Anda di halaman 1dari 11

A.

PENGERTIAN KRITIK SENI RUPA

Kritik Seni adalah mempelajari kekurangan dan kelebihan dari suatu karya seni rupa dengan
memberikan alasan berdasarkan berbagai analisa dan pengkajian. kelebihan dan kekurangan itu
dipergunakan dalam bermacam hal, terutama sebagai bahan untuk mengetahui kualitas dari sebuah
karya.

Para ahli umumnya beranggapan bahwa kritik dimulai dari kebutuhan untuk memahami saat
mengapresiasi, kemudian beranjak pada kebutuhan analisa lebih lanjut bahkan mendapatkan
kesenangan dari kegiatan berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan karya seni tersebut.
Seiring dengan perkembangan pemikiran seni dan kebutuhan publik terhadap dunia seni, kegiatan kritik
kemudian berkembang dan mengisi berbagai fungsi sosial lainnya.

Kritik seni merespons, menafsirkan makna, dan membuat penilaian kritis tentang karya seni tertentu.
Kritik seni membantu pemirsa memahami, menafsirkan, dan menilai karya seni. Biasanya Kritikus
cenderung lebih fokus pada seni modern dan kontemporer dari budaya yang dekat dengan budaya
mereka sendiri. Sementara Sejarawan seni cenderung mempelajari karya yang dibuat dalam budaya
yang lebih jauh dalam ruang dan waktu.

karya seni rupa tidak hanya meningkatkan kualitas apresiasi dan pemahan terhadap sebuah karya,
tapi dipergunakan juga sebagai standar tersendiri untuk meningkatkan kualitas hasil berkarya.
Tanggapan yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama akan sangat mempengaruhi persepsi
apresiator terhadap kualitas sebuah karya seni hingga dapat mempengaruhi penilaian harga dari karya
tersebut.

B. FUNGSI KRITIK SENI RUPA

Fungsi kritik seni yang pertama dan utama ialah menjembatani persepsi dan apresiasi artistik dan
estetik karya seni rupa, antara pencipta (seniman, artis), karya, dan penikmat seni. Komunikasi antara
karya yang disajikan kepada penikmat (publik) seni membuahkan interaksi timbal-balik dan
interpenetrasi keduanya.

Fungsi lain ialah menjadi dua mata panah yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun
penikmat. Seniman membutuhkan mata panah tajam untuk mendeteksi kelemahan, mengupas
kedalaman, serta membangun kekurangan. Seniman memerlukan umpan-balik guna merefleksi
komunikasi-ekspresifnya, sehingga nilai dan apresiasi tergambar dalam realita harapan idealismenya.

Publik seni (masyarakat penikmat) dalam proses apresiasinya terhadap karya seni membutuhkan tali
penghubung guna memberikan bantuan pemahaman terhadap realita artistik dan estetik dalam karya
seni. Proses apresiasi menjadi semakin terjalin lekat, manakala kritik memberikan media komunikasi
persepsi yang memadai. Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun tulisan yang berupaya mengupas,
menganalisis serta menciptakan sudut interpretasi karya seni, diharapkan memudahkan bagi seniman
dan penikmat untuk berkomunikasi melalui karya seni.
C. JENIS KRITIK SENI RUPA

Kritik karya seni rupa memiliki perbedaan jenis berdasarkan dari tujuan kritik tersebut. Karena
berbagai perbedaan tersebut, maka kritik seni pun terbagi menjadi beberapa macam, seperti pendapat
Feldman (1967) yaitu:

1. Kritik Populer (popular criticism)

Kritik populer adalah jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi masyarakat pada umumnya.
Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini bersifat pengenalan karya secara umum. Dalam
tulisan kritik populer, biasanya dipergunakan bahasa dan istilah-istilah sederhana yang mudah dipahami
oleh masyarakat luas.

2. Kritik Jurnalis (journalistic criticism)

Kritik jurnalis adalah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan secara
terbuka kepada publik melaui media massa khususnya surat kabar. Kritik ini hampir sama dengan kritik
populer, tetapi ulasannya lebih dalam dan tajam. Kritik jurnalistik sangat cepat mempengaruhi persepsi
masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni, karena sifat dari media massa dalam
mengkomunikasikan hasil tanggapannya.

3. Kritik Keilmuan (scholarly criticism)

Kritik keilmuan merupakan jenis kritik yang bersifat akademis dan memerlukan wawasan,
pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menanggapi sebuah karya seni. Kritik jenis
ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni rupa
atau seni pada umumnya. Kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik
secara akademis. Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi para penulis
karya ilmiah lain atau kolektor, kurator, galeri dan institusi seni yang lainnya.

4. Kritik Kependidikan (pedagogical criticism)

Kritik kependidikan merupakan kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan
artistik serta estetika pelajar seni. Jenis kritik ini umumnya digunakan di lembaga-lembaga pendidikan
seni rupa terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni rupa yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik
jenis kependidikan biasanya digunakan oleh pengajar bidang ilmu seni dalam mata pelajaran pendidikan
seni.

Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat menentukan pola pikir kita saat melakukan kritik
seni. Setiap jenis mempunyai berbagai cara dan metode yang berbeda dari sudut pandang, sasaran, dan
materi yang tidak sama.
D. BENTUK KRITIK SENI RUPA

Selain berdasarkan tujuan, kritik seni memilik berbagai bentuk yang berbeda berdasarkan perbedaan
pendekatan dan metode yang digunakan. Selain jenis kritik yang disampaikan oleh Feldman,
berdasarkan landasan yang digunakan, dikenal juga beberapa bentuk kritik yaitu: kritik formalistik, kritik
ekspresivistik dan instrumentalistik. Berikut adalah pemaparannya.

1. Kritik Formalistik

Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik ditujukan utamanya terhadap karya seni rupa sebagai
konfigurasi aspek-aspek formalnya, aspek bentuk atau unsur-unsur pembentukannya. Pada sebuah
karya lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur
visual seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik
berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni.

2. Kritik Ekspresivistik

Pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus kemungkinan akan menilai dan menanggapi
kualitas gagasan dan perasaan atau ekspresi yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah
karya seni. Kegiatan kritik ekspresivistik umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara
judul, tema, isi dan visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.

3. Kritik Instrumentalistik

Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan


kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi. Pendekatan kritik
ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek
konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Lukisan berjudul ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’ karya
Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis penciptaan lukisannya saja tetapi
keterkaitan antara objek, isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau
interpretasi pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan, bukan hanya secara
formalistic seperti yang telah dijelaskan diatas.

E. TAHAPAN KRITIK SENI RUPA

Mengelompokan kritik seni beradasrkan tahapannya akan mempermudah proses menulis kritik.
Dengan menggunakan tahapan-tahapan yang teratur kita akan lebih jeli untuk mempertimbangkan
berbagai kelebihan dan kekurangan dari sebuah karya seni rupa. Berdasarkan beberapa uraian tentang
pendekatan dalam kritik seni, dapat dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum sebagai berikut:
1. Deskripsi

Deskripsi adalah tahapan dalam kritik untuk memperhatikan, menemukan berbagai unsur terkecil seni
rupa, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya tanpa berusaha melakukan
analisis atau mengambil kesimpulan terlebih dahulu. Untuk dapat mendeskripsikan dengan baik,
seorang kritikus harus mengetahui istilah-istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa.
Tanpa pengetahuan tersebut, maka kritikus akan kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena menarik
yang terdapat pada karya yang dilihatnya. Deskripsi harus menjawab pertanyaan ‘apa yang kita lihat?’.
Berikut adalah beberapa unsur dan prinsip yang dapat diikuti ketika melakukan analisis formal terhadap
karya seni. Berbagai elemen yang merupakan deskripsi meliputi:

• Bentuk seni adalah lukisan, patung atau salah satu media seni lain.

• Medium apa yang digunakan, misal cat, batu, dll, dan teknik (alat yang digunakan).

• Ukuran dan skala pekerjaan (hubungan dengan orang, bingkai atau konteks skala lain).

• Elemen atau bentuk umum dalam komposisi, termasuk pembangunan struktur atau lukisan

• Deskripsi poros apakah vertikal, diagonal, horizontal, dll.

• Deskripsi garis, termasuk kontur seperti lembut, planar, bergerigi, dll.

• Deskripsi tentang bagaimana garis menggambarkan bentuk dan ruang (volume); membedakan antara
garis objek dan garis komposisi, mis., tebal, tipis, bervariasi, tidak beraturan, terputus-putus, tidak jelas,
dll.

• Hubungan antara bentuk, misalnya, besar dan kecil, tumpang tindih, dll.

• Deskripsi skema warna dan warna; palet.

• Tekstur permukaan atau komentar lain tentang pelaksanaan pekerjaan.

• Konteks objek: lokasi asli dan tanggal pembuatan.

2. Analisis formal

Analisis formal adalah tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya seni
berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini seorang kritikus harus
memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip seni rupa atau ilmu penataan komposisi unsur
dalam sebuah karya seni. Analisis formal berarti menentukan apa unsur dan prinsip yang digunakan dan
memutuskan mengapa seniman menggunakan berbagai fitur tersebut untuk menyampaikan
gagasannya. Analisis Ini menjawab pertanyaan, “Bagaimana seniman melakukannya?”
Berbagai elemen analisis formal meliputi:

• penentuan materi pelajaran melalui penentuan elemen ikonografi.

• pemilihan fitur atau karakteristik yang paling khas bikin garis, bentuk, warna, tekstur, dll.

• Analisis prinsip-prinsip seni rupa dan desain atau komposisi.

• pembahasan tentang bagaimana elemen atau sistem struktural berkontribusi terhadap

tampilan gambar atau fungsi.

• Analisis penggunaan cahaya dan peran warna, misalnya kontras, bayangan, dingin, dll.

• perlakuan terhadap ruang, baik yang nyata maupun yang ilusi.

• penggambaran gerakan dan bagaimana pencapaiannya.

• Efek medium tertentu yang digunakan.

• Persepsi seniman terhadap keseimbangan, proporsi dan skala secara keseluruhan.

• Reaksi terhadap objek atau monumen.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah penafsiran makna atau isi sebuah karya seni meliputi tema yang digarap, simbol
yang dihadirkan dan tanda-tanda lain yang dimunculkan. Penafsiran ini sangat terbuka sifatnya,
dipengaruhi sudut pandang dan wawasan kritikus. Semakin luas wawasan seorang kritikus biasanya
semakin kaya interpretasi karya yang dikritisi ya. Interpretasi harus dapat menjawab pertanyaan,
"Mengapa seniman menciptakan nya dan apa artinya?"

Beberapa elemen yang merupakan interpretasi meliputi:

• Ide utama, keseluruhan arti dari karya.

• Pernyataan Interpretasi: Dapatkah kita mengungkapkan apa yang kita pikirkan /tafsirkan tentang karya
seni itu dalam satu kalimat?

• Bukti: Bukti apa yang ada di dalam dan di luar karya seni itu, untuk mendukung penafsiran kita.
4.Prinsip Interpretasi

Berikut adalah beberapa prinsip interpretasi menurut Terry Barret. Terry Barret adalah seorang
kritikus seni asal Amerika Serikat menyusun beberapa prinsip-prinsip Interpretasi seni.

• Karya seni memiliki “ketidakjelasan” dan dibutuhkan interpretasi.

• Interpretasi adalah argumen persuasif.

• Beberapa interpretasi lebih baik dari yang lain.

• Penafsiran seni yang baik lebih banyak menceritakan tentang karya seni itu sendiri daripada
penafsirnya sendiri.

• Perasaan adalah panduan untuk interpretasi.

• Ada interpretasi yang berbeda, bersaing, dan kontradiktif terhadap karya seni yang sama.

• Interpretasi sering didasarkan pada pandangan dunia.

• Interpretasi tidak terlalu benar, tapi kurang lebih masuk akal, meyakinkan, mencerahkan, dan
informatif.

• Interpretasi dapat dinilai berdasarkan koherensi, korespondensi, dan inklusivitas.

• karya seni belum tentu tentang apa yang seniman inginkan

"Ngayomi"

Agus bebek
Oil on canvas 31cm × 39cm

Deskripsi Karya

Lukisan karya pelukis Agus Bebek ini berjudul "Ngayomi". Karya ini digarap pada tahun 2012 dengan
ukuran 31×39cm menggunakan cat minyak pada canvas. Lukisan ini menampilkan subject matter bebek
jantan dan bebek betina. Subject pendukung pada lukisan berupa air sungai dan rerumputan. Unsur
warna yang terdapat pada subject netter adalah: warna putih pada badan bebek, warna pink hitam pada
mulut dan merah pada hidung, selanjutnya warna putih bergradasi coklat hitam itu pada sayap dan
badan. pada background terdapat warna hijau muda, hijau tua dan hitam. Dari warna yang ada pada
subject lukisan, warna yang dominan adalah warna hitam.

Terdapat unsur rupa yang lain pada subjek lukisan berupa garis, tekstur, cahaya,. Tekstur pada lukisan
adalah tekstur nyata, yakni tekstur lembut dan rata pada background, dan tekstur halus pada subject
matter. Sedangkan jenis garis yang terdapat didalam subjek adalah: (a) garis lengkung kepala, dada, dan
sayap, (b) garis-garis bergelombang beraturan pada background

Analisis

Representasi visual ditampilkan dengan bentuk realis yang terencana, tertata dan rapi, sesuai dengan
konsep realis yang menyerupai bentuk asli suatu objek. penggunaan gelap terang juga bisa
memvisualisasikan gambar sesuai nyata. Penggarapan background, sangat bagus dibagian air sungai dan
rerumputan terdapat warna hijau muda, hijau tua dan hitam, sehingga jika dilihat dari kejauhan,
background itu terlihat gelap dan mampu menonjolkan perhatian audiens kepada subjek utamanya
yaitu bebek.

Interpretasi

Dalam lukisan ini, sang seniman mencoba menampilkan keadaan bebek jantan yang mengayomi bebek
betina. Pada background yaitu air sungai dan rerumputan menggambarkan alam tempat hidupnya
bebek. Seniman menampilkan gambar bebek jantan didekat betina, bebek jantan yang digambarkan
sedang mengangkat sayapnya, menunjukkan bahwa bebek jantan tersebut sedang mengayomi
(melindungi) bebek betina.

Judul: Midnight Sun

Tahun: 2010
Acrylic on Canvas 145×200cm

Deskripsi

Lukisan diatas merupakan karya Seruni Bodjawati yang berjudul "Midnight Sun" dengan media yang
digunakan berupa cat akrilik diatas kanvas, yang dibuat pada tahun 2010. Seruni lahir di Yogyakarta 1
September 1991, merupakan anak kedua dari lima bersaudara. beliau mulai melukis sejak usia sepuluh
bulan. Ketika masih TK nol kecil, seruni berhasil meraih juara pertama lomba lukis anak se-DIY dan Jawa
tengah sebanyak 15 kali.

Lukisan Midnight ini didalam nya terdapat unsur warna ungu pada langit, dasi dan meja, warna kuning
pada matahari, wajah dan bagian dari tanah, warna biru pada laut, dan pada jas yang digunakan laki-laki
yang digambarkan berambut pendek, warna biru toska pada gelas dan piring, warna cokelat pada
batuan, roti, minuman dan bagian wajah, warna hijau pada bagian sayap kupu-kupu dan kulit pada
semangka dan ada warna hitam pada lukisan tersebut.

Analisis

Visualisasi yang ditampilkan oleh seruni dengan aliran Seruni Bodjawati, dengan ciri khas nya terdapat
pada kekuatan garis dan karakter nya. Warna yang digunakan didominasi warna panas. perpaduan
warna ungu, kuning, biru, cokelat, merah, krem, hijau, dan hitam pada lukisan nampak kontras dan
menarik saat dilihat.

Interpretasi

Dalam lukisan yang berjudul "Midnight Sun" yang artinya matahari tengah malam, sang seniman
mencoba menampilkan suasana yang terang meskipun dimalam hari, seniman mengemas karyanya
hingga memiliki karakter dan daya tarik tersendiri. Lukisan yang mencerminkan tentang kehidupan,
matahari yang mencerminkan nafas kehidupan bagi makhluk hidup. Lukisan tersebut mampu menarik
perhatian audiens untuk menghargai setiap waktu dalam hidup.

"Impian Sarang"

Mulyo Gunarso 2012

Acrylic on Canvas 130×150cm


Deskripsi

Dari segi teknik pembuatan karya, lukisan "Impian Sarang" digarap dengan teknik dry brush yaitu teknik
sapuan kering. Bentuk atau form dari karya Gunarso ialah realistik dengan gaya surealisme. Proses
penciptaannya terlihat penuh persiapan dan cukup matang tercermin dari hasil karyanya yang rapi,
rumit, dan tertata. Gunarso seperti nya asik bermain-main dengan komposisi. Ia mencoba
menyampaikan kegelisahan nya dalam bentuk karya dua dimensi yang menyiratkan segala kegelisahan
melalui torehan kuas di kanvas dengan pilihan warna-warna yang menjadi karakter dalam karya
lukisnya.

Analisis

Representatif visual ditampilkan dengan bentuk realis yang terencana, tertata dan rapi, sesuai dengan
konsep realis yang menyerupai bentuk asli suatu objek. Penggunaan gelap terang warna juga bisa
memvisualisasikan gambar sesuai nyata. Latar belakang serta konflik yang disampaikan kepada audiens,
bagaimana dia mampu menarik dan memancing audiens untuk berinteraksi secara langsung dan
mencoba mengajak berfikir tentang apa yang dirasakan olehnya tentang isu yg terjadi didalam
negerinya.

Interpretasi

Dalam lukisan tersebut sang seniman mencoba menampilkan keadaan negeri yang telah banyak
kerusakan. Kerusakan tersebut digambarkan pada background yaitu pohon-pohon yang kering tak
berdaun dan mati yang seperti terlihat habis dibakar. Selain itu, seniman juga menampilkan gambar
asap atau awan yang menggambarkan polusi udara yang dihasilkan dari pabrik, gas buang kendaraan
bermotor, dan juga pembakaran hutan yang sering terjadi di negeri kita. Kemudian pada lukisan ini
terdapat sebuah sarang burung dengan keadaan alam yang indah didalamnya. Sarang burung ini
diibaratkan oleh seniman sebagai bumi atau negeri kita, yaitu sebagai tempat tinggal, tempat berlindung
dan tempat beraktivitas sehari-hari.

"The Scream"
Edvard Munchen 1893

Kadmium kuning, merah terang, biru laut dan pensil diatas karton

Deskripsi

Karya lukis oleh Edvard Munch adalah sebuah lukisan ekspresi India yang telah banyak menjadi inspirasi
oleh seniman lain yang berbeda aliran. Lukisan ini dianggap oleh banyak orang sebagai karya nya yang
paling penting. Lukisan ini menggambarkan manusia modern yang tercekam oleh serangan angst
(kecemasan eksistensial, dengan cakrawala yang diilhami oleh senja yang merah, yang dilihat setelah
letusan gunung Krakatau pada 1883, background di dilukiskan adalah oslofjord yang terlihat dari bukit
Ekeberg.

Analisis

Lukisan ini memiliki banyak teori tentang maknanya salah satunya adalah keadaan Edvard ketika dia
melihat langit yang berubah menjadi merah darah saat dia berjalan jalan diluar. maka dapat disimpulkan
bahwa sebetulnya lukisan ini adalah penggambaran perasaan Edvard saat dia dirundung rasa cemas dan
rasa panik yang menimpanya saat dia mendengar "jeritan alam" dimana dia berusaha untuk menutup
telinganya dengan kedua tangannya untuk tidak mendengar jeritan alam.

Interpretasi

Karya seni dapat dinilai dengan berbagai kriteria dan aspek, Barter, menyederhanakan penilaian karya
seni kedalam 4 kategori yaitu realisme, ekspresionisme, formalism, dan instrumentalisme. Secara
keseluruhan lukisan ini dapat dibilang sebagai lukisan yang luar biasa tetapi banyak juga yang bilang
bahwa lukisan ini mengerikan karena penggambaran sosok manusia yang dapat dibilang "aneh"
membuat banyak orang yang tidak menyukai lukisan ini.

"Diponegoro Memimpin Pertempuran"

Basuki Abdullah 1940

Cat minyak pada kanvas 150×120cm


Deskripsi

Lukisan karya Basuki berjudul "Diponegoro Memimpin Pertempuran" ini digarap pada tahun 1940.
Lukisan ini berukuran 150×120cm yang digarap menggunakan cat minyak pada kanvas. pada lukisan ini
pangeran Diponegoro sedang menunggangi kuda yang berlari kencang dengan menunjukkan jari tangan
kanannya kearah samping dan tangan kirinya memegang tali pada kuda dengan tatapan mata yang
tajam. Pada background digambarkan seperti kobaran api yang membara dengan goresan-goresan yang
ekspresif dengan warna merah, jingga, coklat, putih dan hitam.

Analisis

Unsur-unsur rupa titik,garis,bidang,bentuk,ruang dan gelap terang sangat terlihat real. Seniman mampu
memvisualkan padahal jika dikaji tidak mungkin seniman menghadirkan model atau objek gambar
seperti itu secara langsung.

Warna yang dihadirkan kuning dan hitam untuk background, hitam dan puting untuk objek utama. Dan
ditambah dengan sedikit sentuhan warna lain di dalamnya.

Interpretasi

Karya yang dihadirkan dalam posisi vertikal ini merupakan salah satu koleksi Bung Karno Presiden
Indonesia waktu itu. Bagian yang menarik dari karya ini jika dilihat dari judul dan karyanya yaitu pada
kuda berlari. Pemvisualan kuda berlari disini mampu hadir sangat terlihat nyata dan seolah itu ada.
Padahal seniman pada waktu itu belum tentu mengalami peristiwa atau melihat objek sepeti itu.
Faktanya tidak mungkin kuda berlari dihadirkan sebagai acuan gambar atau lukisannya. Jadi menurut
saya gambar atau lukisan ini menggunakan sedikit cara imajinatif untuk proses berkaryanya.

Makna yang mampu saya tangkap terhadap karya ini yaitu pertempuran atau rasa kepahlawanan
seorang Diponegoro yang sangat besar yang divisualkan oleh Basuki Abdullah. Pesan interen dan
eksteren yang dapat saya tangkap dari karya ini adalah besarnya rasa kepahlawanan untuk suatu
perjuangan. Jika diterapkan dalam kehidupan sekarang pimpin dan pertahankan apa yang seharusnya
perlu untuk dipertahankan, minimal dapat memimpin diri sendiri untuk hal kebaikan dan kebenaran.

Karena terkadang hal yang terlihat baik belum tentu semuanya benar. Jadi konteks bahasan ini
mencakup beberapa sudut pandang dan makna dalam kehidupan seperti sosial, agama, pendidikan,
psikologi, dll.

Anda mungkin juga menyukai