Anda di halaman 1dari 4

KRITI

K
Pengertian Kritik seni adalah kegiatan menanggapi karya seni untuk menunjukkan
kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Salah satu keterangan kelebihan dan

SENI
kekurangan ini untuk menilai kualitas dari sebuah karya.
Kritikus merupakan orang yang melakukan kritik terhadap karya seni dan budaya orang lain
atau dirinya sendiri.
Kurator adalah pengurus atau pengawas institusi warisan budaya atau seni, misalnya
museum, pameran  seni, galeri foto, dan perpustakaan.  Kurator  bertugas untuk memilih dan
mengurus objek museum atau karya seni yang dipamerkan.
Kurator memiliki pendidikan tinggi dalam bidangnya, umumnya doktor atau magister dalam
bidang sejarah, sejarah seni, arkeologi, antropologi. Kurator harus berperan aktif dalam
bidangnya, misalnya memberikan seminar, menerbitkan artikel, dan menjadi pembicaran
pada konferensi akademik. Kurator juga perlu mengetahui pasar serta paham kode etik dan
hukum yang berlaku dalam mengumpulkan barang antik atau seni.

Adapun tugas dan tanggungjawab yang diemban adalah membantu menjaga kualitas dan
profesionalitas dalam pelaksanaan program kegitan. Secara umum Tim Kurator memiliki
tugas, antara lain:

 Mengamati dan menganalisis perkembangan seni rupa Indonesia dan seni rupa
International.
 Mempertimbangkan dan menseleksi karya dan kegiatan pameran di GNI
 Membantu mempertimbangkan tata pameran tetap, sistem pendokumentasian dan
kebijakan pengelolaann koleksi
 Melakukan kerjasama, bimbingan, edukasi, dan apresiasi seni rupa melalui kegiatan-
kegiatan galeri.

Landasan yang harus ada sebelum menyampaikan kritikan:

1. Pengalaman yang cukup dalam materi kritik;


2. Keilmuan dan pengetahuan yang relevan;
3. Menguasai penerapan metode kritik yang tepat;
4. Menguasai media kritik (kebahasaan yang efektif dan komunikatif).

Fungsi utama dari kritik seni adalah menjembatani persepsi dan apresiasi karya seni rupa
antara seniman, karya, dan penikmat seni.

Kritik dengan gaya bahasa tulisan maupun lisan berusaha melakukan analisa, mengupas, dan
diharapkan bisa memudahkan seniman dan penikmat seni berkomunikasi lewat karya seni.

Ada 4 jenis kritik seni dimana setiap tipe nya mempunyai ciri khusus masing-masing.
1. Kritik Jurnalistik

Tipe kritik ini ditulis untuk para pembaca surat kabar dan majalah atau disampaikan secara
terbuka. Tujuannya memberikan informasi mengenai berbagai peristiwa dalam dunia
kesenian.

Isi dari kritik jurnalistik berupa ulasan ringkasan yang jelas tentang suatu pameran,
pementasan, konser, atau jenis pertunjukan lain.

2. Kritik Pendagogik

Tipe kritik ini diterapkan dalam kegiatan proses belajar mengajar di lembaga pendidikan
kesenian. Jenis kritik ini dikembangkan oleh guru kesenian.

Tujuannya terutama mengembangkan bakta dan potensi artistik-estetik peserta didik agar
mempunyai kemampuan mengenali bakat dan potensinya.

3. Kritik Ilmiah

Kritik ilmiah atau akademi ini melakukan pengkajian nilai seni secara luas, mendalam, dan
sistematis, baik dalam menganalisis maupun mengkaji banding kesejarahan critical judgment.

Penilaian kritik ilmiah tidak bersifat mutlak. Jenis kritik ini bersifat terbuka dan siap
dikoreksi oleh siapa saja demi penyempurnaan dan mencari nilai karya seni yang sebenarnya.

4. Kritik Populer

Jenis kritik ini berkembang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tipe kritik populer adalah
suatu gejala umum dan kebanyakan dihasilkan oleh para kritikus yang tidak ahli, terutama
dilihat dari aspek profesionalisme kritisme seni.

Pendekatan kritik seni rupa dibagi menjadi 3, berdasarkan titik tolak atau landasan yang
digunakan.

1. Kritik Formalistik

Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik terutama ditujukan terhadap karya seni
sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan dengan unsur-unsur
pembentukannya. Pada sebuah karya lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada
kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual seperti warna, garis, tekstur, dan
sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik berkaitan juga dengan
kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni.

2. Kritik Ekspresivistik
Melalui pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus cenderung menilai dan
menanggapi kualitas gagasan dan perasaan yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui
sebuah karya seni. Kegiatan kritik ini umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan
antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.

3. Kritik Instrumentalistik

Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi


berdasarkan kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau
psikologi. Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari sebuah
karya seni tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Lukisan
berjudul ”Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak
saja berdasarkan kualitas teknis (formal) nya saja tetapi keterkaitan antara objek, isi, tema
dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi
pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan.

1. Pendekatan Formalistik

Kritik seni formalistik mengasumsikan bahwa kehidupan seni mempunyai dunia sendiri,
artinya terlepas dari realitas kehidupan keseharian yang kita alami.

Clive Bell (tokoh kritikus formalis) berpendapat bahwa:

“art is to be art, must be independent and self suficient“

Kriteria kritik formalis untuk menentukan ekselensi karya seni adalah significant form, yakni
kapasitas bentuk seni yang melahirkan emosi estetis bagi pengamat seni.

2. Pendekatan Ekspresivisme

Teori seni ekspresif menganggap karya seni sebagai ekspresi perasaan manusia. Kritik seni
ekspresivisme menentukan kadar keberhasilan seni atas kemampuannya membangkitkan
emosi secara efektif, intensif, dan penuh gairah.

3. Pendekatan Instrumentalistis

Teori seni instrumentalistis menganggap seni sebagai sarana untuk memajukan dan
mengembangkan tujuan moral, agama, politik, dan berbagai tujuan psikologis dalam
kesenian.

Seni dipandang sebagai instrumen untuk mencapai tujuan tertentu, nilai seni terletak pada
manfaat dan kegunaannya bagi masyarakat.

Para kritikus instrumentalis berpendapat bahwa kreasi artistik tidak terletak pada kemampuan
seniman untuk mengelola material seni atau pun pada masalah internal karya seni.
Tahapan Dalam Kritik Seni
Berdasarkan beberapa pendekatan dalam kritik seni, tahapan-tahapan kritik seni dapat di
uraikan sebagai berikut.

Deskripsi
Deskripsi adalah tahapan guna menemukan, mencatat, dan mendeskripsikan segala sesuatu
yang dilihat apa adanya, serta tidak berusaha melakukan analisis atau mengambil kesimpulan.

Supaya kita dapat mendeskripsikannya dengan baik, seorang kritikus harus mengetahui
istilah-istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa.Tanpa mengetahui istilah-
istilah tersebut seorang kritikus akan kesulitan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan seni
rupa.

Analisis Formal
Analisis formal adalah tahapan yang digunakan untuk menelusuri sebuah karya seni
berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Dalam tahapan yang satu ini,
seorang kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip penataan atau
penempatannya dalam sebuah karya seni.

Interpretasi
Interpretasi adalah tahapan penafsiran makna sebuah karya seni meliputi tema yang digarap,
simbol yang dihadirkan dan masalah yang dihadirkan. Sifat penafsiran ini adalah terbuka,
dipengaruhi oleh sudut pandang dan wawasan kritikusnya. Pada umumnya, semakin luas
wawasan seorang kritikus semakin banyak pula penafsiran karya yang dikritisinya.

Evaluasi atau Penilaian


Evaluasi atau penilaian ini merupakan tahapan yang menjadi ciri dari kritik karya seni.
Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik guna menentukan kualitas suatu karya
seni bila dibandingkan dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap
berbagai aspek yang terkait dengan karya tersebut baik aspek formal atau aspek konteks.

Anda mungkin juga menyukai