Anda di halaman 1dari 18

Mendengar kata apresiasi seni, kira-kira apa yang terlintas di benak teman-teman?

Apresiasi adalah penghargaan atau penilaian yang positif terhadap suatu karya tertentu. Sedangkan seni
merupakan sesuatu yang diciptakan manusia yang mempunyai nilai keindahan atau estetika. Jadi
apresiasi seni merupakan suatu penilaian terhadap suatu karya seni, baik mengenali, menilai, dan
menghargai bobot-bobot seni atau nilai-nlai seni yang terkandung dalam karya seni tersebut.

Apresiasi Seni, Pengertian dan Tujuannya


Setiap manusia diciptakan atau di anugerahi tuhan yang namanya rasa keindahan atau "sense of
beauty". Penilaian seni bermacam-macam bergantung dari individu yang menilai suatu karya
seni tersebut, ada yang menilai bahwa karya seni tersebut bernilai positif adapula beraggapan
negatif. Tujuan pokok dari mengapresiasi seni adalah menjadikan masyarakat agar tahu apa,
bagaimana, dan apa maksud dan tujuan dari karya seni itu. Dengan kata lain masyarakat dapat
menanggapi, menghayati serta menilai suatu karya seni.
Adapun tujuan akhir karya seni yaitu :

 Untuk mengembangkan nilai estetika karya seni


 Untuk mengembangkan kreasi
 Untuk penyempurnaan

Untuk mengapresiasi suatu karya seni rupa, perlu di perhatikan unsur-unsur sebagai berikut
meliputi tema, gaya ,tekhnik dan komposisi. Mengapresiasi seni tidaklah dengan menilai suatu
karya seni saja, mengapresiasi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja
ketika kita ingin membeli sebuah sepatu, dan terdapat banyak pilihan-pilihan sepatu yang
tersedia, kemudian kita memilih salah satu sepatu dari berbagai ragam yang tersedia, di mana
sepatu tersebut yang cocok atau sesuai dengan pribadi kita, dan orang-orang di sekitar kita
merasa nyaman dengan hal itu dan menilai bahwa kita terlihat lebih gagah, tampan atau cantik.
Itupun juga termasuk sebagai tindakan apresiasi. Dalam mengapresiasi suatu karya seni, adapaun
sikap atau kegiatan yang digolongkan sebagai berikut :

 Apresiasi empatik, yaitu sikap apresiasi yang menilai suatu karya seni sebatas tangkapan
indrawi.
 Apresiasi estetis, yaitu apresiasi menilai karya seni dengan melibatkan pengamatan dan
penghayatan yang mendalam.
 Apresiasi kritik, yaitu apresiasi karya seni dengan mengklasifikasi, mendeskripsi,
menjelaskan, menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi serta menyimpulkan hasil
pengamatannya. Sikap apresiasi ini dapat dilakukan secara langsung dengan mengamati
suatu benda.

ads Sikap apresiasi ini terbentuk atas kesadaran akan kontribusi para seniman bagi bangsa dan negara
atau bagi nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya. Dalam berapresiasi dalam seni, dapat
mengembangkan rasa empati kepada profesi seniman dan budayawan. Pengenalan akan tokoh-tokoh
seni budaya kepada masyarakat sekitar termasuk hal yang dapat menumbuhkan perasaan simpati, dan
jika dilakukan secara berulang-ulang akan meningkat menjadi perasaan yang lebih dalam yaitu rasa
empati. Apakah perbedaan Simpati dan Empati itu? Perasaan simpati adalah suatu proses dimana
seseorang merasa tertarik terhadap orang lain atau pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang
dialami, diderita orang tersebut. Sedangkan empati adalah melakukan sesuatu kepada orang lain,
dengan menggunakan cara berpikir orang lain tersebut, yang menurut orang lain itu menyenangkan,
yang menurut orang lain benar. Itulah perbedaan antara simpati dan empati.

Kegiatan berapresiasi meliputi: persepsi, pengetahuan, pengertian, analisis, penlaian, dan apresiasi.
Kegiatan persepsi yaitu memberikan gambaran-gambaran tentang bentuk-bentuk karya seni di
Indonesia, contohnya memperkenalkan tarian-tarian, musik, dan lain-lain. Pengetahuan yaitu pada
tahap ini, kita mempresentasekan pengetahuan-pengetahuan yang telah di miliki baik sejarah ataupun
yang lainnya. Pengertian, pada tingkat ini, harapan dapat membantu menerjemahkan tema ke dalam
berbagai wujud seni, berdasarkan pengalaman, dalam kemampuannya dalam merasakan musik. Analisis,
pada tahap ini, kita mulai mendeskripsikan seni yang telah di pelajari. Penilaian yaitu memberikan
sebuah saran ataupun kritkan terhadap suatu karya seni.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa apersiasi terhadap seni itu penting baik kesenian
tradisonal maupun modern, dengan mengapresiasi suatu karya seni dan membangun empati dalam
pribadi kita, dapat dipastikan seni dan budaya kita tidak akan mudah pudar termakan zaman. Selain itu,
dengan mengapresiasi seni kita terdorong untuk membangkitkan jiwa-jiwa para seniman Indonesia agar
terus berkarya. Lalu kenapa tidak kita mulai dari sekarang? Sekarang atau tidak selamanya.

Apakah kamu pernah mendengar mengenai apresiasi terhadap seni? Mungkin ada banyak
kegiatan yang kamu lakukan atau orang lain lakukan berupa apresiasi seni tapi kamu tidak
menyadarinya. Apresiasi terhadap seni memang mengalir tanpa direncanakan karena setiap dari
kita memiliki rasa atau selera seni sendiri-sendiri.

Misalnya saat kamu mendengarkan musik, menyaksikan pertunjukan seni, atau juga
mengunjungi galeri seni.

Pasti secara alami kamu memiliki penilaian terhadap bentuk seni-seni tersebut.

Jadi, apakah itu apresiasi dalam seni? Jelaskan pengertian apresiasi seni! Bagaimana bentuknya?
Sebelumnya tahukan kamu apa itu apresiasi dan apa itu seni?

Yuk, kita bahas bersama lebih mendalam mengenai apresiasi seni yang mudah kita temui dalam
sehari-hari.

Pengertian Apresiasi Seni


Apresiasi mempunyai arti secara kamus besar berupa penilaian terhadap sesuatu. Sehingga
kegiatan apresiasi ini tidak hanya berhubungan dengan seni, tetapi apa pun yang memang dapat
diapresiasikan.

Sementara seni mempunyai arti secara kamus besar yaitu karya yang bermutu dan memiliki nilai.
Dari sini kita dapat mengambil bahwa apresiasi seni adalah penilaian terhadap karya seni.

Pengertian apresiasi seni lebih dalam lagi ialah penilaian terhadap karya seni mulai dari
mengenali, memberi nilai, hingga menghargai.

Bentuk dari apresiasi tersebut tentu berbeda-beda dari setiap individu yang menikmatinya. Sebab
sense of beauty yang dimiliki setiap individu juga berbeda.

Kegiatan apresiasi tersebut juga dilakukan untuk memberi nilai pada karya-karya seni yang telah
diciptakan.

Fungsi Apresiasi Seni


Apresiasi dalam seni memiliki manfaat atau fungsi. Seperti yang sudah disebutkan mengenai
pengertian dari apresiasi pada seni, terdapat kegiatan mengenali, memberi penilaian, juga
menghargai di mana akan memperngaruhi karya seni tersebut serta seniman atau pembuat seni
yang terlibat.

Ada empat fungsi yang menjadi utama dan dapat kamu kenali agar lebih memahami mengenai
apresiasi pada seni. Keempat fungsi tersebut sebagai berikut.
 1. Untuk Meningkatkan Kecintaan Terhadap Karya Seni

Fungsi pertama adalah untuk meningkatkan kecintaan terhadap karya seni. Atau dapat juga
dikatakan sebagai ‘sarana’ yang mampu meningkatkan rasa cinta terhadap karya seni khususnya
karya seni yang dibuat oleh anak-anak Indonesia.

 2. Untuk Menciptakan Penilaian

Fungsi yang kedua adalah untuk menciptakan penilaian. Penilaian ini berupa sarana dalam
menikmati, memberi empat, mendapatkan hiburan, serta menambah wawasan dan pengetahuan
atau edukasi.

 3. Untuk Mengembangkan Kemampuan

Fungsi ketiga adalah untuk mengembangkan kemampuan. Kemampuan yang merupakan


keanggupan diri sendiri dapat berupa mampu menciptakan karya seni atau lain-lain. Sebagai
penikmat seni yang memberi apresiasi, terkadang banyak bagian dari kegiatan apresiasi tersebut
yang mengasah kemampuan.

 4. Untuk Membangun Hubungan

Fungsi keempat atau terakhir ialah untuk membangun hubungan. Hubungan tersebut berupa
hubungan timbal-balik yang positif antara pembuat seni dengan penikmat seni.

Tujuan Apresiasi Seni


Selain memiliki empat fungsi atau manfaat, apresiasi seni juga memiliki dua macam tujuan yaitu
tujuan pokok dan tujuan akhir.

Tujuan pokok dari apresiasi pada seni berupa memperkenalkan atau mempublikasi karya seni
tersebut agar karya seni lebih dapat dinikmati oleh publik atau masyarakat juga maksud serta
tujuannya tersampaikan.

Terkadang sebagai penikmat seni yang memang sekadar penikmat, kita tidak langsung dapat
mengerti maksud dan tujuan dibuatnya karya seni tersebut.

Nah, dengan adanya apresiasi seni maka kita dapat lebih mudah mengerti maksud dan tujuannya.
Sementara itu untuk tujuan akhir, ada tiga poin. Ketiga poin tujuan akhir tersebut sebagai
berikut.

 Mengembangkan nilai estetika karya seni

Estetika adalah kepekaan terhadap keindahan atau seni. Hal ini membuat kita lebih cepat
menyadari unsur seni pada karya seni.

 Mengembangkan daya kreasi

Selain estetika, tujuan akhir berikutnya ialah mengembangkan kreasi. Karena kita menjadi lebih
peka dan mengerti maksud dari karya seni, maka daya kreasi kita juga dapat bertambah.

 Menyempurnakan

Apresiasi pada karya-karya seni juga sebagai ‘penyempurna’ dari karya-karya seni itu sendiri.

Tingkatan Apresiasi
Dalam apresiasi seni atau karya seni terdapat tingkatan-tingkatan yang mendeskripsikan apresiasi
seni tersebut. Tiga tingkatan dalam apresiasi seni meliputi Empatik, Estetis, dan Kritik.

Berikut penjelasan mengenai tiga tingkatan tersebut beserta contohnya.

 Tingkat Empatik

Empatik dalam kamus berarti melibatkan pikiran dan perasaan. Tingkat apresiasi seni ini lebih berupa
tangkapan indrawi aatau tangkapan dari indera-indera.

Contohnya ketika mendengar sebuah karya seni musik, kita merasa nyaman dan betah mendengar karya
tersebut, lalu timbulah penilaian bahwa karya tersebut bagus.

Tingkat Estetis

Estetis dalam kamus merupakan penilaian terhadap keindahan tersebut. Tingkat apresiasi seni ini
berupa pengamatan dan penghayatan.

Di tingkat ini kita sebagai penikmat seni memberi apresiasi yang lebih pada pengamatan, bagaimana
bentuk dari karya seni tersebut, atau mengapa karya seni tersebut dapat menjadi karya seni.

Contohnya saat menyaksikan pagelaran seni teater, kita berpikir bagaimana adega tersebut dapat
dibuat dan apa fungsi daria degan tersebut. Apakah pas dan bagus, atau tidak.

 Tingkat Kritik

Kamu pastinya sudah dapat membayangkan bagaimana tingkatan pada tingkat apresiasi ini.
Kritik di sini dapat berbentuk klarifikasi, deskripsi, menjelaskan, menganalisis, evaluasi, hingga
mengambil kesimpulan.

Contohnya kamu dapat melihat juri-juri dalam ajang-ajang yang ada di televisi misalnya ajang
bernyanyi.

Tingkat apresiasi mereka sudah berada di tingkat ini di mana akan memberi masukan, menilai
dengan tidak lupa memberi penjelasan, dan memberi evaluasi juga kesimpulan.

Itu dia bagian-bagian dalam apresiasi seni yang tidak dapat dipisahkan.

Ada pun pengertian yang dikemukan oleh para ahli di antaranya menurut Brent G. Wilson,
apresiasi pada seni meliputi feeling, valualing, dan emphatizing.

Ketiga poin tersebut adalah suatu tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan perasaan,
penilaian, dan rasa empati.

Bentuk rupa dari ketiga poin itu juga berbeda dan tergantung pasa masing-masing penikmat seni.
Agar kamu lebih mengerti lagi mengenai apresiasi dalam karya seni, di bawah ini ada beberapa
contoh apresiasi seni yang dapat kamu telusuri.

Contoh Apresiasi Seni


Contohnya, ada seorang penikmat seni yang diundang untuk datang ke pameran seni yang
digelar oleh beberapa seniman. Penikmat seni tersebut datang karena ini mengenal dan melihat
hasil karya seni yang dipamerkan.

Selanjutnya, saat melihat-melihat, beberapa karya seni mampu menarik perhatian penikmat seni
tersebut dan membuatnya memberi penilaian dari sudut pandangnya.
Menurutnya beberapa karya tersebut menarik, tetapi kurang warna. Dan dia mengungkapkan
penialiannya tersebut pada teman-teman lain juga sang seniman.

Nah, inilah kegiatan apresiasi terhadap seni yang sederhana.

Sebenarnya bentuk dari kegiatan yang termasuk dalam apresiasi seni memang sederhana dan
mudah kita temui dalam keseharian kita.

Sebab karya seni sudah menjadi bagian hidup yang tidak dapat dipisahkan. Ke mana pun kamu
melangkah, maka akan bertemu dengan hasil-hasil karya seni, meski terkadang kamu tidak
menyadarinya. Semoga ulasan ini menambah informasi dan bermanfaat.

Pengertian Apresiasi Seni, Fungsi, Manfaat, Tujuan, Bentuk


Apresiasi

Pengertian Apresiasi Secara Umum


Apa yang dimaksud dengan apresiasi? Pengertian Apresiasi adalah suatu proses atau bentuk
penghargaan dan penilaian terhadap suatu hal yang berhubungan dengan karya seni dan karya
sastra.

Secara etimologi kata “Apresiasi” berasal dari bahasa latin, yaitu “Apreciatio” yang artinya
menghargai. Sedangkan secara terminologi, arti kata apreasiasi adalah proses penilaian atau
penghargaan positif yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti apreasiasi adalah setiap penilaian baik,
penghargaan, terhadap karya seni dan karya sastra.

Pengertian Apresiasi Menurut Para Ahli


Agar lebih memahami apa arti apresiasi, kita dapat merujuk kepada pendapat beberapa ahli tentang
definisi apresiasi. Di bawah ini adalah pengertian apresiasi menurut para ahli:

1. Prayogi

Menurut Prayogi pengertian apresiasi adalah semua aktivitas memberikan penghargaan yang
dilakukan sebagai hasil penggunaan, peresapan, dan penilaian seseorang terhadap sebuah karya
sastra ataupun karya seni tertentu. Apresiasi juga merupakan bentuk rasa kagum yang keluar dari
diri penikmat karya seni ataupun karya sastra tertentu.

2. S. E Effendi

Menurut S. E Effendi pengertian apresiasi adalah aktivitas menggauli cipta sastra dengan sungguh-
sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan
perasaan yang baik terhadap karya sastra.

3. Verbeek

Menurut Verbeek pengertian apresiasi adalah suatu kesadaran menilai lewat penghayatan suatu
karya seni dengan memberdayakan seluruh pribadi yang melibatkan perasaan, pengalaman,
keinginan, dan anggapan seseorang.

4. Hornby
Menurut Hornby arti apresiasi adalah pengenalan dan pemahaman yang tepat, pertimbangan,
penilaian, dan pernyataan yang memberikan penilaian.

5. Elliyati

Menurut Elliyati definisi apresiasi adalah setiap kegiatan yang mengakrabi karya sastra secara
sungguh-sungguh yang berkaitan kesungguhan penikmat sastra untuk mengenali, menghargai dan
menghayati, sehingga dapat menemukan penjiwaan yang benar-benar dalam.

6. Albert R. Candler

Menurut Albert R. Candler pengertian apresiasi adalah proses mengartikan serta menyadari
sepenuhnya seluk beluk karya seni, serta menjadi sensitif mengenai gejala estetis dan artistik,
sehingga dapat menikmati dan menilai karya tersebut secara semestinya.

Fungsi Apresiasi Secara Umum


Mengacu kepada pengertian apresiasi di atas, fungsi apreasiasi secara umum adalah sebagai bentuk
ekspresi penghargaan kepada suatu karya. Berikut ini adalah beberapa fungsi seni:

 Sebagai cara untuk memberikan penilaian, edukasi, empati, terhadap sebuah karya seni
atau sastra.
 Sebagai sarana untuk meningkatkan rasa cinta masyarakat terhadap karya anak bangsa, dan
bentuk kepedulian terhadap sesama.
 Sebagai cara untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan manusia dalam
berbagai hal.

Manfaat Apresiasi
Memberikan apresiasi kepada orang lain atas karyanya akan memberikan dampak bagi individu
dan masyarakat. Berikut ini adalah beberapa manfaat apresiasi jika diterapkan dengan baik:

 Agar kita memahami tentang karya seni dari berbagai sisi.


 Meningkatkan rasa kecintaan terhadap karya seni dan sesama manusia.
 Menjadi sarana untuk melakukan edukasi, hiburan, empati, dan lain-lain.
 Meningkatkan dan mengembangkan suatu karya seni menjadi lebih baik di masa
mendatang.

Tujuan Apresiasi
Apa tujuan memberikan apresiasi kepada orang lain? Secara umum, tujuan melakukan apresiasi
adalah untuk mengedukasi masyarakat agar mengetahui apa, bagaimana, dan alasan dari suatu
karya seni diciptakan. Dengan begitu, masyarakat dapat menghayati dan menilai suatu karya dan
mengembangkan nilai estetikan dari karya seni tersebut.

Selain itu, tujuan apresiasi adalah sebagai berikut:

 Untuk mengevaluasi dan mengembangkan nilai estetika karya seni


 Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berkreasi dan berimajinasi
 Untuk menyempurnakan keindahan karya seni

Jenis-Jenis Apresiasi
Secara umum, jenis apresiasi dapat dibedakan dalam empat kelompok. Berikut ini adalah beberapa jenis
apresiasi tersebut:

1. Apresiasi Empatik

Jenis apresiasi ini merupakan aktivitas menilai atau menghargai suatu karya seni yang dapat diterima
secara indera saja.

2. Apresiasi Estetis

Jenis apresiasi ini merupakan kegiatan menilai atau menghargai suatu karya seni dengan
melibatkan pengamatan mendalam dan penghayatan.

3. Apresiasi Kritik

Jenis apresisi ini merupakan aktivitas menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan
tafsiran, analisis, deskripsi, klasifikas, evaluasi, dan penghargaan.

Tahap-Tahap Apresiasi
Pada praktiknya, di dalam kegiatan apresiasi terdapat beberapa tahapan khusus. Berikut ini adalah
tahap-tahap apresiasi pada umumnya:

1. Pengamatan; proses pengamatan suatu karya seni tidak hanya melalui indera saja, tapi
memberdayakan seluruh pribadi seseorang.
2. Aktivitas Fisiologis; aktivitas ini adalah suatu tindakan nyata saat melakukan pengamatan.
3. Aktvitas Psikologis; aktivitas ini merupakan persepsi dengan evaluasi yang menimbulkan
suatu interpretasi imajinatif sebagai pendorong kreativitas.
4. Aktivitas Penghayatan; aktivitas ini merupakan pengamatan suatu karya seni secara
mendalam.

5. Aktivitas Penghargaan; aktivitas ini meliputi evaluasi terhadap obyek karya seni serta
menyampaikan masukan.

Baca juga:

 Pengertian Norma
 Pengertian Sosialisasi
 Pengertian Globalisasi

Demikianlah penjelasan mengenai pengertian apresiasi, fungsi, tujuan, manfaat, jenis dan tahapan
apresiasi pada umumnya. Semoga artikel ini bermanfaat.

APRESIASI SENI

PENGERTIAN APRESIASI...
Secara leksikografis, kata apresiasi berasal dari bahasa Inggris apreciation, yang berasal dari
kata kerja to Apreciate, yang menurut kamus Oxford berarti to judge value of; understand
or enjoy fully in the right way; dan menurut kamus webstern adalah to estimate the quality
of to estimate rightly tobe sensitevely aware of. Jadi secara umum me-apresiasi adalah
mengerti serta menyadari sepenuhnya, sehingga mampu menilai secara semestinya.
Dalam kaitannya dengan kesenian, apresiasi berarti kegiatan meng-artikan dan menyadari
sepenuhnya seluk beluk karya seni serta menjadi sensitif terhadap gejala estetis dan artistik
sehingga mampu menikmati dan menilai karya tersebut secara semestinya. Dalam apresiasi,
seorang penghayat sebenarnya sedang mencari pengalaman estetis. Sehingga motivasi
utama yang muncul dari diri penghayat seni adalah motivasi untuk mencari pengalaman
estetis.
Pengalaman estetis menurut Albert R. Candler adalah kepuasan kontemplatif atau
kepuasan intuitif. Sedangkan Yakob Sumardjo menjelaskan pengalaman seni adalah
keterlibatan aktif dengan kesadaran yang melibatkan kecendekiaan, emosi, indera dan
intuisi manusia dengan lingkungan (benda seni) (2000, 161). Dalam proses pengalaman
estetis unsur perasaan dan intuisi lebih menonjol dibandingkan nalar; itulah sebabnya
maka dalam proses tersebut penghayat seni seolah kehilangan jati dirinya karena seluruh
kehidupan perasaannya larut ke dalam obyek seni, dan inilah yang disebut dengan empati..
Proyeksi perasaan tersebut bersifat subyektif dan sekaligus obyektif. Artinya subyektif
karena penghayat menemukan kepuasan atau kesenangan dari obyek seninya dan
obyektif karena proyeksi perasaan itu berdasarkan nilai-nilai yang melekat pada benda seni
tersebut. Kualitas seni yang ada dalam karya tersebut mengalirkan pengalaman secara
dinamis dan akhirnya mendatangkan kepuasan. Kualitas suatu karya biasanya muncul
karena adanya pola yang jelas yang terjalin pada unsur/elemen seni sehingga membentuk
sebuah struktur. Dalam seni rupa struktur tersebut ada pada rasa unity, balance, harmony,
rythm, proportion, point of interest, contrast dan discord.
Seorang apresian dalam melakukan penghayatan dan penilaian terhadap sebuah karya
tidak bisa dilepaskan dari persoalan persepsi yang muncul ketika berhadapan dengan karya
tersebut.
Persepsi
Pada dasarnya persepsi muncul karena ada kesadaran terhadap lingkungan dan melalui
sebuah proses mental terjadilah interaksi antar obyek penginderaan dan makna, sehingga
dengan demikian kemunculan persepsi seseorang terhadap sebuah obyek dipengaruhi oleh
banyak faktor.
Manusia mempersepsi stimulus yang diamati berdasarkan struktur pengetahuan atau
skema yang ada pada dirinya. Skema yang dimaksud adalah organisasi dan intelegensi
pengetahuan yang digunakan untuk menginterpretasikan masukan yang datang. Skema
setiap orang berbeda sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman masing masing.Jadi
persepsi adalah kesadaran kita atas dunia sekitar berdasarkan informasi yang datang lewat
pengenderaan, atau sering juga disebut sebagai kenyataan faktual kelengkapan manusia
Ada tiga jenis persepsi yang digunakan orang dalam menilai benda benda artefak budaya
yaitu persepsi praktis, persepsi analitis dan persepsi apresiatf (Stephen C Pepper, 1976: 7)
di mana penggunaan masing masing jenis persepsi tersebut berbanding lurus dengan tujuan
dan pola berpikir seseorang dalam memaknai obyek.
Presepsi praktis adalah kesadaran intelegensi dan respon psikologis yang diarahkan ke
peroalan persoalan praktis. Dalam hal ini repon yang diberikan terhadap rangsangan dilihat
dari aspek relasi-fungsional. Obyek /stimulan ditanggapi sebagai instrumen untuk mencapai
tujuan akir.
Persepsi analitis adalah persepsi yang memandang stimulator sebagai instrumen untuk
mendapat kualifikasi relasional baik di antara obyek lain maupun kualifikasi atas bagian
per bagian dari benda itu sendiri atas dasar proses sebab-akibat; atau memasukkan setiap
bagiannya ke dalam unsur yang dapat dikorelasikan dan diformulasikan ke dalam rumusan
tertentu.
Sedangkan persepsi apresiatif adalah suatu usaha memandang stimulan sebagai media
untuk memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan sehingga di peroleh
pengalaman estetis atas obyek yang diamati.
Situasi sosial tempat stimulus itu berada akan mempengaruhi indra dalam mempersepsi
stimulus tersebut, selain itu persepsi pengamat terhadap obyek yang sama dapat berubah
karena obyek ditempatkan pada lingkungan sosial yang berbeda. Faktor faktor yang
mempengaruhi persepsi individu adalah : 1) pengalaman belajar (2) harapan (3) motif atau
kebutuhan dan (4) kepribadian.
Dari paparan pendapat di atas tentang persepsi tampaklah bahwa sebagian besar faktor
yang berpengaruh dalam pembentukan persepsi adalah kualitas pribadi pengamat dan
bukan kualitas obyek. Apapun kualitas obyek maknanya sangat tergantung pada kualitas
pribadi pengamat. Makna yang merupakan pola dalam rangka pembentukan persepsi
diperlukan untuk menyeleksi dan memahami lingkungan serta untuk mengembangkan
bahasa dan proses berpikir. Dalam kaitannya dengan seni, istilah bahasa bisa diartikan
adalah ungkapan hasil proses perasaan dan pikiran melalui elemen dan strukturnya untuk
menyampaikan pesan..
Dalam kaitannya dengan apresiasi terhadap karya seni, ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi apresiasi seseorang ,yaitu;
 Kemauan dan minat,
 Sikap terbuka,
 Kebiasaan,
 Peka atau sensitif
 Kondisi mental.
Kemauan dan minat diperlukan untuk menikmati karya; sebab tanpa kemauan dan minat
apresiasi tidak akan berhasil
Sikap terbuka diperlukan untuk menghindari sikap apriori terhadap suatu karya. Hanya
karya yang disenangi yang dianggap baik, yang lain tidak.
Seorang penghayat benda seni perlu membiasakan diri menghadapi karya secara intensif
agar memiliki perbendaharaan rupa, gerak dan bunyi yang memadai dan selalu bertambah
dan meningkat, yang muaranya adalah muncul kepekaan terhadap segala gejala rupa, gerak
dan suara/ bunyi. yang ada di sekitarnya baik secara partial maupun secara kolaboratif.
Kepekaan menangkap gejala unsur seni dengan segala perubahannya merupakan suatu
tuntutan, karena kepekaan seseorang akan membantu menelusuri sumber kreasi dan
sumber estetik suatu karya.sehingga dengan demikian akan memperlancar menangkap
makna yang tersirat dari yang tersurat sebuah karya.
Kondisi mental dalam rangka apresiasi adalah, intensitas seseorang dalam melakukan
penghayatan. Kurangnya intensitas karena adanya gangguan psikhis akan menyebabkan
apresiasi tidak maksimal. Ada beberapa mekanisme psikologis yang menyebabkan
timbulnya perubahan penilaian atau evaluation mutation, yaitu
 conditioning,
 habituation dan
 fatique.
Menurut Stepen C Pepper (1976) conditoning dapat terwujud dalam 4 variasi, yaitu
 the means-to-end mutations, perubahan nilai yang terjadi pada suatu bendatanpa
mengkaitkan dengan benda lain yang semula berhubungan. Misalnya pipa rokok disenangi
karena bentuknya, tidak ada hubungan lagi dengan rokok atau tembakau.
 the mechanized habit mutation,perubahan penilaian karena adanya mekanisme
kebiasaan.Misalnya, anak diajak menonton pergelaran tari secara kontinyu maka lama
kelamaan anak akan menyenagi tarian terebut. Kunci dari perubahan penilaian ini adalah
kontinyuitas dan mekanisme yang jelas.
 symbolic meaning, penilaian yang terjadi karena pemberian makna terhadap tanda
atau simbol yang dilakukan secara terus menerus. Misalnya, warna-putih akan di maknai
Indonesia, bentuk bintang dan strip akan di maknai Amerika.
 type. Penilaian yang didasarkan pada pengolonggan ciri-ciri tertentu yang melekat
pada objek. Misalnya, dinilai perempuan karena berambut panjang, memakai rok, bergaya
gemulai, dan sebagainya.
Perubahan penilaian yang terjadi pada conditioning dengan segala variantnya ini bersifat
sementara, sedangkan berubahan yang terjadi pada Habituation/ kebiasaan bersifat long
term.
Sementara itu ada dua jenis Fatique yang terjadi pada manusia yaitu
 sensory fatique, adalah kelelahan yang disebabkan oleh kelelahan inderawi
 attentive fatique. adalah kelelahan perhatian/ kejenuhan terhadap sesuatu yang
berlangsung sangat lama, sehingga konsentrasi sudah tidak stabil lagi.
Apresiasi dan Komunikasi Seni.
Sudah seringkali kita dengar pernyataan atau kita baca, bahwa salah satu fungsi seni adalah
sebagai ekspresi seseorang. Bahkan ungkapan seni adalah jiwa ketok, yang dilontarkan oleh
S Sudjojono menjadi sangat terkenal di antara seniman dan pendidik seni di Indonesia.
Walaupun sesungguhnya persoalan ekspresi adalah lebih pada persoalan psychologis dari
pada persoalan benda seni itu sendiri, akan tetapi karena mengamati karya seni tidaklah
sekedar melihat visual form, tetapi kadang kita berusaha melihat adanya bentuk di balik
bentuk, maka persoalan ekspresi ini menjadi penting dan menarik
Saat ini istilah ekspresi lebih sering diartikan sebagai behavioral manifestations of the human
personality. Manifestasi perilaku dari kepribadian manusia atau kadang kadang ekspresi
didiskripsikan sebagai perceiving with imagination. Kalau yang pertama ditekankan pada
pelakunya, sedangkan yang kedua ditekankan pada penerima, pengamatnya.
Dalam kaitannya dengan seni sebagai ekspresi Suzanne K Langer menyatakan: bahwa,
.karya seni adalah suatu bentuk ekspresi yang diciptakan bagi persepsi kita lewat sensa
ataupun pencitraan/imajinasi, dan apa yang diekspresikan adalah perasaan insani. Namun
demikian suatu konsepsi kehidupan, emosi dan kenyataan batiniah yang diekspresikan
lewat karya seni pengekspresiannya tidak boleh instinktif dan stereotip. Artinya bahwa
perlu jalan yang panjang, perlu pertimbangan yang penuh kesadaran tertentu untuk dapat
mengekspresikan perasaan insaninya dengan tepat, sehingga ekspresi itu tidak jatuh
menjadi tanda ataupun sekedar cerita tentang perasaan yang diulang-ulang, sehingga
dengan demikian ekspresi rasa dalam karya seni bukanlah semata mata hal yang
symptomatic Misalnya, orang yang sedang betul betul dilanda kesedihan, karya seninya tidak
akan mengekspresikan kesedihan itu. Baru, setelah gejala sedih itu mengendap dan
mengkristal, kemudian dituangkan dalam karya, karya tersebut akan menyiratkan
kesedihannya.
Karya seni menghadirkan perasaan untuk direnungkanan oleh penghayat sehinga karya itu
dapat dilihat dan didengar atau dengan berbagai cara penerimaan melalui simbol bukan
melalui kesimpulan gejala. Oleh karena itu, suatu bentuk yang ekspresif adalah suatu
bentuk yang dapat dipahami dan dibayangkan secara menyeluruh maksud yang
dikandungnya, ataupun juga kualitas seluruh aspek yang ada di dalamnya, sehingga bisa
menggambarkan secara menyeluruh dalam beberapa hal yang berbeda yang dipunyai
elemen-elemen tersebut dalam berbagai hubungan analoginya.
Karena setiap karya seni tidak tumbuh dari sesuatu kekosongan, melainkan
tumbuh diantara dan dari perjalanan sejarah serta dalam suatu konteks sosial budaya,
maka sebenarnya sebuah karya seni merupakan rekaman peristiwa yang
dikomunikasikan oleh seniman kepada pembaca (penonton, pendengar). Oleh karena
itu struktur karya seni baru dapat dipahami sepenuhnya bila kita melihat karya itu sebagai
suatu tanda atau lambang kehihudapan.
Jadi jelaslah bahwa selain fungsinya sebagai sarana untuk mengekspresikan segala sesuatu
yang tak tampak tapi ada dalam diri manusia, karya seni sebagai simbol juga berfungsi
sebagai media untuk berkomunikasi.
Karya Seni dan Simbol
Manusia berfikir, berperasaan dan bersikap dengan ungkapan ungkapan yang simbolis.
Manusia tidak pernah melihat, menemukan dan mengenal dunia secara langsung kecuali
melalui berbagai simbol dan simbol ini mempunyai unsur pembebasan dan perluasan
pemandangan. Artinya, sebuah ide jika sudah dinyatakan dengan menggunakan simbol
maka ide itu menjadi sesuatu yang multi interpretable. Bisa ditafsirkan dengan berbagai
makna.
Kata simbol berasal dari bahasa Yunani symbolos yang berarti tanda atau ciri yang
memberitahukan tentang sesuatu hal pada seseorang. Dalam kamus Umum Bahasa
Indonesia karya WJS Poerwadarminta disebutkan, simbol atau lambang adalah semacam
tanda atau lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal atau
mengandung maksud tertentu. (Poerwadarminta, 1976 272)
Selain animal symbolicus manusia juga merupakan homo creator, artinya bahwa manusia
adalah mahluk yang selalu berkreasi. Untuk menuangkan kreasinya manusia harus selalu
berkarya. Hal itu karena selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, alam sekeliling ini
tidak ada arti apapun bila tidak ada karya dan sentuhan kreasi manusia.
Menurut Soren Kierkegaard, salah seorang filsuf existensialis, mengatakan bahwa hidup
manusia mengalami tiga tingkatan, yaitu estetis, etis dan religius Dengan kehidupan estetis
manusia mampu menangkap dunia dan sekitarnya yang mengagumkan. Kemudian dia
menuangkannya kembali rasa kekaguman tersebut dalam karya seni. Dalam tingkatan etis,
manusia mencoba meningkatkan kehidupan estetisnya dalam bentuk tindakan manusiawi,
yaitu bertindak bebas dan mengambil keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan
kepada sesama. Dan akhirnya, manusia semakin sadar bahwa hidup mesti mempunyai
tujuan. Segala tindakan kemudian dipertanggung jawabkan kepada yang lebih tinggi,
Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam perjalan sejarah umat manusia, telah terbukti bahwa lukisan sebagai kreasi
manusia tidaklah berdiri sendiri. Dia adalah simbol dari sejumlah gagasan, ide, imajinasi,
atas responnya terhadap alam sekitar yang diolah dari hidup perasaannya. Dan sebetulnya
dalam berkarya seorang seniman tidak saja bekerja sebagai abdi alam sekitarnya akan
tetapi dia juga mencari makna dirinya sendiri agar apa yang telah dipilih dan kemudian
dilakukan mempunyai arti yang dapat dipertanggung jawabkan kepada sesamannya
maupun kepada yang lebih tinggi, sebab tatkala manusia melahirkan batin pada benda
benda alamiah disekelilingnya, maka batinnya semakin terbuka.
Elemen-elemen rupa yang memang ada karena keberadaannya sendiri, dengan segala gejala
visualnya, dan dalam kondisi nirmana, mempunyai potensi untuk menjadi simbol dan
kemudian berarti dan bermakna.Rupa sebagai media seni baru akan dapat bermakna bila
disusun dalam satu kesatuan struktur, dan struktur sebuah karya seni baru dapat kita
pahami sepenuhnya bila kita melihat karya itu sebagai suatu tanda atau lambang. Dan
hanya manusialah yang berhadapan dengan sebuah karya seni dapat memberikan arti itu.
Sudah barang tentu dalam pemberian arti itupun, manusia tidak berdiri bebas dan
sewenang-wenang tetapi selalu dalam arus sejarah dan lingkungan masyarakatnya. Cara
dia menerima dan menyambut sebuah karya turut menentukan arti dan makna kehadiran
karya tersebut.

4. Karya Seni Sebagai Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia, tanpa ada alat untuk
berkomunikasi maka interaksi antar manusia itu tidak akan pernah terjadi. Dalam kaitan
dengan alat komunikasi maka istilah bahasa dapat berujud bahasa tulis/lisan, bahasa
isyarat, misalnya bunyi peluit, morse; bahasa gerak tubuh, misalnya gerak tangan polisi
pengatur lalulintas, tarian atau bahasa bentuk, misalnya gambar, termasuk di dalamnya
adalah lukisan.
Bahasa sebagai alat komunikasi bersifat umum dan universal. Bila sifat itu dilihat dari
fungsinya maka bahasa berfungsi sebagai:
 Untuk tujuan praktis, yaitu komunikasi antar manusia.
 Untuk tujuan artistik, yaitu ketika manusia mengolah bahasa guna
mengungkapkan kebenaran intuitif. Intuisi adalah suatu jenis kebenaran yang hanya dapat
ditangkap lewat perasaan dan penghayatan, lewat sejumlah gambaran kongkret inderawi
atau biasa disebut imajinasi.
 Untuk tujuan filologis, yakni tatkala kita mempelajari naskah, kuno, latar
belakang sejarah, kebudayaan dan lain-lain.
 Untuk menjadi kunci dalam mempelajari pengetahuan lainnya (Gorys Keraf,
1976: 14).
Jika proses ekspresi seni dianggap sebagai sebuah peristiwa komunikasi, maka karya seni
rupapun dapat dianggap sebagai bahasa, sehingga setiap elemen rupa dan rekayasa
sturkturnya yang ada dalam sebuah karya rupa adalah identik dengan kata dan gramatika.
Lukisan sebagai bahasa simbolis memang menciptakan situasi yang simbolis,
artinya penuh tanda tanya tentang hal-hal yang diungkap maksud dan arti yang dikandung
dalam simbolnya. Dalam situasi simbolis maka sebuah lukisan bukan bermaksud
menerangkan atau menguraikan sesuatu. Sebab sesuatu yang simbolis bila diterangkan atau
diberi penjelasan mendetail akan berkurang atau bahkan kehilangan daya simbolisnya.
Namun ada kalanya bahasa rupa tidak digunakan dalam maknanya yang simbolis, tetapi
memang untuk menjelaskan gejala-gejala visual yang sangat nyata, bilamana diterangkan
secara verbal maupun dengan bahasa yang lain akan tidak efektif atau bahkan
memungkinkan mengalami pendistorsian maksud /makna.
Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa, karya seni sebagai bahasa memiliki 2(dua) potensi, yaitu
potensi sebagai bahasa simbolik dan potensi sebagai bahasa rupa, gerak dan suara secara
denotatif. Dalam rangka mengkomunikasikan gagasannya, potensi mana yang dipilih oleh
seniman untuk dimasukkan dalam karyanya sangatlah tergantung pada tujuan
komunikasinya. Ketika muncul kesadaran bahwa eksistensi kita menjadi lebih berarti bila
kita berkomunikasi dengan lingkungan, maka saat itulah kita memerlukan alat komunikasi;
dan alat tersebut bernama bahasa.
Dalam artian yang luas, bahasa tidaklah sekedar ucapan, tetapi lebih pada sifatnya yang
simbolik. Dan dalam kaitannya yang simbolik tersebut bahasa dapat berupa gerak, bunyi,
warna, garis dan pendek kata segala hal yang dapat dipersepsi oleh manusia lewat indera
dan telah memberikan dampak psikhologis, kemudian ditafsirkan arti dan maknanya.
Itulah saya lebih setuju bahwa karya seni adalah sebuah re interpretasi dari interpretasi
kultural. Karya seni adalah tafsir dari tafsir, sehingga kehadirannya bukanlah dari
kekosongan belaka, bukan suatu perbuatan yang asal-asalan.
Seni dan Komunikasi..
Wujud sebuah karya seni pada dasarnya adalah representasi pengalaman pengalaman
estetis seorang seniman ketika dia mencoba mencari jawaban atas apa yang ada dibalik
gejala yang ditangkap oleh inderanya . Oleh karena itu dalam melihat sebuah karya seni
masalah bentuk dan isi karya adalah masalah yang saling berkait. Bentuk adalah segala hal
yang membicarakan faktor intrinsik karya, mulai unsur, struktur, simbol, metafora dan lain
sebagainya. Sedangkan persoalan isi mempertanyakan nilai kognitif-informatif, nilai emosi-
intuisi, nilai gagasan, dan nilai nilai hidup manusia.
Ada dua pendapat tentang keberadan nilai dalam sebuah karya seni. Ada yang bependapat
bahwa nilai seni sebuah karya terletak pada benda dan senimannya; Namun dapat pula
pencarian hakekat seni dilakukan dari aspek penerima seni; Artinya nilai sebuah karya seni
tidak terletak pada bendanya atau penciptanya, akan tetapi kepada penerimanya. Kalau
dilihat dari kaca mata komunikasi maka bukan komunikator dan media yang membuat
sebuah pesan itu berarti dan bermanfaat akan tetapi adalah interpretasi komunikanlah
yang menjadikan pesan itu bermakna.
.
Dalam komunikasi seni ada tiga unsur utama yang terlibat sacara saling terkait yaitu,
seniman, benda seni dan publik seni. Bersatunya unsur unsur komunikasi seni ini dalam
satu peristiwa seni akan melahirkan apa yang dinamakan pengalaman seni.
Benda seni yang diciptakan seniman akan diterima nilai nilainya oleh publik seni dalam
konteks sosio budayanya. Dan bila yang ideal ini betul betul terjadi maka komunikasi seni
akan berjalan secara sehat; Namun dalam kenyataan di lapangan tidaklah selalu demikian.
Dalam masyarakat yang terbuka terhadap informasi nilai, persoalan komunikasi seni ini
tidak lagi mudah terjalin sebab adakalanya nilai seni yang diterima dan dipahami
senimannya tidaklah selalu sama, bahkan berbeda jauh dengan nilai seni yang diterima dan
dipahami masyarakat atau publik seni, Sehingga mudah sekali terjadi kesalah penafsiran
terhadap pesan. Pertama, sebenarnya tidak ada karya seni yang rumit dan buntu. Karya
seni yang sejati, sebagaimana lembaga kebenaran yang lain, selalu jujur, jelas, dan
transparan, sebab yang ingin dicapai adalah kebenaran. Struktur jiwa manusia, dalam hal
perasaan, intuisi, bawah sadar dan berpikir, sama saja dari dulu hingga sekarang. Apa yang
dirasakan dan dipikirkan manusia dimanapun sama. Hanya cara mengungkapkannya
itulah yang berbeda beda; Terutama dalam aspek intrinsik struktur seninya. Dan
penguasaan struktur inilah yang menjadi bagian vital yang harus dikuasai oleh seorang
seniman dalam berkarya. Tanpa penguasaan struktur sulit bagi seniman untuk mengolah
dan mengungkapkan perasaan, pikiran serta pengalamannya menjadi sebuah informasi
yang akan ditransmisikan pada publik seni (komunikan). Demikian juga publik seni, tanpa
mengerti, memahami ,menghayati struktur keindahan akan sulit menangkap maksud
seniman lewat media yang dimiliki dan diolah.
Kedua, seperti telah disinggung di atas bahwa kemunculan karya seni tidaklah bebas dari
konteks nilai, baik nilai sosial , ideologi, politik maupun struktur sosial dan sebagainya atau
sering disebut nilai ekstrinsik. Pemahaman terhadap konteks nilai inilah untuk Indonesia
menjadi salah satu sumber masalah kesenjangan informasi yang mengakibatkan terjadinya
gap dalam berkomunikasi. Di satu fihak seniman yang berlatar belakang pendidikan seni
secara formal, dimana pengetahuan dan nilai nilai yang dipelajari mengacu pada nilai nilai
yang non Indonesia, sementara di fihak lain nilai nilai modern yang ada dalam masyarakat
belum menampakkan wujud bentuknya yang jelas dan nilai nilai lama sudah tak jelas pula.
Komunikasi visual.
Untuk membangun sebuah komunikasi, orang perlu memahami elemen elemen dasar yang
digunakan dalam menyampaikan pesan. Untuk itulah di bawah ini akan dibicarakan
tentang elemen –elemen dasar tentang komunikasi visual.
Kapanpun bila sesuatu itu didisain, digambar (termasuk difoto), dilukis, diskets dibangun,
dan dipatungkan bahan dasar dari karya tersebut adalah elemen visual. Pengertian elemen
visual hendaknya jangan dicampur adukkan dengan pengertian media atau bahan atau
material yang digunakan. Yang dimaksud media /bahan/material dalam seni rupa
adalah misalnya kayu, kertas, cat, tanah liat atau film. Sedangkan elemen visual adalah
substansi dasar dari apa yang kita lihat dan tidak tunggal. Titik, garis, bidang, warna,
teksture, dimensi, skala dan gerak adalah substansi dasar tersebut.
Elemen-elemen visual tersebut merupakan bahan mentah seluruh informasi visual dalam
pilihan pilihan selektif dan kombinasi di antara elemen tersebut.. Struktur kerja visual
adalah kekuatan yang menentukan elemen visual mana yang disajikan dan dengan tekanan
apa.
Untuk lebih memahami peranan elemen visual sebagai media informasi, barangkali kita
dapat membuat analogi dengan elemen verbal. Sebuah kata adalah terdiri dari serangkaian
huruf. Dalam sistem alphabet latin huruf tersebut terdiri dari 26 jenis, mulai huruf A higga
Z. Rangkaian huruf ini tidak akan bermakna informatif apapun bila kita tidak melakukan
pemilihan yang selektif dari keduapuluh enam huruf tersebut yang kemudian digabung
menjadi satu untuk mewakili apa ( pikiran, perasaan) yang akan kita informasikan kepada
fihak lain.
Yang berbeda antara informasi verbal dengan informasi visual adalah bahwa informasi
verbal bertujuan untuk diketahui sedangkan informasi visual tujuannya adalah untuk
dikenali ( to be recognized). Itulah sebabnya maka informasi verbal bersifat naratif
sedangkan informasi visual tidak harus naratif., sehingga dalam mengamati sebuah gambar
atau patung seorang komunikan mempunyai kemerdekaan menafsirkan sendiri seluruh
informasi yang terangkum dalam sebuah karya sesuai dengan kemampuannya.
Banyak hal yang kita tahu tentang interaksi dan efek dari persepsi orang dalam mengenali
dan memahami informasi visual seperti yang dilakukan dalam penelitian dan
percobaan psykhologi Gestalt..Pada intinya tesis gestalt ini menyatakan bahwa memahami
informasi sensoris (inderawi) harus bersifat total, menyeluruh dan bukan dengan
pendekatan analitis.
Untuk mendapatkan makna yang lebih baik dari sebuah gambar hendaknya kita
tinggalkan elemen tadi meskipun elemen tersebut menjadi unsur pokoknya dan kemudian
mengamati suluruh bangunan elemen untuk menangkap pesan yang muncul dalam bentuk
tanggapan emosi komunikan. Respon emosi inilah yang menjadi effek dari komunikasi
visual, yang pada gilirannya akan bermuara pada kemungkinan bertambahnya kesadaran
baru tentang sesuatu bertambahnya wawasan, pengetahuan, kekayaan batin dan
pengalaman estetis.
Jadi dari aspek kultural, komunikasi visual yang dilakukan seniman dengan
karyanya merupakan komunkasi yang pendekatannya bisa merupakan penggabungan
model transmition view of communication dan ritual view of communication. Artinya,
adakalanya seorang seniman dalam berkarya hanya menyodorkan gagasannya saja dan
tidak memperdulikan respon pengamat namun adakalanya pula seorang seniman dalam
berkarya memang melakukan dan mengharapkan sharing, menimbulkan kebersamaan
dengan pengamat. Yang disebut pertama biasanya dilakukan oleh seniman yang menitik
beratkan karyanya pada nilai bentuk, sedang yang kedua, dilakukan oleh seniman yang
cenderung menekankan nilai isi lebih penting dari bentuk suatu karya. Bagi penulis sendiri
kedua duanya sama penting . Bentuk yang signifikan akan mempermudah memahamkan
isi/makna yang terkandung dalam sebuah bentuk

DEFINISI APRESIASI...
Apresiasi bolehlah didefinisikan sebagai kajian mengenai pelukis-pelukis atau pandai
tukang mengenai hasil-hasil seni mereka, faktor yang mempengaruhi mereka, cara
mereka bekerja, bagaimana mereka memilih tema dan ‘subject matter’ serta gaya dan
stail mereka .Semua ini berkait rapat dengan aspek pemahaman mereka dari aspek-
aspek kognitif. Ianya juga sebagai satu penghargaan terhadap penilaian dan perasaan
terhadap sesuatu hasil seni itu. Ia boleh dikatakan sebagai pembentukan sikap, minat dan
kebolehan membuat pilihan dan ini berkait rapat dengan aspek-aspek afektif.

Menurut Smith (1966), apresiasi seni ini memerlukan


“logical operation such as defining, valuing and explaining”

Pendidikan seni harus dilihat dalam skop yang lebih luas. Umumya, para pendidik seni
beranggapan Pendidikan Seni di sekolah bukan sekadar meningkatkan kemahiran dan
teknik menghasilkan karya seni sahaja.

Menurut Chapman (1978)


“if treatart ifit were only a matter of learning acts an mastering technique, we deny its
value and character”

Kebanyakan pendidik seni percaya bahawa melalui apresiasi karya seni, pelajar-
pelajar dapat memahami adat, tradisi dan nilai sesuatu masyarakat.

Macfee (1961) menegaskan bahawa


“…every culture, differences in value and belief are expressed through language an art
forms such as dress, architecture an decoration…”

Apresiasi seni melibatkan sepenuhnya deria rasa/sentuh dan deria pandang. Karya
seni seperti catan, lukisan, cetakan dipandang sementara acra dan binaan disentuh.
Apresiasi seni secara aktif melibatkan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi
dengan orang lain apa yang difikirkan dan dirasakan. Dalam konteks ini pengetahuan
mengenai seni serta perbendaharaan kata yang cukup mengenai seni yang diperlukan.

OBJEKTIF APRESIASI

a) Memahami dan bertindak terhadap aspek seni


b) Mengetahui pentingnya nilai seni dalam kehidupan
c) Menghasilkan karya (produk seni)
d) Memahami seni dan hubungannya
e) Membuat dan menggunakan pertimbangan estetik dan kualiti karya seni

TUJUAN APRESIASI DAN KRITIKAN SENI

Apresiasi seni membolehkan pelajar memahami aspek-aspek nilai estetika, pengertian


unsur-unsur seni dan nilai-nilai sosio budaya yang terkandung dalam hasil seni dan
kraf. Ianya juga dapat menghubungkaitkan diri dan hasil sendiri dengan hasil-hasil lain
berdasarkan persepsi visual.Begitu juga dengan aktiviti apresiasi seni, kita dapat melihat
perhubungan antara kerja
sendiri dengan kerja-kerja orang lain di mana kita dapat membentuk keyakinan dan
kefahaman penghargaan terhadap bidang seni
Pendekatan apresiasi dan kritikan seni:

Mengikut John A. Michael dalam bukunya “art and adolescence” ada dua pendekatan
dalam apresiasi seni iaitu:

a) Pendekatan secara logik


b) Pendekatan secara psiklogi

PENDEKATAN SECARA LOGIK

Pendekatan ini adalah berbentuk tradisional dan memerlukan pemahaman intelek


semata-mata dan banyak berfaktakan kepada aspek andaian dan munasabah pada
yang melihat sesuatu karya seni tersebut:
Cadangan aktiviti pendekatan secara logik:

Secara penerangan - Membaca, mengkaji, bila dihasilkan,


tujuan/teknik pelukis, media, proses, nilai-
nilai estetika dan pengaruh

Secara pemerhatian - Balai seni, pameran, filem, slaid,


mengumpul dan menyusun gambar-
gambar

Secara perbandingan - Analisa, penilaian, perbandingan antara


satu dengan yang lain serta menimbulkan
kesedaran

Secara penghasilan - Membuat mengikut gaya artis/stail,menimbulkan kefahaman


masalah nilai- nilai khas, kepuasan, menghubungkan diri
dengan pelukis/pandai tukang gaya
konsep dan zaman.

PENDEKATAN SECARA PSIKOLOGI

Pendekatan ini merangkumi perkara-perkara yang lebih menjurus kepada perasaan


peribadi, lebih bersifat emosi dan perasaan dalaman kepada penghasilan dan
penghayatan sesuati karya seni.
Pendekatan ini akan dapat meninggalkan satu pengalaman yang amat berkesan dan
mendalam. Secara ini akan lebih realistik dan dapat menerima ‘response’ dan pendapat
orang lain. Kesan tindakbalas akan lebih terserlah terhadap bahan serta alat yang
digunakan.

Cadangan aktiviti pendekatan secara psikologi:

1. Secara perbincangan dan perbandingan


2. Secara proses inkuiri penemuan (discovery)
3. Secara kritikan mengenai lukisan/hasil kerja seni
4. Secara menyediakansetting/set induksi
5. Secara membesarkan gambar
6. Secara mengolah bahan-bahan sebenar
7. Secara aktiviti permainan seni
8. Secara lawatan/pameran
9. Secara koleksi buku-buku skrap dan lakaran

KAEDAH MELIHAT SENI

Kaedah-kaedah melihat seni terdiri daripada kaedah:

a) Hedonistic
b) Kontekstualistik
c) Organistik
d) Normistik
e) Elektik

a. KAEDAH HEDONISTIC

Kaedah ini hanya satu luahann perasaan secara spontan seperti kesukaan, pernyataan
perasaan, gemar, menarik dan benci.
Penilaian dibuat secara serta merta iaitu:

• Suka/tidak
• Tertarik/tidak
• Pernyataan spontan

Kaedah ini tidak sealiran dengan isme pengkritik dan ahli psikologi menyatakan kaedah
ini tidak diterjemahkan oleh otak (pemikiran) Cuma berdasarkan maklumat kendiri.
Ianya tidak dapat di ukur bilangan sebenar dan terdapat pelgabai citarasa.

b. KAEDAH KONTEKSTUALISTIK

Kaedah ini lebih praktikat di mana pemerhatian dibuat secara lebih ilmiah, sistematik
dan kefahaman serta kejelasan. Ianya berkait dengan pengetahuan sejarah, falsafah
dan prinsip rekaan.Lebih rujuk kepada perincian/spesifikasi dari aspek persoalan
fahaman, rentak pengkaryaan, interaksi pemerhati, konsepsi, hujah dan penilai karya.
Ianya akan menyediakan pengetahuan mantap dalam pengamata karya, kefahaman
konsep, kepelbagaian bandingan dan seni akan menjadi suatu pendekatan yang
menarik oleh pemerhati.

c. KAEDAH ORGANISTIK

Kaedah ini menjurus kepada aturan yang mempunyai satu sistem yang teratur dan
terancang. Penilaian dibuat serata melihat konteks seni secara harmoni, menentuh
intuisi dan menyenangkan. Penekanan kriteria kapada aspek tata letak, tata atur, ruang
dan penataan cahaya.
Ini akan dapat membentuk kesatuan cara melihat sesuatu karya dari segi warna,
jalinan, unsur-unsur seni , imbangan, perulangan, kesinambungan serta kepelbagaian.

d. KAEDAH NORMISTIK

Kaedah ini merujuk kepada kriteria dan norma sesuatu karya dari aspek nilai
masyarakat, agama dan budaya. Ia seakan-akan ada kaitan dengan pendekatan diri
kepada Allah, rasa takwa, tidak ada unsure sensasi. Cntohnya lukisan agama Kristian
yang berkaitan unsur ikonografi, naratif dan nilai-nilai akhlak.
Kaedah ini menolak peradaban moden di mana pelukis telah melampaui batas yang
dibenar dalam budaya dan agama.

e. KAEDAH ELEKTIK

Kaedah ini lebih berbentuk cara bersepadu dan holistic, ianya aalah gabungan persepsi
penilai seni tentang tanggapan positif dan negatif. kriteria penilai menekankan unsur
asas prinsip, struktur organisasi dan alat dan bahan.
Kaedah ini untuk pemerhatian secara rawak, tidak menjurus kepada aspek
kronologinya. Wajaran hanya secara baik, sederhana dan kurang baik.

PROSES APRESIASI SENI


Terdapat berbagai cadangan oleh beberapa pakar pendidikan seni mengenai proses
apresiasi. Feldman (1967) dan smith (1967) mencadangkan aktiviti-aktiviti apresiasi seni
berasaskan kepada proses persepsi dan intelektual melalui empat tahap:

a) Menggambarkan
b) Menganalisa
c) Tafsiran
d) Penilaian

A. MENGGAMBARKAN
Mengamati hasil seni dan menggambarkab sifat-sifat tampak seperti warna, garisan,
bentuk, rupa, jalinan dan elemen-elemen gubahan iaitu prinsip dan struktur

B. MENGANALISA

i. Menganalisa perhubungan sifat-sifat tampak seperti unsure-unsur seni, prinsip


dan stuktur
ii. Menganalisa kualiti ekspresif seperti mood dan suasana
iii. Menghauraikan stail sesuatu karya

C. TAFSIRAN

i. Mencari makna-makna yang tedapat pada sifat-sifat tampak seperti subjek,


symbol, unsure-unsur seni, prinsip, strktur, corak dan bahan
ii. Mencari metafora-metafora (ibarat/kiasan) an analogi-analogi (persamaan) untuk
menjelaskan makna tersebut.

D. PENILAIAN

i. Membuat penilaian berdasarkan kepada criteria yang bersesuaian seperti


keaslian, gubahan, teknik dan fungsi
ii. Menilai hasil seni berdasarkan kepada pengertiannya dari segi individu, social,
keaagamaan dan kepercayaan, sejarah serta keseniaannya.
Bentuk sikap atau jenis apresiasi, yaitu apresiasi yang bersifat kinetik atau sikap tindakan dan apresiasi
yang bersifat verbalitas.

1. Apresiasi yang bersifat kinetik atau sikap tindakan

Apresiasi bersifat kinetik, yaitu sikap memberikan minat pada sebuah karya sastra lalu berlanjut pada
keseriusan untuk melakukan langkah-langkah apresiatif secara aktif. Misalnya, untuk bentuk karya sastra
berupa prosa fiksi seperti cerpen dan novel, tindakan apresiatifnya ialah memilih cerpen atau novel yang
sesuai kehendaknya.

Selanjutnya, membaca dan menyenangi novel sejenis, menyenangi tema atau pengarangnya,
memahami pesan-pesannya, jalan ceritanya, serta mengenal tokoh-tokoh dan watak tokohnya, bahkan
secara ekstrim ada yang berkeinginan mengindentifikasi diri menjadi tokoh yang digemari dalam karya
prosa tersebut.

Puncak dari sikap apresiasinya ialah ingin dapat membuat karya cerpen atau novel seperti itu. Setidak-
tidaknya dapat memberikan komentar atau tanggapan tentang hal yang berhubungan dengan novel
yang digemari.

Untuk karya puisi, memerhatikan pembacaan puisi, menyukai puisi-puisi tertentu, berusaha memahami
makna puisi yang disukai, mengenal para penyair jenis puisi yang disukai, berusaha dapat membaca puisi
dengan baik, dan puncaknya berkeinginan dapat membuat puisi sejenis serta menulis tanggapan atau
ulasan mengenai puisi itu.

Untuk karya sastra drama apresiasif kinetiknya menyukai pementasan drama, tertentu, mengenal
karakter tokohnya, para kru di belakangnya, dan ingin melakonkan tokoh tertentu pada drama sejenis.
Sekarang mungkin objeknya lebih kepada bentuk tayangan film yang memiliki unsur-unsur yang sama
dengan drama.

2. Apresiasi yang bersifat verbalitas

Apresiasi bersifat verbal, yaitu pemberian penafsiran, penilaian, dan penghargaan yang berbentuk
penjelasan, tanggapan, komentar, kritik, dan saran serta pujian baik secara lisan maupun tulisan.

Dalam kaitannya dengan aspek kompetensi menyimak, apresiasi bermula pada proses mendengarkan
penyampaian karya sastra secara lisan dengan serius dan seksama, kemudian berlanjut pada pencapaian
langkah-langkah apresiasi yang telah dijelaskan di atas.

Untuk pembelajaran tentang apresiasi sastra, semua bentuk karya sastra yang dapat diperdengarkan
harus dipelajari. Bentuk karya sastra tersebut berjenis prosa dan puisi.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/14852156#readmore

Anda mungkin juga menyukai