Nama Anggota :
XII IPA 4
SMAN 1 GLAGAH
Kritik seni merespons, menafsirkan makna, dan membuat penilaian kritis tentang karya seni
tertentu. Kritik seni membantu pemirsa memahami, menafsirkan, dan menilai karya seni. Biasanya
Kritikus cenderung lebih fokus pada seni modern dan kontemporer dari budaya yang dekat dengan
budaya mereka sendiri. Sementara Sejarawan seni cenderung mempelajari karya yang dibuat dalam
budaya yang lebih jauh dalam ruang dan waktu.
Kritik karya seni rupa tidak hanya meningkatkan kualitas apresiasi dan pemahaman terhadap
sebuah karya, tapi dipergunakan juga sebagai standard tersendiri untuk meningkatkan kualitas hasil
berkarya. Tanggapan yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama akan sangat mempengaruhi
persepsi apresiator terhadap kualitas sebuah karya seni hingga dapat mempengaruhi penilaian harga
dari karya tersebut.
Kritik seni memiliki fungsi yang sangat strategis dalam dunia kesenirupaan dan pendidikan
seni rupa. Fungsi kritik seni yang pertama dan utama ialah menjembatani persepsi dan apresiasi
artistik dan estetik karya seni rupa, antara pencipta (seniman, artis), karya, dan penikmat seni.
Komunikasi antara karya yang disajikan kepada penikmat (publik) seni membuahkan interaksi timbal-
balik dan interpenetrasi keduanya.
Fungsi lain ialah menjadi dua mata panah yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun
penikmat. Seniman membutuhkan mata panah tajam untuk mendeteksi kelemahan, mengupas
kedalaman, serta membangun kekurangan. Seniman memerlukan umpan-balik guna merefleksi
komunikasi-ekspresifnya, sehingga nilai dan apresiasi tergambar dalam realita harapan idealismenya.
Publik seni (masyarakat penikmat) dalam proses apresiasinya terhadap karya seni
membutuhkan tali penghubung guna memberikan bantuan pemahaman terhadap realita artistik dan
estetik dalam karya seni. Proses apresiasi menjadi semakin terjalin lekat, manakala kritik
memberikan media komunikasi persepsi yang memadai. Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun
tulisan yang berupaya mengupas, menganalisis serta menciptakan sudut interpretasi karya seni,
diharapkan memudahkan bagi seniman dan penikmat untuk berkomunikasi melalui karya seni.
Kritik karya seni rupa memiliki perbedaan jenis berdasarkan dari tujuan kritik tersebut.
Karena berbagai perbedaan tersebut, maka kritik seni pun terbagi menjadi beberapa macam, seperti
pendapat Feldman (1967) yaitu kritik populer (popular criticism), kritik jurnalis (journalistic
criticism), kritik keilmuan (scholarly criticism), dan kritik pendidikan (pedagogical criticism).
Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat menentukan pola pikir kita saat melakukan kritik
seni. Setiap jenis mempunyai berbagai cara dan metode yang berbeda dari sudut pandang, sasaran,
dan materi yang tidak sama.
1) Kritik Populer
Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat pada
umumnya. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini bersifat pengenalan karya
secara umum. Dalam tulisan kritik populer, biasanya dipergunakan bahasa dan istilah-istilah
sederhana yang mudah dipahami oleh masyarakat luas.
2) Kritik Jurnalis
Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan
secara terbuka kepada publik melaui media massa khususnya surat kabar. Kritik ini hampir
sama dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat
cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, karena
sifat dari media massa dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya.
3) Kritik Keilmuan
Kritik keilmuan merupakan jenis kritik yang bersifat akademis dan memerlukan wawasan,
pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menanggapi sebuah karya seni.
Kritik jenis ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya
dalam bidang seni rupa atau seni pada umumnya. Kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-
kaidah atau metodologi kritik secara akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan
seringkali dijadikan referansi bagi para penulis karya ilmiah lain atau kolektor, kurator, galeri
dan institusi seni yang lainnya.
4) Kritik Kependidikan
Kritik kependidikan merupakan kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat atau
meningkatkan kepekaan artistik serta estetika pelajar seni. Jenis kritik ini umumnya
digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seni rupa terutama untuk meningkatkan kualitas
karya seni rupa yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis kependidikan biasanya
digunakan oleh pengajar bidang ilmu seni dalam mata pelajaran pendidikan seni.
Selain berdasarkan tujuan, kritik seni memilik berbagai bentuk yang berbeda berdasarkan
perbedaan pendekatan dan metode yang digunakan. Selain jenis kritik yang disampaikan oleh
Feldman, berdasarkan landasan yang digunakan, dikenal juga beberapa bentuk kritik yaitu: kritik
formalistik, kritik ekspresivistik dan instrumentalistik.
1) Kritik Formalistik
Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik ditujukan utamanya terhadap karya seni rupa
sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya, aspek bentuk atau unsur-unsur pembentukannya.
Pada sebuah karya lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan
(komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat
dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang
digunakan dalam berkarya seni.
2) Kritik Ekspresivistik
Pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus kemungkinan akan menilai dan
menanggapi kualitas gagasan dan perasaan atau ekspresi yang ingin dikomunikasikan oleh
seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik ekspresivistik umumnya menanggapi
kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-objek yang
ditampilkan dalam sebuah karya.
3) Kritik Instrumentalistik
Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan
kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi.
Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni
tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Lukisan berjudul
‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’ karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja
berdasarkan kualitas teknis penciptaan lukisannya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi,
tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi
pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan, bukan hanya secara
formalistik seperti yang telah dijelaskan diatas.
Apresiasi
Apresiasi berasal dari Bahasa Latin, “appretiatius” yang artinya penghargaan atau
penilaian terhadap sesuatu. Kita juga mengenal “appreciate” dalam Bahasa Inggris yang
berarti melihat, menentukan nilai, menikmati, menyadari keindahan, serta menghayati
sesuatu. Sedangkan, seni adalah sesuatu yang memiliki nilai keindahan atau estetika dan
diciptakan oleh manusia—biasanya disebut dengan karya seni. Seseorang yang sedang
melakukan apresiasi biasanya disebut apresiator. Untuk mengapresiasi suatu karya seni rupa
perlu memperhatikan unsur-unsur seperti tema, gaya, teknik, dan komposisi. Untuk
mengapresiasi seni juga tidak dengan hanya menilai suatu karya seni saja, tapi dapat
mengapresiasi sesuatu yang ada di sekitar kita.
Penilaian setiap individu juga berbeda satu sama lain karena pada dasarnya setiap
individu memiliki karakter yang beda antara satu dengan yang lainnya, sehingga hal yang
disukai maupun yang dinilai juga berbeda. Jika menurut apresiator yang pertama karya
tersebut sesuai seperti dengan pribadinya, belum tentu apresitor satunya mengatakan hal yang
sama. Hal ini dikarenakan:
Status sosial yang berbeda-beda
Tingkat intelektual
Tingkat pemahaman dan penilaian seseorang itu bermacam-macam.
Jenis Jenis Apresiasi
Apresiasi terhadap karya seni sendiri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Apresiasi empatik, yaitu menilai atau menghargai suatu karya seni yang dapat
ditangkap dengan sebatas indrawi saja.
Apresiasi estetis, yaitu menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan
pengamatan dan penghayatan yang mendalam.
Apresiasi kritik, yaitu menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan
klasifikasi, deskripsi, analisis, tafsiran, dan evaluasi serta menyimpulkan hasil
penilaian atau penghargaannya. Apresiasi yang satu ini dapat dilakukan dengan
mengamati suatu benda secara langsung dan nyata.
2) Seni Lukis
Seni lukis merupakan salah satu cabang dari seni rupa yang tercipta dari hasil imajinasi
seniman yang diekspresikan melalui media garis, warna, tekstur, gelap terang, maupun
bidang dan bentuk. Seni lukis disajikan dalam bidang dua dimensi, seperti kanvas, papan,
kertas, dan lainnya. Karya dari seni lukis ini disebut dengan lukisan.
Komponen Seni Lukis
Komponen seni lukis terdiri dari subyek, bentuk, dan isi. Ketiganya merupakan hal yang
penting diperhatikan, karena perpaduan yang tepat ketiganyalah yang akan menghasilkan
suatu karya seni lukis yang baik.
1. Subyek merupakan sesuatu yang dmenjadi bentuk lukisan. Subjek dibedakan menjadi
dua, yakni:
Lukisan bentuk figuratif, artinya subjek masih terikat dengan alam atau dengan
kata lain mengambil bentuk-bentuk yang ada di alam.
Lukisan bentuk non figuratif (abstrak), artinya subyek tidak terikat dengan alam.
2. Bentuk merupakan cara seniman mengekspresikan subjek yang dilukisnya menjadi
sebuah karya dua dimensi yang nyata.
3. Isi merupakan tujuan terakhir yang ingin dicapai seniman, yakni hasil dari kesan
ungkapan eksresi melalui sebuah karya seni lukis. Pengungkapan ini biasanya
ditemukan dalam beberapa aliran seni lukis.
1. Bahan. Pada dasarnya setiap medium/bahan memiliki dua sifat dasar, yakni:
Sifat fisik, yaitu medium dapat dilihan dengan mata, permukaannya bisa kasar
atau halus, keras, lunak, mudah pecah, bersifat elastis, dan lainnya.
Sifat estetis, yaitu sifat keindahan yang dimiliki setiap medium berbeda. Nilai
estetika lukisan menggunakan media cat minyak tentu akan berbeda dengan
lukisan yang menggunakan media cat air.
Setiap bahan yang dipilih untuk karya seni lukis memiliki sifat dan karakter yang
berbeda.Hal ini tidak menunjukkan bahan yang satu lebih baik dibandingkan yang
lain. Pemilihan medium tidak menentukan artistik dan mahalnya suatu karya.
Melainkan kreatifitas dan bakat seniman yang lebih memepengaruhi kualitas karya
yang dihasilkan.
2. Alat. Pemilihan alat yang baik ialah alat yang dipilih harus sesuai dengan medium
yang digunakan. Alat yang digunakan dalam seni lukis sama dengan peralatan
menggambar pada umumnya, yaitu cat air, pensil, cat poster, pensil warna, pastel,
kuas, crayon, cat akrilik, dan lainnya.