Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kritik Seni

Nama Anggota :

Intan Puspita Sari (15)

Natascia Iphonne Parameswari (24)

Shinta Nurika (32)

XII IPA 4

SMAN 1 GLAGAH

TAHUN AJARAN 2019/2020


Kritik Seni
Kritik Seni adalah mempelajari kekurangan dan kelebihan dari suatu karya seni rupa dengan
memberikan alasan berdasarkan berbagai analisa dan pengkajian. kelebihan dan kekurangan itu
dipergunakan dalam bermacam hal, terutama sebagai bahan untuk mengetahui kualitas dari sebuah
karya. Para ahli umumnya beranggapan bahwa kritik dimulai dari kebutuhan untuk memahami saat
mengapresiasi, kemudian beranjak pada kebutuhan analisa lebih lanjut bahkan mendapatkan
kesenangan dari kegiatan berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan karya seni tersebut.
Seiring dengan perkembangan pemikiran seni dan kebutuhan publik terhadap dunia seni, kegiatan
kritik kemudian berkembang dan mengisi berbagai fungsi sosial lainnya.

Kritik seni merespons, menafsirkan makna, dan membuat penilaian kritis tentang karya seni
tertentu. Kritik seni membantu pemirsa memahami, menafsirkan, dan menilai karya seni. Biasanya
Kritikus cenderung lebih fokus pada seni modern dan kontemporer dari budaya yang dekat dengan
budaya mereka sendiri. Sementara Sejarawan seni cenderung mempelajari karya yang dibuat dalam
budaya yang lebih jauh dalam ruang dan waktu.

Kritik karya seni rupa tidak hanya meningkatkan kualitas apresiasi dan pemahaman terhadap
sebuah karya, tapi dipergunakan juga sebagai standard tersendiri untuk meningkatkan kualitas hasil
berkarya. Tanggapan yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama akan sangat mempengaruhi
persepsi apresiator terhadap kualitas sebuah karya seni hingga dapat mempengaruhi penilaian harga
dari karya tersebut.

Fungsi Kritik Seni

Kritik seni memiliki fungsi yang sangat strategis dalam dunia kesenirupaan dan pendidikan
seni rupa. Fungsi kritik seni yang pertama dan utama ialah menjembatani persepsi dan apresiasi
artistik dan estetik karya seni rupa, antara pencipta (seniman, artis), karya, dan penikmat seni.
Komunikasi antara karya yang disajikan kepada penikmat (publik) seni membuahkan interaksi timbal-
balik dan interpenetrasi keduanya.

Fungsi lain ialah menjadi dua mata panah yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun
penikmat.  Seniman membutuhkan mata panah tajam untuk mendeteksi kelemahan, mengupas
kedalaman, serta membangun kekurangan. Seniman memerlukan umpan-balik guna merefleksi
komunikasi-ekspresifnya, sehingga nilai dan apresiasi tergambar dalam realita harapan idealismenya.

Publik seni (masyarakat penikmat) dalam proses apresiasinya terhadap karya seni
membutuhkan tali penghubung guna memberikan bantuan pemahaman terhadap realita artistik dan
estetik  dalam karya seni. Proses apresiasi menjadi semakin terjalin lekat, manakala kritik
memberikan media komunikasi persepsi yang memadai. Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun
tulisan yang berupaya mengupas, menganalisis serta menciptakan sudut interpretasi karya seni,
diharapkan memudahkan bagi seniman dan penikmat untuk berkomunikasi melalui karya seni.

Jenis Kritik Seni

Kritik karya seni rupa memiliki perbedaan jenis berdasarkan dari tujuan kritik tersebut.
Karena berbagai perbedaan tersebut, maka kritik seni pun terbagi menjadi beberapa macam, seperti
pendapat Feldman (1967) yaitu kritik populer (popular criticism), kritik jurnalis (journalistic
criticism), kritik keilmuan (scholarly criticism), dan kritik pendidikan (pedagogical criticism).
Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat menentukan pola pikir kita saat melakukan kritik
seni. Setiap jenis mempunyai berbagai cara dan metode yang berbeda dari  sudut pandang, sasaran,
dan materi yang tidak sama.

1) Kritik Populer
Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat pada
umumnya. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini bersifat pengenalan karya
secara umum. Dalam tulisan kritik populer, biasanya dipergunakan bahasa dan istilah-istilah
sederhana yang mudah dipahami oleh masyarakat luas.
2) Kritik Jurnalis
Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan
secara terbuka kepada publik melaui media massa khususnya surat kabar. Kritik ini hampir
sama dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat
cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, karena
sifat dari media massa dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya.
3) Kritik Keilmuan
Kritik keilmuan merupakan jenis kritik yang bersifat akademis dan memerlukan wawasan,
pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menanggapi sebuah karya seni.
Kritik jenis ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya
dalam bidang seni rupa atau seni pada umumnya. Kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-
kaidah atau metodologi kritik secara akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan
seringkali dijadikan referansi bagi para penulis karya ilmiah lain atau kolektor, kurator, galeri
dan institusi seni yang lainnya.
4) Kritik Kependidikan
Kritik kependidikan merupakan kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat atau
meningkatkan kepekaan artistik serta estetika pelajar seni. Jenis kritik ini umumnya
digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seni rupa terutama untuk meningkatkan kualitas
karya seni rupa yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis kependidikan biasanya
digunakan oleh pengajar bidang ilmu seni dalam mata pelajaran pendidikan seni.

Bentuk Kritik Seni

Selain berdasarkan tujuan, kritik seni memilik berbagai bentuk yang berbeda berdasarkan
perbedaan pendekatan dan metode yang digunakan. Selain jenis kritik yang disampaikan oleh
Feldman, berdasarkan landasan yang digunakan, dikenal juga beberapa bentuk kritik yaitu: kritik
formalistik, kritik ekspresivistik dan instrumentalistik.

1) Kritik Formalistik
Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik ditujukan utamanya terhadap karya seni rupa
sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya, aspek bentuk atau unsur-unsur pembentukannya.
Pada sebuah karya lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan
(komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat
dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang
digunakan dalam berkarya seni.
2) Kritik Ekspresivistik
Pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus kemungkinan akan menilai dan
menanggapi kualitas gagasan dan perasaan atau ekspresi yang ingin dikomunikasikan oleh
seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik ekspresivistik umumnya menanggapi
kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-objek yang
ditampilkan dalam sebuah karya.
3) Kritik Instrumentalistik
Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan
kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi.
Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni  
tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Lukisan berjudul
‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’ karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja
berdasarkan kualitas teknis penciptaan lukisannya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi,
tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi
pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan, bukan hanya secara
formalistik seperti yang telah dijelaskan diatas.

Apresiasi
Apresiasi berasal dari Bahasa Latin, “appretiatius” yang artinya penghargaan atau
penilaian terhadap sesuatu. Kita juga mengenal “appreciate” dalam Bahasa Inggris yang
berarti melihat, menentukan nilai, menikmati, menyadari keindahan, serta menghayati
sesuatu. Sedangkan, seni adalah sesuatu yang memiliki nilai keindahan atau estetika dan
diciptakan oleh manusia—biasanya disebut dengan karya seni. Seseorang yang sedang
melakukan apresiasi biasanya disebut apresiator. Untuk mengapresiasi suatu karya seni rupa
perlu memperhatikan unsur-unsur seperti tema, gaya, teknik, dan komposisi. Untuk
mengapresiasi seni juga tidak dengan hanya menilai suatu karya seni saja, tapi dapat
mengapresiasi sesuatu yang ada di sekitar kita.
Penilaian setiap individu juga berbeda satu sama lain karena pada dasarnya setiap
individu memiliki karakter yang beda antara satu dengan yang lainnya, sehingga hal yang
disukai maupun yang dinilai juga berbeda. Jika menurut apresiator yang pertama karya
tersebut sesuai seperti dengan pribadinya, belum tentu apresitor satunya mengatakan hal yang
sama. Hal ini dikarenakan:
 Status sosial yang berbeda-beda
 Tingkat intelektual
 Tingkat pemahaman dan penilaian seseorang itu bermacam-macam.
Jenis Jenis Apresiasi
Apresiasi terhadap karya seni sendiri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
 Apresiasi empatik, yaitu menilai atau menghargai suatu karya seni yang dapat
ditangkap dengan sebatas indrawi saja.
 Apresiasi estetis, yaitu menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan
pengamatan dan penghayatan yang mendalam.
 Apresiasi kritik, yaitu menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan
klasifikasi, deskripsi, analisis, tafsiran, dan evaluasi serta menyimpulkan hasil
penilaian atau penghargaannya. Apresiasi yang satu ini dapat dilakukan dengan
mengamati suatu benda secara langsung dan nyata.

Menurut Brent G. Wilson dalam bukunya yang berjudul Evaluation of Learning in Art


Education, apresiasi sendiri memiliki 3 konteks utama, yakni:
 Feeling (Perasaan) : Berkaitan dengan perasaan mengenai suatu keindahan.
 Valuing (Penilaian) : Sangat erat kaitannya dengan penilaian suatu karya seni.
 Emphatizing (Empati) : Berkaitan dengan penghormatan atau penghargaian terhadap
dunia seni dan profesi seperti pelukis, pepatung, pemahat, pegrafis, pedesain, pekria,
dan lain-lain.

Apresiasi juga dibedakan menjadi dua tipe, yakni:


 Apresiasi pasif; pelaku dari apresiasi ini adalah orang yang masih awam terhadap
seni, namun memiliki minat yang baik terhadap suatu karya seni.
 Apresiasi aktif; apresiasi yang dilakukan muncul setelah seseorang itu menilai suatu
karya seni.
Tahapan Apresiasi
Selain dari jenis-jenis apresiasi yang telah dijabarkan, untuk melakukan suatu apresiasi seni
kreatif juga memerlukan lima tahapan khusus sebagai berikut:
 Pengamatan : Pengamatan terhadap suatu karya seni ini tidak dilakukan dengan satu
indera saja. Namun, dengan memberdayakan seluruh pribadi. Maksudnya, apresiasi
ini juga dilakukan dengan ketajaman pengamatan seseorang serta pengetahuan ilmu
seni.
 Aktivitas Fisiologis :  Aktivitas fisiologis adalah tindakan nyata dalam melakukan
suatu pengamatan.
 Aktivitas Psikologis :  Aktivitas psikologis merupakan persepsi dengan evaluasi yang
kemudian dapat menimbulan suatu interpretas imajinatif sebagai pendorong
kreativitas.
 Aktivitas Penghayatan : Aktivitas penghayatan dapat dilakukan dengan mengamati
suatu objek karya seni secara mendalam.
 Aktivitas Penghargaan : Aktivitas penghargaan merupakan suatu evaluasi terhadap
objek dengan menyampaikan saran atau kritikan.
Manfaat Apresiasi
1. Agar kita dapat mengenal suatu bentuk karya seni. Artinya, kita tidak hanya tahu bahwa
itu adalah karya seni, tapi kita memahami karya seni tersebut dari segala sisi.
2. Agar kita dapat meningkatkan serta memupuk kecintaan kita terhadap suatu karya seni,
baik itu karya seni dari bangsa sendiri maupun dari luar. Serta, juga dapat meningkatkan
dan memupuk kecintaan kepada sesama manusia.
3. Juga sebagai sarana untuk melakukan penilaian, penikmatan, empati, hiburan, serta
edukasi.
4. Apresiasi juga mampu menimbulkan hubungan timbal-balik yang positif antara penikmat
karya seni dan pencipta.
5. Selain itu, agar kita juga dapat memperoleh suatu pengalaman dan ilmu baru ketika
menikmati karya seni rupa dan sebagai suatu bekal untuk menciptakan serta
mengembangkan suatu karya seni yang lebih baik dan berkualitas di kemudian hari.
Tujuan Apresiasi
Tujuan seseorang melakukan apresiasi seni rupa adalah menjadikan masyarakat agar
tahu apa, bagaimana, dan alasan dari karya seni tersebut diciptakan. Maka, dapat disimpulkan
bahwa agar masyarakat dapat menanggapi, menghayati, dan menilai suatu karya. Tujuan lain
dari apresiasi seni rupa adalah untuk mengembangkan nilai estetika dari suatu karya seni,
serta mengembangkan kreasi dan untuk suatu penyempurnaan hidup.

Seni Rupa 3 Dimensi


Seni rupa 3 dimensi, atau biasa kita sebut dengan Seni rupa 3D, merupakan seni rupa
yang dibatasi dengan 3 sisi yaitu sisi panjang, sisi lebar dan tinggi atau dalam pengertiannya
yaitu karya seni yang memilki volume dan ada di dalam sebuah ruang. Sedangkan seni rupa 2
dimensi hanya memiliki dua batas pada setiap sisinya, yaitu sisi panjang dan sisi lebar, yang
menjadi pembeda antara seni rupa 3 dimensi dan 2 dimensi ada di unsur ruang tersebut.
Unsur-unsur yang ada di dalam seni rupa 3 Dimensi:
1. Mempunyai panjang, lebar, tinggi
2. Menempati ruang
3. Dan bisa dilihat dari segala sudut pandang

Jenis Karya Seni Rupa 3 Dimensi


Pembuatan karya seni rupa 3 Dimensi terbagi menjadi dua bagian, berdasarkan fungsi
dan tujuan seni rupa tersebut yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.
 Seni Rupa Murni merupakan karya seni yang tercipta bebas dengan fungsi yang lebih
mengutamakan keindahan dari pada fungsi, sebagai kepuasan pandangan mata saja
dan biasanya sering digunakan hanya sebagai pajangan.
 Seni Rupa Terapan merupakan karya seni yang tidak hanya sebagai pajangan rumah
saja, tapi juga berfungsi untuk membantu kehidupan manusia. Seni rupa terapan lebih
mengutamakan kegunaan dibandingkan keindahannya.

Teknik-Teknik Seni Rupa 3 Dimensi


Daerah-daerah di Indonesia memiliki bahan dan media yang bermacam-macam dalam
teknik membuat karya seni rupa 3 dimensi, semua berdasarkan lingkungan daerah tersebut.
1. Teknik Aplikasi – merupakan sebuah karya hias yang digunakan dalam seni menjahit
dengan cara menempelkan bermacam-macam kain yang sudah di gunting yang seperti
bunga, bintang, boneka dan bentuk lainnya di sebuah kain sebagai hiasan untuk
mempercantik.
2. Teknik Mozaik – merupakan sebuah teknik menggambar dengan menggunakan suatu
bentuk geometris tertentu. Bentuk geometris digunakan untuk mengganti bahan pewarna.
3. Teknik Merakit – merupakan sebuah karya seni dengan cara menyambungkan beberapa
potongan bahan-bahan. Cara ini bisa disebut dengan merakit, rakitan adalah hasil
karyanya.
4. Teknik Pahat – merupakan teknik yang membuat karya seni dengan membuang bahan-
bahan yang tidak digunakan. Biasa dibuat menggunakan alat martil, pahat, kikir dan
sebagainya.
5. Teknik Cor/Menuang – merupakan karya seni yang dilakukan dengan cara menuang
bahan cair ke sebuah alat cetakkan. Bahan cair yang biasa digunakan terbuat dari semen,
karet, logam dan sebagainya.
Simbol dalam karya seni rupa 3 dimensi
Dalam menekuni karya seni rupa, simbol-simbol juga mempunya makna yang
terkandung  didalamnya, baik itu berwujud objek atau pun unsurnya. Contohnya warna merah
disebut sebagai simbol keberanian, patung kuda biasa disebut sebagai simbol kegagahan,
patung katak sebagai simbol pemanggil hujan, tugu Proklamasi di Jakarta sebagai simbol
kemerdekaan dan perjuangan rakyat Indonesia, tugu katulistiwa di Pontianak Kalimantan
Barat sebagai tempat dilalui garis katulistiwa, tugu Jogja sebagai simbol persatuan antara
pemimpin dan rakyat dalam melawan musuh dalam suatu pemerintahan.
Unsur Seni Rupa 3 Dimensi
Karya seni rupa 3 dimensi mempunyai unsur yang membentuk kesatuan sehingga
dapat memperindah atau mempercantik pada karya seni rupa 3 dimensi. Berikut ini unsur-
unsur yang membentuk karya seni rupa:
1. Titik
Titik merupakan unsur karya seni rupa yang paling dasar dan paling kecil.
Titik seperti sebuat bintik dalam seni rupa. Dengan sebuah titik, seseorang bisa
mendapatkan ide baru dalam berkarya seperti membuat garis dan ruang. Selain itu
titik mempunyai pusat perhatian tersendiri bilang sendiri atau mempunyai warna yang
mencolok berbeda sendiri dari yang lainnya.
2. Garis
Garis merupakan goresan atau batas suatu benda, ruang, bidang, warna, tekstur
dan sebagainya. Garis mempunyai dimensi yang cenderung memanjang dan
mempunyai arah tertentu. Gari juga memiliki beberapa sifat seperti panjang, pendek,
horizontal, vertikal, tipis, lurus, berombak, melengkung, tebal, patah-patah, miring,
halus dan lain-lain.
Selain itu garis juga mempunyai berbagai bentuk seperti garis mendatar, garis
tegak, garis miring, garing lengkung, garis bersilang, garis sejajar, garis zig zag, garis
spiral dan garis gelombang. Penggunaan garis dalam sebuah gambar juga memiliki
kesan tertentu, seperti garis lurus mempunyai kesan kesan keras, garis patah-patah
yang memiliki kesan kaku.
3. Bidang
Salah satu karya seni rupa yang dibentuk atau terbentuk dari hubungan
beberapa garis disebut bidang. Bidang memiliki dimensi panjang, lebar atau bisa
disebut juga pipih. sedangkan bentuk memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi, oleh
sebab itu bentuk mempunyai isi atau volume. Berdasarkan bentuknya, bidang dan
bentuk memiliki beragam macam seperti bidang geometris, bidang simetris, bidang
organis dan lain sebagainya.
4. Bentuk
Bentuk bisa diartikan sebagai bangun atau plastis. Bangun mempunyai bentuk
yang polos. Sedangkan bentuk plastits bukan hanya dilihat dari bentuknya saja,
melainkan ada nilai dan maknanya sepeti lemari, lemari bukan hanya sebuah benda
tetapi memiliki kegunaan untuk meletakkan pakaian.
5. Tekstur
Tekstur adalah sifat permukaan sebuah benda. Sifatnya kasar, halus, berpori,
licin, mengkilap dan sifat-sifatnya bisa dirasakan lewat indra mata dan indra peraba.
Berdasarkan jenisnya tekstur terbagi menjadi dua macam yaitu tekstur nyata dan
tekstur semu. Tekstur nyata mempunyai nilai dan kandungan yang sama dengan
pengelihatan dan perabaan, sedangkan tekstru semua tidak mempunyai nilai dan
kandungan yang sama dengan pengelihatan dan perabaan.
Salah satu seni rupa 3 dimensi yang paling terkenal adalah patung. Sampai sekarang
seni patung semakin berkembang lebih baik dan memiliki nilai seni yang tinggi. Patung biasa
dibuat dengan media batu, kayu, logam dan dapat dilihat dari segala arah mata memandang.
Patung mempunyai panjang, lebar dan tinggi dan terbuat dari benda padat dan lunak.
Kebanyakan orang membuat patung dibuat serupa dengan binatang, manusia, dan bentuk
lainnya.
Berdasarkan segi bentuknya, patung memiliki dua jenis yaitu :
1. Figuratif merupakan bentuk patung yang dibuat dengan meniru bentuk secara
alamiah. Misalnya : manusia, hewan atau tumbuhan. Bentuk karya ini dibuat secara
utuh sesuai dengan keasliannya.
2. Nonfiguratif merupakan karya seni rupa patung yang dibuat tidak seperti bentuk
figuratif, yaitu dibuat diluar bentuk aslinya. Bentuk ini biasanya menampilkan garis-
garis melintang atau memanjang, lubang, lekukan, benda dan lain-lain.
Berdasarkan jenisnya, teknik pembuatan patung juga terbagi menjadi dua yaitu:
1. Zonde Bosse – Zonde Bosse merupakan bentuk patung yang mampu berdiri sendiri,
tidak ada bantuan di sebelah kanan dan kirinya. Patung ini biasanya selalu menempel
pada salah satu sisinya.
2. Relief – Relief merupakan bentuk patung yang menempel pada permukaan dinding.
Biasanya relief ini menggambarkan sebuah adegan dari cerita. Salah satu contoh
relief dapat kita lihat di candi shiwa dan candi brahma di kompleks candi prambanan
yang berisi rangkaian adegan ramayana.
3. Relief dibagi menjadi tiga jenis:
4. Baserelief: Relief yang menampilkan bentuk yang kurang dari setengah dari bentuk
aslinya
5. Demirelief: Relief yang menampilkan bentuk setengah dari bentuk aslinya
6. Hautrelief: Relief yang menampilkan bentuk yang sama persis dengan bentuk aslinya

Seni Rupa 2 Dimensi


1) Fotografi
Seni fotografi adalah seni melukis dengan cahaya, yaitu merekam objek alam atau
peristiwa ke dalam klise dengan bantuan alat kamera foto. Karya fotografis merupakan
seni murni untuk dinikmati keindahannya, tetapi dapat diterapkan pada sejumlah karya
seni lain. Objek foto dapat mendukung atau menjelaskan makna dari suatu hal, sehingga
dapat menjadi bahan laporan atau bukti fisik suatu kegiatan.
Dalam memilih objek foto, ada beberapa pertimbangan estetika yang perlu
diperhatikan seperti objek, latar belakang, sudut perekaman, pencahayaan, jenis kamera
dan pencetakan/afdruk. Berikut uraiannya :
 Objek : suatu objek foto dipilih karena memiliki nilai-nilai tertentu, seperti objek
tersebut haruslah indah dan unik, penting atau bersejarah, atau komersil.
 Latar Belakang : usahakan memilih latar belakang yang mendukung objek baik dari
segi keindahan, kesan dan warna
 Sudut Perekaman : upayakan mengambil sudut perekaman yang dapat
menghasilkan gambar dengan komposisi yang bagus dari segi isi foto dan batas
gambar. Caranya dengan menggerakan kedudukan kamera di tangan ke arah kanan-
kiri atau atas-bawah. Jarak antar kamera, objek dan latar belakang harus
diperhitungkan. Gambar foto akan didominasi oleh latar belakang jika posisi objek
dengan kamera (secara nyata atau pengaturan lensa) terlalu jauh, sehingga objek
tampa kecil. Demikian pula sebaliknya.
 Pencahayaan :  pada siang hari, usahakan posisi kamera tidak terlalu berlawanan
dengan sinar matahari. Jangan merekam objek (bukan pemandangan alam) yang
sebagian diliputi bayangan gelap dan sebagian lagi terang karena objek akan menjadi
tidak jelas.
 Jenis Kamera : untuk merekam objek dengan manipulasi latar belakang, digunakan
kamera manual focus. Jika menginginkan latar belakang terekam, gunakan kamera
instamik
 Pencetakan/afdruk : pencetakan/afdruk dapat dilakukan secara biasa atau
dimanipulasi agar lebih indah. Manipulasi dapat berupa pemberian hiasan atau
penggantian latar belakang.

2) Seni Lukis
Seni lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa yang tercipta dari hasil imajinasi
seniman yang diekspresikan melalui media garis, warna, tekstur, gelap terang, maupun
bidang dan bentuk. Seni lukis disajikan dalam bidang dua dimensi, seperti kanvas, papan,
kertas, dan lainnya. Karya dari seni lukis ini disebut dengan lukisan.
Komponen Seni Lukis
Komponen seni lukis terdiri dari subyek, bentuk, dan isi. Ketiganya merupakan hal yang
penting diperhatikan, karena perpaduan yang tepat ketiganyalah yang akan menghasilkan
suatu karya seni lukis yang baik.
1. Subyek merupakan sesuatu yang dmenjadi bentuk lukisan. Subjek dibedakan menjadi
dua, yakni:
 Lukisan bentuk figuratif, artinya subjek masih terikat dengan alam atau dengan
kata lain mengambil bentuk-bentuk yang ada di alam.
 Lukisan bentuk non figuratif (abstrak), artinya subyek tidak terikat dengan alam.
2. Bentuk merupakan cara seniman mengekspresikan subjek yang dilukisnya menjadi
sebuah karya dua dimensi yang nyata.
3. Isi merupakan tujuan terakhir yang ingin dicapai seniman, yakni hasil dari kesan
ungkapan eksresi melalui sebuah karya seni lukis. Pengungkapan ini biasanya
ditemukan dalam beberapa aliran seni lukis.

Media Seni Lukis


Media yang diperlukan dalam pembuatan seni lukis terdiri dari alat dan bahan. Berikut ini
media seni lukis, meliputi:

1. Bahan. Pada dasarnya setiap medium/bahan memiliki dua sifat dasar, yakni:
 Sifat fisik, yaitu medium dapat dilihan dengan mata, permukaannya bisa kasar
atau halus, keras, lunak, mudah pecah, bersifat elastis, dan lainnya.
 Sifat estetis, yaitu sifat keindahan yang dimiliki setiap medium berbeda. Nilai
estetika lukisan menggunakan media cat minyak tentu akan berbeda dengan
lukisan yang menggunakan media cat air.
Setiap bahan yang dipilih untuk karya seni lukis memiliki sifat dan karakter yang
berbeda.Hal ini tidak menunjukkan bahan yang satu lebih baik dibandingkan yang
lain. Pemilihan medium tidak menentukan artistik dan mahalnya suatu karya.
Melainkan kreatifitas dan bakat seniman yang lebih memepengaruhi kualitas karya
yang dihasilkan.
2. Alat. Pemilihan alat yang baik ialah alat yang dipilih harus sesuai dengan medium
yang digunakan. Alat  yang digunakan dalam seni lukis sama dengan peralatan
menggambar pada umumnya, yaitu cat air, pensil, cat poster, pensil warna, pastel,
kuas, crayon, cat akrilik, dan lainnya.

Teknik Seni Lukis


Media yang dipilih sangat menentuk teknik seni lukis yang akan diterapkan. Berikut
ini beberapa teknik seni lukis berdasarkan media yang dipilih:
1. Lukisan cat minyak (oil printing)
Lukisan ini menggunakan medium berupa tepung atau juga pasta yang dicampur
dengan minyak. Alat yang digunakan ialah kuas ataupun pisau palet.
2. Lukisan cat air (water color)
Lukisan ini memakai medium cat air yang bersifat tembus pandang.
3. Lukisan arang (conte)
Teknik ini akan menghasilkan lukisan yang berkesan gelap terang. Pengaturan nuansa
bentuk dan cahaya sangat menonjol.
4. Lukisan pastel (oil pastel)
Lukisan ini dikerjakan dengan menggunakan butiran pigmen warna yang sudah
dipadatkan seperti batang kapur.
5. Lukisan azalejo
Lukisan ini dikerjakan dengan cara menempelkan potongan dari sebuah bentuk
tertentu dengan pola gambar yang sesuai.
6. Lukisan tempera
Lukisan ini dibuat ditembok setelah tembok kering. Adapun persiapan yang dilakukan
ialah cat yang akan digunakan diaduk dengan perekat, bisa juga dicampur dengan
putih telur sehingga hasilnya nampak cat minyak.
7. Lukisan al-fresco
Al-fresco berarti fresh atau segar. Media yang digunakan biasanya untuk lukisan
dinding (mural).
8. Lukisan al-secco
Serupa dengan media yang digunakan pada lukisan al-fresco. Hanya saja, lukisan ini
dibuat setelah dinding/tembok mengering.
Fungsi Seni Lukis
Seni lukis memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1. Fungsi Primer
Peran seni lukis sebagai fungsi primer ialah mengungkapkan perasaan dan ekspresi
pribadi dari seorang seniman lukis.
2. Fungsi Sekunder
Peran seni lukis sebagai fungsi sekunder maksudnya seni lukis tidak hanya sebagai
ungkapan ekspresi diri, melainkan juga untuk kepentingan pihak luar dan sarana
komunikasi.
3. Fungsi Fisik
Karya seni lukis yang mengutamakan fungsi kegunaaannya dapat dijadikan sebagai
penghias ruangan tertentu untuk menambah nilai estetika ruangan.

Anda mungkin juga menyukai