Anda di halaman 1dari 25

Apresiasi berasal dari Bahasa Latin, “appretiatius” yang artinya penghargaan atau penilaian

terhadap sesuatu. Kita juga mengenal “appreciate” dalam Bahasa Inggris yang berarti
melihat, menentukan nilai, menikmati, menyadari keindahan, serta menghayati sesuatu.
Sedangkan, seni adalah sesuatu yang memiliki nilai keindahan atau estetika dan diciptakan
oleh manusia—biasanya disebut dengan karya seni. Seseorang yang sedang melakukan
apresiasi biasanya disebut apresiator.

Namun, apakah seni sama seperti seni rupa? Tidak. Seni rupa sendiri adalah cabang seni yang
membentuk karya seni dengan media yang dapat dilihat oleh mata dan dapat dirasakan
dengan sentuhan. Seni rupa juga dapat diartikan sebagai karya seni yang diciptakan suatu
objek dengan kriteria tertentu seperti konsep garis, bidang, bentuk, tekstur, warna, bahkan
pencahayaannya dengan acuan estetika—sehingga, seni rupa ini dapat dinikmati
menggunakan indera mata dan peraba. Sedangkan, pencipta seni biasanya disebut dengan
seniman

Maka, dapat diartikan bahwa apresiasi seni rupa merupakan suatu bentuk pengakuan,
penghargaan, atau penilaian untuk sebuah karya seni berupa objek yang dapat dinikmati
dengan melihat dan merasakannya.

Namun, untuk mengapresiasi suatu karya seni rupa perlu memperhatikan unsur-unsur seperti
tema, gaya, teknik, dan komposisi. Untuk mengapresiasi seni juga tidak dengan hanya
menilai suatu karya seni saja, tapi dapat mengapresiasi sesuatu yang ada di sekitar kita.
Misalnya saja, ketika kita ingin membeli baju di sebuah toko baju, tentu kita memilih salah
satu baju untuk dibeli dari sekian banyak pilihan baju yang disodorkan oleh penjual. Itu
artinya kita juga telah melakukan suatu apresiasi.

Penilaian setiap individu juga berbeda satu sama lain karena pada dasarnya setiap individu
memiliki karakter yang beda antara satu dengan yang lainnya, sehingga hal yang disukai
maupun yang dinilai juga berbeda. Jika menurut apresiator yang pertama karya tersebut
sesuai seperti dengan pribadinya, belum tentu apresitor satunya mengatakan hal yang sama.
Hal ini dikarenakan:

 Status sosial yang berbeda-beda


 Tingkat intelektual
 Tingkat pemahaman dan penilaian seseorang itu bermacam-macam.

Jenis Jenis Apresiasi


Apresiasi terhadap karya seni sendiri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

 Apresiasi empatik, yaitu menilai atau menghargai suatu karya seni yang dapat
ditangkap dengan sebatas indrawi saja.
 Apresiasi estetis, yaitu menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan
pengamatan dan penghayatan yang mendalam.
 Apresiasi kritik, yaitu menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan
klasifikasi, deskripsi, analisis, tafsiran, dan evaluasi serta menyimpulkan hasil
penilaian atau penghargaannya. Apresiasi yang satu ini dapat dilakukan dengan
mengamati suatu benda secara langsung dan nyata.

Menurut Brent G. Wilson dalam bukunya yang berjudul Evaluation of Learning in Art
Education, apresiasi sendiri memiliki 3 konteks utama, yakni:

 Feeling (Perasaan) : Berkaitan dengan perasaan mengenai suatu keindahan.


 Valuing (Penilaian) : Sangat erat kaitannya dengan penilaian suatu karya seni.
 Emphatizing (Empati) : Berkaitan dengan penghormatan atau penghargaian terhadap
dunia seni dan profesi seperti pelukis, pepatung, pemahat, pegrafis, pedesain, pekria,
dan lain-lain.

Siapa yang dapat melakukan apresiasi seni rupa? Siapa saja dapat melakukan apresiasi
terhadap karya seni rupa. Apresiasi juga dibedakan menjadi dua tipe, yakni:

 Apresiasi pasif; pelaku dari apresiasi ini adalah orang yang masih awam terhadap
seni, namun memiliki minat yang baik terhadap suatu karya seni.
 Apresiasi aktif; apresiasi yang dilakukan muncul setelah seseorang itu menilai suatu
karya seni.

Tahapan Apresiasi
Selain dari jenis-jenis apresiasi yang telah dijabarkan, untuk melakukan suatu apresiasi seni
kreatif juga memerlukan lima tahapan khusus sebagai berikut:

 Pengamatan : Pengamatan terhadap suatu karya seni ini tidak dilakukan dengan satu
indera saja. Namun, dengan memberdayakan seluruh pribadi. Maksudnya, apresiasi
ini juga dilakukan dengan ketajaman pengamatan seseorang serta pengetahuan ilmu
seni.
 Aktivitas Fisiologis : Aktivitas fisiologis adalah tindakan nyata dalam melakukan
suatu pengamatan.
 Aktivitas Psikologis : Aktivitas psikologis merupakan persepsi dengan evaluasi yang
kemudian dapat menimbulan suatu interpretas imajinatif sebagai pendorong
kreativitas.
 Aktivitas Penghayatan : Aktivitas penghayatan dapat dilakukan dengan mengamati
suatu objek karya seni secara mendalam.
 Aktivitas Penghargaan : Aktivitas penghargaan merupakan suatu evaluasi terhadap
objek dengan menyampaikan saran atau kritikan.

Manfaat Apresiasi
Mengapa seseorang melakukan kegiatan apresiasi terhadap karya seni rupa? Tentunya banyak
sekali manfaat yang dapat kita peroleh jika kita melakukan apresiasi terhadap suatu karya
seni rupa, beberapa di antaranya adalah:

1. Agar kita dapat mengenal suatu bentuk karya seni. Artinya, kita tidak hanya tahu
bahwa itu adalah karya seni, tapi kita memahami karya seni tersebut dari segala sisi.
2. Agar kita dapat meningkatkan serta memupuk kecintaan kita terhadap suatu karya
seni, baik itu karya seni dari bangsa sendiri maupun dari luar. Serta, juga dapat
meningkatkan dan memupuk kecintaan kepada sesama manusia.
3. Juga sebagai sarana untuk melakukan penilaian, penikmatan, empati, hiburan, serta
edukasi.
4. Apresiasi juga mampu menimbulkan hubungan timbal-balik yang positif antara
penikmat karya seni dan pencipta.
5. Selain itu, agar kita juga dapat memperoleh suatu pengalaman dan ilmu baru ketika
menikmati karya seni rupa dan sebagai suatu bekal untuk menciptakan serta
mengembangkan suatu karya seni yang lebih baik dan berkualitas di kemudian hari.

Tujuan Apresiasi
Dari sense of beauty atau rasa keindahan yang diberikan oleh Tuhan untuk manusia, apresiasi
seni rupa berbeda dari setiap individu yang menilai suatu karya seni tersebut. Apresiasi yang
diberikan juga tidak melulu bernilai positif saja, kadang bisa juga bernilai negatif. Namun,
mengapa ada apresiasi seni rupa?

Tujuan seseorang melakukan apresiasi seni rupa adalah menjadikan masyarakat agar tahu
apa, bagaimana, dan alasan dari karya seni tersebut diciptakan. Maka, dapat disimpulkan
bahwa agar masyarakat dapat menanggapi, menghayati, dan menilai suatu karya. Tujuan lain
dari apresiasi seni rupa adalah untuk mengembangkan nilai estetika dari suatu karya seni,
serta mengembangkan kreasi dan untuk suatu penyempurnaan hidup.

SENI MURNI

seni rupa murni adalah suatu cabang seni yang menghasilkan karya dengan fungsinya sekedar
untuk dinikmati keindahannya saja. Dalam proses pembuatannya, seni rupa murni tidak
mempedulikan nilai-nilai praktis dari karya yang dihasilkannya, melainkan lebih berfokus
pada nilai estetisnya saja.

Contoh Seni Rupa Murni dan Gambarnya Kita dapat menemukan karya-karya yang menjadi
contoh seni rupa murni baik dalam wujud 2 dimensi maupun 3 dimensi, atau dari daerah
maupun mancanegara. Untuk contoh seni rupa murni 2 dimensi, kita dapat menemukannya
pada karya lukisan, kaligrafi, seni grafis, dan seni fotografi. Sedangkan contoh seni rupa
murni 2 dimensi kita dapat menemukannya dalam wujud patung, relief, topeng, atau seni
keramik. Seni rupa murni adalah seni yang diciptakan tanpa mempertimbangkan fungsi dan
kegunaannya tetapi sekedar untuk dinikmati keindahannya saja. Seni rupa murni dibuat
secara lebih bebas dan biasanya memiliki nilai estetika yang tinggi. Fungsinya hanya sebagai
pajangan dan tidak dapat digunakan untuk mempermudah hidup kita. Beberapa contoh seni
rupa murni misalnya lukisan, kaligrafi, dan patung. Karya seni rupa murni sering ditemukan
di museum seni atau di dalam bangunan sebagai pajangan atau penghias ruangan.
Contoh Seni Murni

1. Patung

Patung adalah hasil ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan membuat bentuk visual
melalui media tiga dimensi untuk tujuan estetika. Patung biasa ditemukan di atas meja, lobi
gedung, persimpangan jalan, taman, dll. Pada umumnya patung berwujud manusia, hewan,
atau makhluk mitologi.

2. Relief

Relief dalam arti seni adalah gambar atau lukisan yang ditampilkan dalam bentuk tiga
dimensi (tri marta) di atas bidang dua dimensi (dwi marta). Relief biasa terdapat di tugu
peringatan dan candi. Relief pada umumnya berisi diorama dan memiliki nilai sejarah yang
tinggi.

3. Lukisan

Lukisan adalah karya seni yang dibuat dengan mengoleskan cat dengan kuas, pisau palet,
atau peralatan lain, pada sebuah kanvas sebagai media.
4. Kerajinan Gantungan

Di sentral-sentral kerajinan, seringkali kita menemukan orang yang menjual gantungan kunci
dengan bentuk sesuai tempat wisata yang kita kunjungi. Misalnya saat kita berada di Candi
Borobudur, kita akan menemukan penjual gantungan kunci berbentuk seperti Candi
Borobudur. Ada juga yang menjual gantungan berbahan bambu yang ketika terkena angin
akan terdengar suara yang menenangkan. Biasanya gantungan tersebut digantung di teras
rumah atau di gazebo. Nah, gantungan-gantungan tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu
contoh seni rupa murni karena fungsinya hanya sebagai penghias kunci atau penghias teras
rumah.

5. Kerajinan dari Keramik

Banyak sekali kerajinan dari keramik yang termasuk seni rupa murni. Seperti guci atau piring
keramik yang bernilai seni tinggi. Piring tersebut tidak mungkin dijadikan tempat makan
karena lebih indah jika dipakai sebagai pajangan.
6. Seni Kaligrafi

Seni kaligrafi adalah salah satu jenis karya seni rupa yang menekankan keindahan yang
terdapat pada bentuk-bentuk huruf yang telah dimodifikasi atau digayakan sehingga
mempunyai nilai estetika. Berbagai aksara dan huruf dapat dijadikan kaligrafi seperti huruf
Arab, aksara Jawa, aksara Jepang, dll.

7. Mosaik

Mosaik adalah seni merangkai pecahan atau potongan kecil batu, keramik, atau kaca. Seni
mosaik biasa ditemukan di gereja atau arsitektur romawi.

8. Ukiran

Ukiran adalah seni memahat batu atau kayu menjadi bentuk yang diinginkan. Umumnya
berbentuk makhluk hidup atau bunga. Ukiran biasanya dijadikan hiasan di rumah.
9. Fotografi

Seni fotografi biasanya dibuat sebagai ekspresi dari fotografer. Fotografi berfungsi sebagai
ilustrasi atau hiasan pada buku, media massa, atau bahkan dapat dicetak untuk dipajang di
tembok.

10. Topeng

Topeng adalah seni penutup wajah dengan ekspresi yang terbuat dari kertas, kayu, plastik,
kain, atau logam. Topeng biasa dipakai saat pertunjukan drama atau tari.

TRADISIONAL

Tradisional berasal dari kata “tradisi” yang memiliki arti bahwa suatu kelompok atau
lembaga, kebiasaan, artefak ataupun perilaku yang didasari oleh aturan maupun norma
tertentu baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis dan diturunkan secara turun temurun
dari suatu generasi ke generasi selanjutnya.

Seni rupa tradisional adalah semua hal yang berkaitan dengan nila-nilai di dalam suatu
komunitas masyarakat tertentu yang dijaga kemurnian dan keutuhannya secara turun-
temurun. yang termasuk jenis kesenian ini diantaranya ukiran Toraja, patung suku Asmat,
batik tulis keraton dan lain sebagainya.

Bukan hanya itu, landasan dan nilai filosofi yang ada dibalik bentuk karya seni rupa
tradisional tersebut umumnya tidak ada perubahan dari masa ke masa.
Bentuk-bentuk seni rupa tradisional diciptakan dan dibentuk kembali dan mengikuti aturan
yang ketat berdasarkan sistem yang sesuai dengan keyakinan tertentu yang terawat
dimasyarakat. Istilah seni rupa di negara Eropa dianggap sebagai otoritas para bangsawan,
raja dan penguasa agama (gereja).

Kebanyakan dari para seniman menciptakan karya seni berdasarkan keinginan atau selera
yang telah ditetapkan.

Dari pengertian seni tradisional tersebut, kita mendapatkan bermacam-macam karya seni rupa
yang ada di Indonesia, terutama karya seni kriya, karena seni kriya dapat dijumpai hampir
disetiap kepulauan Nusantara, metode pembuatan seni kriya ini hampir tidak ada perubahan
semenjak pertama kali diciptakan.

Karya seni rupa umumnya ditemukan di daerah yang masih erat memegang norma atau adat
istiadat yang diwariskan para leluhur. Yang mengalami perubahan dari seni kriya saat ini
adalah fungsi dari benda-benda yang dihasilkan, baik berupa benda hias, pusaka dan cindera
mata.

Contoh hasil seni rupa tradisional:

 Lukisan
 Patung
 Kriya
 Terapan
 Grafis

 Corak Primitif
Seni primitif berkembang pada zaman prasejarah, yang mana tingkat
kehidupan manusia pada masanya sangat sederhana sekali dan sekaligus
merupakan ciri utama, sehingga manusianya disebut orang primitif. Hal
ini berpengaruh dalam kebudayaan yang mereka hasilkan yakni
mengenai hasil karya seni.

Keunikan seni primitif

Keunikan atau cirri-ciri dari seni premitif yaitu goresannya spontannitas,


tanpa perspektif, dan warna-warnanya terbatas pada warna merah, coklat,
hitam, dan putih.

terdapat contoh-contoh karya seni primitif yakni:

1. Patung asmat dari papua


 Pengertian Patung Asmat
Suku Asmat di Papua telah dikenal dunia dengan keterampilan mengukirnya
sejak tahun 1700an. Kesenian mengukir di Asmat merupakan bentuk
kepercayaan terhadap arwah nenek moyang. Menurut tradisi, nenek moyang
suku Asmat disimbolkan dalam bentuk patung serta ukiran.
Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian
daerah, upacara adatnya mengharuskan adanya pemotongan kepala manusia
dan kanibalisme untuk menenangkan arwah nenek moyang.Supaya tidak
harus melakukan hal itu tapi tetap menghormati arwah nenek moyang,
mereka membuat patung-patung yang menyerupai arwah nenek moyang
tersebut. Menurut kepercayaan nenek moyang menampakkan dirinya dalam
mimpi. Penampakan dalam mimpi inilah yang dituangkan menjadi tradisi
mengukir dan memahat patung kayu yang kita kenal sebagai patung Asmat .
Pada mulanya, patung-patung Asmat ini dibuat secara kasar dan setelah
digunakan dalam upacara agama tertentu lalu ditinggalkan di dalam rawa. Ini
sebagai wujud para arwah yang tinggal untuk menjaga hutan sagu dan pohon
palem yang merupakan sumber makanan utama masyarakat Asmat di Papua.
Sejak era kolonial Belanda, patung Asmat tadinya dinilai sebagai benda
primitif dan wujud kepercayaan terhadap arwah-arwah jahat. Tapi pada
akhirnya menjadi terkenal dan disimpan di sejumlah museum di dunia.Nilai
patung Asmat menjadi setingkat dengan barang-barang hasil seni Eropa dan
hasil kebudayaan yang tinggi dari daerah Sungai Nil, Eupharathes, Gangga,
dan Indus.

Bahan dan Teknik Pembuat Patung Asmat


Bahan yang digunakan untuk membuat patung suku Asmat selalu mengambil
kayu dari pohon bakau yang usianya sudah tua. untuk membuat ukiran yang
polanya kecil-kecil dan rumit hanya memakai paku yang dipukul-pukul
hingga bentuknya menjadi pipih. Peralatan yang biasanya digunakan para
pemahat Suku Asat terdiri dari kapak batu, gigi binatang dan kulit kerang.
Sedangkan untik menghaluskan patahan, mereka menggunakan taring babi,
gigi-gigi ikan tertentu dan tiram
Fungsi Patung Asmat
Ukiran apda patung asmat mempunyai empat makna dan fungsi, masing-
masing:
1. Melambangkan kehadiran roh nenek moyang
2. Untuk menyatakan rasa sedih dan bahagia
3. Sebagai suatu lambang kepercayaan dengan motif manusia, hewan,
tetumbuhan dan benda-benda lain
4. Sebagai lambang keindahan dan gambaran ingatan kepada nenek moyang
 Makna dan Ciri Khas Patung Asmat
Makna dan ciri yang terdapat pada patung asmat menggambarkan kehidupan
alam lain di dunia. Salah satu ciri utamanya adalah selalu berbentuk manusia
yang diberi hiasan dengan desain yang diulang-ulang. Karakteristik ukiran
suku asmat adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis.
 Motif Hiasan Patung Asmat
Seni ukir Asmat termasuk aliran naturalis karena yang menjadi model ukiran
adalahmahluk hidup seperti burung, ikan, katak, pohon, biawak atau
manusia yang diwujudkan dalam ukiran patung kayu mereka.

 2. Patung toraja dari sulawesi


Warisan budaya ukiran Toraja termasuk seni pahat memiliki ciri khas tersendiri
dibandingkan dengan ukiran-ukiran sejenis yang ada di Indonesia. Pada umumnya,
ukiran atau pahatan dibuat menurut aturan adat dari kepercayaan kuno yang disebut
Aluk Todolo". Karakter yang paling menonjol karena ukiran Toraja hanya mengenal
empat warna yakni merah, kuning, hitam dan putih.

Dalam riwayatnya, Ukiran dan seni pahat di Toraja pada awalnya dibuat sebagai
kelengkapan pembuatan rumah adat Toraja yang disebut Tongkonan. Hampir semua
material pahatan berbahan kayu yang khusus.Model kerajinan pahatan patung
Toraja kini mengalami perkembangan model dan desain. Dahulunya, patung-
patung pahatan dibuat untuk keperluan ritual utamanya untuk pelengkap
upacara pemakaman. Namun kini, model pahatan sudah merambah model
yang lebih kepada bentuk kehidupan sehari-hari seperti binatang, kehidupan
social dan abstrak yang mistik.

Hasil kerajinan pahatan Toraja banyak ditemui hampir di semua kawasan


objek wisata. Karena seni pahat ini merupakan warisan turun remurun, maka
semua hasil pahatannya tampak menakjubkan dengan berbagai motif, ukuran
dan bentuk. Harga jualnya pun terjangkau.

Warisan budaya ukiran Toraja termasuk seni pahat memiliki ciri khas
tersendiri dibandingkan dengan ukiran-ukiran sejenis yang ada di Indonesia.
Pada umumnya, ukiran atau pahatan dibuat menurut aturan adat dari
kepercayaan kuno yang disebut Aluk Todolo". Karakter yang paling menonjol
karena ukiran Toraja hanya mengenal empat warna yakni merah, kuning,
hitam dan putih.

Seni Rupa Klasik


Seni rupa klasik adalah karya seni rupa pada zaman dahulu kala atau zaman
kuno dengan corak dan bentuk karya seni rupa yang berpengaruh pada kaidah-kaidah formal
yang telah dianggap sudah mencapai kesempurnaan. Adapun ciri-ciri gaya seni rupa klasik,
adalah sebagai berikut.
1. Karya-karyanya diilhami mas kerajaan yang penuh keindahan, kemegahan, kewibawan,
dankeempurnaan.
2. Segala sesutu digambarkan dengan sempurna.
3. Gambaran atau ukiran cenderung glamor dan menarik.

1. Pengertian Seni Rupa Modern

Seni rupa modern adalah seni rupa yang tidak terbatas pada kebudayaan suatu adat atau
daerah, namun tetap berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran seni rupa. Seni rupa
modern adalah suatu karya seni rupa yang merupakan hasil kreativitas untuk menciptakan
karya yang baru atau dengan kata lain karya seni rupa pembaruan.

Seni modern lahir dari dorongan untuk menjaga standar nilai estetik yang kini sedang
terancam oleh metode permasalahan Seni modern dengan melahirkan Conceptual Art atau
Seni Konseptual merupakan gerakan dalam menempatkan ide, gagasan atau konsep sebagai
masalah yang utama dalam seni. Sedangkan bentuk, material dan objek seninya hanyalah
merupakan akibat/efek samping dari konsep seniman.

2. Ciri-ciri dan Unsur Modernisme (Desain dan Seni Rupa)

1) Ciri-ciri seni modern (Desain dan Seni Rupa)

 Konsep penciptaannya tetap berbasis pada sebuah filosofi, tetapi jangkauan


penjabaran visualisasinya tidak terbatas.
 Tidak terikat pada pakem-pakem tertentu.
 Minimalis
 Rasionalitas/Rationality
 Dominan bentuk-bentuk geometris
 Tidak ada unsur ornament
 Universal
 Fungsionalitas diprioritaskan
 Orisinalitas/kemurnian/purity
 Penguatan dalam konsep
 Kreativitas
 Memutus hubungan dengan sejarah

2) Unsur-unsur Modernisme

 Eksperimen
 Pembaruan (Inovation)
 Kebaruan (Novelty)
 Orisinalitas

3. Fungsi dan Tujuan Seni Modern

 1) Memberi warna baru terhadap kebutuhan manusia baik secara fisik maupun
psikis
o Fisik :

Munculnya bentuk-bentuk desain arsitektur yang baru dan desain-desain lainnya


seperti alat-alat transportasi, fashion dll

o Psikis :

Mengurangi kejenuhan penikmat karya seni, karena muncul berbagai aliran baru
seperti pada seni lukis dan cabang seni lainnya.

2) Meningkatkan popularitas para seniman, karena seni modern selalu


menyertakan nama senimannya pada setiap karya yang diciptakan.

3) Memberikan kemudahan masyarakat, karena banyak penemuan-penemuan baru


dari hasil eksperimen para seniman modern.

4. Sejarah Seni Rupa Modern

Pada perkembangan seni lukis modern dengan pengekspresian karya seni lukis secara estetis
inilah karya seni menjadi sangat produktif dan kreatif, sedangkan tokoh-tokohnya sangat
banyak baik di Indonesia maupun dimanapun tempat di dunia ini. Abad ke 19 merupakan
periode pertama yang penuh arti dalam sejarah seni lukis modern. Pada masa itu bermunculan
berbagai macam corak dan gaya seni lukis yang secara tidak langsung membedakan dengan
sebelumnya. Yang menjadi pusatnya mula-mula adalah Perancis dengan kota Parisnya.
Kemudian Amerika Serikat dengan New York-nya juga memegang peranan penting.Bila
dipakai periodisasi sejarah seni rupa modern barat menurut Canaday, mulai dari David
dengan aliran neoklasikisme, romantisisme kelompok Barbinson, realisme, impresionisme.
Kemudian disusul dengan munculnya aneka ragam gaya lukisan abad ke 20 seperti fauvisme,
Die Bruke, Der Balu Reiter, kubisme, suprematisme, obyektivitas baru, optical art, neo-
dadaisme, dan sebagainya.

Kemudian di Inggris dan Amerika Serikat lahir pop-Art, yakni untuk menyebut kecendrungan
internasional diantara pelukis dan pematung yang mengembalikan ide-ide mereka ke dunia
obyek yang bisa diraba, sebagai reaksi terhadap semua jenis yang abstrak.Kadang juga pop-
art disebut realisme baru.Aliran ini menggambarkan kecendrungan menggunakan benda-
benda seperti boneka, mesin-mesin, botol dan kaleng minuman serta barang rongsokan.

Ditinjau dari penggunaan material atau media pengungkapan nilai-nilai ide ekspresi estetis,
sesuai denga tuntutan zamannya.Seniman-seniman kreatif telah memanfaatkan dan
mengeksploitasi bahan dan teknik-teknik baru hasil kemajuan ilmu dan teknologi abad ke 20.
Seni lukis modern merupakan ekspresi estetis dari segala macam ide yang bisa diwujudkan
oleh pelukis dalam bentuk-bentuk yang kongkrit dimana kebebasan serta sikap bathin pelukis
sangat menentukan proses pembuatan lukisan.

Sesudah pop-art, berkembang pula aliran baru yang dikenal dengan nama environtment-art
dan happening-art, sebagai penemuan dan pembaharuan akibat perkembangan teknologi
yang mau tidak mau membawa pengaruh besar di bidang seni rupa.

 Di Indonesia

Pada waktu Eropa dilanda pergolakan melawan tradisi, Indonesia masih dalam suasana
perjuangan melawan penjajah, sehingga sulit mencari tanda kelahiran seni lukis modern, ada
yang menganggap bahwa seni lukis modern Indonesia dimulai dari Raden Saleh, karena ia
merupakan pelukis yang mendapat pendidikan di barat dan dipengaruhi pelukis romantik
Perancis Delacroix. Jadi sesudah zamannya David yang merupakan permulaan seni lukis
modern.

Lukisan bertema keindahan Indonesia (Mooi Indie) berlangsung sekitar 1920-1938 bisa
dianggap sebagai seni lukis modern dalam sejarah senirupa Indonesia. Lukisan-lukisan
bertema pemandangan dengan teknik dan perspektif yang berkesan tiga dimensi tidak dikenal
dalam senilukis yang ada sebelumnya.

Periode berikutnya, lukisan karya pelukis yang terhimpun dalam Persatuan Ahli Gambar
Indonesia atau disingkat Persagi (1932-1947). Lukisan mereka dianggap sebagai senilukis
modern. Tokoh yag sangat dikenal dalam perhimpunan ini adalah pelukis Sudjojono, yang
dijuluki sebagai bapak senilukis modern Indonesia. Karya mereka merupakan ekspresi
pribadi, mengungkapkan kreativitas dan kebaruan.

Pelukis zaman Jepang (1942-1945) pelukis zaman Jepang juga dianggap sebagai karya
senilukis modern. Karya para pelukis zaman ini banyak digunakan untuk propaganda perang,
namun corak dan temanya merupakan ekspresi pribadi yang memuat nilai kebaruan dan
kreativitas pelukisnya.

Pelukis era Sanggar (1945-1950) yang banyak muncul setelah Indonesia merdeka juga
mengekspresikan ide-ide pribadi pelukisnya. Mereka adalah pelukis otodidak yang belajar di
sanggar-sanggar, pada zaman itu belum didirikan sekolah tinggi seni. Lukisan-lukisan mereka
memuat kebaruan dan kreativitas sehingga bisa dikategorikan sebagai lukisan modern.
Pelukis Akademis (1950) adalah pelukis yang telah belajar di perguruan tinggi seni. Setelah
tahun 1950an berdiri Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta dan Departemen
Seni Rupa di ITB Bandung. Para pelukis lulusan sekolah seni mengekspresikan gagasan-
gagasan individu pelukisnya. Mereka mengekspresikan kebaruan dan kreativitas.
Kecenderungan waktu itu, para pelukis Yogyakarta cenderung menciptakan lukisan realis.
Adapun pelukis Bandung cenderung melukis abstrak atau bertema keagamaan (kaligrafi).

Daya dorong kearah perkembangan ekspresi estetis yang kreatif dan orisinal dimulai sejak
tahun 1922.Para perintisnya adalah Sudjojono, Basuki Reksobowo, Rusli, Abas Alibasyah.
Corak lukisannya bermacam-macam sesuai dengan dinamika kreatifitasnya. Dimasa kini, bila
seorang pelukis melihat suatu obyek, maka lukisan yang dihasilkan tidak mesti obyek yang
menimbulkan ide.Ia bebas mengolah menurut kreatifitasnya, menurut ekspresi estetisnya.

Pada masa kini seni lukis modern Indonesia bercorak abstrak. Namun perlu dijelaskan bahwa
untuk disebut modern sebuah lukisan tidak harus abstrak. Berbagai gejala yang timbul di
Indonesia sebetulnya bagaikan refleksi yang telah terjadi di barat, walaupun dari segi isi atau
temanya berbeda. Perkembangan seni lukis Indonesia ditandai dengan beberapa periodisasi,
dimana sebetulnya pada masa pertentangan ideologi sudah banyak pelukis yang melukis
dengan objek-objek lukisan abstrak.

Seni lukis modern di Indonesia kini berkembang pesat. Sejumlah lukisan berhasil
memenangkan kompetensi senilukis tingkat internasional. Patron seni lukis modern adalah
para kolektor lukisan, pedagang lukisan atau pecinta lukisan dari masyarkakat biasa.Kini seni
lukis modern memberi kemungkinan yang tak terbatas, demikian pula material hasil industri
teknologi yang banyak mempengaruhi ekspresi estetis seniman dalam perkembangan seni
lukis modern.

Romantisisme atau Romantisme adalah gerakan seni rupa yang muncul pada akhir abad ke-
18. Dalam Romantisme unsur emosi lebih diutamakan dari pada pikiran, tetapi seniman
Romantis tidak hanya bekerja dalam satu gaya saja. Tidak seperti Neo-Klasikisme, yang
dapat disebut sebagai gaya, Romantisisme lebih merupakan falsafah atau pandangan. Aliran
ini mendorong orang untuk menghayati perasaan melalui penghayatan indera serta lebih
mempercayai intuisi dari pada pikiran. Romantisisme muncul dalam beberapa gaya, tetapi
seni lukis di Perancis khususnya menunjukkan ciri khas Neo-Baroq, yang merupakan
pengaruh Rubens.

Pendirian akademi pada masa Neoklasikisme bertujuan untuk meneruskan dan


mempertahankan tradisi klasik dan sekaligus sebagai pusat kegiatan seni istana. Gaya seni
akademi ini selanjutnya diteruskan oleh seni Romantisisme, sehingga sangat wajar jika kedua
gaya seni ini (Neoklasisisme dan Romantisisme) dinamakan seni akademisme. Hal ini
menjadi ciri perkembangan seni Perancis di abad ke-18 dan ke-19.

Romantisisme berasal dari kata Perancis, roman (cerita), dan memang dalam gaya
Romantisisme juga mencerminkan adanya pengaruh sastra roman Perancis. Terutama dalam
melukiskan cerita-cerita tragedi yang dasyat, kejadian dramatis yang mencekam.
Romantisisme merupakan gerakan yang meneruskan Neoklasikisme tetapi sekaligus mereaksi
dan menentang klasikisme. Pelopor gerakan Romantisisme adalah Theodore Gericault (1791-
1824) dengan salah satu karyanya yang terkenal Rakit Medusa (1818). Sebagai kelanjutan,
Romantisisme tetap merupakan gerakan seni yang lari dari kenyataan hidup, menggarap
dunia yang ideal dan misterius dengan menggunakan teknik-teknik akademisme yang
rasional.

Munculnya Aliran Romantisme adalah menentang aliran seni neoklasikisme yang sudah
bertahan puluhan tahun di Perancis, Kaum Romantisme menentang Neoklasikisme dengan
berbagai alasan, yaitu :

1. Neoklasik terlalu rasional dalam berkarya;


2. Neoklasik menampilkan tema-tema cerita klasik sebagai cermin kehidupan
bangsawan;
3. Neoklasik tidak menonjolkan peranan unsur pribadi.

Sedangkan kaum Romantisisme justru sebaliknya :

1. Romantisisme berkarya melalui pendekatan emosional;


2. Romantisisme lebih banyak menampilkan tema-tema kehidupan dunia misteri, cerita
roman, tema yang eksotik (cerita dari negeri China, Islam, Afrika);
3. Romantisisme menonjolkan peranan perasaan pribadi seniman, misalnya dalam segi
komposisi yang dinamis (diagonal) dan unsur warna dengan gelap terang yang
didramatisir.

Perbedaan dasar antara aliran Neoklasisisme dan aliran Romantisisme adalah:

1. Orientasi seni Neoklasisisme pada seni klasik yang serba rasional, sedangkan
Romantisisme pada dunia misteri yang baru yang terungkap dari cerita-cerita roman
yang emosional dan imajinatif, cerita-cerita dari China, Islam, dan Afrika (eksotisme).
2. Tema seni dalam Neoklasisisme bersumber pada cerita-cerita klasik yang
mencerminkan kehidupan para bangsawan, sedangkan tema Romantisisme pada cerita
roman dengan kejadian-kejadian yang dramatis mengharukan.
3. Seni Neoklasisisme tidak menonjolkan peranan unsur peibadi, sedangkan
Romantisisme justru menonjolkan perasaan pribadi (emosional).

Jika dikaji secara mendalam, karya seni Romantisisme memiliki ciri-ciri khasnya sebagai
berikut:

 Komposisi lukisan tidak statis, tetapi komposisi yang mengungkapkan kesan


dramatik, misalnya dengan komposisi diagonal.
 Unsur warna dan gelap terang ditonjolkan untuk mencapai kesan dramatiknya.
Pelukis yang terkenal dengan menampilkan ciri-ciri tersebut ialah Delacroix (1798-
1863). Jiwa Romantisnya tampak pada kebiasaan hidup berpetualang
(bohemianisme), meskipun ia sukses dalam lingkungan salon. Ia pemuja pelukis
Rubens dan Michelangelo (dari periode Renesan). Karya-karya Delacroix yang
terkenal di antaranya ―Pembunuhan besar-besaran di Scio‖ (1824), Perburuan Senja,
dan Perampokan Rebecca‖.

Pengaruh Romantisisme pernah dialami oleh pelopor seni lukis baru Indonesia yaitu Raden
Saleh Syarif Bustaman yang memperoleh pengalaman seni Romantisisme di Eropa.
Tokoh Aliran Romantisme di Perancis

a. Theodore Gericault (1791-1824)


Theodore Gericault adalah salah satu tokoh pelukis Romantisme di Perancis. Ciri khas
lukisan Gericault di antaranya komposisi yang dinamis, figur yang kaku seperti patung, dan
pencahayaan yang dramatis. Gericault merupakan pengagum Michelangelo, David, serta
seni lukis Baroq.

Salah satu karya Gericault adalah Raft of the Medusa (1818-1819) yang berukuran sangat
besar, yaitu 4,97 x 7.16 m. Tema lukisan itu didasarkan pada peristiwa tenggelamnya kapal
Perancis, La Medusa, di pantai Afrika pada tahun 1816. Di antara 150 orang penumpang di
dalam kapal itu, hanya 15 orang yang selamat. Mereka membuat rakit dari puing-puing
kapal itu dan terapung-apung di laut selama 13 hari.

B. Eugene Delacroix (1798-1863)


Eugene Delacroix mendapat pengaruh dari Gericault serta inspirasi dari Rubens. Berlawanan
dengan Ingres, Delacroix mengutamakan warna dan goresan yang kuas sebagai ciri khas
lukisannya yang penuh emosi. Beberapa karya Delacroix menjunjung nilai-nilai sesuai
dengan isu-isu politik pada zamannya. Adegan seperti dalam The Masacre at Chios (1821-
1824) mendorong simpati bangsa Yunani dalam perang kemerdekaan melawan Turki. Karya
Delacroix Liberty Leading the People (1830) mendukung semangat Revolusi Perancis pada
tahun 1830.

Tokoh Aliran Romantisme di Spanyol :

Francisco Goya (1746-1828)


Selain sebagi tokoh seni lukis Romantikisme, Francisco Goya juga tokoh seni grafis. Karya
Goya mencerminkan gaya Baroq, dengan ciri-ciri pencahayaan dramatis, goresan kuas yang
halus, dan komposisi yang menekankan kekuatan diagonal.

Francisco Goya bekerja pada raja Spanyol, tetapi ia penganut republikanisme. Goya
mendukung penyerbuan tentara Napoleon ke Spanyol dan berharap Napoleon akan
melakukan reformasi di negerinya. Namun, setelah Perancis menduduki Spanyol, harapan
itu musnah, karena melihat kekejaman tentara Napoleon. Setelah Perancis berhasil
dikalahkan, Goya mulai membuat serangkaian etsa berdasarkan pengamatannya tentang
kekejaman tentara Napoleon.
Tokoh Aliran Romantisme di Inggris :

a. John Constable (1776-1837)


John Constable berangkat dari gaya naturalisme dan dikenal dengan lukisannya yang
menggambarkan alam pedesaan Inggris. Constable menyukai objek alam dan mengamati
sifat-sifat transiennya dengan teliti, seperti awan dan iklim yang berubah-ubah. Ia biasanya
melukis dalam ukuran kecil, sebagai studi yang dilakukan secara langsung di lapangan, yang
kemudian dipindahkan dalam ukuran besar di studio.
Karya Constabel The Hay Wain (1821) menimbulkan rasa puitis yang mencerminkan
kecintaannya terhadap pemandangan alam Inggris. Lukisan itu menampakan kesegaran
alam, dengan cahaya matahari dan awan bergerak di atas sebuah desa. Di sini tampak
adanya perpaduan antara gaya naturalisme dan Romantikisme.
Constable memperkenalkan teknik melukis dengan goresan kuas pendek-pendek dan warna
yang terpisah-pisah, bukan bidang dengan sapuan warna campuran yang merata. Ia
mengoleskan warna putih secara tebal, untuk mengesankan kilauan cahaya. Cara melukis ini
dianggap sebagai antisipasi bagi munculnya Impresionisme di Perancis.

b. Joseph Mallord William Turner (1775-1851)


Joseph Mallord William Turner merupakan pelukis pemandangan alam Romantik, tetapi
menunjukkan ciri-ciri yang jauh berbeda dengan Constable. Turner menggunakan
pendekatan yang lebih transedental. Ia melukis gunung, laut, dan tempat-tempat yang ada
kaitannya dengan sejarah, namun ia menterjemahkan objek-objek itu kedalam pernyataan-
pernyataan puitis yang sering melenceng jauh dari sketsa-sketsa awalnya. Kadang-kadang
karyanya tampak mendekati abstraksi total sebagai studi suasana cahaya dan warna. Oleh
karena itu, karya Turner sering dianggap sebagai rintisan Impresionisme. Namun,
pendiriannya lebih subjektif dan dekat dengan Romatikisme. Karya Turner misalnya
Fishermen at Sea (1796).

Tokoh Aliran Romantisme di Amerika :

Thomas Cole (1801-1848)


Thomas Cole adalah tokoh aliran Romantisme di Amerika. Cole memimpin kelompok pelukis
Hudson River School. Lukisan Cole berupa panorama yang mengkombinasikan naturalisme
dan idealisasi keagungan. Cole melakukan perjalanan ke hutan-hutan untuk merekam alam
secara langsung melalui sketsa-sketsa, dan kemudian menyelesaikannya dalam bentuk
lukisan di studio.

Dalam karyanya, The Oxbow (1836), Cole memperlihatkan gambaran visual tentang suatu
tempat di tepi Sungai Conecticut. Dalam lukisan ini, awan tampak datang dari arah kiri
komposisi dan memberikan kesan kesegaran.

Pengertian naturalis
Karya seni rupa naturalisme adalah karya seni rupa yang teknik
pelukisannya berpedoman pada peniruan alam untuk menghasilkan
karya seni. Dalam karya seni rupa aliran naturalisme seniman terikat
pada proporsi, anatomi, prespektif, dan teknik pewarnaan untuk
menghasilkan kemiripan lukisan sesuai dengan obyek yang di lihat
mata.

Naturalisme di dalam seni rupa adalah usaha menampilkan objek


realistis dengan penekanan seting alam. Hal ini merupakan
pendalaman labih lanjut dari gerakan realisme pada abad 19 sebagai
reaksi atas kemapanan romantisme.

Natural berarti asli atau alami. Karya seni rupa yang beraliran
naturalisme berarti karya seni rupa yang menggambarkan sesuatu
yang masih asli atau alami. Lukisan-lukisan beraliran naturalisme
lebih banyak menghasilkan gambar-gambar alam seperti gunung,
pedesaan, pantai, dan pemandangan alam yang ada di bumi ini.
Namun tidak berarti harus lukisan tentang alam. Karya seni rupa
aliran naturalisme juga dapat berbentuk lukisan tentang orang-orang
yang masih asli dengan tradisinya sendiri, misalnya lukisan tentang
orang desa atau anak-anak yang sedang bermain di alam bebas.

Ciri - ciri :
 Kebanyakan bertemakan tentang alam
 Memiliki teknik gradasi warna
 Memiliki susunan perbandingan. perspektif, tekstur, perwarnaan
serta gelap terang dikerjakan seteliti mungkin

Kesimpulan aliran naturalis


 John Amos Comenius seorang filsuf yang hidup pada abad ke-
16, tepatnya tahun 1592-1670, dianggap sebagai seorang filsuf
yang pertama kali memperkenalkan aliran naturalisme dalam
pendidikan. Inilah mungkin awal sejarah munculnya aliran
naturalisme, terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

 Naturalisme melukiskan segala sesuatu sesuai dengan nature
atau alam nyata, artinya disesuaikan dengan tangkapan mata
kita. Basuki Abdullah melukis seorang perawan desa dengan
pakaian lusuh justru tampak seperti bidadari. Tokoh Natularisme
di Indonesia selain Basuki Abdullah adalah Raden Saleh. Saat
ini semisal Choirun Sholeh

Realisme merupakan aliran/gaya yang memandang dunia ini tampa ilusi, apa adanya
tampa menambah dan mengurangi objek. Proklamasi realisme dilakukan oleh
dilakukan oleh pelopor sekaligus tokohnya yaitu Gustave Courber (1819-1877), pada
tahun 1855. Dengan slogannnya yang terkenal “Tunjukkan malaikat padaku dan aku
akan melukisnya .Yang mengandung arti bahwa baginya lukisan itu ialah seni yang
konkret, menggambarkan segala sesuatu yang ada dan nyata.

Realisme adalah corak seni rupa yang menggambarkan kenyataan yang benar-benar
ada, artinya yang ditekankan bukanlah obyek tetapi suasana dari kenyataan tersebut.
Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu Karya
sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau
interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa
unruk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk
sekalipun.

Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi setiap kali perupa
berusaha mengamati dan meniru bentuk-bentuk di alam secara akurat. Sebagai
contoh, pelukis foto di zaman renaisans, Giotto bisa dikategorikan sebagai perupa
dengan karya realis, karena karyanya telah dengan lebih baik meniru penampilan fisik
dan volume benda lebih baik daripada yang telah diusahakan sejak zaman Gothic.

Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari karya-karya
Rembrandt Barbizon School memusatkan pengamatan lebih dekat kepada alam, yag
kemudian membuka jalan bagi berkembangnya impresionisme. Di Inggris, kelompok
Pre-Raphaelite Brotherhood menolak idealisme pengikut Raphael yang kemudian
membawa kepada pendekatan yang lebih intens terhadap realisme. yang dikenal
sebagai salah satu perupa realis terbaik. Kemudian pada abad 19, sebuah kelompok di
Perancis yang dikenal dengan nama Teknik Trompe l’oeil, adalah teknik seni rupa
yang secara ekstrim memperlihatkan usaha perupa untuk menghadirkan konsep
realisme.

Untuk beberapa tahun pada akhir 1870, Munich telah menjadi basis bagi sekelompok
artis muda Norwegia yang memberikan kontribusi penting sebagai Realis – termasuk
didalamnya adalah Hans Heyerdahl (1857-1913), Kitty L Kielland (1843-1924),
Harriet Backer (1845-1932), Erik Werenskiold (1855-1938), Christian Skredsvig
(1854-1924), Theodor Kittelsen (1857-1914) dan Gerhard Munthe (1849-1929).
Selama tahun 1880, artis-artis ini pindah ke Paris, yang menjadi pusat baru bagi para
artis Norwegia. Disana mereka bergabung dengan dua figur penting lainnya, Christian
Krohg (1852-1925) dan Fritz Thaulow (1847-1906), keduanya pernah belajar dengan
Gude di Karlsruhe pada tahun 1870. Pelukis penting beraliran Realis lainnya adalah
Eilif Peterssen (1852-1928), yang tidak belajar di Paris tapi di Italia.
Beberapa artis ini kemudian memilih untuk kembali ke Norwegia, dan pada tahun
1882 mereka menyelenggarakan Høstutstillingen (‘Pameran Musim Gugur), koleksi
seni kontemporer Norwegia yang didanai publik mulai dari tahun 1884 dan saat ini
menjadi Pameran Seni Nasional. Pada saat yang bersamaan, mereka mendirikan
sistem baru dimana para artis tersebut menjual sendiri karya mereka, memutuskan apa
yang harus disertakan dalam pameran dan bahkan menyeleksi komisi untuk seni
umum. Diantara para kelompok artis yang kembali, ada beberapa pribadi yang secara
keras menolak nilai-nilai pendahulu mereka. Walaupun mereka memiliki pandangan
yang sama terhadap tradisi, para artis muda ini sangat berbeda dalam hal tingkah laku
dan temperamen. Konflik juga terjadi diantara kedua kelompok. Satu kelompok,
dipimpin oleh Christian Krohg sangat radikal, individualistis dan internasionalis,
sementara kelompok lainnya dipimpin oleh Erik Werenskiold lebih beraliran
nasionalis dan liberal dalam arti politik, namun juga bermoral dan berprinsip tinggi.

Werenskiold melukis situasi yang sederhana namun memiliki karakteristik yang


ditempatkan di pemandangan alam yang telah dipelajari dengan baik. Sejajar dengan
Wrenskiold adalah Theodor Kittlesen, yang walaupun merupakan juru gambar yang
lebih baik daripada menjadi pelukis, memberikan kontribusi signifikan terhadap
nasionalisme dengan menggambarkan edisi standar Cerita Rakyat Norwegia. Pengikut
Werenskiold lainnya adalah Christian Skredsvig, yang menolak untuk menekankan
implikasi kesusasteraan dan simbolisme subyek lukisannya, dan Eilif Peterssen, yang
ambisinya terhadap lukisan bersejarah secara tidak langsung mengikuti contoh
pendahulunya. Kitty L Kielland, salah satu pelukis pemandangan alam yang konsisten
dalam periodenya, lebih banyak bekerja en plain air di Jæren di pantai Barat
Norwegia. Gerhard Munthe, yang juga merupakan seorang nasionalis memiliki
hubungan dekat dengan petualang dan ilmuwan Fridjof Nansen, dan bersama-sama
membentuk Lysakerkretsen (Masyarakat Lysaker) untuk memajukan nilai-nilai
nasionalisme Norwegia.

Masyarakat ini bertemu dengan lawan tangguh yaitu Christian Krohg, pemimpin
Bohemian Oslo yang percaya bahwa menulis sama pentingnya dengan melukis dan
mengatakan bahwa ‘semua seni nasional buruk dan semua seni yang baik adalah
nasional’. Ia beranggapan bahwa fokus artistik harus dikonstrasikan pada kehidupan
yang dijalani dan dialami oleh individu. Di lain pihak, Fritz Thaulow menginginkan
seni hanya berfokus pada seni, mengatakan bahwa lebih banyak artis harus
mengkonsentrasikan energi mereka pada proses melukis yang sesungguhnya, tidak
berusaha untuk mengancam permasalahan sosial dan manusia. Sementara Harriet
Backer memilih untuk mengasingkan diri dari debat tersebut, lebih berkonsentrasi ke
pemandangan interior, walaupun dengan gaya yang sedikit lebih abstrak dibandingkan
dengan pelukis nasionalis sebelumnya.

Krogh adalah pendahulu artis yang mungkin paling terkenal di Norwegia, Edvard
Munch (1863-1944). Munch tidak pernah mengenyam pendidikan, dan di dalam
Krohg ia menemukan sosok seorang guru. Walaupun ia mulai melukis pada tahun
1880 dibawah pengaruh aliran Realisme, namun ia segera meninggalkan metode ini
dan memfokuskan diri pada kenyataan yang terjadi. Munch ingin melukis apa yang ia
anggap secara dasar sebagai manusia, mengatakan ‘Saya akan melukis orang yang
bernafas dan dapat merasakan dan menderita dan mencintai’. Secara radikal Munch
mengikuti tren baru dari Eropa, termasuk aliran Impresionisme, Fauvisme, Art noveau
dan Jugend, kesemuanya dengan interpretasinya sendiri tentang bentuk, garis dan
warna. Ia banyak bepergian keliling Eropa, yang kemudian memberikan inspirasi
gaya internasional tentang pemandangan alam yang sederhana dan garis abstrak,
teknik pewarnaan yang sederhana dan perbedaan mencolok dalam pencahayaan.
Penerus Munch termasuk Arne Kavli (1878-1970) dan Thorvald Erichsen (1868-
1939), ser
ta Halfdan Egedius (1877-1899), Harald Sohlberg (1869-1935) dan Nikolai Astrup
(1880-1928), yang menyatukan kecenderungan tahun 1890 dengan mengembangkan
Realisme menjadi ekspresi yang lebih abstrak.

Tokoh-Tokoh Realisme

Berikut ini adalah beberapa nama tokoh seni rupa realisme yang terkemuka di dunia,
diantanra:

1. Karl Pavlovich Bryullov ( Rusia : 12 Desember 1799 – 11 Juni 1852), adalah


pelukis Rusia. Ia dianggap sebagai tokoh kunci dalam transisi dari Rusia
Neoclassicism untuk romantisme .

2. Jean-Baptiste-Simeon Chardin (2 November 1699 – 6 Desember 1779) adalah


seorang pelukis Perancis abad ke-18. Ia dianggap master masih hidup dan juga
terkenal karena genre lukisan yang menggambarkan pelayan dapur, anak, dan
kegiatan domestik. Hati-hati komposisi seimbang, difusi cahaya lembut, dan butiran
impasto mencirikan karyanya.

3. Jean-Baptiste-Camille Corot (17 Juli 1796 – 22 Februari 1875) adalah seorang


pelukis Perancis pada zaman Renaisans di etsa . Corot adalah pelukis terkemuka dari
sekolah Barbizon Perancis pada pertengahan abad kesembilan belas. Ia merupakan
tokoh penting dalam lukisan pemandangan.

4. Jean Désiré Gustave Courbet (10 Juni 1819-31 Desember 1877) adalah seorang
pelukis Perancis yang memimpin Realis gerakan di lukisan abad ke-19 Perancis.
Gerakan Realis menjembatani gerakan Romantis (ditandai dengan lukisan Théodore
Géricault dan Eugène Delacroix ), dengan Sekolah Barbizon dan impresionis .
Courbet menempati tempat penting dalam lukisan abad ke-19 Perancis sebagai
pembaru dan sebagai seorang seniman bersedia untuk membuat komentar sosial yang
berani dalam karyanya.

5. Honoré Daumier (26 Februari 1808 – 10 Februari 1879) adalah seorang pelukis
Perancis, ahli karikatur, dan pematung , yang bekerja menawarkan banyak komentar
tentang kehidupan sosial dan politik di Perancis pada abad ke-19.

6. Thomas Cowperthwait Eakins (25 Juli 1844 – 25 Juni 1916) adalah seorang pelukis
realis Amerika, fotografer, pemahat, dan seni rupa pendidik. Ia secara luas diakui
sebagai salah satu seniman yang paling penting dalam sejarah seni Amerika.

7. Ignacy Aleksander Gierymski (lahir 30 Januari 1850 di Warsawa , meninggal


antara 6 dan 8 Maret 1901 di Roma ) adalah seorang pelukis Polandia dari akhir abad
19. Dia adalah adik dari Maksymilian Gierymski , sama-sama terkenal pelukis cat air
Polandia.
8. Michael William Harnett (10 Agustus 1848 – 29 Oktober 1892) adalah seorang
pelukis Irlandia-Amerika yang mempraktikkan trompe l’oeil (harfiah, “bodoh mata”)
gaya lukisan realistis. hidupnya masih obyek biasa, diatur pada birai atau tergantung
dari paku, yang dicat sedemikian rupa sehingga lukisan bisa salah untuk objek sendiri.

9. Iga Le Nain pelukis Perancis bersaudara pada abad ke-17 : Antoine Le Nain
(c.1599-1648), Louis Le Nain (c.1593-1648), dan Mathieu Le Nain (1607-1677).
Mereka menghasilkan karya bergaya, potret dan potret miniatur.

10. Édouard Manet (23 Januari 1832 – 30 April 1883) adalah seorang pelukis
Perancis. Salah satu seniman abad ke-19 pertama pendekatan mata pelajaran
kehidupan modern, ia adalah seorang tokoh penting dalam transisi dari Realisme ke
Impresionisme .

11. Jean-François Millet (4 Oktober 1814 – 20 Januari 1875) adalah seorang pelukis
Perancis dan salah satu pendiri sekolah Barbizon di pedesaan Perancis. Millet terkenal
karena adegan dari petani petani, ia dapat dikategorikan sebagai bagian dari gerakan
naturalisme dan realisme.

Nonrepresentatif
Nonrepresentatif adalah suatu aliran seni lukis yang penggambarannya dengan bentuk
yang sulit untuk dikenali atau dengan kata lain bersifat abstrak. Pelukis beraliran ini antara
lain, Amry Yahya, Fajar Sidik, But Mochtar, Sadali, dan Jackson Pollock. salah satu jenis
kesenian kontemporer yang tidak menggambarkan objek dalam dunia asli, tetapi menggunakan
warna dan bentuk dalam cara non-representasional.[1] Pada awal abad ke-20, istilah ini lebih
digunakan untuk mendeskripsikan seni seperi kubisme dan seni futuristik.

Deformatif dalam dunia seni rupa adalah perubahan bentuk dari aslinya sehingga
menghasilkan bentuk baru namun tidak meninggalkan bentuk dasar aslinya. Jadi
maksudnya, gambar deformatif itu bukanlah gambar yang sesuai dengan keadaan nyata.

1. Pengertian Surealisme

Surealisme adalah suatu aliran seni yang menunjukkan kebebasan kreativitas sampai
melampaui batas logika. Surealisme juga dapat didefinisikan sebagai gerakan budaya yang
mempunyai unsur kejutan sebagai ungkapan gerakan filosofis. Surealisme merupakan suatu
karya seni yang menggambarkan suatu ketidak laziman, oleh karena itu surealisme dikatakan
sebagai seni yang melampaui pikiran atau logika. Karya seni surealisme ini hanya dapat
ditafsirkan oleh seorang seniman yang menciptakannya dan sangat sulit bagi seseorang untuk
menafsirkan karya seni surealisme tersebut, karena pada hakikatnya surealisme bersifat tidak
beraturan atau alurnya melompat-lompat.

stilah Impresionisme dipakai mulai tahun 1874 diarahkan kepada karya para pelukis
Realisme Perancis. Istilah ini tercantum dalam judul lukisan Monet, yang dalam katalognya
diberi judul "Impressionism, Rising Sun". Nama ini oleh seorang kritikus seni, Louis Leroy
dipakai sebagai nama ejekan pameran (eksposisi) kaum Impresionisme. Pada akhir abad ke-
19 istilah ini dipandang sebagai gerakan seni lukis modern.
2. Lukisan Impresionisme menampilan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Lukisan adalah pernyataan berdasarkan kebenaran penglihatan (kebenaran optik) dalam
penggunaan warna dan cahaya. Atas dasar pengalaman, warna tidak memiliki arti simbolis
dan idealisasi seperti dalam Klasisisme dan Rimantisisme (juga nanti dalam Simbolisme).
Karena itu Impresionisme disebut juga sebagai aliran Realisme dalam Warna.
b. Pokok lukisan (subject-matter) tidak memegang peranan penting dalam arti mengaburkan
pokok lukisan dengan latar belakang. Ini yang disebut devaluasi pokok lukisan.
c. Lukisan berdasarkan ilmu pengetahuan , yaitu pengetahuan tentang cahaya. Cahaya yang
tampak putih dapat dibiarkan diuraikan (dibiaskan) melalui kaca prisma menjadi warna-
warna pelangi (warna spektrum). Dalam Impresionisme tidak dikenal warna hitam, dan
sebagai gantinya adalah warna biru, ungu, atau coklat.
d. Kecenderungan bentuk yang mengaburkan dalam Impresionisme disebabkan oleh karena
cara memandang yang menyeluruh pada obyek. Akibatnya garis (kontur) tidak tampak
sebagai pembatas bentuk.

Tanda-tanda bahwa Impresionisme memiliki ciri-ciri seni modern yaitu:


a. Karya seni yang tidak mengikatkan pada tradisi seni yang lampau atau yang berlaku.
b. Karya seni yang didukung oleh kebebasan dan pengalaman pribadi seniman, kebebasan
berekspresi meskipun berdasarkan konsep Impresionisme.
c. Cita rasa seni yang tidak mengikatkan kepada bentuk yang ada di alam.
d. Karya seni yang didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Para seniman Impresionisme yang pertama didukung dengan adanya kegiatan pameran
lukisan dari pelukis Perancis seperti: Renaoir, Sisiley, Pissaro, Cezanne, Degas, Boudin, dan
Morisot. Di antara mereka kemudian menjadi pelopor dari gerakan baru dalam seni lukis
modern.

Beberapa seniman terkenal dari gaya Impresionisme ialah Monet (1840-1926). Monet
sebagai pelukis luar studio (outdoor painting) tidak menonjolkan tokoh manusia dari latar
belakang atau dengan jalan menggambarkan latar belakang. Lukisan tidak memperlihatkan
bentuk yang jelas yang kemudian menjadi ciri dari gaya Impresionisme. Karya lukisnya
antara lain: Dejeuner sur L'herbe (Makan di Rerumputan), Femmes au jardin (Wanita-wanita
di Kebun), dan Kolam dengan Teratai.

Pelukis yang lain ialah Renoir (1841-1919). Renoir ialah pelukis yang gemar melukis wanita,
karena menurutnya wanita memiliki wujud yang mengasyikkan . Ia melukis wanita dengan
warna-warna menggairahkan, cemerlang, yang menjadi ciri Impresionisme. Karena biasa
melukis di luar studio, dia melupakan komposisi formal, dan selanjutnya ia tidak lagi banyak
berkreasi dalam melukis. Karya lukisnya antara lain: Bertelanjang di Bawah Matahari, Makan
Siang di Pesta Perahu, dan Orang Mandi dengan Grifon.

Pelukis potret Impresionisme ialah Degas (1834-1917). Pelukis ini yang menampilkan
perwatakan tokoh-tokoh yang memperlihatkan ciri-ciri Impresionisme. Karyanya sangat
menonjol karena tema-tema penari Balet dengan kekuatan nilai gambarnya yang spontan
dengan media pastel. Karyanya yang terkenal: Potret Seorang Gadis, Keluarga Balleli, dan
Tarian (Foyer de la Danse).

Ada seorang pelukis cacat dari kelompok ini yaitu Henry de Toulouse Loutrec (1804-1901).
Pelukis yang riwayat hidupnya penuh kegetiran, terutama disebabkan karena cacat fisiknya.
Dia terkenal karena lukisannya, terutama potret, memeperlihatkan garis-garis yang tegas
dan ekspresif, meskipun banyak pula melukis pertunjukan kabaret dengan gaya yang khas
Impresionisme. Karya lukisnya yang terkenal antara lain: Au Moulin Rouge, dan Salon di Rue
des Moulins.

Pengalaman empirik pelukis Impresionisme tentang kesan warna melahirkan teknik melukis
dengan sapuan (totolan) kuas dengan warna murni yang berdekatan dalam bidang lukisan.
Ada pembagian sistematik dari nada-nada warna yang dipelajari . Timbullah kesan baru
pada lukisan Impresionisme yang disebut Neo Impresionisme. Sesuai dengan tekniknya juga
disebut Pointilisme. Para pelukis yang termasuk dalam aliran ini antara lain:
a. Seurat (1859-1891)
b. Paul Signac (1863-1935)

Signac belajar teknik divisionisme dari Seurat yang menemukan teori warna berdasarkan
campuran optis dari pigmen yang memberikan kesan membaur dari mata memandang.
Gerakan divisionisme sangat berperan pada aliran Fauvisme, dan karya-karya seniman dari
aliran itu masuk ke dalam Salon des Independants (1884).

Impresionisme pada umumnya tergolong gerakan yang antiklasik, sebab Impresionisme juga
sebenarnya tidaklah berbeda dengan Realisme. Bahkan para ahli menyebutnya sebagai
realisme warna atau realisme cahaya. Artinya bahwa Impresionisme tetap disebut sebagai
Realisme, hanya dengan pewarnaan yang agak berbeda. Impresionisme menampilkan
kekuatan warna sebagai pengganti sinar matahari yang dipantulkan oleh obyek dedaunan,
pohon dan yang ada di alam. Tampak yang dilukiskan hanyalah kesan-kesan obyek saja,
tanpa detail, tanpa outline (kontur).

Ekspresionisme ialah kebebasan distorsi bentuk dan warna untuk melahirkan emosi ataupun
sensasi dari dalam yang biasanya dihubungkan dengan kekerasan atau tragedi. Obyek-obyek
yang dilukiskan antara lain kengerian, kekerasan, kemiskinan, kesedihan dan keinginan lain
dibalik tingkah laku manusia.
Ekspresionisme menjajagi jiwa dan menemukan ` Sturm und Drang’ dan pancarannya keluar
merupakan media yang baik untuk melukiskan emosinya kepada orang lain. Salah satu tokoh
Ekspresionisme di Indonesia adalah Affandi.

Sejarah Seni Lukis Ekspressionisme


Penganut paham ekspresionisme memiliki dalil bahwa “Art is an expression of human
feeling” atau seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Aliran ini bertalian
dengan apa yang dialami oleh seseorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
Perintis aliran ini Benedetto Croce (1866-1952) menyatakan bahwa seni adalah
pengungkapan dari kesan-kesan ( art is expression of impresion ). Menurut Croce ekspresi
sama dengan intuisi. Intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui pengkhayalan
tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images) (The Liang
Gie, 1976:75).
Ciri Ciri Aliran Lukisan Ekspressionisme :
a. Pengungkapannya berwujud berbagai gambaran angan-angan misalnya images warna,
garis, dan kata.
b. Mengungkapkan bagi seseorang sama dengan menciptakan seni dalam dirinya tanpa perlu
adanya kegiatan jasmaniah keluar.
c. Merupakan aliran yang melukiskan aktualitas yang sudah didistorsikan ke arah suasana
kesedihan, kekerasan ataupun tekanan batin.

Ciri-ciri Arsitektur Ekspresionisme :

a. Memiliki kebebasan untuk berimajinasi


b. Memiliki kebebasan untuk menciptakan suatu seni dalam arsitektur
c. Gambarnya tidak bersifat kaku dan monoton
d. Tidak adanya batasan dalam mengungkapkan ekspresi
e. Bentuk ekspresinya biasa terdapat pada emosi kemarahan dan depresi serta
bahagia.
Seorang tokoh lain dari aliran ini adalah Leo Tolstoy. Ia berpendapat:
“Memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah
mengalaminya dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan
pelbagai gerak, garis, warna, suara atau bentuk yang diungkapkan dalam kata-
kata, memindahkan perasaan itu sehingga orang-orang lain mengalami
perasaan yang sama, ini adalah kegiatan seni.

Kubisme merupakan aliran seni yang menciptakan bentuk-bentuk abstrak dari benda 3
dimensi atau objek berbentuk geometri seperti kubus, dll. Kubisme dibagi menjadi 2, yaitu
kubisme analitis dan kubisme sintetis. Kubisme analitis pada dasarnya memecah bentuk asli
suatu objek menjadi kubus-kubus kecil, sedangkan kubisme sintetis mendasarkan pada
pencitaan komposisi yang difokuskan pada kebersamaan objek. Dalam karya seni kubisme,
suatu objek dipecah, dianalisis, dan diatur kembali dalam bentuk abstrak.

Salah satu seniman yang menganut aliran kubisme adalah Pablo Ruiz Picasso. Picasso lahir
pada 25 Oktober 1881. Dia merupakan seniman yang terkenal dalam aliran kubisme dan
dikenal sebagai pelukis revolusi pada abad ke-20. Dia sudah menjadi pelukis yang mahir
mulai umur belasan tahun. Selama 80 tahun, dia menciptakan lebih dari 50.000 karya lukis.
Pablo Picasso meninggal pada 8 April 1973 pada umur 91 tahun dan karya yang terkenal
salah satunya adalah “Les Demoiselles d’Avignon” (1907).

Anda mungkin juga menyukai