Anda di halaman 1dari 27

Kritik Seni

Teori kritik seni mencakup segala sesuatu yang berhubungan


dengan persyaratan dan metodologi yang diperlukan dalam
kegiatan mengapresiasi seni.

2 pendekatan yang dilakukan untuk membangun teori kritik


seni :
1. Berakar pada pendekatan filsafat metafisis yang melahirkan
tipe kritik yang bersifat dogmatis
2. Pendekatan empiric modern yang menggunakan data
objektif sebagai basis penilaian karya seni
Sampai sekarang eksistensi kritik seni masih menjadi perdebatan.
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai kritik seni.
• Dewey : kritik seni seharusnya merupakan aktivitas evaluasi,
karya seni adalah objek pengamatan estetik, kritik tidak perlu
sampai pada penyimpulan nilai, penghakiman, karena dengan
deskripsi dan pembahasan yang lengkap sudah mencukupi bagi
penangkapan makna estetis.
• Aschner, dkk : kritik sebagai usaha pemahaman dan
penikmatan karya seni. Kritik sebagai kajian rincidan apresiatif
dengan analisis yang logis dan argumentatif untuk menafsirkan
karya seni. Aktivitas evaluasi kritik harus sampai pada
pernyataan nilai baik dan buruk. Bahkan sampai penentuan
kedudukan karya seni dalam konteks karya yang sejenis.
• Kuspit : aktivitas kritik merupakan seni tersendiri, artinya
seorang kritikus adalah individu kreatif yang mengungkap
makna seni.
Tujuan kritik seni :
• Evaluasi seni
• Apresiasi seni
• Pengembangan seni ke taraf yang lebih kreatif dan
inovatif.

Fungsi kritik seni :


• Bagi masyarakat kritik seni berfungsi untuk memperluas
wawasan seni.
• Bagi seniman kritik tampil sebagai ‘cambuk’ kreativitas.

Dalam kritik seni terdapat 3 asumsi penting :


• Kritik sebagai apresiasi seni
• Kritik sebagai aktivitas penghakiman
• Kritik sebagai aktivitas seni tersendiri
1. Alat Kritik Seni
Tingkat kepakaran seorang kritikus menuntut keahlian dan
persyaratan tersendiri, sehingga bobot penilaian yang dilakukannya
cukup meyakinkan bagi para pembaca.
• Seorang kritikus harus mempunyai cita rasa seni yang terbuka,
artinya mempunyai kapasitas menghargai kreativitas artistic yang
sangat beragam.
• Seorang kritikus memerlukan studi formal di lembaga tinggi
kesenian, khususnya tentang sejarah kesenian dan sejarah
kebudayaan.
• Seorang kritikus harus berpengalaman mengamati dan
menghayati seni secara orisinal, baik di studio, gedung
pertunjukan, sanggar, maupun di museum.
• Seorang kritikus harus mampu secara imajinatif merekapitulasi
factor teknik karya seni, sehingga mengetahui bagaimana proses
pembuatan karya yang menjadi objek kritiknya.
• Seorang kritikus perlu mengetahui betul peristilahan seni,
style seni, fungsi seni, opini penting para seniman dan pakar
estetika secara periodic, di samping memahami konteks
sosial dan kebudayaan yang melatarbelakangi kreasi seorang
seniman.
• Seorang kritikus harus paham betul perbedaan antara niat
artistic dengan hasil atau pencapaian artistic, sehingga
mampu melihat kesenjanagn antar keduanya.
• Seorang krirtikus harus mampu melawan bias atau simpati
terhadap karya seniman yang dikenalnya secara pribadi.
• Seorang kritikus harus memiliki keadaan kritis.
• Seorang kritikus seni profesional harus memiliki
temperamen judicial, dalam praktiknya ini berarti
kemampuan menilai seni dengan cara yang tidak tergesa –
gesa.
Tipe Kritik Seni (Feldman)
3. Penyajian Kritik Seni
Kritikus yang baik secara sadar memahami
bentuk, proses, bahkan sistem yang
digunakannya untuk mencapai
kesimpulan dari kritiknya. Menurut
Feldman (1967:469) dalam teori kritik
seni dikenal empat tahap untuk
menyajikan kritik seni.
a. Deskripsi
• Deskripsi adalah suatu proses pengumpulan data karya
seni yang tersaji langsung kepada pengamat.
• Kritikus dituntut untuk menyajikan keterangan
secara objektif yang bersumber pada fakta yang
terdapat pada karya seni.
• Dalam pembuatan deskripsi, kritikus perlu
menghindari interpretasi pada karya seni yang sedang
dikritiknya.
• Deskripsi berarti menguraikan fakta seni sesuai
dengan kenyataan sebenarnya, tanpa tafsiran yang
sifatnya ilusif dan imajinatif.
b. Analisis
• Pada tahap ini tugas kritikus adalah
menguraikan kualitas elemen seni.
• Hasil analisis karya seni ini selanjutnya akan
menjadi fakta objektif para kritikus dalam
menafsirkan karya seni.
• Pada dasarnya tahap analisis adalah mengkaji
kualitas unsur pendukung dari subject matter
yang telah dihimpun pada tahap deskripsi.
c. Interpretasi
• Proses mengemukakan arti atau makna karya seni dari hasil
deskripsi dan analisis yang cermat.
• Tidak bermaksud untuk menilai karya seni, kritikus berada
dalam posisi untuk memutuskan apa makna seni, tema karya,
masalah artistik, masalah intelektual karya seni, dan akhirnya
menyimpulkan karya seni sebagai satu kesatuan yang utuh.
• Kritikus bertolak dari data deskripsi dan analisis yang telah
dilakukan untuk menghasilkan sebuah hipotesis tentang karya
seni yang bersangkutan. Namun, objek seni adalah hasil karya
manusia yang tidak bisa lepas dari aspek sistem nilai
penciptanya. Oleh karena itu, karya seni tidak dapat dipisahkan
dari wahana ide senimannya.
• Pentingnya sosok seorang kritikus, menemukan
gagasan apa yang terdapat pada sebuah karya seni
dan selanjutnya mengungkap apa makna dari karya
seni tersebut.
• Pernyataan seniman ditempatkan sebagai material
yang perlu dikonfirmasikan dengan metode analisis
dan interpretasi kritikus. Kebenaran sebuah
pernyataan harus dapat diamati pada karya seni. Jika
tidak, maka kritikus dapat melihat adanya
kesenjangan antara aspek konseptual dengan
prestasi atau pencapaian artistik.
• Penghayatan terhadap kualitas formal sebuah
karya seni yang terorganisasi menjadi satu
kesatuan dan kesatuan tersebut yang menjadi
makna karya yang harus ditemukan oleh
seorang kritikus.
• Salah satu masalah sentral dalam estetika dan
kritik seni adalah tidak adanya jalan untuk
menghindari persepsi seni organisisme
manusia.
d. Evaluasi
Tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas suatu karya
seni bila dibandingkan dengan karya lain yang sejenis.
Mengevalusi atau menilai secara kritis dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
• Mengkaitkan sebanyak-banyaknya karya yang dinilai
dengan karya yang sejenis
• Menetapkan tujuan atau fungsi karya yang ditelaah
• Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan
“menyimpang” dari yang telah ada sebelumnya
• Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus
dan segi pandang tertentu yang melatarbelakanginya
• Evaluasi karya seni dengan metode kritis berarti
menetapkan rangking sebuah karya dalam hubungannya
dengan karya lain yang sejenis untuk menentukan kadar
artistik dan faedah estetiknya.
• Dalam aktivitas ini dikenal model evaluasi dengan studi
komparatif historis.
• Kritikus perlu mengenali dengan seksama sebanyak
mungkin gaya artistik, aliran seni, pengaruh komunikasi
dalam pertukaran artistik modern, perluasan lahan
kreativitas, serta orisinalitas dalam sejarah kesenian.
• Membandingkan karya sekarang dengan karya terbaik di
masa lampau dalam tipologi dan konsep seni yang sama
bukan berarti mengimitasi masa lampau.
Jenis Penilaian Kritik Seni

Pendekatan
Instrumentalistik
Pendekatan Formalistik (1)

• Pada dasarnya, kehidupan seni memiliki


dunianya sendiri.

• Artinya, terlepas sama sekali dari realitas


kehidupan keseharian yang kita alami.

• Kriteria untuk menentukan ekselensi karya seni:


Manificant form (kapasitas bentuk seni yang
melahirkan emosi estetik bagi pengamat seni.
Pendekatan Formalistik (2)

• Clive Bell  “Art is be art, must be


independent and self suficient”

• Ia mempertentangkan metode kritisme formalis


dengan teori seni imitasi yang menekankan
hubungan seni dengan pengalaman manusia di luar
seni.
• Seseorang cukup menggunakan bekal cita
rasanya dalam mengapresiasi bentuk, warna, dan
ruang 3 dimensional.
Pendekatan Formalistik (3)

• Roger Fry  menggunakan istilah plastic drama

• Menurutnya, unsur desain terdiri atas garis,


volume, cahaya, bayang, dan warna.

• Jadi, kritik seni formalis mendasarkan kriteria


ekselensi seni pada kualitas integratif tatanan
formal karya yang mengutamakan relasi antar
unsur visual yang terjalin padu dalam sebuah
karya seni.

LANJUT…
Pendekatan ekspresivistik (1)
Kritik seni ekspresivisme menentukan kadar
keberhasilan seni atau kemampuannya
membangkitkan emosi secara efektif, intensif, dan
penuh gairah.

Karya seni yang baik dapat menggetarkan


perasaan jauh lebih kuat dari pada perasaan
keseharian pada saat kita melihat realitas
yang sama.
Pendekatan ekspresivistik (2)
Salah satu kriteria dalam melakukan analisis seni
apresiasi dan penilaiannya memakai kriteria
pengalaman individual seniman.
(Ekspresi diri, komunikasi emosi, dan pembahasan
pengalaman
• estetik).

Menganggap karya seni sebagai sarana


komunikasi dan rekaman pengalaman
seniman.
LANJUT…
Pendekatan Instrumentalistik (1)

• Kreasi artistik tidak terletak pada kemampuan


seniman untuk mengolah material ataupun pada
masalah internal karya seni.

• Keberhasilan karya seni berurusan dengan akibat


dari gagasan yang diekspresikan lewat seni kepada
masyarakat.

• Perasaan keindahan lebih bermakna jika seseorang


menyerapnya secara tak sadar, namun tujuan
seninya dapat tercapai dan bermanfaat, baik
secara intelektual maupun emosional.
Pendekatan Instrumentalistik (2)

• Seni sebagai sarana untuk memajukan dan


mengembangkan tujuan moral , agama,
politik, dan bebrbagai tujuan psikologi
dalam kesenian.

• Contoh karya instrumentalis : karya yang


dibuat atas pesanan para pendeta, gereja,
hartawan, bangsawan, istana, dan kelas elit
lainnya.

• Secara ekstrim menekankan peran seni


untuk mengiustrasikan gagasan politik dan
sosial.
Pendekatan Instrumentalistik (3)

Kritik marxis : menggunakan seni untuk


perjuangan kelompok, perjuangan buruh di
bawah tekanan kaum kapitalis.

• Kesulitan penafsiran seni instrumentalis


dalam sejarah penialaian adalah kenyattan
bahwa seni dapat dikagumi dengan alasan
yang berbeda.

• Contoh: Patung zaman Romaneska dan


candi-candi.
Perbedaan ketiga
jenis penilaian

Formalistik
Ekspresivistik Instrumentalis
tik

Mengutamakan Menekankan
keindahan Menekankan pada tujuan
bentuk seni. pada ekspresi dan
pribadi manfaatnya
bagi
masyarakat
ありがとうございます

Anda mungkin juga menyukai