Anda di halaman 1dari 19

APRESIASI DAN KRITIK SENI

A. Keunikan gagasan dan teknik berkarya


Gagasan atau ide merupakan kegiatan awal seseorang untuk menciptakan satu karya. Dengan ide
atau gagasan yang cemerlang akan menghasilkan karya seni yang berkualitas.
Teknik adalah cara yang digunakan unuk mengolah suatu media dalam penciptaan suatu karya.
Teknik berkarya sangat dipengaruhi oleh alat dan bahan yang digunakan, dan juga kreativitas seseorang
dalam proses pengerjaan, sehingga terjadilah keunikan teknik berkarya.
Sebagai contoh, untuk mewujudkan sebuah objek karya lukisan, seorang perupa diuntut menguasai
keterampilan teknis menggunakan alat (kuas) dan mengolah bahan (cat) pada kanvas (medium/ bahan
uama). Seorangpematung dituntut menguasai keterampilan teknis menggunakan alat pahat dan mengolah
kayu untuk mewujudkan karya patung.
Karya seni rupa ada juga yang dinamai berdasarkan teknik utama yang digunakan dalam
pembuatannya. Seni kriya batik misalnya, menunjukkan jenis karya seni rupa yang dibuat dengan teknik
membatik, kriya anyam untuk menilai jenis karya seni rupa yang dibuat untuk menganyam

B. Apresiasi karya seni rupa


1. Pengertian apresiasi seni
Apresiasi seni adalah suatu proses penghayatan suatu karya seni yang diamati dan penghargaan
terhadap karya seni itu sendiri serta pembuatnya. Secara umum apresiasi dapat diartikan sebagai
kesadaran menilai lewat penghayatan suatu karya seni. Penghayatan dalam proses apresiasi seharusnya
diakukan secara objektif sehingga tidak terjadi penolakan emosional terhadap suatu karya seni, tetapi
dalam kenyataannya kita sulit melepaskan sikap subjektif. Akibatnya, sebuah karya seni akan mendapat
penilaian yang berbeda-beda. Semakin banyak apresiator, semakin banyak pula perbedaan dan
tanggapan akan sebuah karya seni.
Apresiasi terhadap karya-karya seni rupa dapat ditunjukkan dengan sikap empati berupa ungkapan
kata-kata atau tanggapan secara lisan/tertulis. Beberapa seniman mengkomunikasikan pesan-pesan
melalui hasil karyanya dengan cara vulgar dan mudah dipahami, akan tetapi ada pula yang
mengkomunikasikan karyanya melalui simbol-simbol yang mengandung makna tertentu.

2. Proses apresiasi seni


Proses apresiasi terbentuk dari dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, apresiasi afektif.
Kedua, apresiasi kreatif.

Ketajaman pengamatan seseorang dalam menilai karya seni tergantung pada pengetahuan,
pengalaman, perasaan, keinginan, dan anggapan seseorang. Pengamatan terhadap sebuah hasil karya
seni merupakan pengalaman terhadap suatu objek yang terdiri dati totalitas yang penuh arti.
Apresiasi kreatif melalui beberapa tahapan khusus, antara lain:
a. Pengamatan objek karya seni ( mata dan telinga)
b. Aktifitas fisiologis ( hubungan indra ke otak dan rasa)
c. Aktifitas psikologis ( terjadi persepsi sampai evaluasi, kemudian timbul interpretasi, imajinasi
dan dorongan berbuat kreatif)
d. Aktifitas penghayatan
e. Aktifitas penghargaan
Dalam proses apresiasi terjadi empat tahapan, antara lain sbb:
a. Kegiatan mengamati
Reaksi terhadap rangsanganyang dating dari objek dengan cara observasi, meneliti, menganalisa
dan menilai sehingga terjadi respon tentang objek karya yang diamati, ketepatan tanggapan
tergantung sikap kritis pengamat.
b. Kegiatan menghayati
Proses selektif terhadap objek karya dan penyesuaian bobot yang terkandung dalam karya
dengan hasil olahrasa yang diakukan, namun kadang apresiator langsung menerima karya yang
bersangkuan secara keseluruhan anpa mengkritik, sifat tersebu dinamakan empati.
c. Kegiatan evaluasi
Evaluasi dapat terjadi apabila apresiator dapat mengukur niai seni yang dievaluasi dengan
member kritik membangun pada karya seni yang diamati secara objektif.
d. Kegiatan mengapresiasi
Perasaan bergetar, hanyut dalam dunia maya yang terkandung dalam sebuah karya seni
seakana-akan merasakan getar yang sama dengan mencipta karya seni yang bersangkutan.
Apresiator tersebut disebut simpati pada karya seni yang diamati, orang tersebut seakan-akan
berada antara sadar dan tidak sadar erhadap objek yang dihayati, kesadaran yang diiringi dengan
penalaran rasio yang matang untuk menilai dan member kritik serta saran, namun tidak
mengurangi rasa simpati, justru menambah nilai. Orang semacaam ini telah memiliki tingkat
apresiasi yang benar terhadap karya seni.

3. Pendekatan dalam melakukan apresiasi karya seni rupa


a. Pendekatan deskriptif (secara objektif)
Mengamati dan memaparkan karya seni secara apa adanya, seperti objek gambar, penggunaan
warna, komposisi warna, tema karya, judul karya, pembuatannya, dan berbagai hal yang
ditampilkan dalam karya tersebut.
b. Pendekatan analitis (berdasarkan kaidah-kaidah estetika)
Mengamati objek seni berdasar kaidah-kaidah estetika yang baku, seperti aspek tematik, teknik
pengerjaan, penerapan atas kesenirupaan, dan makna yang terkandung di dalamnya.
c. Pendekatan interpretatif(dengan sudut pandang pengamat)
Menginterpretasi karya seni berdasar sudut pandang pengamat, baik dari segi kesamaan
pengalaman, kesamaan sudut pandang, unsur keindahan, atau pengetahuan pengamat.
d. Pendekatan penilaian (dengan pengukuran nilai)
Proses memberi pengukuran baik secara objektif ataupun penilaian secara subjektif. Penilaian
secara objektif berdasar pada pertimbangan teknis pengerjaan, sedangkan penilaian subjektif
berdasar pada pertimbangan apresiatif pengamat, sehingga diperoleh kesimpulan karya seni itu
baik atau buruk.
e. Pendekatan interdisiplin (berbagai disiplin keilmuan)
Suatu karya seni dilihat dari berbagai disiplin keilmuan, seperti ilmu antropologi, psikologi,
kebudayaan, filsafat, ekonomi, hingga ilmu kebahasaan.

4. Tujuan Apresiasi Seni


Tujuan dari apresiasi seni adalah untuk mengenalkan atau publikasi karya seni tersebut supaya karya
seni lebih bisa dinikamati oleh khalayak atau masyarakat juga bermaksud dan tujuan seni bisa
tersampaikan.
Dan juga tujuan apresiasi seni adalah mengembangkan nilai estetika karya seni, mengembangkan
daya kreasi, dan menyempurnakan karya seni tersebut.
5. Manfaat Apresiasi Seni
● Bisa mengenal bentuk-bentuk karya seni
● Bisa membuat kecintaan terhadap karya seni menjadi meningkat dan terpupuk
● Untuk sarana dalam melakukan penilaian, penikmatan, empati, hiburan serta edukasi
● Untuk sarana dalam menimbulkan timbal balik positif antara pencipta dan penikmat karya seni
● Memperoleh pengalaman dan ilmu baru ketika menikmati sebuah karya seni yang dapat dijadikan
bekal untuk membuat dan mengembangkan karya seni di masa mendatang.
C. Kritik seni rupa
1. Pengertian kritik seni
Dalam berbagai kegiatan dan pemaknaan, sering kali kata kritik disalah artikan sebagai sesuatu yang
mengandung sifat negatif, (kecaman yang munyudutkan hasil karya), sedangkan dalam segi
kebahasaan kata kritik memiliki makna yang lebih bersifat membangun dan mendeskrisikan sesuatu.
Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni yang bertujuan untuk menunjukkan
kelebihan dan kekurangan suatu karya seni.

2. Tujuan dan manfaat kritik seni rupa


Terdapat tiga aspek kritik dalam kehidupan seni, yaitu aktivitas berkreasi seni, penghayatan, dan
kritik seni. Ketiga aktivitas ini tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan . Oleh karena itu, tujuan
dari kritik seni adalah untuk:
a. memahami karya seni,
b. menemukan suatu cara untuk mengetahui hal yang melatarbelakangi suatu karya seni yang
dihasikan,
c. memahami apa saja yang ingin disampaikan oleh pembuatnya,
d. secara nyata dapat menyatakan baik atau buruknya sebuah karya,
e. agar orang yang melihat karya seni memperoleh informasi dan pemahaman yang berkaian
dengan muu karya seni dan menumbuhkan apresiasi serta tanggapan terhadap karya seni.
Manfaat dari kritik seni adalah sebagai berikut:
a. Jembatan/ mediator antara seniman dan penikmat karya seni, serta antara karya seni itu sendiri
dan penikmatnya. Fungsi ini penting karena tidak semua penikmat dapat mengetahui dengan
pasti apa yang disampaikan dan dikomunikasikan oleh seniman.
b. Evaluasi diri bagi seniman unuk berkarya secara terus-menerus. Kritik merupakan umpan balik
karya seninya di masa mendatang.

3. Jenis kritik
a. Kritik jurnalistik
Kritik jenis ini disampaikan melalui media massa, seperti koran dan majalah. Cara ini bisa
dilakukan katika ada kegiatan pameran kemudian wawancara dan hasilnya dimuat dikoran/
majalah. Jenis kritikan ini masih pada tahap empati, yaitu hanya menilai baik dan kurangnya saja
berdasarkan pengamatan sepintas sehingga ulasnnya singkat/ tidak mendalam, namun padat.
b. Kritik pedagogik
Kritik jenis ini umumnya digunakan di kalangan akademisi, antara guru dan peserta didik. Dalam
kritik jenis ini kritik yang disampaikan bersifat mendidik dengan tujuan meningkakan
kematangan teknik dan estetik pesera didik. Ulasan yang disampaikan luwes, tidak keras tetapi
bersifat mendorong semangatpeserta didik untuk dan belajar meningkatkan prestasinya. Dalam
kritik ini guru menjeaskan dan menunjukkkan kelemahan-kelemahan dalam hal teknis dan
estetiknya, serta mengarahkan pesera didik berdasarkan bakat dan kemampuannya yang tepat.
c. Kritik ilmiah
Jenis kritik ini berusaha menampilkan analisis ilmiah dan mendalam yang dilengkapi dengan
data-data yang lengkap serta hasil evaluasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dalam kritik ini, berusaha memberikan nilai positif bagi perupa/ seniman dalam memperbaiki
dan menuangkan gagasan-gagasannya dalam karya seni rupa yang akan datang.
d. Kritik popular
Jenis kritik ini tidak jauh dari kritik jurnalistik. Namun, ummnya dilakukan secara spontan oleh
kriikus, pengamat maupun masyarakat setelah melihat sebuah karya seni. Oleh karena itu, hasil
kritikannya bisa berbeda-beda. Hal ini tergantung pada perhatian dan pemahaman seiap kritikus,
pengamat dan masyarakat yang menilai. Namun kecenderungan penilaian secara keseluruhan
terhadap kualitas karya seni ditentukan oleh pendapat mayoritas dari kritikus, pengamat dan
masyarakat yang menilai.
Jenis kritik ini banyak diterapakan saat ini, misalnya dalam berbagai kontes seni di tv, yang
kualitas penilaian dientukan melalui instrument, seperti polling SMS/ juri vote lock.

Perbedaan apresiasi dan kritik dalam seni


1. Dari segi pengertian
Apresiasi adalah memahami seluk-beluk Kritik seni adalah penyampaian pendapat
karya seni serta menjadi sensitive (peka) tentang karya seni
terhadap segi-segi estetikanya
2. Dari segi tujuan
Tujuan pokok penyelenggaran apresiasi seni Kritik seni bertujuan untuk menunjukkan
adalah menjadikan masyarakat “melek seni” kekurangan dan kelebihan suatu karya seni.
sehingga dapat menerima seni sebagaimana
mestinya.
3. Dari segi fungsi
Apresiasi Kritik
     Agar kita dapat meningkatkan dan     Untuk menjembatani persepsi dan
memupuk kecintaan kepada karya bangsa apresiasi, artistik dan estetik karya seni rupa,
sendiri dan sekaligus kecintaan kepada antara pencipta (perupa), karya, dan penikmat
sesama manusia.  karya seni rupa.
    Sebagai penikmatan, penilaian, empati dan     Bagi perupa, kritik seni berfungsi untuk
hiburan. mendeteksi kelemahan,mengupas kedalaman
serta membangun kekurangan pada karyanya.
    Bagi penikmat, kritik seni berfumgsi
membantu memahami karya, meningkatkan
wawasan dan pengetahuan terhadap seni
yangberkualitas
4. Dari sudut pandang
Apresiasi seni lebih cenderung kepada Kritik seni lebih cenderung kepada
bagaimana apresiator (penikmat) seni dapat bagaimana penikmat dapat menilai dan
memahami seluk-beluk tentang seni menunjukkan kekurangan dan kelebihan
suatu karyaseni

SEJARAH SENI RUPA

Macam Seni Rupa


● Seni Rupa Tradisional
Tradisional berasal dari kata “tradisi” yang memiliki arti bahwa suatu kelompok atau lembaga,
kebiasaan, artefak ataupun perilaku yang didasari oleh aturan maupun norma tertentu baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis dan diturunkan secara turun temurun dari suatu generasi ke
generasi selanjutnya.
Seni rupa tradisional adalah semua hal yang berkaitan dengan nilai-nilai filosofi di dalam suatu
komunitas masyarakat tertentu yang dijaga kemurnian dan keutuhannya secara turun-temurun.
Karya seni rupa tradisional diciptakan dan dibentuk kembali dengan mengikuti aturan yang ketat
berdasarkan sistem yang sesuai dengan keyakinan tertentu yang berada di masyarakat.
Karya seni rupa umumnya ditemukan dan dibuat di daerah yang masih memegang erat norma
atau adat istiadat yang diwariskan para leluhur.
Dalam konteks perkembangan seni rupa di Barat (Eropa), istilah seni rupa tradisional ini
menunjukkan pada otoritas penguasa agama (gereja), raja dan para bangsawan.
Para seniman tradisional menciptakan sebuah karya berdasarkan keinginan atau aturan yang
telah ditetapkan sesuai ”selera” institusi-institusi tersebut dan berlangsung dalam rentang waktu
yang panjang.
Perubahan umumnya terjadi pada fungsi dari benda-benda kriya tersebut semula sebagai benda
pakai atau benda-benda pusaka kini dukanan sebagai benda hias atau cindera mata.
Perubahan sistem sosial dan budaya masyarakat serta kemajuan teknologi berperan besar
mempengaruhi perubahan fungsi benda-benda tersebut.

Ciri-ciri Seni Rupa Tradisional:


▪ Bersifat distinktif (bersifat membedakan antara kebudayaan satu dengan yang lain)
▪ Bersifat impulsive (bersifat cepat bertindak/secara tiba-tiba/hanya spontanitas saja)
▪ Mengutamakan kegunaan/ fungsi, lebih dari estetika
▪ Penciptaannya selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktivitas dalam suatu budaya, bisa berupa
aktivitas religius maupun seremonial/istanasentris
▪ Terikat dengan pakem-pakem tertentu
▪ Tidak terpengaruh aliran dalam akademisi dan ruang lingkup seni murni.

Contoh karya seni rupa tradisional: ukiran Toraja, patung suku Asmat, batik tulis dsb

4. Seni Rupa Modern


Seni rupa modern adalah karya seni yang mulai muncul sekitar akhir abad ke-19. Seni rupa
modern adalah gaya atau metode seni baru yang tidak lagi mementingkan subyek tertentu.
Seniman modern menjadikan dunia yang dihadapi saat ini sebagai obyek lukisan seolah-olah
obyek tersebut baru diciptakan.
Para seniman modern bereksperimen mengeksplorasi menggunakan cara baru dalam melihat
sesuatu, dengan ide segar tentang alam dan material.
Seni ini sebenarnya seringkali lebih menuju ke arah abstrak. Salah satu syarat yang harus diikuti
oleh seni modern adalah kreativitas.
Biasanya dalam seni rupa modern selalu ditampilkan nama senimannya. Seni rupa modern ini
cenderung untuk menampilkan kesederhanaan yang bersifat universal.
Ciri umum dari seni rupa modern adalah semangat untuk terus menerus memperbaharui seni
yang sudah ada. Dengan ide atau gagasan, kita kerahkan kemampuan, kamauan, kemampuan
berfikir.

Kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu gagasan yang baik yaitu:
1. Survival: awet, tahan lama.
2. Unik: ciptaan belum pernah ada, beda dengan yang lain.
3. Ekspresif: ungkapan imajinasi, perasaan, curahan batin, ide yang dituangkan dalam karya.
4. Universal: yakni ciptaan yang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat.
5. pribadi(individual): yaitu memiliki ciri khusus.

Ciri-ciri Seni Rupa Modern:


▪ Dominan bentuk-bentuk geometris
▪ Fungsionalitas diprioritaskan
▪ Kreativitas
▪ Memutus hubungan dengan sejarah
▪ Minimalis
▪ Orisinalitas
▪ Penguatan dalam konsep
▪ Rasionalitas
▪ Tidak ada unsur ornament
▪ Tidak terikat pada pakem-pakem tertentu
▪ Universal
Contoh karya seni rupa modern:

Patung Seni lukis Grafis Terapan

Seniman Indonesia : Raden Saleh Syarif Bustaman, Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi,
Wahid Somantri, Agus Jaya Suminta, S. Soedjojono, Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, dan
Emira Sunarsa.

5. Seni Rupa Kontemporer


Kontemporer memiliki arti “kekinian” atau kondisi dan waktunya sama dengan saat ini. Seni
rupa kontemporer adalah sebuah istilah untuk karya seni rupa masa kini.
Seni rupa kontemporer adalah perkembangan seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Seni
rupa kontemporer digunakan sebagai istilah umum sejak istilah Contemporary Art berkembang di
Barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia II.
Seni rupa kontemporer ini telah berkembang di Indonesia dengan seiring semakin beragamnya
teknik dan medium yang digunakan untuk memproduksi suatu karya seni, juga karena telah terjadi
suatu percampuran antara praktik dari disiplin yang berbeda, pilihan artistik, dan pilihan presentasi
karya yang tidak terikat batas-batas ruang dan waktu.

Ciri-ciri Seni Kontemporer:


▪ Tidak terikat dengan aturan atau pakem/pedoman seni rupa zaman dulu
▪ Berkembang sesuai zaman
▪ Meleburnya batas-batas antara seni lukis, seni patung, grafis, omong kosong, anarki, hingga aksi
politik
▪ Tidak ada sekat antar berbagai disiplin seni
▪ Sering dijadikan komoditas pewacanaan
▪ Cenderung diminati media massa

Seniman: Gregorius Sidharta, Christo, dan Saptoadi Nugroho.

Patung Lukis Seni terapan

Grafis

Perbedaan dan Persamaan seni lukis modern dan kontemporer


Meskipun berbeda dalam pendefinisian, seni lukis modern maupun kontemporer memiliki
kesamaan. Keduanya mengekspresikan gagasan pribadi seniman. Muatannya bisa tentang apa saja,
bisa tentang masalah kemanusiaan, religi, opini, fantasi, absurditas, atau hal-hal lainnya.
Karakteristik seni seperti ini sangat menonjol pada seni yang berkembang dewasa ini.
Seni lukis modern devinisinya bisa menembus batasan ruang dan waktu, termasuk lukisan di
dinding gua ribuan tahun lalu. Lukisan ini tentu tidak mungkin dimasukkan dalam kategori seni
lukis masa kini (kontemporer). Sedangkan seni lukis kontemporer bisa dimasukkan dalam kategori
seni lukis modern karena ada unsur kebaruan dan kreativitas.
Berdasarkan definisi tersebut, lukisan-lukisan yang bisa dimasukkan dalam kategori seni lukis
modern dan kontemporer kadang tumpang tindih, karena seni lukis modern yang diciptakan pada
saat ini juga bisa disebut sebagai seni kontemporer

Perkembangan Seni Rupa

Menurut Kronologis, sejarah perkembangan seni rupa dimulai dari sejarah seni rupa Mesir, Eropa
Klasik, Renaissance, Barok dan Rokoko, sampai Seni Rupa zaman Modern. Seni rupa Mancanegara
ini berkembang di luar Asia berawal dari seni rupa timur purba hingga sejarah seni rupa modern.
Contohnya seni rupa timur ini bisa dilihat dari perkembangan seni rupa di Mesir. berikut ini adalah
seni rupa yang berkembang di luar Asia.

a. Seni Rupa Mesir


Perlu kamu ketahui, bahwa mesir adalah bangsa yang memiliki peninggalan kebudayaan
tertua di dunia sejak 3400 Sebelum Masehi. Bentuk karya-karyanya pun beranekaragam seperti
seni bangunan, seni patung, seni relief, seni lukis, dan seni kriya. Seni bangunan Mesir terdiri
dari bangunan mastaba, piramida, dan candi. Mastaba adalah tipe kuburan standar pada masa
awal Mesir. Mastaba adalah cikal bakal dari Piramida yang terkenal. Bangunan piramida dan
mastaba berfungsi untuk menyimpan mumi, sedangkan bangunan candi berfungsi sebagai tempat
untuk pemujaan. Piramid, patung, tugu, dan sphink, serta mumi adalah karya seni rupa yang
mencapai tahap klasik (puncak) karya seni rupa mesir.

b.Seni Rupa Eropa Klasik

Peninggalan Karya-karya seni rupanya berupa bangunan, patung, relief, seni lukis dan seni kriya.

1. Seni Rupa Yunani

Karya seni rupa yang berkembang di Yunani diantaranya seperti seni bangunan dan seni kriya.
Seni bangunan Yunani kebanyakan berbentuk istana serta bangunan megah lainnya. Seni lukis
Yunani bercorak dekoratif dengan objek alam. seni patungnya terbuat dari batu pualam dan
kayu. Dari segi keindahan, bangsa Yunani kuno menganggap keindahan karya seni terletak
pada insinyur keselarasan (harmoni) unsur rupa/ bentuk. Karya seni rupa yang berhasil adalah
yang menerapkan prinsip-prinsip geometri secara tepat pada karya yang dibuat. Kelompok
penganut pemikiran Phthagoras, mencoba menggambarkan bintang bersudut lima (pentagram)
kemudian berkembangan menjadi teori proporsi dan dinilai sebagai kunci keindahan.

2. Seni Rupa Romawi

Karya seni rupa Romawi yang dihasilkan diantaranya adalah seni bangunan. seni relief, seni
lukis dan seni kriya. Seni rupa Romawi dipengaruhi oleh nilai-nilai keindahan masa keemasan
karya seni rupa Yunani. Seorang pengarang Romawi, Vitruvius mengatakan bahwa banyak
sekali bangunan kuil dan kuburan yang meyerupai gaya seni rupa Yunani, namun bangunan
Romawi tetap memiliki ciri khas yang unik, terutama konstruksinya yang
melengkung-lengkung.

3. Seni Rupa Hellenis.


pada zaman Hellenisme sejak 336-323 Sebelum Masehi terjadilah akulturasi kebudayaan
antara Yunani, Mesir, dan Persia. Perpaduan kebudayaan ini melahirkan kebudayaan Hellenis
yang berpusat di kota Pergamon dan Rhodos. Seni rupa ini ditandai dengan emosi yang
berlebihan, hampir dibuat-buat dan menggunakan efek-efek yang ilusionistik untuk
mempertinggi realism. Corak patung potret gaya Hellenis pada dasarnya bersifat realis.

4.Seni Rupa Abad Pertengahan (Nasrani)

Seni rupa abad pertengahan adalah kumpulan karya dan konsep seni rupa yang memiliki ciri
khas yaitu keterikatan atas otoritas gereja yang mendominasi pemerintahan dan struktur sosial
masyarakat. Seni rupa abad petengahan bisa diklasifikasikan atas dua masa, yaitu
Zaman Romanesque, dan Gothic.

Ciri-ciri Arsitektur Romanesque

● Denah Bangunan berbentuk simetris berpola lingkaran, segi empat atau segi delapan.
Namun pada Gereja Denah Gereja berbentuk Salib, dengan Altar terletak di Timur
(menghadap Yerusalem).
● Gereja Romanesque memiliki karakteristik busur lengkung, yang terlihat pada pintu,
jendela, gang-gang Arcade, langit-langit, dan lainnya.
● Langit-langit menggunakan material berbahan batu menggantikan material kayu yang
mudah terbakar pada masa itu. Struktur langit-langit terdapat 2 jenis yaitu Barrel
Vault (sederhana) dan Cross Vault (Busur Bersilang).
● Kolom-kolom besar yang disebut Capital Coloumn, dibuat dengan dasar order Romawi
atau desain khas Romanesque. Kolom Romanesque berbentuk masif dan kokoh karena
untuk mendukung konstruksi atap dan kubah yang berat. Bentuk
kolom Capital terinspirasi dari Gaya Corinthian.
● Pintu masuk pada Bangunan Gereja didekorasi dengan dinding yang tebal ke arah dalam
menyerupai lorong. Diatas pintu masuk memiliki fitur relief yang disebut Tympanum.
Relief Tympanum biasanya menggambarkan penggalan cerita dari Injil.
● Jendela terlihat kecil dan sempit. Susunan kolom, busur dan pahatan dekorasi di sekeliling
jendela membuatnya terlihat lebih besar.
● Pada interior ruangan tidak terdapat kursi, umat beribadah dengan berdiri.
● Fitur atap berbentuk kerucut meruncing ke atas.
● Bangunan gereja memiliki 2 menara tinggi di bagian depan.
● Pada Bangunan Gereja Romanesque memiliki fitur ruang bawah tanah yang
disebut Crypt. Ruangan bawah tanah ini difungsikan untuk menyimpan beberapa
peninggalan dari para Santo (Orang Kudus).
Ciri-ciri Arsitektur Gotik

● Terdapat satu atau lebih menara pada bangunan. Biasanya terletak pada bagian depan
ataupun belakang bangunan. Dan pada masa Arsitektur Gothic menara difungsikan sebagai
isyarat adanya peribadatan di dalam gereja. 
● Menara gotik tersebut berkembang sampai saat ini, dan isyarat tersebut merupakan bunyi
lonceng yang ditempatkan dibagian atas menara.
● Arsitektur gotik menerapkan proporsi arsitektur yang berkesan agung, menjulang tinggi
melebihi skala manusia normal. Hal ini terjadi terutama pada bangunan-bangunan penting
seperti gereja dan istana. 
● Filsafat arsitektur Gotik adalah vertikalisme, transparan dan diafan.
● Adanya rib vaulting yang merupakan atap bangunan menyerupai membran dan memiliki
unsur arsitektural sebagai salah satu peninggalan bentuk arsitektur gothic.
● Penebalan kolom/tiang sebagai perkuatan struktur bangunan yang juga merupakan ciri
khas dari bangunan gothic. Jajaran kolom yang terpadu dengan rib voulting menjadi unsur
utama konstruksi bangunan.
● Berkembangnya Sistem flying buttress. Pada dasarnya ini adalah sistem triforium seperti
pada zaman arsitektur sebelumnya, namun arsitektur gotik lebih bereksperimen dalam hal
struktur. 
● Bidang penyangga triforium dicoak hingga menjadi struktur yang organik, lebih meruang
● Terdapat rose window (jendela berbentuk seperti mawar) pada bangunan. Secara
arsitektural hal itu digunakan untuk memasukan cahaya dan estetika. Sedangkan dari segi
religi, rose window dipakai sebagai symbol suatu firman Tuhan.
● Berkembangnya seni kaca patri (clear storey) yang dipasang di dinding bangunan. Hal ini
merupakan hasil perkembangan teknologi kaca pada masa itu yang diterapkan pada
bangunan. Gambar yang tersaji pada kaca patri banyak menceritakan sejarah keagamaan
dan tokoh-tokoh yang berpengaruh.

c. Seni Rupa Pada Zaman Ranissance (Pencerahan) sekitar abad ke-15 dan 16

Merupakan satu era kebangkitan kebudayaan eropa dari masa “kegelapan” yang dikuasai oleh
gereja, berpusat di Italia dan meluas hingga benua Eropa. Di zaman ini para cerdik pandai dan
seniman mendapat penghargaan yang tinggi dari masyarakat. Karya seni rupa yang sebelumnya
memusatkan diri pada karya yang bersifat pemujaan kepada keagungan Tuhan, mulai berkembang
kepada objek manusia dan alam. Waktu itu ilmu dan seni sudah mulai dikembangkan oleh para
tokoh-tokoh besar, di antaranya adalah Leonardo da Vinci, Michel Angelo Buonarroti, Raphael
Santi dan Galileo Galilei.

d. Seni Rupa Barok sekitar pertengahan abad ke-16 dan Rokoko sekitar abad ke-18

Istilah Barok berasal dari bahasa romawi (Baroque) yang berarti tidak beraturan. Gerakan ini
dipelopori oleh Michael Angelo dan Palladio pada pertengahan abad ke-16 sebagai awal pengaruh
seni Italia di daratan Eropa. Ciri utama seni rupa Barok adalah adanya kebebasan seniman untuk
mengekspresikan diri melalui karya-karyanya dan karyanya lebih hidup, bersifat dinamis, heroik,
serta kaya akan cahaya dan warna. Peter Paul Rubens dikenal sebagai pelopor seni rupa Barok,
selain itu tokoh yang lain adalah van Dijck, rembraandt van Rijn, El Greco dan Francesco Goya.

Ciri-ciri seni rupa zaman Barok adalah:


● Arsitektur: menggunakan warna-warna cerah, bermotif rumit, serta berkesan agung dan
kemuliaan
● Lukisan: menampilkan drama yang hebat, kebanyakan bertema keagamaan dan intensitas
cahaya serta bayangan gelap
● Patung: menampilkan pose yang memutarkan badannya, pose tidak terlalu dibuat seimbang dan
kebanyakan dibuat dari marmer
● Dekorasi:menggunakan bentuk yang simetris dan dirancang seimbang, motifnya memakai
bentuk dasar seperti lingkaran
● Perabotan: terkesan berat karena bentuknya besar, terkadang ada kursi yang ditempel di
dinding sehingga sulit dipindahkan

Pada abad ke-18, pengaruh gaya Barok dalam seni lukis, patung dan bangunan mulai
menunjukkan tingkat penurunan karena sudah mencapai puncaknya, kemudian muncul gaya baru
bernama gaya Rokoko. Gaya ini dinilai sebagai “penyelewengan” gaya Barok yang telah jenuh.
Seniman Barok mulai meninggalkan gaya simetris dan mulai menambahkan bunga, tanaman dan
permainan lainnya. Salah seorang tokohnya adalah Jean Antoine Werreau. Ciri gaya Rokoko
adalah terdapatnya hiasan yang berlebihan, baik pada bangunan, patung maupun seni lukis.

Ciri-ciri seni rupa zaman Rokoko adalah:


● Arsitektur: menggunakan warna gelap, bermotif sederhana, serta berkesan lebih ringan
● Lukisan: bernuansa hangat, menampilkan pose ceria, dan berlatarkan bangsawan sedang
tamasya
● Patung: menampilkan unsur alam, terbuat dari prselin/ keramik
● Dekorasi:menggunakan bentuk yang asimetris dan tidak seimbang, biasanya ada unsur S/
gelombang
● Perabotan: lebih kecil dan ringan

e. Seni Rupa Zaman Modern

Aliran Seni Rupa Modern 

1. Aliran Seni Rupa Naturalisme

Naturalisme merupakan aliran dalam seni rupa yang berusaha melukiskan sebuah objek yang
mempunyai kesamaan dengan keadaan alam.

Ciri-ciri aliran seni rupa naturalisme adalah wujudnya sama persis sesuai aslinya dan dapat dilihat oleh
mata kita. Perspektif, proposrsi, keseimbangan, pewarnaan, dan prinsip-prinsip yang dimiliki seni rupa
lainnya tergambar sesuai dengan pemandangan yang sebenarnya.
Kebanyakan dari aliran seni rupa naturalisme mengambil objek landscape atau pemandangan alam.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa naturalisme adalah Wakidi, Basuki Abdullah,
Gambir Anom, dan Abdullah Sudrio Subroto.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa aliran naturalisme adalah Theodore Rousseu,
Franss Hall, William Bliss Baker, dan William Hogart.

2. Aliran Seni Rupa Realisme

Fransisco de Goya
Realisme merupakan aliran seni rupa yang menggambarkan keadaan yang benar-benar nyata dan tidak
berfokus pada objek.

Ciri-ciri aliran seni rupa realisme adalah penggambaran sesuatu yang sangat diperhatikan dengan
detail. Khususnya untuk menciptakan kesan/ suasana dari objek tersebut sesuai kenyataan dan
memperlihatkan kebenaran, tidak menyembunyikan kebohongan pada kejadian yang terjadi serta tidak
menambahkan opini/ interpretasi tertentu
Kebanyakan dari aliran seni rupa realisme mengambil objek seperti manusia ataupun hewan dengan
ekspresi yang terlihat hidup sebagaimana kenyataannya. Realisme bukan merujuk pada tingkat
kemiripan dan keakuratan gambar/ lukisan dengan referensi tetapi lebih ke tema/ wacananya yang
realis.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa realisme adalah Tarmizi dan Basuki Abdullah.
Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa realisme adalah Charles Prancois, Fransisco
de Goya, Honore Daumier, dan Gustove Corbert.

3. Aliran Seni Rupa Romantisme

Raden Saleh
Romantisme merupakan aliran seni rupa yang lebih memperlihatkan nilai-nilai estetika, fantastis,
irasional, dan absurd. Pada umumnya menggambarkan kisah-kisah yang romantis atau dramatis.

Ciri-ciri aliran seni rupa romantisme adalah lebih memainkan warna cerah dan mecolok pada objek dan
benda disekitar objek. Biasanya aliran romantisme menggambarkan objek yang lebih sedikit.
Kebanyakan dari aliran romantisme ini mengambil objek manusia, khususnya objek pria dan wanita
dalam situasi yang romantis.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa romantisme adalah Raden Saleh.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa romantisme adalah Ferdinand Victor, Victor
Marie Hugo, Eugene Delacroix, Theoborre dan Gerriwult.

4. Aliran Seni Rupa Ekspresionisme

Afandi Ernest Ludwig Vincent Van Gogh

Ekspresionisme merupakan aliran seni rupa yang lebih bersifat subjektif karena keindahan terletak tidak
pada objek yang dilukis, melainkan tergantung pada pemaknaan/ penafsiran subyek yang memaknainya.
Karya memperlihatkan curahan batin pembuatnya secara general dan bebas, baik dari imajinasi, dalam
batin, ataupun perasaannya. Dengan demikian diharapkan penikmat bisa mengalami perasaan yang
sama.
Ciri-ciri aliran seni rupa ekspresionisme adalah lebih menekankan pada ekspresi ketakutan, kekerasan,
kesedihan, kemiskinan, dan ekpresi manusia. Aliran seni rupa ekspresionisme mengambil objek wajah
manusia dan ekspresi yang diperlihatkannya.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa ekspresionisme adalah Affandi, Popo Iskandar,
dan Srihadi Soedarsono.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa ekspresionisme adalah Vincent Van Gogh,
Ernest Ludwig, Emile Nolde, Paul Gaugiuin, Karl Schmidt, JJ. Kandinsky, dan Paul Klee.
5. Aliran Seni Rupa Impresionisme

Claude Monet
Impresionisme merupakan aliran seni rupa yang memperlihatkan kesan pada objek yang digambarkan
secara sekilas atau selintas saja.

Ciri-ciri aliran seni rupa impresionisme adalah objek yang digambarkan tanpa memperlihatkan detail
yang khusus dan cenderung kabur atau blur.
Sebagian besar aliran seni rupa impresionisme mengambil objek manusia dan ada juga yang hewan.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa impresionisme adalah Solichin, Kusnadi, Zaini
dan Affandi.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa impresionisme adalah Claude Monet, Casmile
Pissaro, Vincent Van Gogh, Aguste Renoir, Mary Cassat, dan Edward Degas.

6. Aliran Seni Rupa Kubisme

Pablo Ruiz Picasso

Kubisme merupakan aliran seni rupa yang cenderung memperlihatkan abstraksi objek ke dalam bentuk
geometri tertentuk untuk mendapatkan nilai seni yang indah.
Ciri-ciri aliran seni rupa kubisme adalah dalam penggambarannya, objek dirubah dalam kombinasi
bidang-bidang seperti persegi, segitiga, lingkaran, dan sebagainya.
Objek yang digambarkan biasanya berupa manusia dan hewan, dengan background alam atau bangunan.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa kubisme adalah Fajar Sidik dan Srihadi
Sudarsono.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa kubisme adalah Pablo Ruiz Picasso, Gezanne,
Metzinger, Salvador Felip Jacint Dali Domenech, Albert Glazes, Barque, Fernand Leger, Robert
Delaunay, Francis Picabia, dan Juan Gris.
7. Aliran Seni Rupa Fauvism

t
Fauvisme merupakan aliran seni rupa yang menekankan pada corak warna yang bebas, imajinatif, dan
liar. Aliran seni rupa ini muncul sekitar abad ke XX Masehi.

Ciri-ciri aliran seni rupa fauvisme adalah wujud dari objek yang digambar tidak terlalu penting, keliaran
gambar sangat ditonjolkan, dan memiliki warna yang imajinatif.
Beberapa pelukis ada yang melukis fauvisme ini dalam bentuk landscape dan ada pula yang tidak terikat
pada objek tertentu.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa fauvisme belum diketahui.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa fauvisme adalah Henry Matisse, Rauol Dufi,
Andre Dirrain, Maurice de Vlamink Paul Cezanne, Paul Gauguin, Gustave Moreau, dan Kess Van
Dongen

8. Aliran Seni Rupa Dadaisme

Dadaisme merupakan aliran seni rupa yang justru dianggap anti seni dan anti perasaan karena aliran seni
rupa ini lebih menggambarkan refleksi kekerasan dan kekasaran.

Ciri-ciri aliran seni rupa dadaisme adalah gambar suatu objek cenderung berbau kekerasan, kasar, dan
bersifat kritikan, sindiran ataupun plesetan.
Objek yang dijadikan bahan lukisan tanpa batasan dan sangat beragam, baik benda, manusia, hewan
ataupun tumbuhan.
Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa dadaisme adalah Hendra Gunawan.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran dadaisme adalah Juan Gross, Guillaume Apollinaire,
Marcel Duchamp, Max Ernst, Hans Arp, dan Picabia.
9. Aliran Seni Rupa Futurisme

Futurisme merupakan aliran seni rupa yang sangat menekankan keindahan gerak, garis, visual, dan warna
sebagai aliran seni rupa anti kubisme yang dikatakan statis.

Ciri-ciri aliran seni rupa futurisme adalah gambar suatu objek digambarkan dalam bentuk sedang
bergerak, sehingga memiliki gerak bayang disekitarnya.
Objek yang dijadikan bahan lukisan biasanya adalah makhluk hidup, misalkan kuda yang berkaki lebih
dari 4 karena digambarkan sedang bergerak dalam model bayangan.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa futurisme belum diketahui.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa futurisme adalah Boccioni, Carlo Cara,
Severini, Umberto, Ruigi Russalo, dan Gioccomo Ballad.

10. Aliran Seni Rupa Surealisme

Salvador Dali

Surealisme merupakan aliran seni rupa yang ditujukan untuk menggambarkan objek yang sering
dijumpai dalam mimpi atau imajinasi alam bawah sadar.

Ciri-ciri aliran seni rupa Surealisme adalah penggabungan antara dua objek nyata yang berbeda wujud
dan terkesan aneh. Objek yang digabung dalam lukisan bisa benda mati dan makhluk hidup, asalkan bisa
menjadi unik.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran surealisme adalah Gusti Putu Saderi dan Abdul Rahman.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran surealisme adalah Andre Masson dan Salvador Dali.
11. Aliran Seni Rupa Post Modern / Kontemporer

Kontemporer merupakan aliran seni rupa yang tidak terikat oleh pakem dan berkembang sesuai
perkembangan zaman. Aliran seni rupa ini merefleksikan situasi dan waktu secara tematik.

Ciri-ciri aliran seni rupa kontemporer adalah penggambaran objek berupa refleksi situasi dan waktu
yang tematik. Objek yang digambarkan adalah objek yang dinamis, ekspresif, dinamis, dan mencolok.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa kontemporer adalah Jim Nyoman Nuarta,
Supankat, Sprinka, dan Angelina P.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa kontemporer adalah Frank Auerbach, Richard
Artschwager, dan Ida Applebroog.

12. Aliran Seni Rupa Konstruktivism

Konstruktivisme merupakan aliran seni rupa yang sangat menekankan pada penggambaran seni sebuah
bangunan.

Ciri-ciri aliran seni rupa konstruktivisme adalah objek utama yang dilukis merupakan bangunan dengan
latar berada disekitar bangunan dari sudut gambar.
Objek berupa bangunan klasik, modern, kuno, dan bangunan yang lainnya.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa konstruktivisme adalah Jim Nyoman Nuarta,
Supankat, Sprinka, dan Angelina P.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa konstruktivisme adalah Laszlo Moholy-Nagy,
Liubov Popova, Victor Pasmore, Oskar Schlemmer, dan Naum Gabo.

13. Aliran Seni Rupa Popular Art / Pop Art

Populer art adalah aliran seni rupa yang muncul akibat kejenuhan pada seni tanpa objek yang jelas.
Ciri-ciri aliran seni rupa pop art adalah sebagian besar karya seni rupa pop art berupa seni rupa karikatur
yang menggambarkan kritik, humor, ataupun sindiran. Objek biasanya berupa manusia yang
digambarkan secara perspektif atau cara pandang lain.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa pop art adalah Nyoman Nuarta dan Ris Purnomo.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa pop art adalah Tom Wasselman, Claes
Oldenburg, George Segal, Yoseph Benys, dan Cristo.

14. Aliran Seni Rupa Abstraksionism

Abstraksionisme merupakan aliran seni rupa yang berkembang bertujuan untuk melepaskan diri dari
sensasi-sensasi figuratif suatu objek. Aliran seni rupa ini sangat menghindari peniruan objek secara
mentah dan menggantu bentuk dan porsinya.

Ciri-ciri aliran seni rupa Abstraksionisme adalah memiliki dua aliran, yaitu abstraksionisme geometri
dan abstraksionisme nonfiguratif.
Abstraksionisme geometri berbentuk objek abstrak geometris murni. Sedangkan abstraksionisme
nonfiguratif berbentuk garis dan warna.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa abstraksionisme adalah Fajar Sidik dan Zaini.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa abstraksionisme adalah El Lisitzky, Wassily
Kadinsky, Alexander Rodchenko, dan Naum Goba.

15. Aliran Seni Rupa Neo – Klasik

Neo – Klasik merupakan aliran seni rupa yang bersifat klasik, objektif, dan rasional. Aliran seni rupa ini
muncul pertama kali setelah pecahnya revolusi Perancis.

Ciri-ciri aliran seni rupa Neo – Klasik adalah digambar dalam wujud hiperbolis/ dilebih-lebihkan,
seimbang dan harmonis, menggunakan batasan warna yang bersih dan statis, raut muka tenang dan
berkesan agung. Objek yang digambar berlatar istana sentris dan akademis. Lukisan terikat pada
norma-norma intelektual akademis.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa Neo – Klasik belum diketahui.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa Neo – Klasik adalah Jean August dan
Dominique Ingres.
16. Aliran Seni Rupa Pointilisme

Pointilisme merupakan aliran seni rupa yang menggambarkan suatu objek menggunakan titik-titik.

Ciri-ciri aliran seni rupa pointilisme adalah ketika objek digambar maka akan terlihat jelas dari
kejauhan, dan agak membaur jika dinikmati dari dekat. Titik yang digunakan terdiri dari berbagai
macam variasi, baik tebal tipis, besar kecil, ataupun berwarna hitam putih.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa pointilisme adalah Keo Budi Harijanto dan
Rijaman.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa pointilisme adalah Vincent van Gogh dan
Serat’s La Parade.

17. Aliran Seni Rupa Primitif

Primitif merupakan aliran seni rupa yang memperlihatkan sebuah objek berdasarkan gaya penggambaran
yang primitif di dinding goa.

Ciri-ciri aliran seni rupa primitif adalah objek yang digambar berupa manusia, hewan, dan tumbuhan
dalam bentuk garis sederhana. Detail objek tidak di tonjolkan, hanya pada penggambaran yang
minimalis berupa garis sederhana.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa primitif adalah S. Sudjojono.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa primitif adalah Ricardo Ponce.
18. Aliran Seni Rupa Optik

Optik merupakan aliran seni rupa yang memperlihatkan objek manipulasi visual yang bisa menipu
penglihatan mata.

Ciri-ciri aliran seni rupa optik adalah objek yang digambar hanya berupa bidang, garis, atapun objek
yang hanya berwarna hitam putih. Gambar mempunyai bentuk sederhana dan tidak mempunyai detail
yang rumit.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa optik adalah Agus Djaja.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa optik adalah Walter Gropius dan Bridget
Louise Riley.

19. Aliran Seni Rupa Pittura Metafisica

Pittura metafisica merupakan aliran seni rupa yang memperlihatkan sebuah objek dengan sentuhan atau
goresan metafisica. Aliran seni rupa ini merupakan penentang aliran kubisme dan futuristik.

Ciri-ciri aliran seni rupa pittura metafisica adalah objek yang digambarkan biasanya berbentuk boneka
yang erat dengan hal yang bersifat metafisica dan biasanya berupa manusia yang sedang melakukan
aktifitas dengan latar belakang tertentu.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa pittura metafisica belum diketahui.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa pittura metafisica adalah Carlo Carra dan
Giorgio de Chirico.
20. Aliran Seni Rupa Gotik

Gotik merupakan aliran seni rupa yang memperlihatkan suatu objek dengan garis tebal dan bentuk
ramping serta menekankan sesuatu berdasarkan pemilihan warna.

Ciri-ciri aliran seni rupa gotik adalah objek yang digambarkan biasanya adalah tokoh suci, raja, ratu,
ataupun kesatria. Biasanya lukisan dengan aliran seni rupa gotik terdapat di kerajaan-kerajaan, rumah
ibadah, dan juga kastil atau bangunan klasik.

Tokoh Indonesia yang mempopulerkan aliran seni rupa gotik belum diketahui.

Tokoh Luar Negeri yang mempopulerkan aliran seni rupa gotik adalah Van Eyck, Mathias Grunnewald,
Albert Durer, dan Pieter Droughel.

Anda mungkin juga menyukai