Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Seni merupakan bagian dari kebudayaan yang lahir dari hasil budi daya manusia. Dengan segala
keindahan, dan kebebasan ekspresi dari manusia sendiri. Seiring dengan perkembangan kebudayaan
manusia, kesenian sebagai produk budaya juga terus berkembang sesuai dengan keadaan masanya.
Dalam perkembangan seni, muncul seni kontemporer sebagai refleksi fenomena sosial yang
menunjukkan kondisi kreatif pada masa terakhir. Seni kontemporer memiliki sifat yang lebih membumi
(karena kebanyakan merupakan refleksi fenomena sosial), dan populis daripada seni tradisional.
Berkembangnya seni rupa kontemporer diikuti dengan banyaknya seniman yang terjun dalam seni rupa
kontemporer. Banyaknya jumlah perupa kontemporer tersebut menimbulkan masalah tersendiri yang
pelik. Sebagai perupa mereka di tuntut untuk berkarya dan menggelar karya-karya mereka. Yang
berujung pada keinginan untuk mendapatkan apresiasi dari orang lain (masyarakat dan pelaku seni),
untuk menuju ke sana mereka tentu butuh wadah serta fasilitas yang memadai.
Seni rupa memiliki banyak konsep dalam penerapannya, salah satunya adalah konsep kontemporer atau
modernitas. Seni rupa itu merupakan seni yang mengikuti perkembangan peradaban dunia, sehingga
dari seni rupa banyak yang menghasilkan sejumlah karya yang unik, menarik, dan sering kali menghibur
untuk dinikmati. Hal itu membuat seni rupa pada saat ini termasuk dalam salah satu aliran seni yang
diminati oleh para pecinta seni hingga masyarakat awam. Seniman-seniman yang mencintai dan
menganut aliran kontemporer umumnya adalah seniman generasi muda. Bagi masyarakat Semarang,
seni adalah salah satu bidang yang sangat dibanggakan dan diminati sehingga seni rupa dan seni budaya
sangat berkembang dan terlestarikan di Semarang. Seni rupa pun ikut terjaga dan ikut berkembang, hal
ini dibuktikan dengan banyaknya seniman dan perupa yang ada di Semarang.
Namun berbeda dengan beberapa kota lain di Indonesia seperti Jogjakarta dan Bandung, pertumbuhan
jumlah galeri seni rupa kontemporer di Kota Semarang masih belum mengikuti perkembangan seni rupa
itu sendiri, sehingga para seniman dan perupa masih susah dalam memamerkan karyanya untuk kemudian
dapat diapresiasi oleh masyarakat luas. Kebutuhan akan wadah untuk pelestarian dan pengapresiasian seni
di Kota Semarang membuat galeri seni sebagai fasilitas yang cocok dan solusi yang tepat untuk dapat
memenuhi kebutuhan tersebut.

Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek
moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu
daerah. Seiring dengan berkembangnya dunia pada era globalisasi sekarang
ini kebudayaan juga mengalami pergeseran nilai-nilai hidup seperti budi
pekerti, tata krama, kebiasaan, tingkah laku, lingkungan dan sudut pandang
masyarakat. Perubahan yang dialami masyarakat merupakan pendukung
terjadinya kisah cerita, yang salah satunya dapat ditemukan dalam dongeng.
Namun, dongeng sudah mulai terkikis karena anak-anak lebih memilih
permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat
dijadikan sebagai sarana hiburan untuk anak-anak. Sekarang ini, dongeng
dapat dilihat dan dinikmati penyajianya dalam bentuk majalah anak, buku
cerita, televisi, radio, internet dan boneka peraga. Hal tersebut merupakan
dampak dari kemajuan teknologi yang telah mengalami transformasi disetiap
periode zaman. Disisi lain, kesibukan orang tua yang tidak memiliki waktu
luang untuk membacakan cerita dongeng, menyebabkan anak-anak lebih
memilih untuk menonton film kartun melalui tayangan ditelevisi maupun
yang sudah dikemas berupa DVD atau VCD. Hal ini menyebabkan
kurangnya minat dan ketertarikan anak terhadap dongeng tersebut.
Dongeng merupakan cerita pendek yang disampaikan secara lisan.
Dimana dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar
Pendahuluan
Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan,  persembahan, dan pelayanan. Kata tersebut
berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian. Menurut Padmapusphita, kata seni berasal dari
bahasa Belanda genie dalam bahasa Latin disebut genius, artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir.
Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai  pikiran, akal budi atau adat-istiadat.
Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada  pola pikir
manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang  berkaitan dengan akal atau pikiran manusia,
sehingga dapat menunjuk pada  pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan,
sudah dapat dirasakan oleh orang  banyak dalam rentang perjalanan sejarah peradaban manusia. Seni dapat 
berupa seni tari, seni musik, seni teater, maupun seni rupa.

Kritik Seni Rupa – Pengertian, Fungsi, Langkah & Penjelasan

Kritik Seni Rupa

Kritik adalah tanggapan yang umum diberikan oleh seseorang ketika mengapresiasi ide atau gagasan
orang lain. Ketika diperkenalkan pada kritik seni, banyak orang mengaitkan kata ‘kritik’ dengan konotasi
negatifnya. Kritik identik dengan ekspresi ketidaksetujuan seseorang atau sesuatu berdasarkan
kesalahan atau kesalahan yang dirasakan. Tetapi kritik yang dibahas disini tidak mengacu pada
stereotype tersebut. Kritik yang baik justru adalah tanggapan yang tidak hanya mencari kesalahan,
tetapi juga memperlihatkan keunggulan dan menunjukan kemungkinan-kemungkinan yang diambil
untuk memperbaiki kesalahan gagasan yang dikritik tersebut. Dalam bidang keilmuan kritik adalah
tanggapan evaluatif untuk menilai dan mengkoreksi suatu gagasan yang dapat terjadi di segala bidang
kehidupan manusia. Kritik seni rupa adalah analisis dan penilaian atas kelebihan dan kekurangan pada
karya seni rupa tersebut.

Pengertian Kritik Seni Rupa

Kritik Seni adalah mempelajari kekurangan dan kelebihan dari suatu karya seni rupa dengan
memberikan alasan berdasarkan berbagai analisa dan pengkajian. kelebihan dan kekurangan itu
dipergunakan dalam bermacam hal, terutama sebagai bahan untuk mengetahui kualitas dari sebuah
karya. Para ahli umumnya beranggapan bahwa kritik dimulai dari kebutuhan untuk memahami saat
mengapresiasi, kemudian beranjak pada kebutuhan analisa lebih lanjut bahkan mendapatkan
kesenangan dari kegiatan berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan karya seni tersebut.
Seiring dengan perkembangan pemikiran seni dan kebutuhan publik terhadap dunia seni, kegiatan kritik
kemudian berkembang dan mengisi berbagai fungsi sosial lainnya.

Kritik seni merespons, menafsirkan makna, dan membuat penilaian kritis tentang karya seni tertentu.

Kritik seni membantu pemirsa memahami, menafsirkan, dan menilai karya seni. Biasanya Kritikus
cenderung lebih fokus pada seni modern dan kontemporer dari budaya yang dekat dengan budaya
mereka sendiri. Sementara Sejarawan seni cenderung mempelajari karya yang dibuat dalam budaya
yang lebih jauh dalam ruang dan waktu.

Kritik karya seni rupa tidak hanya meningkatkan kualitas apresiasi

Advertisement

dan pemahan terhadap sebuah karya, tapi dipergunakan juga sebagai standar tersendiri untuk
meningkatkan kualitas hasil berkarya. Tanggapan yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama akan
sangat mempengaruhi persepsi apresiator terhadap kualitas sebuah karya seni hingga dapat
mempengaruhi penilaian harga dari karya tersebut.

Fungsi Kritik Seni

Kritik seni memiliki fungsi yang sangat strategis dalam dunia kesenirupaan dan pendidikan seni rupa.
Fungsi kritik seni yang pertama dan utama ialah menjembatani persepsi dan apresiasi artistik dan estetik
karya seni rupa, antara pencipta (seniman, artis), karya, dan penikmat seni. Komunikasi antara karya
yang disajikan kepada penikmat (publik) seni membuahkan interaksi timbal-balik dan interpenetrasi
keduanya.

Fungsi lain ialah menjadi dua mata panah yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun penikmat.
Seniman membutuhkan mata panah tajam untuk mendeteksi kelemahan, mengupas kedalaman, serta
membangun kekurangan. Seniman memerlukan umpan-balik guna merefleksi komunikasi-ekspresifnya,
sehingga nilai dan apresiasi tergambar dalam realita harapan idealismenya.

Publik seni (masyarakat penikmat) dalam proses apresiasinya terhadap karya seni membutuhkan tali
penghubung guna memberikan bantuan pemahaman terhadap realita artistik dan estetik dalam karya
seni. Proses apresiasi menjadi semakin terjalin lekat, manakala kritik memberikan media komunikasi
persepsi yang memadai. Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun tulisan yang berupaya mengupas,
menganalisis serta menciptakan sudut interpretasi karya seni, diharapkan memudahkan bagi seniman
dan penikmat untuk berkomunikasi melalui karya seni.

Jenis Kritik Seni


Kritik karya seni rupa memiliki perbedaan jenis berdasarkan dari tujuan kritik tersebut. Karena berbagai
perbedaan tersebut, maka kritik seni pun terbagi menjadi beberapa macam, seperti pendapat Feldman
(1967) yaitu kritik populer (popular criticism), kritik jurnalis (journalistic criticism), kritik keilmuan
(scholarly criticism), dan kritik pendidikan (pedagogical criticism). Pemahaman terhadap keempat tipe
kritik seni dapat menentukan pola pikir kita saat melakukan kritik seni. Setiap jenis mempunyai berbagai
cara dan metode yang berbeda dari sudut pandang, sasaran, dan materi yang tidak sama.

Advertisement

Kritik Populer

Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat pada umumnya.
Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini bersifat pengenalan karya secara umum. Dalam
tulisan kritik populer, biasanya dipergunakan bahasa dan istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami
oleh masyarakat luas.

Kritik Jurnalis

Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara terbuka
kepada publik melaui media massa khususnya surat kabar. Kritik ini hampir sama dengan kritik populer,
tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat cepat mempengaruhi persepsi
masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, karena sifat dari media massa dalam
mengkomunikasikan hasil tanggapannya.

Kritik Keilmuan

Kritik keilmuan merupakan jenis kritik yang bersifat akademis dan memerlukan wawasan, pengetahuan,
kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menanggapi sebuah karya seni. Kritik jenis ini umumnya
disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni rupa atau seni
pada umumnya. Kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara
akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi para penulis karya
ilmiah lain atau kolektor, kurator, galeri dan institusi seni yang lainnya.
Kritik Kependidikan

Kritik kependidikan merupakan kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan
artistik serta estetika pelajar seni. Jenis kritik ini umumnya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan
seni rupa terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni rupa yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik
jenis kependidikan biasanya digunakan oleh pengajar bidang ilmu seni dalam mata pelajaran pendidikan
seni.

Bentuk Kritik Seni

Selain berdasarkan tujuan, kritik seni memilik berbagai bentuk yang berbeda berdasarkan perbedaan
pendekatan dan metode yang digunakan. Selain jenis kritik yang disampaikan oleh Feldman,
berdasarkan landasan yang digunakan, dikenal juga beberapa bentuk kritik yaitu: kritik formalistik, kritik
ekspresivistik dan instrumentalistik.

Advertisement

Kritik Formalistik

Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik ditujukan utamanya terhadap karya seni rupa sebagai
konfigurasi aspek-aspek formalnya, aspek bentuk atau unsur-unsur pembentukannya. Pada sebuah
karya lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur
visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik
berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni.

Kritik Ekspresivistik

Pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus kemungkinan akan menilai dan menanggapi kualitas
gagasan dan perasaan atau ekspresi yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya
seni. Kegiatan kritik ekspresivistik umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul,
tema, isi dan visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.
Kritik Instrumentalistik

Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan


kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi. Pendekatan kritik
ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek
konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Lukisan berjudul ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’ karya
Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis penciptaan lukisannya saja tetapi
keterkaitan antara objek, isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau
interpretasi pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan, bukan hanya secara
formalistic seperti yang telah dijelaskan diatas.

Tahapan Kritik Seni

Mengelompokan kritik seni beradasrkan tahapannya akan mempermudah proses menulis kritik. Dengan
menggunakan tahapan-tahapan yang teratur kita akan lebih jeli untuk mempertimbangkan berbagai
kelebihan dan kekurangan dari sebuah karya seni rupa. Berdasarkan beberapa uraian tentang
pendekatan dalam kritik seni, dapat dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum sebagai berikut:

Deskripsi

Deskripsi adalah tahapan dalam kritik untuk memperhatikan, menemukan berbagai unsur terkecil seni
rupa, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya tanpa berusaha melakukan
analisis atau mengambil kesimpulan terlebih dahulu. Untuk dapat mendeskripsikan dengan baik,
seorang kritikus harus mengetahui istilah-istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa.
Tanpa pengetahuan tersebut, maka kritikus akan kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena menarik
yang terdapat pada karya yang dilihatnya. Deskripsi harus menjawab pertanyaan ‘apa yang kita lihat?’.
Berikut adalah beberapa unsur dan prinsip yang dapat diikuti ketika melakukan analisis formal terhadap
karya seni. Berbagai elemen yang merupakan deskripsi meliputi:

Bentuk seni adalah lukisan, patung atau salah satu media seni lain.

Medium apa yang digunakan, misal cat, batu, dll, dan teknik (alat yang digunakan).

Ukuran dan skala pekerjaan (hubungan dengan orang, bingkai atau konteks skala lain).
Elemen atau bentuk umum dalam komposisi, termasuk pembangunan struktur atau lukisan; identifikasi
benda.

Deskripsi poros apakah vertikal, diagonal, horizontal, dll.

Deskripsi garis, termasuk kontur seperti lembut, planar, bergerigi, dll.

Deskripsi tentang bagaimana garis menggambarkan bentuk dan ruang (volume); membedakan antara
garis objek dan garis komposisi, mis., tebal, tipis, bervariasi, tidak beraturan, terputus-putus, tidak jelas,
dll.

Hubungan antara bentuk, misalnya, besar dan kecil, tumpang tindih, dll.

Deskripsi skema warna dan warna; palet.

Tekstur permukaan atau komentar lain tentang pelaksanaan pekerjaan.

Konteks objek: lokasi asli dan tanggal pembuatan.

Analisis formal

Analisis formal adalah tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya seni berdasarkan
struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini seorang kritikus harus memahami
unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip seni rupa atau ilmu penataan komposisi unsur dalam sebuah
karya seni. Analisis formal berarti menentukan apa unsur dan prinsip yang digunakan dan memutuskan
mengapa seniman menggunakan berbagai fitur tersebut untuk menyampaikan gagasannya. Analisis Ini
menjawab pertanyaan, “Bagaimana seniman melakukannya?”

Berbagai elemen analisis formal meliputi:

Penentuan materi pelajaran melalui penentuan elemen ikonografi, misalnya peristiwa historis, alegori,
mitologi, dll.

Pemilihan fitur atau karakteristik yang paling khas baik garis, bentuk, warna, tekstur, dll.

Analisis prinsip-prinsip seni rupa dan desain atau komposisi, misalnya, seimbang, jomplang, dll.
Kesatuan, irama, keselarasan, dll.

Pembahasan tentang bagaimana elemen atau sistem struktural berkontribusi terhadap tampilan gambar
atau fungsi.
Analisis penggunaan cahaya dan peran warna, misalnya, kontras, bayangan, dingin, hangat, warna
sebagai simbol, dll.

Perlakuan terhadap ruang, baik yang nyata maupun yang ilusi (termasuk penggunaan perspektif),
misalnya, kompak, dalam, dangkal, naturalistik, acak, dll.

Penggambaran gerakan dan bagaimana pencapaiannya.

Efek medium tertentu yang digunakan

Persepsi seniman terhadap keseimbangan, proporsi dan skala (hubungan setiap bagian komposisi secara
keseluruhan dan satu sama lain) dan emosi atau ekspresi yang dihasilkan.

Reaksi terhadap objek atau monumen

Untuk dapat melakukan analisis formal, kita harus mengerti mengenai unsur-unsur terkecil dari karya
seni rupa, yaitu: Unsur Unsur Seni Rupa dan Desain& Prinsip atau Asas Seni Rupa dan Desain

Interpretasi

Interpretasi adalah penafsiran makna atau isi sebuah karya seni meliputi tema yang digarap, simbol yang
dihadirkan dan tanda-tanda lain yang dimunculkan. Penafsiran ini sangat terbuka sifatnya, dipengaruhi
sudut pandang dan wawasan kritikusnya. Semakin luas wawasan seorang kritikus biasanya semakin kaya
interpretasi karya yang dikritisinya. Interpretasi haru dapat menjawab pertanyaan, ‘Mengapa seniman
menciptakannya dan apa artinya’

Beberapa elemen yang merupakan interpretasi meliputi:

Ide utama, keseluruhan arti dari karya.

Pernyataan Interpretasi: Dapatkah kita mengungkapkan apa yang kita pikirkan /tafsirkan tentang karya
seni itu dalam satu kalimat?

Bukti: Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni itu, untuk mendukung penafsiran kita.

Prinsip Interpretasi

Berikut adalah beberapa prinsip interpretasi menurut Terry Barret. Terry Barret adalah seorang kritikus
seni asal Amerika Serikat menyusun beberapa prinsip-prinsip Interpretasi seni.
Karya seni memiliki “ketidakjelasan” dan dibutuhkan interpretasi.

Interpretasi adalah argumen persuasif.

Beberapa interpretasi lebih baik dari yang lain.

Penafsiran seni yang baik lebih banyak menceritakan tentang karya seni itu sendiri daripada penafsirnya
sendiri.

Perasaan adalah panduan untuk interpretasi.

Ada interpretasi yang berbeda, bersaing, dan kontradiktif terhadap karya seni yang sama.

Interpretasi sering didasarkan pada pandangan dunia.

Interpretasi tidak terlalu benar, tapi kurang lebih masuk akal, meyakinkan, mencerahkan, dan informatif.

Interpretasi dapat dinilai berdasarkan koherensi, korespondensi, dan inklusivitas.

Sebuah karya seni belum tentu tentang apa yang seniman inginkan.

Seorang kritikus seharusnya tidak menjadi juru bicara seniman.

Interpretasi harus menyajikan bagian terbaik karya, bukan bagian terlemahnya

Objek penafsiran adalah karya seni, bukan seniman.

Semua karya seni adalh bagian tentang dunia di mana ia muncul.

Semua karya seni adalah bagian dari karya seni lainnya.

Tidak ada penafsiran yang lengkap tentang arti sebuah karya seni.

Makna sebuah karya seni mungkin berbeda dari kepentingan pemirsa. Interpretasi pada akhirnya adalah
usaha komunal, dan masyarakat pada akhirnya mungkin akan mengoreksinya lagi.

Interpretasi yang baik akan mengundang kita untuk melihat diri kita dan melanjutkan interpretasi
menurut pendapat kita sendiri.

Untuk melengkapi khazanah interpretasi, baca juga: Semiotika – Komunikasi tanpa Kata, Pengertian
Simbol dan Tanda-tanda.

Evaluasi atau penilaian


Evaluasi merupakan tahapan yang menjadi ciri utama dari kritik karya seni jika dibandingkan dengan
apresiasi. Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas suatu karya
seni dan biasanya akan dibandingkan dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap
berbagai aspek yang terkait dengan karya tersebut baik aspek formal maupun aspek konteks. Menilai
sebuah karya berarti memberi penilaian dalam kaitannya dengan karya lain dan tentu saja
mempertimbangkan aspek yang sangat penting dari seni visual; orisinalitasnya. Berikut ini adalah
berbagai elemen penilaian.

Apakah itu karya seni yang bagus?

Kriteria: Kriteria apa yang menurut kita paling sesuai untuk menilai karya seni ini?

Bukti: Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni yang berkaitan dengan setiap kriteria?

Penilaian: Berdasarkan kriteria dan buktinya, apa penilaian kita tentang kualitas karya seni tersebut?

Mengevalusi atau menilai secara kritis dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Mengkaitkan sebanyak-banyaknya karya yang dinilai dengan karya yang sejenis

Menetapkan tujuan atau fungsi karya yang ditelaah

Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan “menyimpang” dari yang telah ada sebelumnya.

Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan segi pandang tertentu yang
melatarbelakanginya.

Berpikir Kritis

Sebetulnya kritik sudah sejak lama dilakukan oleh kita sebagai manusia. Dalam keseharian, kita secara
sengaja atau tidak sengaja sering melontarkan kata, kalimat atau bahasa yang bersifat memberikan
tanggapan, komentar, penilaian terhadap suatu karya apapun. Sebetulnya hal intu sangat wajar, karena
manusia memiliki empat kemampuan sebagai kapasitas mental, yaitu :

Kemampuan absortif, yaitu kemampuan mengamati

Kemampuan retentif, adalah kemampuan mengingat dan mereproduksi

Kemampuan reasoning, merupakan kemampuan menganalisis dan mempertimbangkan


Kemampuan kreatif, kemampuan berimajinasi, menafsirkan, dan mengemukakan gagasan.

Kunci dari kritik adalah kemampuan reasoning dan kreatif, kita selalu tergugah untuk melakukan kritik
walaupun bukan atas dasar permintaan atau kesengajaan. Kebiasaan melontarkan kritik kepada karya
orang lain merupakan dorongan kritis yang didasari oleh unsur cipta dan rasa dalam diri seseorang
sebagai manusia.

Pisau Analisa Kritik Seni

Landasan keilmuan (dan pengetahuan) yang relevan akan membantu kritikus dalam mengupas
persoalan kekaryaan seni rupa. Misalnya sejarah seni rupa, Ilmu sejarah akan memberikan jalan
wawasan tentang waktu dan ruang kekaryaan seni rupa. Dengan mempelajari perkembangan seni rupa
di setiap pelosok dunia, maka luas bahan sebagai dasar pemikiran dan acuan arah bandingan menjadi
lebih terbuka. Selain sejarah seni rupa, wawasan teori seni juga penting dimiliki oleh kritikus.

Teori seni meliputi ilmu seni, filsafat seni, unsur seni, antropologi seni, sosiologi seni, tinjauan seni
modern dan kontemporer, dan lain-lain. Keilmuan akan memberi pijakan dan memperkokoh konstruksi
kritik yang obyektif. Sehingga mata pisau kritik semakin akurat, dan memberi pula wawasan kepada
publik seni dengan keyakinan yang kuat. Seorang kritikus seni rupa tidak selalu harus seorang perupa,
namun ilmu kesenirupaan harus dimilikinya. Pengalaman dan pergaulan dalam mengamati, menyelidiki,
dan membandingkan kekaryaan seni rupa sebagai syarat yang tidak bisa dilepaskan dari seorang kritikus
seni rupa.

Advertisement

Pandangan Retrospektif dan metode spesifik lain

Pengamatan terhadap perkembangan seni rupa masa lalu (dari prasejarah ) hingga fenomena seni rupa
masa kini akan memberi warna yang serasi bagi karya kritik seni rupa. Begitupun upaya menyelidiki dan
membandingkan kekayaan seni rupa antara berbagai karya seni rupa akan sangat membantu
memperluas dan memperkaya khazanah kritik.

Tidak hanya memahami kekaryaannya, kritikus juga sebaiknya memahami pikiran, perasaan seniman
penciptanya. Biografi dan kehidupan seniman tidak lepas dari pengamatan kritikus.
Metode yang digunakan akan berbeda satu sama lain. Banyak metode yang dapat digunakan sebagai
pisau analisa kritik, sesuai dengan kebutuhan jenis kritik dan jenis karya seni rupa itu sendiri. Metode
kritik adalah serangkaian prosedur (tata cara, etika) yang disesuaikan dengan tipe kritiknya. Misalnya,
metoda kritik jurnalistik menggunakan tata cara jurnalis. Begitupun metoda kritik akademik
menggunakan tata cara akademis yang dikembangkannya. Melakukan pendekatan analisis formal
terhadap karya yang antiestetika juga mungkin akan cenderung tidak maksimal, sehingga pendekatan
lain yang jauh lebih mendalam harus diaplikasikan.

Kesimpulan

Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk mempertumbuhkan kelebihan dan
kekurangan suatu karya seni. Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat menentukan pola
pikir kita dalam melakukan kritik seni. Begitu juga dengan pendekatan kritik seni yang dapat
menggunakan berbagai metode dan pisau analisis yang berbeda. Perbedaan mazhab/aliran seni juga
akan mempengaruhi cara melakukan kritik yang harus kita lakukan.

Kritik seni tidak berarti eksklusif terhadap kebutuhan untuk mengkaji karya seni untuk keperluan karya
ilmiah. Kritik seni memiliki berbagai jenis dengan masing-masing kebutuhannya. Boleh dibilang
sebetulnya apa yang lebih diperlukan di era seni rupa yang serba memusingkan masyarakat umum ini
adalah kritik populer. Keadaan masyarakat yang semakin skeptis terhadap karya seni kontemporer perlu
direspon dengan berbagai kritik seni yang dapat menjembatani seniman dan masyarakat umum.

Anda mungkin juga menyukai