Anda di halaman 1dari 8

APRESIASI TENTANG KARYA SENI

A. Pengertian Apresiasi Seni


Apresiasi seni adalah proses penilaian atau penghargaan terhadap sebuah karya seni yang
dilakukan oleh penonton atau penikmat karya seni (Rondhi, 2017, p.13). Proses apresiasi seni
diharapkan dapat dilakukan oleh siapapun yang menikmati suatu seni, terlepas dari latar
belakang pendidikannya.
B. Tujuan Apresiasi Seni
Berikut ini adalah tujuan sebuah apresiasi seni diperlukan, yaitu:
1) Mendapatkan pengalaman estetis, yaitu penikmatan seni yang terarah, sadar, dan
bertujuan akan menghasilkan pengalaman tersebut.
2) Menjadikan masyarakat atau siswa 'melek seni' sehingga dapat menerima seni
sebagaimana mestinya.
3) Memperkenalkan siswa terhadap seni dan mampu memahami nilai-nilai serta aturan
dalam kehidupan budayanya.
4) Mengalami suatu kepuasan penginderaan dan akan memperoleh pengalaman melalui
imajinasinya.
C. Manfaat Apresiasi Seni
Apresiasi seni mungkin terlihat lebih menguntungkan bagi pemilik seni. Padahal, apresiasi
seni juga bermanfaat bagi penikmatnya. Berikut adalah manfaat dari apresiasi seni:
1) Mengurangi Level Stres
Riset menunjukkan bahwa menghabiskan jam makan siang dengan eksplorasi seni selama
35 menit dapat menurunkan kadar stres.
2) Mengembangkan Empati
Survei menyatakan bahwa sikap toleransi sosial dan empati terhadap sejarah yang
dimiliki seseorang dapat meningkat setelah mengunjungi museum seni.
3) Mengembangkan Rasa Cinta
Neurobiologis Semir Zeki menemukan bahwa otak menghasilkan dopamin, yaitu zat
bahagia lebih banyak, ketika seseorang melihat karya seni.
4) Memperkuat Kemampuan Berpikir Kritis
Anak muda yang mengunjungi museum seni telah mengembangkan 9-18% kemampuan
berpikir kritis.
5) Melepaskan Kelelahan Mental
Menurut studi yang dikembangkan Profesor Psikologi bernama Jan Packer, melihat seni
dapat membuat seseorang melepaskan kelelahan mental dan mengembalikan fokus, sama
halnya seperti kemampuan lingkungan luar dalam melepaskan kelelahan mental.
D. Fungsi Apresiasi Seni
Menurut Bandi Sobandi, setidaknya terdapat dua fungsi apresiasi seni, yaitu:
1) Meningkatkan dan memupuk rasa cinta seseorang terhadap bangsa sendiri sekaligus
terhadap sesama manusia.
2) Penikmatan, penilaian, empati, dan hiburan yang berkaitan erat dengan kesehatan mental.
3) Mempertahankan kebudayaan Indonesia.
E. Tingkatan Apresiasi Seni
Setiap orang memiliki tingkatan apresiasi terhadap seni yang berbeda-beda, tergantung
seberapa besar mereka ingin mengapresiasi suatu seni. Ada tiga tingkatan apresiasi yang
dapat diterapkan setiap kali menikmati suatu seni, yaitu:
1) Tingkat Empatik
Pada tingkat apresiasi seni ini, hal yang terlibat adalah pikiran dan perasaan. Tingkat
apresiasi empatik sama dengan mengapresiasi seni yang menyentuh pikiran dan perasaan.
2) Tingkat Estetis
Tingkat estetis berarti penilaian terhadap keindahan seni. Yang diapresiasi adalah
keindahan sebuah seni, terlepas dari perasaan yang diberikannya.
3) Tingkat Apresiasi Kritik
Dalam tingkat apresiasi kritik, seseorang memberikan klarifikasi, deskripsi, analisis, dan
evaluasi terhadap seni yang dipertunjukkan untuk meraih kesimpulan.
F. Langkah Mengapresiasi Karya Seni
Apresiasi terhadap karya seni tidak dapat dianggap sebagai apresiasi bila dilakukan secara
asal. Ada sejumlah langkah yang perlu diterapkan dalam mengapresiasi karya seni, yaitu
mengapresiasi dari segi bentuk atau wujud karya seni, mengapresiasi teknik yang digunakan,
dan mengapresiasi fungsi serta maknanya.
Ketiga aspek itu diperlukan dalam mengapresiasi karya seni karena tanpa penerapan teknik,
bentuk nyata, dan makna yang ditentukan pembuat karya, sebuah seni tidak akan memiliki
wujud tertentu.

G. Contoh Apresiasi Seni


Apresiasi seni dapat dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk, bahkan tanpa kita sadari.
Berikut adalah contoh apresiasi seni yang dapat dilakukan:
 Mempelajari sebuah seni setiap hari secara bertahap.
 Mencoba pembuatan projek seni.
 Mengikuti sebuah kelas seni.
 Menulis berbagai jenis karya seni yang diketahui secara pribadi.
 Mengunjungi sebuah museum seni.
 Mengamati seni dari berbagai perspektif atau sudut.
 Menganalisis sebuah karya seni yang ditemukan, mulai dari pembuatnya, tempat
tinggalnya, hingga bagaimana karya tersebut berhubungan dengan waktu pembuatan sang
seniman.
 Memikirkan kembali bagaimana perasaan diri ketika mengamati sebuah seni.
 Mewawancarai seseorang dengan pemikiran yang berbeda.
 Menerima segala bentuk seni meski tidak semua dapat dimengerti.
Itulah penjelasan tentang apresiasi seni yang dapat dilakukan semua orang. Apresiasi seni
merupakan hal yang penting dan bermanfaat bagi seniman ataupun penikmat seni itu
sendiri. Ada berbagai cara untuk mengapresiasi seni yang mungkin tidak disadari oleh
banyak orang.

KRITIK SENI

Kritik adalah tanggapan yang umum diberikan oleh seseorang ketika mengapresiasi ide atau
gagasan orang lain. Ketika diperkenalkan pada kritik seni, banyak orang mengaitkan kata
“kritik” dengan konotasi negatifnya. Kritik identik dengan ekspresi ketidaksetujuan seseorang
atau sesuatu berdasarkan kesalahan atau kesalahan yang dirasakan.

Kritik yang dibahas di sini tidak mengacu pada stereotype tersebut. Kritik yang baik justru
adalah tanggapan yang tidak hanya mencari kesalahan, tetapi juga memperlihatkan keunggulan
dan menunjukan kemungkinan-kemungkinan yang diambil untuk memperbaiki kesalahan
gagasan yang dikritik tersebut.

Dalam bidang keilmuan, kritik adalah tanggapan evaluatif untuk menilai dan mengoreksi suatu
gagasan yang dapat terjadi di segala bidang kehidupan manusia. Oleh karena itu, kritik seni rupa
adalah analisis dan penilaian atas kelebihan dan kekurangan pada suatu karya seni rupa.

A. Pengertian Kritik Seni Rupa

Kritik Seni adalah mempelajari kekurangan dan kelebihan dari suatu karya seni rupa dengan
memberikan alasan berdasarkan berbagai analisa dan pengkajian. Kelebihan dan kekurangan itu
dipergunakan dalam bermacam hal, terutama sebagai bahan untuk mengetahui kualitas dari
sebuah karya. Kualitas di sini juga bukan hanya berarti kebaikan atau keburukan suatu hal.
Kualitas bermakna lebih luas sebagai “wujud atau bentuk sebenarnya” dari apa yang bisa jadi
tidak tampak saat kita tidak mencermatinya.

Para ahli umumnya beranggapan bahwa kritik dimulai dari kebutuhan untuk memahami saat
mengapresiasi, kemudian beranjak pada kebutuhan analisa lebih lanjut bahkan mendapatkan
kesenangan dari kegiatan berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan karya seni tersebut.
Seiring dengan perkembangan pemikiran seni dan kebutuhan publik terhadap dunia seni,
kegiatan kritik kemudian berkembang dan mengisi berbagai fungsi sosial lainnya.

Kritik seni merespons, menafsirkan makna, dan membuat penilaian kritis tentang karya seni
tertentu. Kritik seni membantu pemirsa memahami, menafsirkan, dan menilai karya seni.
Biasanya Kritikus cenderung lebih fokus pada seni modern dan kontemporer dari budaya yang
dekat dengan budaya mereka sendiri. Sementara itu,  sejarawan seni cenderung mempelajari
karya yang dibuat dalam budaya yang lebih jauh dalam ruang dan waktu.

Kritik karya seni rupa tidak hanya meningkatkan kualitas apresiasi dan pemahan terhadap sebuah
karya, tapi dipergunakan juga sebagai standar tersendiri untuk meningkatkan kualitas hasil
berkarya. Tanggapan yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama akan sangat
mempengaruhi persepsi apresiator terhadap kualitas sebuah karya seni hingga dapat
mempengaruhi penilaian harga dari karya tersebut.

B. Fungsi Kritik Seni

Kritik seni memiliki fungsi yang sangat strategis dalam dunia kesenirupaan dan pendidikan seni
rupa. Fungsi kritik seni yang pertama dan utama ialah menjembatani persepsi dan apresiasi
artistik dan estetik karya seni rupa, antara pencipta (seniman, artis), karya, dan penikmat seni.
Komunikasi antara karya yang disajikan kepada penikmat (publik) seni membuahkan interaksi
timbal-balik dan interpenetrasi keduanya.

Fungsi lain ialah menjadi dua mata panah yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun
penikmat. Seniman membutuhkan mata panah tajam untuk mendeteksi kelemahan, mengupas
kedalaman, serta membangun kekurangan. Seniman memerlukan umpan-balik guna merefleksi
komunikasi-ekspresifnya, sehingga nilai dan apresiasi tergambar dalam realita harapan
idealismenya.

Publik seni (masyarakat penikmat) dalam proses apresiasinya terhadap karya seni membutuhkan
tali penghubung guna memberikan bantuan pemahaman terhadap realita artistik dan estetik 
dalam karya seni. Proses apresiasi menjadi semakin terjalin lekat, manakala kritik memberikan
media komunikasi persepsi yang memadai. Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun tulisan yang
berupaya mengupas, menganalisis serta menciptakan sudut interpretasi karya seni, diharapkan
memudahkan bagi seniman dan penikmat untuk berkomunikasi melalui karya seni.

C. Jenis Kritik Seni

Kritik karya seni rupa memiliki perbedaan jenis berdasarkan dari tujuan kritik tersebut. Karena
berbagai perbedaan tersebut, maka kritik seni pun terbagi menjadi beberapa macam, seperti
pendapat Feldman (1967) yakni sebagai berikut.

Kritik Populer (popular criticism)

Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat pada
umumnya. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini bersifat pengenalan karya secara
umum. Dalam tulisan kritik populer, biasanya dipergunakan bahasa dan istilah-istilah sederhana
yang mudah dipahami oleh masyarakat luas.

Kritik Jurnalis (journalistic criticism)


Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara
terbuka kepada publik melaui media massa khususnya surat kabar. Kritik ini hampir sama
dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat cepat
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, karena sifat dari
media massa dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya.

Kritik Keilmuan (scholarly criticism)

Kritik keilmuan merupakan jenis kritik yang bersifat akademis dan memerlukan wawasan,
pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menanggapi sebuah karya seni. Kritik
jenis ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam
bidang seni rupa atau seni pada umumnya. Kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah
atau metodologi kritik secara akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali
dijadikan referansi bagi para penulis karya ilmiah lain atau kolektor, kurator, galeri dan institusi
seni yang lainnya.

Kritik Kependidikan (pedagogical criticism)

Kritik kependidikan merupakan kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat atau meningkatkan
kepekaan artistik serta estetika pelajar seni. Jenis kritik ini umumnya digunakan di lembaga-
lembaga pendidikan seni rupa terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni rupa yang
dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis kependidikan biasanya digunakan oleh pengajar bidang
ilmu seni dalam mata pelajaran pendidikan seni.

Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat menentukan pola pikir kita saat melakukan
kritik seni. Setiap jenis mempunyai berbagai cara dan metode yang berbeda dari  sudut pandang,
sasaran, dan materi yang tidak sama.

D. Bentuk Kritik Seni

Selain berdasarkan tujuan, kritik seni memilik berbagai bentuk yang berbeda berdasarkan
perbedaan pendekatan dan metode yang digunakan. Selain jenis kritik yang disampaikan oleh
Feldman, berdasarkan landasan yang digunakan, dikenal juga beberapa bentuk kritik yaitu: kritik
formalistik, kritik ekspresivistik dan instrumentalistik. Berikut adalah pemaparannya.

Kritik Formalistik

Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik ditujukan utamanya terhadap karya seni rupa
sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya, aspek bentuk atau unsur-unsur pembentukannya.
Pada sebuah karya lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan
(komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam
karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang
digunakan dalam berkarya seni.

Kritik Ekspresivistik

Pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus kemungkinan akan menilai dan menanggapi
kualitas gagasan dan perasaan atau ekspresi yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui
sebuah karya seni. Kegiatan kritik ekspresivistik umumnya menanggapi kesesuaian atau
keterkaitan antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah
karya.

Kritik Instrumentalistik
Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan
kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi.
Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni  tetapi
lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu.

Lukisan berjudul “Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh misalnya, dikritisi
tidak saja berdasarkan kualitas teknis penciptaan lukisannya saja tetapi keterkaitan antara objek,
isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi
pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan, bukan hanya secara formalistik
seperti yang telah dijelaskan di atas.

E. Tahapan Kritik Seni

Mengelompokan kritik seni beradasrkan tahapannya akan mempermudah proses menulis kritik.
Dengan menggunakan tahapan-tahapan yang teratur kita akan lebih jeli untuk
mempertimbangkan berbagai kelebihan dan kekurangan dari sebuah karya seni rupa.
Berdasarkan beberapa uraian tentang pendekatan dalam kritik seni, dapat dirumuskan tahapan-
tahapan kritik secara umum sebagai berikut:

Deskripsi

Deskripsi adalah tahapan dalam kritik untuk memperhatikan, menemukan berbagai unsur terkecil
seni rupa, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya tanpa berusaha
melakukan analisis atau mengambil kesimpulan terlebih dahulu. Untuk dapat mendeskripsikan
dengan baik, seorang kritikus harus mengetahui istilah-istilah teknis yang umum digunakan
dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan tersebut, maka kritikus akan kesulitan untuk
mendeskripsikan fenomena menarik yang terdapat pada karya yang dilihatnya.

Deskripsi harus menjawab pertanyaan ‘apa yang kita lihat?’. Berikut adalah beberapa unsur dan
prinsip yang dapat diikuti ketika melakukan analisis formal terhadap karya seni. Berbagai
elemen yang merupakan deskripsi di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Bentuk seni adalah lukisan, patung atau salah satu media seni lain.
2. Medium apa yang digunakan, misal cat, batu, dll, dan teknik (alat yang digunakan).
3. Ukuran dan skala pekerjaan (hubungan dengan orang, bingkai atau konteks skala lain).
4. Elemen atau bentuk umum dalam komposisi, termasuk pembangunan struktur atau lukisan;
identifikasi benda.
5. Deskripsi poros apakah vertikal, diagonal, horizontal, dll.
6. Deskripsi garis, termasuk kontur seperti lembut, planar, bergerigi, dll.
7. Deskripsi tentang bagaimana garis menggambarkan bentuk dan ruang (volume);
membedakan antara garis objek dan garis komposisi, mis., tebal, tipis, bervariasi, tidak
beraturan, terputus-putus, tidak jelas, dll.
8. Hubungan antara bentuk, misalnya, besar dan kecil, tumpang tindih, dll.
9. Deskripsi skema warna dan warna; palet.
10. Tekstur permukaan atau komentar lain tentang pelaksanaan pekerjaan.
11. Konteks objek: lokasi asli dan tanggal pembuatan.

Analisis formal

Analisis formal adalah tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya seni
berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini seorang kritikus
harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip seni rupa atau ilmu penataan
komposisi unsur dalam sebuah karya seni. Analisis formal berarti menentukan apa unsur dan
prinsip yang digunakan dan memutuskan mengapa seniman menggunakan berbagai fitur tersebut
untuk menyampaikan gagasannya. Analisis Ini menjawab pertanyaan, “Bagaimana seniman
melakukannya?”

Berbagai elemen analisis formal meliputi beberapa poin di bawah ini.

1. Penentuan materi pelajaran melalui penentuan elemen ikonografi, misalnya peristiwa


historis, alegori, mitologi, dll.
2. Pemilihan fitur atau karakteristik yang paling khas baik garis, bentuk, warna, tekstur, dll.
3. Analisis prinsip-prinsip seni rupa dan desain atau komposisi, misalnya, seimbang,
jomplang, dll. Kesatuan, irama, keselarasan, dll.
4. Pembahasan tentang bagaimana elemen atau sistem struktural berkontribusi terhadap
tampilan gambar atau fungsi.
5. Analisis penggunaan cahaya dan peran warna, misalnya, kontras, bayangan, dingin, hangat,
warna sebagai simbol, dll.
6. Perlakuan terhadap ruang, baik yang nyata maupun yang ilusi (termasuk penggunaan
perspektif), misalnya, kompak, dalam, dangkal, naturalistik, acak, dll.
7. Penggambaran gerakan dan bagaimana pencapaiannya.
8. Efek medium tertentu yang digunakan
9. Persepsi seniman terhadap keseimbangan, proporsi dan skala (hubungan setiap bagian
komposisi secara keseluruhan dan satu sama lain) dan emosi atau ekspresi yang dihasilkan.
10. Reaksi terhadap objek atau monumen

Interpretasi

Interpretasi adalah penafsiran makna atau isi sebuah karya seni meliputi tema yang digarap,
simbol yang dihadirkan dan tanda-tanda lain yang dimunculkan. Penafsiran ini sangat terbuka
sifatnya, dipengaruhi sudut pandang dan wawasan kritikusnya. Semakin luas wawasan seorang
kritikus biasanya semakin kaya interpretasi karya yang dikritisinya. Interpretasi haru dapat
menjawab pertanyaan, ‘Mengapa seniman menciptakannya dan apa artinya’

Beberapa elemen yang merupakan interpretasi antara lain adalah sebagai berikut.

1. Ide utama, keseluruhan arti dari karya.


2. Pernyataan Interpretasi: Dapatkah kita mengungkapkan apa yang kita pikirkan /tafsirkan
tentang karya seni itu dalam satu kalimat?
3. Bukti: Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni itu, untuk mendukung penafsiran
kita.

Prinsip Interpretasi

Berikut adalah beberapa prinsip interpretasi menurut Terry Barret. Terry Barret adalah seorang
kritikus seni asal Amerika Serikat menyusun beberapa prinsip-prinsip Interpretasi seni.

1. Karya seni memiliki “ketidakjelasan” dan dibutuhkan interpretasi.


2. Interpretasi adalah argumen persuasif.
3. Beberapa interpretasi lebih baik dari yang lain.
4. Penafsiran seni yang baik lebih banyak menceritakan tentang karya seni itu sendiri
daripada penafsirnya sendiri.
5. Perasaan adalah panduan untuk interpretasi.
6. Ada interpretasi yang berbeda, bersaing, dan kontradiktif terhadap karya seni yang sama.
7. Interpretasi sering didasarkan pada pandangan dunia.
8. Interpretasi tidak terlalu benar, tapi kurang lebih masuk akal, meyakinkan, mencerahkan,
dan informatif.
9. Interpretasi dapat dinilai berdasarkan koherensi, korespondensi, dan inklusivitas.
10. Sebuah karya seni belum tentu tentang apa yang seniman inginkan.
11. Seorang kritikus seharusnya tidak menjadi juru bicara seniman.
12. Interpretasi harus menyajikan bagian terbaik karya, bukan bagian terlemahnya
13. Objek penafsiran adalah karya seni, bukan seniman.
14. Semua karya seni adalh bagian tentang dunia di mana ia muncul.
15. Semua karya seni adalah bagian dari karya seni lainnya.
16. Tidak ada penafsiran yang lengkap tentang arti sebuah karya seni.
17. Makna sebuah karya seni mungkin berbeda dari kepentingan pemirsa. Interpretasi pada
akhirnya adalah usaha komunal, dan masyarakat pada akhirnya mungkin akan
mengoreksinya lagi.
18. Interpretasi yang baik akan mengundang kita untuk melihat diri kita dan melanjutkan
interpretasi menurut pendapat kita sendiri.

Evaluasi atau penilaian

Evaluasi merupakan tahapan yang menjadi ciri utama dari kritik karya seni jika dibandingkan
dengan apresiasi. Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas
suatu karya seni  dan biasanya akan dibandingkan dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan
dilakukan terhadap berbagai aspek yang terkait dengan karya tersebut baik aspek formal maupun
aspek konteks. Menilai sebuah karya berarti memberi penilaian dalam kaitannya dengan karya
lain dan tentu saja mempertimbangkan aspek yang sangat penting dari seni visual;
orisinalitasnya. Berikut ini adalah berbagai elemen penilaian.

1. Apakah itu karya seni yang bagus?


2. Kriteria: Kriteria apa yang menurut kita paling sesuai untuk menilai karya seni ini?
3. Bukti: Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni yang berkaitan dengan setiap
kriteria?
4. Penilaian: Berdasarkan kriteria dan buktinya, apa penilaian kita tentang kualitas karya seni
tersebut?

Mengevalusi atau menilai secara kritis dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengkaitkan sebanyak-banyaknya karya yang dinilai dengan karya yang sejenis


2. Menetapkan tujuan atau fungsi karya yang ditelaah
3. Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan “menyimpang” dari yang telah ada
sebelumnya.
4. Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan segi pandang tertentu yang
melatarbelakanginya.

F. Berpikir Kritis

Sebetulnya kritik sudah sejak lama dilakukan oleh kita sebagai manusia. Dalam keseharian, kita
secara sengaja atau tidak sengaja sering melontarkan kata, kalimat atau bahasa yang bersifat
memberikan tanggapan, komentar, penilaian terhadap suatu karya apapun.  Sebetulnya hal intu
sangat wajar, karena  manusia memiliki empat kemampuan sebagai kapasitas mental, yaitu :

1. Kemampuan absortif, yaitu kemampuan mengamati


2. Kemampuan retentif, adalah kemampuan mengingat dan mereproduksi
3. Kemampuan reasoning, merupakan kemampuan menganalisis dan mempertimbangkan
4. Kemampuan kreatif, kemampuan berimajinasi, menafsirkan, dan mengemukakan gagasan.

Kunci dari kritik adalah kemampuan reasoning dan kreatif,  kita selalu tergugah untuk
melakukan kritik walaupun bukan atas dasar permintaan atau kesengajaan. Kebiasaan
melontarkan kritik kepada karya orang lain merupakan dorongan kritis yang didasari oleh unsur
cipta dan rasa dalam diri seseorang sebagai manusia.
G. Pisau Analisis Kritik Seni

Landasan keilmuan (dan pengetahuan) yang relevan akan membantu kritikus dalam mengupas
persoalan kekaryaan seni rupa. Misalnya sejarah seni rupa, Ilmu sejarah akan memberikan jalan
wawasan tentang waktu dan ruang kekaryaan seni rupa. Dengan mempelajari  perkembangan
seni rupa di setiap pelosok dunia, maka luas bahan sebagai dasar pemikiran dan acuan arah
bandingan menjadi lebih terbuka. Selain sejarah seni rupa, wawasan teori seni juga penting
dimiliki oleh kritikus.

Teori seni meliputi ilmu seni, filsafat seni, unsur seni, antropologi seni, sosiologi seni,
tinjauan seni modern dan kontemporer, dan lain-lain. Keilmuan akan memberi pijakan dan
memperkokoh konstruksi kritik yang obyektif. Sehingga mata pisau kritik semakin akurat, dan 
memberi pula wawasan kepada publik seni dengan keyakinan yang kuat. Seorang kritikus seni
rupa tidak selalu harus seorang perupa, namun ilmu kesenirupaan harus dimilikinya. Pengalaman
dan pergaulan dalam mengamati, menyelidiki, dan membandingkan kekaryaan seni rupa sebagai
syarat yang tidak bisa dilepaskan dari seorang kritikus seni rupa.

Pandangan Retrospektif dan metode spesifik lain

Pengamatan terhadap perkembangan seni rupa masa lalu (dari prasejarah ) hingga fenomena seni
rupa masa kini akan memberi warna yang serasi bagi karya kritik seni rupa. Begitupun upaya
menyelidiki dan membandingkan kekayaan seni rupa antara berbagai karya seni rupa akan sangat
membantu memperluas dan memperkaya khazanah kritik.

Tidak hanya memahami kekaryaannya, kritikus juga sebaiknya memahami pikiran, perasaan
seniman penciptanya. Biografi dan kehidupan seniman tidak lepas dari pengamatan kritikus.

Metode yang digunakan akan berbeda satu sama lain. Banyak metode yang dapat digunakan
sebagai pisau analisa kritik, sesuai dengan kebutuhan jenis kritik dan jenis karya seni rupa itu
sendiri. Metode kritik adalah serangkaian prosedur (tata cara, etika) yang disesuaikan dengan
tipe kritiknya. Misalnya, metoda kritik jurnalistik menggunakan tata cara jurnalis. Begitupun
metoda kritik akademik menggunakan tata cara akademis yang dikembangkannya. Melakukan
pendekatan analisis formal terhadap karya yang antiestetika juga mungkin akan cenderung tidak
maksimal, sehingga pendekatan lain yang jauh lebih mendalam harus diaplikasikan.

H. Kesimpulan

Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk mempertumbuhkan kelebihan dan
kekurangan suatu karya seni. Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat menentukan
pola pikir kita dalam melakukan kritik seni. Begitu juga dengan pendekatan kritik seni yang
dapat menggunakan berbagai metode dan pisau analisis yang berbeda. Perbedaan mazhab/aliran
seni juga akan mempengaruhi cara melakukan kritik yang harus kita lakukan.

Kritik seni tidak berarti eksklusif terhadap kebutuhan untuk mengkaji karya seni untuk keperluan
karya ilmiah. Kritik seni memiliki berbagai jenis dengan masing-masing kebutuhannya. Boleh
dibilang sebetulnya apa yang lebih diperlukan di era seni rupa yang serba memusingkan
masyarakat umum ini adalah kritik populer. Keadaan masyarakat yang semakin skeptis terhadap
karya seni kontemporer perlu direspon dengan berbagai kritik seni yang dapat menjembatani
seniman dan masyarakat umum.

Nama: Rosa Palma Watunglawar


Kelas : X3

Anda mungkin juga menyukai