fisiologis dan psikologis dari penonton. termasuk juga pada karya seni. Dengan
Kemampuan seseorang di dalam menikmati demikian maka sesuatu yang disebut karya
sebuah karya seni banyak ditentukan oleh seni ditentukan oleh sifat esensialnya
aspek baik pengetahuan, sikap, dan kemauan itu.Sesuatu disebut seni karena sifatnya
seorang penonton terhadap sebuah karya yang universal serta tidak berkaitan
seni. Kecuali itu mengapresiasi sebuah dengan konteks (Desmond, 2011: 37).
karya seni juga ditentukan oleh faktor Sebuah karya ciptaan manusia disebut
objek yang diamati yaitu bentuk karya seni bernilai seni jika karya tersebut memang
tersebut. Kegiatan mengapresiasi karya mempunyai karakteristik sebagai karya
seni baik terhadap karya buatan teman seni. Karakteristik sebuah karya seni
sendiri maupun karya buatan seniman tersebut bersifat universal sehingga bisa
profesional sangat penting dalam upaya dipahami dan dirasakan oleh siapa saja.
untuk mendapatkan pengalaman estetik dan Suatu benda ciptaan manusia yang telah
juga untuk mengembangkan kepribadian mendapat predikat sebagai karya seni akan
siswa. Dengan demikian kegiatan apresiasi bisa diterima dan dipahami oleh siapa saja
seni merupakan kegiatan penting di dalam tanpa dipengaruhi oleh faktor subjek. Kaum
pendidikan seni. Persoalan yang muncul esensialis berpendapat bahwa nilai estetik
adalah bagaimana pembelajaran apresiasi sebuah karya seni sangat ditentukan oleh
seni tersebut dilaksanakan di sekolah. kondisi objektif dari karya seni tersebut.
Sehubungan dengan hal itu maka agar
PEMBAHASAN seseorang bisa mendapatkan pengalaman
Konsep Seni estetik seseorang harus menghadapi karya
Seni adalah hasil karya manusia atau hasil seni dengan sikap terbuka dan tanpa
ungkapan jiwa manusia, tetapi tidak semua pamrih atau melihat karya seni dengan
hasil ciptaan manusia bisa disebut sebagai ‘tatapan kosong’ bagaikan tatapan mata
karya seni atau dikategorikan sebagai sapi (Carlson, 2000: 104). Dengan melihat
seni karena memang tidak semua hasil karya seni seperti itumaka penonton akan
karya manusia dimaksudkan sebagai karya memperoleh pengalaman estetik atau
seni. Menurut Dickie (dalam Desmond, pengalaman yang menyenangkan sesuai
2011: 40), sebuah karya ciptaan manusia dengan tujuan apresiasi itu sendiri.
mendapat predikat sebagai karya seni jika Berbeda dengan kaum esensialis, kaum
dengan sengaja dibuat untuk dinikmati atau antiesensialis seperti Ludwig Wittgenstein
diapresiasi oleh masyarakat. Sebagian orang dan Arthur Danto berpendapat bahwa
juga berpendapat bahwa karya seni adalah seni tidak membutuhkan sebuah definisi.
ciptaan manusia yang karena kualitasnya Mereka berpikir bahwa semua orang akan
dapat menimbulkan pengalaman estetik tahu tentang seni bila telah melihatnya
bagi para pengamatnya. Pengalaman atau mengamatinya dan kemampuan untuk
estetik tersebut diperoleh penonton mengamati dan mengetahui tersebut tidak
ketika ia berhadapan dengan bentuk yang tergantung oleh adanya sebuah definisi
estetik. Bentuk yang estetik adalah bentuk sebagai acuannya. Berbagai macam karya
karya seni atau bentuk alam yang mampu seni seperti sekarang ini mempunyai wajah
menimbulkan pengalaman estetik bagi saling tumpangtindih (overlapping features)
siapa saja yang melihatnya. Jadi bentuk yang sehingga usaha untuk memberi kerangka
estetik sebenarnya tidak terbatas pada karya batasan sebagaimana yang dilakukan oleh
seni tetapi juga pada karya nonseni. kaum esensialis hanyalah membuang waktu
UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi Vol. XI No 1 - Januari 2017 11

(Desmond, 2011: 41). Keanekaragaman oleh masyarakat pendukungnya. Pranata


suatu karya seni kecuali ditentukan oleh inilah yang digunakan oleh seniman sebagai
semangat kebebasan seniman dalam seperangkat aturan atau sistem nilai yang
berkarya seni, juga disebabkan oleh faktor mengatur seluruh perilakunya.
kreativitas di dalam penciptaan sebuah Menurut Dickie (lihat Desmond, 2011:
karya seni. Mendefinisikan seni berarti juga 40) karya seni adalah sebuah karya ciptaan
memberi ruang gerak yang sangat terbatas manusia yang disajikan kepada sekelompok
bagi seniman yang ingin berkreasi dan orang yang telah siap dalam batas tertentu
berekspresi secara bebas. untuk memahami karya tersebut. Seseorang
Seni murni atau seni bebas adalah seni akan bisa memahami sebuah karya seni jika
yang memberi ruang yang luas dan terbuka orang tersebut memiliki dan menggunakan
bagi seniman untuk berekspresi secara pranata yang sama dengan pranata pencipta
bebas. Kebebasan ini kecuali dapat memberi karya seni tersebut. Antara seniman dan
peluang bagi seniman untuk berekspresi, penonton harus menggunakan pranata yang
berkreasi dan berinovasi juga mampu sama atau hidup di dalam atmosfir kesenian
membuat seseorang untuk menghargai hasil yang sama sehingga keduanya bisa saling
pemikirannya sendiri. Orang yang kreatif memahami dan saling menghargai. Atmosfir
adalah mereka yang memiliki rasa percaya yang sama inilah yang kemudian disebut
diri tinggi dan tidak mudah menyerah. dunia seni (artworld).
Seniman yang kreatif adalah orang yang
selalu merasa tidak puas terhadap apa Pendidikan Seni
yang telah ia ciptakan. Ketidakpuasannya Menurut Herbert Read (1970: 208), ada
itulah yang mendorong orang yang kreatif tiga aspek dalam pendidikan seni yang
selalu ingin mencari atau menemukan hal- terwujud dalam tiga kegiatan yang berbeda
hal yang baru. Dengan adanya kreativitas meskipun seringkali tidak bisa dipisahkan,
itulah maka karya seni sebagai karya ciptaan yaitu: pertama adalah kegiatan berekspresi
manusia itu menjadi sangat beranekaragam. diri (self-expression), kegiatan mengamati
Keanekaragaman itulah yang membuat (observation), dan kegiatan mengapresiasi
seni sebagai hasil ciptaan seniman sulit (appreciation). Berekspresi diri merupakan
didefinisikan atau memang tidak perlu kebutuhan yang ada di dalam diri setiap
didefinisikan. orang atau siswa untuk mengungkapkan,
Faktor lain yang membuat seni menyatakan dan mengkomunikasikan
sukar didefinisikan adalah kebudayaan pikiran, perasaan, atau emosinya pada
atau sistem kepranataan yang dianut oleh orang lain. Kegiatan berekspresi ini
seniman dan masyarakat pendukungnya. menurut Herbert Read sulit bahkan tidak
Seni di samping sebagai ekspresi pikiran, bisa diajarkan. Penerapan standar eksternal,
perasaan, maupun kemauan seniman, juga teknik maupun bentuk tertentu dapat
merupakan pengejawantahan nilai-nilai menjadi hambatan dan bisa menimbulkan
yang ada di masyarakat.Seniman adalah frustrasi pada diri anak. Guru dalam hal ini
individu yang tumbuh dan berkembang hanyalah bisa menunggu, membantu atau
di tengah masyarakat. Masyarakat adalah memberi inspirasi. Semuanya diserahkan
sekelompok individu yang hidup bersama sepenuhnya pada anak untuk melakukannya
dengan harapan dan pranata yang sama. dengan tanpa harus mengikuti petunjuk
Pranata tersebut merupakan sistem nilai guru. Dengan demikian anak akan bisa
atau pola tindakan yang digunakan sebagai berekspresi secara bebas tanpa terbebani
acuan oleh setiap anggota masyarakat. oleh apapun baik oleh aturan maupun
Pranata tersebut senantiasa dipelihara, .larangan yang telah ditentukan sebelumnya
dipertahankan, bahkan dikembangkan Kedua adalah kegiatan mengamati atau
UNNES JOURNALS
12 Moh. Rondhi, Apresiasi Seni dalam Konteks Pendidikan Seni

observasi, yaitu kegiatan yang didasari bahwa karya itu bagus, sebaliknya sikap
oleh keinginan orang untuk merekam tanpa pamrih akan membuat seseorang siap
kesan inderawi serta untuk menerangkan menerima nilai apa saja dari sebuah karya
pengetahuan konseptual, membangun seni. Sikap apresiatif ini mengajarkan pada
ingatan, dan juga untuk membantu kegiatan siswa bahwa seni sebagai ekspresi apapun
praktis. Mengamati hampir seluruhnya bentuk dan pesan yang dikandungnya layak
membutuhkan keterampilan dan pengalaman untuk dihargai. Apresiasi seni juga mampu
yang memadai. Individu atau seorang anak membuat orang bersimpati kepada orang
bisa dikatakan dilahirkan dengan sebuah lain, bertoleransi, dan menghargai hasil
kemampuan untuk memusatkan perhatian, pekerjaan dari orang lain. Dalam konteks
mengkoordinasikan mata dan tangan untuk apresiasi ini maka orang akan berpendapat
merekam segala sesuatu yang dilihat atau bahwa semua karya seni mempunyai nilai
yang diamati. Kegunaan dari kepandaian positif atau semua karya seni mengandung
mengamati tersebut sangat bermanfaat nilai estetis yang patut dihargai.
untuk mendukung kurikulum sekolah yang
berbasis ilmiah dan logis yang membela Konsep Apresiasi Seni
dan mendukung model pengajaran seni Apresiasi berarti penghargaan atau proses
naturalistik dan imitatif serta lebih yang dilakukan seseorang dalam rangka
menekankan pada aspek kerajinan sebagai menemukan atau menentukan harga atau
lawan terhadap model pengajaran seni nilai dari sesuatu benda atau peristiwa. Nilai
murni. adalah suatu kualitas atau potensi yang ada
Ketiga adalah kegiatan apresiasi, yang pada benda atau peristiwa yang dianggap
merupakan respons individu terhadap berharga bagi penilai. Setiap benda atau
berbagai bentuk ekspresi yang disajikan oleh peristiwa kecuali mempunyai nilai intrinsik
orang lain kepadanya. Kegiatan apresiasi juga mempunyai nilai ekstrinsik. Nilai
secara psikologis sebenarnya hampir intrinsik adalah nilai yang melekat pada
sama dengan kegiatan berekspresi, namun sesuatu yg dinilai sedangkan nilai ekstrinsik
diyakini bahwa kemampuan mengapresiasi adalah nilai yang berada di luar sesuatu
ini bisa dikembangkan oleh guru. Sejauh ini yang menjadi objek penilaian. Sebuah nilai
yang dimaksud dengan kegiatan apresiasi ada yang bersifat kuantitatif dengan skala
adalah tanggapan seseorang terhadap hasil pengukuran tertentu namun nilai juga bisa
ciptaan orang lain dan fungsi dari kegiatan bersifat kualitatif tanpa skala pengukuran
ini adalah untuk mengembangkan aspek tertentu.Penilaian atau apresiasi dapat
adaptasi sosial (Read, 1970: 209). Sikap ditujukan pada benda alam dan juga pada
apresiatif terhadap karya seni bisa diajarkan benda atau peristiwa yang dibuat oleh
pada siswa melalui proses pembiasaan atau manusia. Dengan demikian maka apresiasi
dengan menciptakan lingkungan tertentu dapat diarahkan pada alam dan juga pada
sesuai dengan tujuan pembelajaran. karya ciptaan manusia.
Di dalam hal menanggapi sebuah karya Sampai sekarang konsep apresiasi
seni ada dua sikap yaitu sikap apresiatif dan baik apresiasi seni maupun apresiasi
sikap kritis. Sikap apresiatif adalah sikap terhadap alam secara teoretis belum
tanpa pamrih terhadap benda atau karya seni, banyak dibicarakan. Apresiasi terhadap
sedangkan sikap kritis adalah sebaliknya alam khususnya terhadap nilai non
yaitu penonton berharap memperoleh estetiknya misalnya nilai ekonomi atau
sesuatu yang berharga dari sebuah karya nilai fisiknya tentu sudah banyak dilakukan
seni. Jika seseorang menemukan sesuatu atau oleh para ahli yang relevan tetapi apresiasi
nilai yang diharapkan dalam karya tersebut terhadap nilai estetiknya masih sangat
maka orang tersebut akan mengatakan jarang dilakukan. Dalam bidang seni istilah

UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi Vol. XI No 1 - Januari 2017 13

apresiasi juga belum banyak dibahas yang berbeda. Tiap orang pasti memiliki
secara tuntas sehingga orang sering rancu kemampuan mengapresiasi karya seni
membedakan antara apresiasi seni dan secara berbeda karena pengalaman orang
kritik seni. Dua kegiatan itu memang biasa tidak sama presis. Kemampuan orang
dilakukan oleh penonton terhadap karya dalam menilai sesuatu juga ditentukan oleh
seni, namun tujuannya berbeda. Kritik kemampuannya di dalam mempersepsi
seni biasanya dilakukan oleh orang yang sesuatu yang dihadapinya itu. Kemampuan
telah mempunyai kompetensi tertentu orang mempersepsi sesuatu benda atau
mereka ini sering disebut sebagai kritikus. karya seni juga sangat dipengaruhi baik
Dengan berbekal pengetahuan tertentu oleh faktor internal dan faktor eksternal
seorang kritikus mampu melakukan analisis dari orang tersebut. Faktor internal adalah
terhadap sebuah karya seni dan kemudian faktor yang berada pada diri pengamat,
menentukan kualitas artistiknya secara sedangkan faktor eksternal adalah faktor
objektif berdasarkan kriteria tertentu. Kritik yang berasal dari benda atau objek yang
seni berbeda dengan kegiatan apresiasi diamati. Faktor internal antara lain adalah
seni yang diharapkan bisa dilakukan oleh faktor fisik,misalnya kondisi alat inderanya
setiap penonton dalam upaya memberi dan kondisi psikis pengamat yaitu perhatian,
penghargaan terhadap sebuah karya seni keinginan, dan pengalaman yang dimilikinya.
karena dalam apresiasi seni lebih bersifat Kemauan atau sikap pengamat tentu sangat
subjektif. Berbicara tentang apresiasi seni menentukan persepsi orang terhadap
sebagian besar memang menjangkut soal benda yang diamatinya. Sikap tanpa pamrih
estetika atau filsafat seni, yaitu bidang maupun dengan pamrih terhadap sesuatu
yang membahas soal keindahan baik seni tentu akan mempengaruhi persepsi orang
terhadap sesuatu itu (Feldman, 1967).
maupun keindahan alam.Teori yang khusus
Berkaitan dengan kegiatan apresiasi
membahas soal apresiasi seni memang
sebagian ahli mengatakan bahwa apresiasi
belum banyak dikupas, kecuali soal kritik
seni harus dilakukan dengan sikap tanpa
seni yang biasanyadilakukan oleh seorang
pamrih, namun ahli lain mengatakan bahwa
kritikus dan para ahli di bidang filsafat
sikap tanpa pamrih tersebut hanyalah mitos
seni atau oleh para peneliti seni (Desmond,
(Carlson, 2000: 103). Sikap tanpa pamrih
2011).
adalah sikap seseorang ketika berhadapan
Apresiasi seni adalah proses penilaian
dengan sesuatu tanpa berharap apapun atau
atau penghargaan terhadap sebuah karya
cara melihat sesuatu dengan pikiran kosong.
seni yang dilakukan oleh penonton atau
Melihat dengan sikap tanpa pamrih bukan
penikmat karya seni. Proses apresiasi seni
berarti melihat dengan tanpa konsentrasi.
diharapkan bisa dilakukan oleh setiap
Melihat dengan tanpa pamrih adalah melihat
penonton atau penikmat seni. Setiap orang dengan tanpa berharap akan memperoleh
tidak peduli latar belakang pendidikannya sesuatu yang diinginkan. Melihat tanpa
diharapkan bisa dan mampu mengapresiasi pamrih adalah melihat tanpa menggunakan
karya seni yang disajikan kepadanya. ‘kaca mata’ tertentu sebab ‘kaca mata’ itu
Setiap karya seni yang dibuat oleh seorang akan mempengaruhi kesan yang didapat.
seniman diharapkan bisa diapresiasi dan Pengamatan dengan menggunakan ‘kaca
dinikmati oleh penonton.Akan tetapi apakah mata’ pasti hasil penglihatannya akan
setiap penonton mampu menikmati atau dipengaruhi oleh warna dari ‘kaca mata’
mengapresiasi sebuah karya seni sesuai tersebut. Melihat dengan tanpa ‘kaca mata’
dengan keinginan orang yang pembuatnya akan mampu manghasilkan amatan apa
tentu saja tidak, karena setiap orang pasti adanya, realistis, dan tidak terdistorsi.
mempunya kemampuan dan kepekaan ‘Kaca mata’ yang dimaksud adalah sebuah

UNNES JOURNALS
14 Moh. Rondhi, Apresiasi Seni dalam Konteks Pendidikan Seni

‘acuan’ atau ‘pedoman’ yang digunakan bersikap simpati terhadap karya seni dan
untuk melakukan sebuah pengamatan dan pembuatnya. Dengan bersimpati terhadap
penilaian. karya seni diharapkan penonton akan
Mengapresiasi karya seni menurut dapat memperoleh pengalaman estetik.
Jerome Stolnitz (dalam Carlson, 2000) Karena pengalaman estetik tersebut maka
haruslah dilakukan dengan sikap terbuka konsep apresiasi Jerome Stolnitz (dalam
dan tanpa purbasangka atau tanpa pamrih, Carlson, 2000) sebenarnya lebih tepat
namun menurut George Dickie hal tersebut disebut sebagai apresiasi estetik dari pada
dianggap tidak masuk akal karena otak apresiasi artistik karena lebih mengarah
manusia itu tidak pernah kosong. Menurut pada sikap estetik. Menurut Kant (dalam
George Dickie sikap tanpa pamrih seperti Wickman, 2008: 8) ada bidang kajian yang
itu kurang tepat dan cacat, karena seni didasari oleh tiga kemampuan manusia
tidak hanya mengandung nilai estetik yaitu: pikiran murni (kecerdasan, pikiran),
tetapi juga mengandung nilai lain yang pikiran praktis (kemauan, norma, moral,
tidak bisa didekati dengan sikap tanpa dan tindakan), dan estetika (selera, emosi
pamrih seperti itu (Carlson, 2000: 104). dan perasaan). Menurut Kant, sikap estetik
Seperti telah diketahui bahwa manusia itu harus dipisahkan dari pertimbangan
mempunyai tiga jenis kemampuan yaitu pikiran praktis. Dengan demikian apresiasi
kemampuan di bidang kognitif, kemampuan seni dalam upaya untuk mendapatkan
di bidang afektif, dan kemampuan di bidang pengalaman estetik tidak terkait dengan
psikomotorik. Ketiga kemampuan tersebut kecerdasan pikiran, kemauan, norma atau
terkait satu sama lain sehingga merupakan moral tetapi terkait dengan selera, emosi,
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. dan perasaan penonton.
Secara umum dikatakan bahwa pikiran Sebagian orang juga berpikir bahwa
manusia berada di otak, sedangkan perasaan apresiasi seni adalah urusan pribadi yang
ada di hati dan kemauan ada di tangan, namun harus dinikmati dalam suatu ‘keheningan’.
pendapat itu sebenarnya hanyalah sebuah Mereka percaya bahwa masalah apresiasi
kiasan karena semuanya itu berada di pusat itu berkaitan dengan pilihan individu yang
urat syaraf manusia yaitu otak. Jadi benar berkaitan dengan selera pribadi. Pendapat
jika dikatakan bahwa otak manusia tidak tersebut memberi dukungan terhadap
pernah kosong dalam arti semua kemauan kata-kata klise bahwa keindahan itu tidak
manusia diatur oleh perasaan dan pikiran terletak pada objek tetapi pada mata
manusia. Pikiran manusia tentu bermacam- pengamat (Desmond, 2011: 2). Karya seni
macam sesuai dengan pengalaman yang dan maknanya tergantung pada penonton
telah dimilikinya. Mengosongkan pikiran di dalam menafsirkannya. Dengan demikian
dan melupakan semua pengalaman adalah nilai atau makna sebuah karya seni
perkara yang tidak mudah bahkan tidak keberadaannya tergantung pada interpretasi
mungkin. Itulah sebabnya maka untuk penoton. Sesuai dengan pandangan tersebut
bersikap tanpa pamrih adalah tidak mudah maka tidak ada nilai intrinsik di dalam
dilakukan oleh setiap orang. sebuah karya seni, tetapi yang ada adalah
Telah disebutkan bahwa menurut nilai ekstrinsik yang disampirkan penonton
Stolnitz (dalam Carlson, 2000) penonton terhadap karya seni tersebut.
akan dapat bersimpati terhadap sebuah
karya seni atau non seni jika mereka Apresiasi Seni sebagai Aktivitas dalam
melakukannya dengan sikap terbuka tanpa Pendidikan Seni
mempertimbangkan siapa pembuatnya Pendidikan estetik adalah pendidikan yang
dan apa tujuannya. Dengan sikap bertujuan untuk mengembangkansikap dan
terbuka tanpa pamrih berarti penonton perilaku estetik. Pendidikan seni tidak hanya

UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi Vol. XI No 1 - Januari 2017 15

relevan bagi seniman atau calon seniman secara cerdas maka seseorangdiharapkan
tetapi juga bagI penikmat atau penonton dapat mengetahui makna yang terkandung
seni. Pendidikan seni di sekolah umum di dalam sebuah karya seni. Agar bisa
bukan semata-mata bertujuan mencetak melakukan interpretasi, seseorang harus
seniman atau mengembangkan kemampuan mempunyai pengetahuan dan pemahaman
siswa untuk berkarya seni tetapi juga serta pengalaman tentang berbagai macam
untuk melatih kepekaan estetik siswa. bentuk karya seni. Menafsirkan sesuatu
Pendidikan estetik yang bertujuan untuk adalah proses mencari atau menggali
mengembangkan pengalaman estetik itu makna dari sesuatu yang ingin dimaknainya
tentu saja sangat relevan baik bagi pencipta itu. Makna adalah segala sesuatu yang
karya seni maupun masyarakat yangakan tersembunyi di dalam sebuah tanda atau
mengapresiasi karya seni. Seni sebagai bentuk simbolik lainnya. Agar bisa mengerti
ekspresi memang tidak selalu mengandung makna yang terkandung dalan sebuah tanda
nilai estetik terutama seni yang ada di era atau simbol maka orang harus mengetahui
postmodern ini, namun semua karya seni sistem penandaan yang digunakan.
apapun bentuknya pasti mengandung Beberapa pendukung teori ekspresif
makna. Menurut Danto (lihat Desmond, berpendapat bahwa karya seni adalah
2011: 42) hampir semua benda mengandung representasi perasaan manusia karena
makna estetik termasuk juga benda non karya seni adalah ungkapan emosi
seni, oleh karena itulah dibutuhkan sebuah penciptanya.Sebagai sebuah ungkapan,
kepandaian untuk membedakan mana yang maka karya seni pasti merepresentasikan
disebut seni dan mana yang bukan seni. pengalaman emosional pembuatnya. Seni
Di era masa kini sebuah benda sehari- pada umumnya memang merupakan
hari yang bukan dikategorikan sebagai karya hasil ekspresi personal pembuatnya,
seni bisa saja diubah statusnya menjadi karya akantetapi bisa jadi sebuah karya seni
seni oleh orang yang mempunyai otoritas. merupakan representasi emosi masyarakat
Sebagai contoh sebuah ‘uriner’ adalah benda yang diwakilinya. Karya seni menurut
biasa yang tidak biasa disebut sebagai karya Leo Tolstoy adalah simbol yang mampu
seni, tetapi benda tersebut telah diubah mengkomunikasikan atau membangkitkan
statusnya menjadi karya seni rupa murni emosi penontonnya (Desmond, 2011: 68).
oleh Marcel Duchamp dengan diberi judul Emosi yang dibangkitkan tersebut bukan
‘fountain’ dan dipamerkan di sebuah galeri hanya emosi estetik tetapi juga emosi moral.
seni. Demikian juga jika seonggok sampah Untuk itulah maka diperlukan interpretasi
dipajang di ruang pameran oleh seniman moral agar orang bisa menangkap pesan
instalasi maka sampah tersebut akan moral yang terkandung di dalam sebuah
disebut sebagai karya seni. Dengan demikian bentuk karya seni.
untuk membedakan antara seni rupa murni Hampir sama dengan Leo Tolstoy,
dengan benda perabot rumahtangga biasa Susanne Langer (dalam Desmond, 2011:
tidaklah mudah. 68) juga berpendapat bahwa seni adalah
Sekarang ini khususnya di era kreasi bentuk sebagai simbol perasaan
posmodern ini memang sangat sulit manusia.Apa yang ingin diekspresikan
dibedakan mana seni dan mana yang seniman bukanlah perasaan personalnya
bukan seni apalagi jika hanya dilihat secara sendiri tetapi apa yang ia tahu tentang
sepintas. Agar bisa membedakan mana perasaan manusia pada umumnya. Seorang
seni dan mana yang bukan seni, seseorang seniman memiliki kekayaan simbolisme
atau penonton harus mampu melakukan yang melebihi pengalaman dan perasaan
interpretasi secara cerdas. Dengan personalnya. Itulah sebabnya sebuah karya
melakukan penafsiran atau interpretasi seni bisa mengekspresikan berbagai gagasan

UNNES JOURNALS
16 Moh. Rondhi, Apresiasi Seni dalam Konteks Pendidikan Seni

kehidupan dan emosi manusia. Ekspresi kemampuan untuk memahami sebuah nilai
dalam seni bukan sebuah kesepakatan atau kemampuan untuk meresakan nilai
atau sebuah kemarahan yang dibekukan, estetik sebuah karya seni juga tergantung
ini adalah sebuah metafora, sebuah simbol pada pengalaman dan kepekaan estetik
non-diskursif yang mengekspresikan segala seseorang.
sesuatu yang tidak bisa diungkapkan secara Menurut Louis Arnoud Reid (dalam
verbal yaitu logika kesadaran itu sendiri Ross, 1980: 1) makna sebagaimana umum
(Langer, 1957: 175). mengartikannya ada bermacam-macam
Apresiasi estetik adalah merupakan kategori yang antara lain adalah makna
proses atau tindakan penonton yang secara referensial (referential meaning) atau makna
ikhlas menghargai nilai keindahan sebuah simbolik dari sebuah kata, kalimat, atau
karya seni (art work) maupun benda alam makna dari sebuah bunyi dan juga makna
(nature). Dengan demikian apresiasi estetik tanda-tanda visual. Makna referensial
tidak hanya ditujukan atau terbatas pada tersebut dengan mudah ditemukan di dalam
karya seni tetapi juga terhadap karya atau kamus atau dari penggunaannya secara
benda non seni. Sebagaimana diketahui kontekstual. Makna juga bisa berarti apa
bahwa keindahan tidak hanya ada pada karya yang ada di dalam pikiran kita ketika kita
seni tetapi juga bisa ada pada seluruh benda melihat atau mendengar sesuatu misalnya
atau peristiwa. Pemandangan alam, tumbuh- cuaca mendung pertanda akan hujan,
tumbuhan, binatang dan lain sebagainya makna ini bersifat gejala (symptomatic) atau
dapat menjadi objek apresiasi. Alam atau karena sebab akibat (causal). Makna juga
benda yang ada di lingkungan sekitar yang merupakan sesuatu yang bersifat personal
telah mendapat sentuhan tangan manusia atau segala sesuatu yang dianggap berharga
maupun yang belum atau yang masih asli (significant) bagi individu, misalnya: ‘buku ini
bisa mengandung nilai keindahan sehingga bermakna bagi saya’ atau ‘sebuah kisah yang
bisa menjadi objek apresiasi (Carlson, 2000: diceritakan oleh seorang idiot,…. Sungguh
3). tidak bermakna sama sekali’. Sebuah
Telah dijelaskan bahwa kegiatan tindakan juga bisa bermakna misalnya:‘ ia
apresiasi secara konseptual terkait dengan tergesa-gesa agar tidak ketinggalan kereta’,
masalah persepsi dan refleksi. Persepsi ini adalah makna logis (logical meaning),
adalah proses pemahaman dan tindakan dan lain sebagainya.
yang berkaitan dengan objek tertentu. Dalam kaitannya dengan makna
Pemahaman tersebut melibatkan berbagai karya seni bisa jadi berbagai kategori
aktivitas baik fisik maupun psikis yaitu makna tersebut bisa ada bisa juga tidak,
penginderaan dan juga tindakan sebagai namun ada makna yang khas atau spesifik
respons terhadap hasil pengamatannya di dalam karya seni yaitu makna yang
itu. Persepsi adalah proses pemahaman mengejawantah (embodied meaning).
terhadap pengalaman yang didapat dengan Makna yang mengejawantah tersebut
melalui penginderaan. Penginderaan atau tidak bisa dideskripsikan atau dijelaskan
sensasi (sensation) adalah proses merasakan tetapi kehadirannya bisa dirasakan ketika
melalui alat indera dan hasilnya disebut seseorang penonton berhadapan langsung
pengalaman inderawi. Apresiasi adalah dengan sebuah karya seni. Makna tersebut
sebuah bentuk pemahaman dan pengenalan hadir dalam wujud pengalaman estetik
terhadap ciri-ciri objek yang membuatnya sebagai akibat dari adanya kontak langsung
pantas dihargai. Segala sesuatu itu dianggap antara penonton dengan bentuk karya
berharga atau tidak sesungguhnya sangat seni. Bentuk karya seni yang mampu
subjektif karena tergantung pada sistem nilai membangkitkan pengalaman estetik pada
yang ada pada diri setiap orang. Kecuali itu diri penonton ini biasa disebut sebagai

UNNES JOURNALS
Jurnal Imajinasi Vol. XI No 1 - Januari 2017 17

bentuk yang bermakna (significant form). bentuk juga mengandung isi atau pesan
Makna yang terdapat atau yang ditimbulkan tertentu.Bentuk karya seni merupakan
oleh bentuk yang signifikan itu oleh John desain atau komposisi yang terdiri dari
Hospers (dalam Ross, 1980: 2) disebut dengan unsur-unsur. Dalam seni rupa unsur-unsur
makna artistic (artistic meaning). Aspek lain tersebut adalah: garis, bidang, bentuk, ruang,
yang sangat penting bagi seseorang dalam warna, dan tekstur. Unsur-unsur tersebut
apresiasi estetik adalah kemampuannya tersusun menjadi satu yang kemudian
untuk mengetahui apasebenarnya tujuan disebut komposisi atau bentuk karya seni
dari karya seni tersebut, yaitu tujuan di rupa. Di samping itu sebuah karya seni
luar tujuan politik, sosial, ekonomi atau juga mengandung makna atau pesan yang
bertujuan untuk merekam fenomena alam disebut struktur estetik. Bentuk karya seni
secara persis. Orang yang terdidik secara disebut sebagai aspek luar dan struktur
artistic akan mampu membedakan dengan estetik disebut aspek dalam. Bentuk karya
jelas tujuan dan kualitas antara seni dan seni merupakan faktor objektif dan struktur
kerajinan. Perajin biasanya membuat estetik adalah faktor subjektif yang ada di
sesuatu benda berdasar desain yang telah dalam diri penonton. Dua hal itu sengaja
ditentukan secara sempurna dan tepat dibedakan untuk menjelaskan mengapa
sesuai dengan fungsinya sedangkan seniman bentuk yang sama seringkali dipersepsi
biasanya tidak melakukannya seperti itu secara berbeda oleh penonton. Demikian
bahkan seniman seringkali tidak tahu secara juga sering terjadi ada sebuah bentuk yang
pasti kapan pekerjaannya itu harus berakhir sama dipersepsi oleh orang yang sama
(Cross, 1977: 25). dalam waktu yang berbeda dan hasilnya bisa
Mengapresiasi karya seni sebenarnya berbeda (Feldman, 1967: 279).
hampir sama dengan mengapresiasi sebuah Dari sini jelas bisa dikatakan bahwa
karya masakan yaitu dengan mengandalkan kontribusi seorang penonton terhadap hasil
indera pengecap. Sebuah masakan bisa kreasi seniman cukup besar. Penonton yang
dirasakan kelezatannya dengan melalui lebih banyak dipengaruhi oleh struktur
indera pengecap atau dengan lidah kita. estetik dan kurang memperhatikan aspek
Sensitivitas alat indera tentu sangat bentuk dari suatu karya seni maka ia akan
menentukan kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan untuk mendapatkan
menikmati sebuah masakan. Demikian juga pengalaman estetik yang hampir semuanya
menikmati karya seni rupa atau seni yang ditentukan oleh penonton itu sendiri.
laintentu sangat ditentukan oleh kepekaan Seniman dalam hal ini hanya memberi
alat indera mata atau indera lainnya. Kecuali sumbangan yang sangat sedikit dan terkesan
ditentukan oleh alat indera, mengapresiasi kurang bertanggung jawab terhadap
sebuah masakan juga ditentukan oleh selera karyanya itu. Sebaliknya jika penonton
atau cita rasa. Demikian juga menikmati terlalu memperhatikan aspek bentuk karya
karya seni tentu dipengaruhi oleh selera yang ia amati maka ia akan mendapatkan
dan cita rasa penonton bahkan dipengaruhi sebuah mengalaman estetik yang identik.
juga oleh pengetahuan dan pemahamannya. Penonton meskipun memiliki kematangan,
Meskipun demikian sebuah representasi budaya, dan keinginan yang berbeda, jika
dan kualitas ekspresif tentu tidak ada ia lebih mementingkan soal bentuk dari
dalam sebuah masakan.Masakan tidak bisa pada isi maka hasil pengamatannya hampir
mereprsentasikan nilai kebenaran atau tidak berbeda. Sebagaimana diketahui
sesuatu yang universal seperti halnya pada bahwa persepsi bukanlah tindakan yang
sebuah karya seni (Korsmeyer, 2008: 135). pasif tetapi tindakan yang membutuhkan
pengorganisasian energi psikis secara aktif,
Karya seni di samping mempunyai dengan kata lain persepsi adalah sebuah

UNNES JOURNALS
18 Moh. Rondhi, Apresiasi Seni dalam Konteks Pendidikan Seni

proses kreatif (Feldman, 1967: 280). Oleh New York: Routledge.


karena itu untuk mengapresiasi sebuah
Cross, J. 1977. For Art’s Sake? : A Srategic
karya seni maupun benda alam dibutuhkan
Approach to Teaching Art in Schools.
kreativitas dan oleh karena itu pula maka
London: George Allen & Unwin.
proses kreasi dan apresiasi hampir tidak
bisa dibedakan. Desmond, K. K. 2011. Ideas About Art.
Garsington Road, U. K: Wiley Blackwell.
PENUTUP Feldman, E. B. 1967. Art as Image and
Apresiasi seni pada umumnya adalah Idea. Englewood Cliffs, New Jersey:
kegiatan seseorang mempersepsi karya seni Prentice-Hall, Inc.
untuk mendapatkan pengalaman estetik.
Kegiatan ini kecuali mampu mendidik Read, H. 1970. Education Through Art.
anak untuk menghargai ciptaan orang lain London: Faber and Faber Limited.
juga melatih anak untuk bersikap toleran Ross, M. 1980. The Arts and Personal Growth.
dan saling menghormati sehingga mampu Oxford: Pergamon Press.
menjalin kehidupan yang harmonis di
Shusterman, R., Tomlin A. 2008. Aesthetic
masyarakat. Karya seni sebagai ekspresi
Experience. New York and London:
pikiran, perasaan, dan kemauan seseorang,
Routledge.
sudah selayaknya jika karya seni tersebut
didekati dengan pikiran perasaan dan
kemauan penonton secara terbuka tanpa
pamrih untuk mendapatkan nilai yang
terkandung di dalam karya seni tersebut.
Beberapa sikap atau strategi yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan keguna-
annya di dalam mengapresiasi karya seni
antara lain: dengan sikap empati (empathy),
atau dengan mengambil jarak psikhis (psychic
distance), bisa juga dengan melakukan
penyatuan dan penggabungan (fusion and
funding), atau dengan mempertimbangkan
aspek ketertutupan dan Gestalt (closure
and Gestalt). Beberapa sikap dan strategi
tersebut bisa dipilih oleh penonton sesuai
dengan minat dan kemauan masing-masing.
Masih banyak yang perlu dibicarakan ha-hal
yang berkaitan dengan kegiatan apresiasi
seni khususnya tentang pelaksanaannya
melalui pendidikan seni.

DAFTAR PUSTAKA
Barrett, T. 2000. Criticizing Art: Understanding
the Contemporary. New York, NY: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Carlson, E, 2000. Aesthetics and The
Environment: The Appreciation of
Nature and Architecture. London and

UNNES JOURNALS

Anda mungkin juga menyukai