Anda di halaman 1dari 5

APRESIASI SENI RUPA

A. Pengertian Apresiasi  
Bila  kita  berhadapan  dengan  sebuah  karya  seni rupa tentunya muncul tanggapan secara visual 
saat  mata  mengamati  bagian-bagiannya.  Kemudian  muncul  tanggapan  dari  dalam  diri  untuk 
menilai  karya  tersebut  apakah  menarik,  mengagumkan,  indah,  menggetarkan, 
mengharukan,atau  kesan  sebaliknya,  tanggapan  seperti  itu  disebut  apresiasi.  Pengertian 
apresiasi  adalah  sikap  kepekaan  dalam  menghargai,  mengagumi,  dan  menilai  sebuah  karya 
seni.  Sikap  tersebut  tumbuh  seiring  dengan  pembiasaan  yang  sifatnya  pasif  (apresiasi  pasif) 
jika  hanya  sampai  pada  taraf  menilai,sedangkan  bersifat  apresiasi  aktif  jika  setelah  itu 
mendorong  untuk  berkarya.  Apresiasi  pasif  dapat  dilakukan  dengan  berbagai  cara. Mulai dari 
mengamati  gambar  atau  reproduksi  karya  seni  rupa  di  buku  hingga  menghadiri  pameran 
karya seni rupa.   
Adapun  apresiasi  aktif  terjadi  bila  ada  dorongan  untuk  berkarya  setelah  melakukan  kegiatan 
apresiasi  pasif.  Untuk  melakukan  apresiasi  aktif  seseorang  tidak  harus  menjadi  seorang 
perupa  terlebih  dahulu  tetapi  siapapun  dapat  berkreasi  sesuai  kemampuannya.  Sudah  sejak 
lama  para  ahli  menyatakan  bahwa  kegiatan  kreatif  seperti  berolah  seni  rupa  dapat  menjadi 
pelepasan  (katarsis)  jiwa  yang  sedang  tegang.  Dengan  kata  lain  berapresiasi  aktif  dapat 
menyegarkan kembali suasana batin seseorang  
Apresiasi  seni  ialah  suatu  proses  penghayatan  karya  seni  yang  diamati dan penghargaan pada 
karya  seni  itu  sendiri  serta  penghargaan  pada  penciptanya.  ​Kata  ​apresiasi  ​secara  etimologi 
berasal  dari  bahasa  Latin,  yaitu  ​appretiatus  ​yang  artinya  “memberi  putusan  dengan  rasa 
hormat  sebagai  cara  untuk  menghargai  suatu  keindahan  karya  seni”.  Adapun  dalam  kamus 
umum  Inggris-Indonesia  ​to  apreciate  ​artinya  “menghargai“  dan  ​appreciation  ​artinya 
“penghargaan”.  Dengan  demikian,  mengapresiasi  seni  artinya  berusaha  mengerti  tentang seni 
dan  menjadi  peka  terhadap  unsur  di  dalamnya  sehingga  secara  sadar  mampu  menikmati  dan 
pada  akhirnya  dapat  menilai  karya  seni  dengan  baik.​.  Secara  umum  apresiasi  dapat  diartikan 
sebagai kesadaran menilai lewat penghayatan suatu karya.  
Penghayatan  dalam  proses  apresiasi  harus  dilakukan  secara  obyektif  (tanpa prasangka). Mutu 
hasil  sebuah  apresiasi  tergantung  dari  pengalaman  dan  intensitas  kita  dan  pergulatan  kita  di 
dalam  menghayati  karya  seni  di  banyak ivent dan ragam karya yang pernah kita lihat. Artinya 
makin  sering  kita  melihat  karya-karya  seni  (tertentu),  maka  pengalaman  artistik  dan  estetik 
kita  makin  panjang  dan  wawasan  kita  makin  bertambah,  sehingga  mutu  apresiasi  kita  juga 
makin baik.  
Oleh  karena  itu  selain  cara  pandang  antara  pencipta  seni  dengan  apresiator  juga  memiliki 
perbedaan,  juga  antara  apresiator  yang  satu  dengan  yang  lain  juga  punya  penilaian  yang 
berbeda karena pengalaman dan wawasannya juga berbeda.  
Dalam  kehidupan  sehari-hari,  seringkali  terdapat  pandangan  yang  keliru  terhadap  pengertian 
seni.  Hal  ini  bisa  terjadi  akibat  terbatasnya  informasi  tentang  pengertian  seni.  Dampaknya 
adalah  adanya  kesenjangan  antara  seni  dengan  lingkungan  sosial  dan  lemahnya  kadar 
apresiasi seni di kalangan pelajar dan masyarakat pada umumnya.  
Sebuah karya yang tercipta akan membuat efek lain pada diri penciptanya dan orang lain. 
Suka atau tidak suka, indah atau tidak indah, menyenangkan atau tidak menyenangkan, serta 
berbagai perasaan lain akan dirasakan oleh orang yang melihat karya seni tersebut. Banyak 
orang yang mengatakan bahwa seni merupakan sesuatu yang mengandung nilai indah. 
Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar karena di samping indah, ada seni yang tidak 
indah, namun tetap mengandung kata ​seni​. Indah atau tidak indahnya suatu karya seni 
bergantung pada seniman yang membuatnya dan juga para penikmat seni. 
A. Mengapresiasi Karya Seni Rupa  
Ada  beberapa  hal  penting  bilamana  kita  ingin  mengkaji  atau  menilai  sebuah  karya  seni 
karena  artinya  berhadapan  dengan  nilai-nilai  yang  harus  dipertimbangkan.  Pertama  adalah 
nilai  bentuk  karena  seni  haruslah  berwujud,  dan  kedua  adalah  nilai  isi.  Nilai  bentuk 
berkenaan  dengan  hal  yang  sifatnya inderawi, artinya pencerapan visual dengan mata menjadi 
acuan  untuk  apresiasinya.  Sedangkan  nilai  isi  berhubungan  dengan  bangkitnya  perasaan 
tertentu setelah mengamati dan menikmati aspek nilai bentuknya.  
1. Nilai Bentuk  
Nilai  bentuk  karya  seni  rupa  disebut  juga  nilai  intrinsikdan  bersifat  inderawi  karena 
merupakan  bagian  yang  pertama  kali  ditangkap  mata.  Bentuk  karya  disebut  pula  sebagai 
bahan  atau  mediumyang  secara  fisik  dapat  dipersepsi  oleh  mata  pengamat  dan  wujudnya 
berupa unsur-unsur fisik seni rupa seperti   
garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur, warna, dan nada gelap terang.  
2. Nilai Isi  
Nilai isi disebut pula nilai ekstrinsik dan sifatnya nonfisik karena berada di balik wujud 
inderawinya.   
Nilai  isi  pada  sebuah  karya  seni  rupa hadir melalui pengolahan unsur-unsur fisik. Seorang 
pengamat  setelah  menikmati  nilai-nilai  fisik  akan  menangkap  isi  atau  pesan  perupa  yang 
terdapat  pada  karya.  Komposisi,  gagasan,  pesan,  perlambangan,  tema,  gaya,  kemampuan 
teknik  dan  bakat  perupa  dalam  mengolah  nilai-nilai  bentuk  termasuk  ke  dalam  nilai 
ini.Pada  praktiknya  aspek  nilai  bentuk  dan  isi  tidak  dapat  dipisahkan  karena  keduanya 
merupakan  kesatuan  yang  menentukan  kualitas  sebuah  karya  seni  rupa.  Unsur  nonfisik 
juga  sebenarnya  hadir  dalam  unsur-unsur  dapat  ditangkap  mata.  Kita  tidak  dapat 
menganggap  sebuah  karya  seni  lukis,  misalnya,  berkualitas  tinggi  hanya  dengan  menilai 
kemampuan teknikatau gayanya saja tetapi harus dinilai aspeknya secara menyeluruh.   
Hal  lain  yang  juga  berkenaan  dengan  apresiasi  adalah  wawasan  atau  pengetahuan  dan 
pengalaman  kesenirupaan  seorang  pengamat.  Jika  terbiasa  mengamati  karya  seni  rupa,  baik 
melalui  foto,  buku,  atau  bahkan  mengunjungi  sebuah  pameran,  niscaya  kepekaan  rasa  dalam 
menilai  akan  baik.  Pada  saat  menikmati  karya  yang  menimbulkan  sikap simpati akan muncul 
getaran  yang  menuntun  sikap  empati  (lebur  dengan  objek)  yang  merupakan  tingkatan 
apresiasi tertinggi.   
Sebagai  contoh  jika  kita  mengamati  sebuah  lukisan  yang  menggambarkan  derita  penduduk 
Aceh  akibat  bencana  tsunami  dan  setelah  itu  muncul  perasaan  sebagai  korban.  Perasaan 
mengalami  bencana,  termasuk  rasa  sedih,  takut,  bingung,  dan  sakit,  padahal  kita  hanya 
menyaksikan sebuah lukisan tersebut dinamakan empati.   
Pada tahap kemudian akan muncul keinginan untuk berkarya yang dikenal dengan apresiasi 
aktif, yakni aktivitas berolah seni yang lazimnya dilakukan para perupa  
B. Apresiasi Kritis Karya Seni Rupa  
Sebuah  karya  seni  rupa  menjadi  bernilai  manakala  disajikan  kepada  masyarakat  sebagai 
penikmat  atau  apresiator.Tanggapan  yang  muncul  tentu  saja  beragam  sesuai  dengan  latar 
belakang  para  penikmat.  Bisa  jadi  dari  seratus  orang  yang  menanggapi  sebuah  karya  seni 
rupa  akan  muncul  pula  seratus  pendapat  yang  berbeda.  Munculnya  beragam  pendapat  yang 
subjektif  terhadap  sebuah  karya  seni  adalah biasa dan wajar sebagaimana sebaliknya, di mana 
penilaian  terhadap  karya  seni  bersifat  objektif.  Agar  penilaian bersifat objektif, perasaan suka 
atau  tidak  suka  sebaiknya  ditanggalkan  terlebih  dahulu. Apresiasilah sebuah karya seni dalam 
keadaan tenang dan amatilah bagian demi bagiannya lalu keseluruhannya secara seksama.  
Agar dalam apresiasi seni rupa tidak terjadi kesimpangsiuran perlu ditetapkan pendekatan 
kritis yang terdiri atas:  
1. Pendekatan Mimetik 
Pada  pendekatan  ini  sebuah  karya  dinilai  kaitannya  dengan  kenyataan  yang  ada  di  alam. 
Misalnya  saja  sebuah  lukisan  binatang.  Apakah  ada  kemiripan  dengan  binatang 
sesungguhnya yang hidup di alam bebas.  
2. Pendekatan Ekspresif  
Ungkapan atau ekspresi perupa yang diwujudkan ke dalam karya dapat dijadikan kajian 
khusus.   
Contohnya adalah kelugasan dalam mempergunakan media dan teknik tertentu dapat 
dijadikan acuan dalam menilai ekspresinya.  
3. Pendekatan Struktural  
Kesatuan  utuh  karya  dengan  strukturnya  dapat  dikaji  dengan  pendekatan  ini.Aspek 
kebentukan  karya  yang  terdiri  atas  unsur-unsur  pendukungnya  dapat  menjadi  landasan 
penilaian.  
4. Pendekatan Semiotik  
Sebuah  karya  sesungguhnya  mengandung  berbagai tanda yang ingin disampaikan seorang 
perupa  kepada  penikmatnya.  Berdasarkan  hal  tersebut  dapat  dibuat  berbagai  tafsiratas 
karya yang dilihat.  
C. Mengapresiasi Karya Seni Terapan Nusantara  
Apresiasi  terhadap  karya  seni  rupa,  baik  yang  berada  di  daerah  setempat  atau  sekitar  tempat 
tinggal  maupun  yang  tersebar  di  seluruh  pelosok  Nusantara  amat  penting  bagi  kita  selaku 
warga  negara.  Hal  ini  didasari  bahwa  seni,  khususnya  seni  rupa,  menjadi  bagian  dari 
masyarakat secara keseluruhan. Coba bayangkan jika sebuah karya seni rupa tidak pernah  
diapresiasi  oleh  orang  selain  perupanya. Bukankah karya seni tersebut tidak memenuhi fungsi 
sosialnya  dan  tidak  mendapatkan  kritik  atas  kekurangan  dan  kelebihannya.  Khazanah  karya 
seni  rupa  terapan  Nusantara  sesungguhnya  tidak  terbilang  karena  begitu  dekat  dengan 
kehidupan  manusia.Dari  Aceh  hingga  Irian  diproduksi  berbagai  jenis,  bentuk,  hiasan,  gaya, 
media,  teknik,  dan  fungsi  benda  yang  dapat  diklasifikasikan  sebagai  karya  seni  rupa  terapan. 
Karya  seni  rupa  terapan  Nusantara  memiliki persamaan dan juga perbedaan pada aspek-aspek 
tersebut.  Latar  belakang  budaya,  sejarah  yang  panjang,  adat,  kepercayaan  dan  agama,  kontak 
dengan  unsur  luar,  dan  lingkungan  alam  mempengaruhi  muculnya  beragam  gagasan,  media, 
teknik, proses, kemampuan   
berkarya, serta perwujudan karyanya.Pada karya seni rupa terapan aspek guna atau pakai 
lebih menonjol   
dibandingkan  keindahan  atau  ekspresinya.  Aneka  benda  yang  dipakai  manusia,  mulai  dari 
alas  kaki,  pakaian,  penutup  kepala,  perhiasan hingga rumah yang ditinggali dan perabotannya 
adalah  karya  seni  rupa  terapan  yang  mengandung  nilai  praktis  atau  fungsional  serta  nilai 
artistiknya  
D. Kegiatan apresiasi dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu: ​1. 
Apresiasi simpatik adalah merasakan tingkat keindahan suatu karya berdasarkan 
pengamatan (kasat mata), seperti suka atau tidak suka.  
2. ​Apresiasi empatik/estetik adalah merasakan secara mendalam nilai estetik yang tersirat 
dalam suatu karya, seperti ada perasaan kagum atau terharu.  
3. ​Apresiasi kritis adalah apresiasi yang disertai analisis terhadap suatu karya dengan 
mempertimbangkan gagasan, teknik, unsur-unsur rupa, dan kaidah-kaidah komposisi seni 
rupa.  
E. Pendekatan/metode dalam melakukan apresiasi karya seni rupa, yaitu: 
1. Deskriptif (paparan secara obyektif)  
2. Analitis (paparan berdasarkan kaidah-kaidah estetika)  
3. Interpretatif (paparan berdasarkan sudut pandang pengamat)  
4. Penilaian (paparan dengan pengukuran nilai) 
5. Interdisiplin (berbagai disiplin keilmuan)  
F. Syarat Menjadi Apresiator yang Baik  
Agar  seseorang  dapat  menjadi  apresiator  yang  baik,  ia  harus  sadar  dalam  melakukan 
penghayatan  dan  penilaian  serta  menggunakan  aspek  logika  dalam  menentukan  nilai  suatu 
karya  dengan  melalui  proses  pengamatan-pemahaman-tanggapan-penilaian-dan berakhir pada 
penghayatan sebuah karya.   
Menurut  Verbeek,  pengamatan  tidak  hanya  menggunakan  satu  indra  saja,  melaikan 
memberdayakan  seluruh  pribadi,  dunia  kejiwaan  yang  terorganisir,  pengetahuan, 
pengalaman, perasaan, keinginan sehingga totalitas penghayatan penuh arti  
G. Unsur-Unsur Apresiasi  
Untuk mengapresiasi suatu karya seni rupa, berikut adalah unsur-unsur yang perlu 
diperhatikan:  
1. Gaya   
2. Teknik   
3. Tema  
4. Komposisi  
H. Contoh Mengapresiasi Karya Seni Rupa  

 
Judul Lukisan: ​Pengemis ​(1974)  
Pelukis : Affandi Koesoema  
Gaya : Ekspresionis  
Ukuran: 99 x 129 cm  
Media: Cat Minyak di Atas Kanvas / Oil on Canvas  
Lukisan Affandi ini menggambarkan seorang pengemis lewat gaya ekspresionisnya. 
Goresan-goresan abstrak yang mengalir menggambarkan penderitaan dan betapa rentanya 
pengemis tersebut. Pewarnaan coklat tua pada pengemis menampakkan ekspresi kerasnya 
kehidupan pengemis. Ditambah warna kuning membuat suasana semakin muram. Pemilihan 
objek pengemis pada lukisan Affandi ini mengekspresikan bagaimana kehidupan masyarakat 
bawah baik dalam keadaan sosial maupun ekonomi. Pengemis yang dalam kehidupan 
sehari-hari sering direpresentasikan kalangan rendah yang selalu mengandalkan belas kasihan 
orang lain demi kelangsungan hidupnya digambarkan memiliki kehidupan yang sengsara dan 
keras.   
Namun  Affandi  juga  memberikan  corak-corak  abstrak  di  luar  objek  pengemis  yang 
melukiskan  kegiatan  orang-orang  di  sekitar  pengemis.  Corak  dan  warna  yang  kuat  membuat 
lukisan  menjadi  dinamis  dan  semakin  menekankan  suasana  kemuraman  dan  penderitaan 
pengemis. 

Anda mungkin juga menyukai