Anda di halaman 1dari 10

JURNAL

Vol 1 Nomor 1 2020


e- ISNN : 0000-0000

MENGANALISA LUKISAN BERGAYA EKSPRESIONISME BERJUDUL


THE SCREAM KARYA EDVARD MUNCH

Abstract
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki berbagai macam
suku, budaya, tradisi dan seni. Setiap daerah di Indonesia memiliki
karakteristik masin–masing, salah satu nya adalah seni lukisan.
Pengertian seni banyak mengalamai perubahan menurut sejarah
seninya.Pada jaman Yunani seni itu imitasi atau bentuk tiruan alam,.
Menurut Ki Hajar Dewantara Seni adalah segala perbuatan manusia yang
timbul dari perasaannya dan bersifat indah sehingga dapat menggerakkan
jiwa perassan manusia. Dari banyaknya pendapat diatas, dapat ditarik
pendekatan yaitu Seni adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-
bentuk yang mengelokan dan memuaskan kesadaran kemudian kita dan
rasa indah ini terpenuhi bila kita menemukan harmoni dari Diantara
cabang-cabang seni, seni lukis merupakan cabang yang paling tua, paling
awal dikenal dan diciptakan manusia. Dari peninggalan sejarah, diketahui
bahwa cabang seni berupa lukisan telah dikenal dan diciptakan manusia
kira kira 60.000 - 10.000 tahun yang lalu. Jauh sebelum bahasa tertulis
dikenal manusia yaitu berupa lukisan – lukisan hewan buruan, hewan
buas, serta tangan – tangan di dalam dinding goa. Selama perkembangan
nya seni lukis ini menghadirkan aliran – aliran baru yang absurd dan tidak
sedikit dari para seniman yang melibatkan alam bawah sadar yang
membebaskan dari pakem – pakem objek yang sudah ada sebelumnya.

This work is licensed under a CC-BY-NC

1
Menganalisa Lukisan Bergaya Ekskpresionis Karya Edvard Munch

PENDAHULUAN

Berkarya dalam bidang seni merupakan salah satu bentuk proses


pengekspresian manusia. Proses dalam berkarya seni memiliki beberapa langkah.
yang pertama kali dilakukan oleh pelukis adalah mencari ide, gagasan
menggunakan perasaannya dan melihat akan kejadian – kejadian berkesan bersifat
pribadi yang tersekesan bebas, tidak terikat. Pengalaman yang dirujuk pada hal-
hal yang unik, sedih, senang, bahagia, depresi atau hal-hal yang tidak wajar inilah
yang mampu memberikan pembelajaran yang lebih bagi para Seniman atau
dengan menyaksikan kejadian-kejadian penting yang pernah terjadi di lingkup
sosialnya. Lalu setelah mereka dapat menggali peristiwa maupun fenomena yang
diangkat mereka dapat menuangkan nya dalam berbagai bentuk karya, seperti seni
lukis, musik, tarian, dan lain – lain dan yang menjadi topik pembahasan bentuk
berkarya saya adalah Seni Lukis.

Seni lukis adalah bentuk visual 2 dimensi yang tergabung atas unsur -
unsur seperti, garis, bidang, bentuk, warna dan tesktur dapat ditangkap oleh panca
indra khususnya mata dan bernilai indah jika dilihat secara seksama, seolah – olah
mengajak penikmat seni maupun awam untuk melakukan penilaian mendalam,
bentuk-bentuk visual yang unik sering dipahami penikmat, bahkan banyak dari
penikmat seni yang terbawa suasana dari bentuk lukis yang di amatinya.Kekuatan
seni adalah melukiskan kedalaman peristiwa yang sebenarnya tidak tampak dan
tidak terlukiskan sebelumnya, memperkatakan hal yang tidak terumuskan,
membunyikan hal yang tidak tersuarakan, ataupun menarikan inti pengalaman
batin yang tidak terungkap Perkembangan seni rupa telah menghasilkan berbagai
pembaharuan mengenai penciptaan karya seni, dari zaman dahulu hingga zaman
moderen ini .

Salah satu diantaranya adalah berkembangnya teori kejiwaan tentang alam


imajiner atau imajinasi yang dapat menghasilkan karya seperti karya surealisme
dan abstrak, ekspresionisme. Seni modern juga merupakan seni yang tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu dan tidak akan luput oleh zaman, yang menjadi
tolak ukurnya adalah kreatifitas dalam mengolah unsur dan menyingkapi batin

2
seniman nya secara bebas melepaskan segala macam presepsi atau aturan tentang
objek. Aktifitas melukis atau bukan lah sekedar menaruh padukan warna diatas
permukaan bidang datar dengan menggunakan alat seperti; kuas, pisau palet atau
alat lukis lainnya belaka melainkan melukiskan keadaan dari perasaan seniman
nya dengan tehnik serta media tertentu Seni lukis adalah hasil pengungkapan
ekspresi seseorang individu yang penuh cita ingin menyampaikan gejolak di
hatinya pernyataan atau wujud keakuannya sebagai kehadirannya di masyarakat
tanpa ikut campur tangan dan kehendak di luar seniman nya (Kandisky, 2007:vii).
Melalui ungkapan diatas aktifitas dapat diambil kesimpulan bahwa penciptaan
seni lukis seni lukis cenderung mengkondisikan pencarian pengalaman estetis dan
pengalaman pribadi

Seni lukis merupakan bagian seni rupa yang paling terkenal dan banyak
peminat di Indonesia di bandingkan dengan seni kriya, seni patung, seni
pertunjukan dan cabang seni lainnya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
peyelanggaraan pameran lukisan yang berada di Indonesia dibanding dengan
karya seni lainnya. Selama perkembangan nya Banyak sekali para seniman lukis
yang terkemuka di dunia, Para tokoh seniman tersebut tidak disadari mempunyai
sebuah ciri khas yang berbeda dan unik.

METODE

Metode penelitian yang di gunakan oleh penulis dalam melakukan sebuah


penelitian yaitu metode penelitian kualitatif dengan menggunakan data primer.
Penelitian metode kualitatif yang penulis gunakan memiliki sebuah tujuan untuk
meneliti dan mengetahui sumber informasi yang dilakukan secara langsung
dengan melakukan observasi melalui karya tulis dan studi pustaka. Menurut
Swanto Sutojo & Michael Setiawan(2003) Penelitian yang dilakukan oleh penulis
ini bertujuan untuk mengetahui suatu informasi dengan cara mendeskripsikan
rincian beberapa informasi yang di peroleh dalam bentuk kata-kata dan penulisan
ilmiah yang baik dan benar pada suatu objek permasalahan yang bersifat fakta
dengan memanfaatkan metode penelitian kualitatif yang digunakan untuk

3
Menganalisa Lukisan Bergaya Ekskpresionis Karya Edvard Munch

melakukan penelitian terhadap objek yang di bahas Untuk itu penulis memperoleh
data primer melalui beberapa jurnal dengan mencari beberapa sumber. Dalam
melakukan penelitian tersebut penulis mendapatkan beberapa informasi dari hasil
pencarian yang jelas, akurat dan terpercaya karena data yang dihasilkan dari
observasi secara langsung dapat dipertanggung jawabkan oleh pihak yang
bersangkutan pada saat observasi. Penulis memberikan beberapa pernyataan
mengenai seni lukis secara universal dengan teknik pengumpulan data primer dan
sekunder yang peneliti lakukan dengan cara membaca karya tulis berupa jurnal
atau buku yang bertujuan agar sumber yang didapat terlihat lebih nyata yang
berhubungan dengan mengkaji karya seni lukis yang berjudul the “SCREAM”
karya Edward Munch

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pembuatan karya seni berupa lukisan, ada beberapa hal yang
penting untuk diperhatikan.Secara keseluruhan nya dapat menentukan makna.
Seni lukis merupakan tempat untuk merepresentasikan dan pengekspresian diri, di
mana ekspresi tersebut diyakini mampu menjadi media pembelajaran terhadap
penonton melalui pesan- pesan tersirat yang disampaikan melalui karya tersebut
bisa berupa sindiran, perbaikan, atau pesan – pesan positif maupun negatif lain
nya. Dalam perkembangan nya seni lukis menghadirkan berbagai macam banyak
aliran-aliran dan coraknya. Unsur-unsur rupa juga disebut unsur-unsur rupa,
unsur-unsur formal atau unsur-unsur desain. Unsur-unsur rupa adalah garis,
bentuk, warna, gelap terang atau nada, Dalam perkembangan nya seni lukis di
dunia terdapat banyak aliran-aliran dan coraknya contohnya adalah, realisme,
impresionisme, romantisme, ekspresionisme, fauvisme, kubisme, surealisme,
abstrack, pop art, aliran yang akan dibahas adalah aliran Eskpresionisme.

Ekspresionisme berasal dari kata ekspresi. Pengertian ekspresi adalah


ungkapan perasaan pelaku seni. Perasaan yang dapat dimaknai dengan membagi
sikap serta nilai. Ekspresi diartikan juga sebagai mimik wajah atau kesan wajah
untuk menyatakan atau mengungkapkan maksud perasaan atau melukiskan

4
perasaan dan penginderaan batin yang timbul dari pengalaman-pengalaman
pribadi yang terjadi di dalam hidupnya yang diterima tidak hanya panca indera,
melainkan juga oleh jiwa seseorang. Ekspresionis sendiri adalah kecenderungan
seorang seniman untuk merubah kenyataan bentuk dan warna untuk
menghadirkan emosi ataupun kesan dalam perasan manusia yang biasanya
dihubungkan dengan kejadian yang menyedihkan atau tragedi. Istilah
ekpresionisme digunakan oleh Herwald Waldendalam majalahnya Derstum tahun
1912. Biasanya berupa karya lukis dan grafis pada era pertengahan abad dengan
efek-efek emosional.Gaya ekspresionis biasa ditemukan di karya lukisan, buku,
serial film, dan musik ataupun tarian. Emosi yang dimaksudkan adalah perasaan
seperti depresi, stress, marah.

Pelaku aliran ekspresionisme memiliki pendapat bahwa‘Art is an


expression of human feeling’ atau Seni adalah sebagai media pengungkapan dari
perasaan manusia. Aliran ini terutama berkaitan dengan apa yang telah dialami
oleh seseorang. Seniman menggambarkan perasaan dan emosi yang timbul dari
pengalaman eksternal maupun internal yang diterima. ketika menciptakan suatu
karya seni. Penggiat aliran Benedetto Croce (1866-1952) menyatakan bahwa Seni
adalah pengungkapan dari kesan-kesan (art is expression of impresion).Sebagai
suatu aliran seni ,Ekspresionisme merupaka aliran berkelanjutan dari era Post
Impresionisme Dari aliran tersebut diperoleh goresan garis,warna dan bentuk-
bentuk yang ekspresif, abstrak dan dinamis tidak beraturan

Ekpresionisme memiliki ciri-ciri tidak mengutamakan kemiripan atau


kenaturalan objek yang dilukis, melainkan serba Dinamis, yaitu karya dibuat
seperti menyampaikan pesan dan seolah-olah bergerak Sapuan kuas yang berani
dan tidak malu-malu dan ekspresif, Teknik melukis yang spontan namun tetap
memiliki komposisi yang ciamik, Mementingkan ekspresi individu seniman.
Tokoh-tokoh penganut aliran Seni Ekspresionis yang dikenal dalam Seni lukis
yaitu dari negara Belanda: Vincent van Gogh; Norwegia: Edvard Munch yang
kemudian menjadi salah satu orang yang paling berpengaruh dalam aliran
ekspresionisme ini.

5
Menganalisa Lukisan Bergaya Ekskpresionis Karya Edvard Munch

Gambar 1 Potrait Edvard Munch


Sumber: www.google.com. Kata kunci ‘Edvard Munch

Edvard Munch, lahir pada tanggal 12 Desember tahun 1863 di Loton,


Norwegia. dari pasangan suami isteri yang bernama Christian Munch, seorang
dokter dari Angkatan Darat Norwegia dan Laura Chaterine, seorang ibu rumah
tangga. Edward adalah anak kedua dari 5 bersaudara. Di usianya yang ke 5 tahun
ibunya terkena sakit Tuberkolosis. Tak beberapa lama kemudian tahun ibunya
meninggal. Penderitaan dia tak hanya itu, Edward banyak mengalami cobaan yang
menimpa karena ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Setelah itu
diapun diasuh oleh ayahnya dengan didikan yang keras. Edvard Munch berusaha
melawan penyakit yang menyerang psikologi nya. Sapuan skizofernia yang unik
dalam setiap karya lukisan nya. Terlihat bagaimana dia menggoreskan garis yang
seolah olah berirama dinamis sekeliling tokoh pokok, dan seringkali bahwa
dirinya di lukiskan secara distorsi. Garis yang dimaksud mengandung arti dunia
yang memusuhinya

Selama hidupnya ia menggantikan dunia nyata dengan dunia lukisannya.


Edward menjadi pribadi yang tertutup, menempatkan dirinya di antara kanvas-
kanvas, dan jarang mau menjual lukisan-lukisannya. Karya seninya ia anggap
sebagai anak-anaknya. Jikalau dia merasa tidak cukup dengan karya lukisnya
maka , ia memukuli lukisannya dengan peran seperti ayah yang memarahi

6
anaknya. Salah satu lukisannya yang terkenal dan menjadi salah satu masterpiece
buatan nya adalah “The Scream“

Gambar 2 Lukisan The Scream


Sumber: www.google.com. Kata kunci ‘The Scream’

Lukisan the scream ini melukiskan trauma yang dialami oleh Edvard
Munch
The Scream adalah ikon seni modern, ibaratnya seperti Mona Lisa untuk zaman
kita. Ketika Leonardo da Vinci membangkitkan cita-cita Renaisans tentang
ketenangan dan pengendalian diri, Munch mendefinisikan bagaimana kita melihat
ketika kita sendiri - didera kecemasan layaknya dia diwaktu kecil. Unsur-unsur
rupa yang terdapat dalam lukisan ini, antara lain;
Garis (line) Garis dalam unsur seni rupa merupakan salah satu unsur dasar
yang sangat penting memberikan gerak/irama dan menciptakan kontur. Garis erat
kaitan nya dengan emosi seseorang, sebagai contoh ketika kita sedang mencipta
kan sebuah garis,maka terasa oleh kita adalah garis yang berbeda-beda kesannya
Garis yang dilukiskan oleh Edvard Munch berupa pagar pembatas jembatan yang
dilukiskan secara tegas dan menghilang mengikuti arah figure yang berada di
belakang, sementara garis-garis lain nya dia lukiskan secara bebas dan ekspresif,

7
Menganalisa Lukisan Bergaya Ekskpresionis Karya Edvard Munch

dinamis mengesankan bergerak seolah-olah garis itu merupakan irama bunyi


yang nyaring
Istilah bentuk dipakai untuk menerjemahkan kata shape dalam Bahasa
Inggris. Istilah itu seringkali disematkan atau disandingkan dengan kata bangun
datar, bidang, atau bentuk. Kamus Bahasa Indonesia menunjukan, shape berarti
bentuk fisik, rupa, Kata ini juga dapat merujuk kepada sesuatu yang gempal atau
bervolume. Dari segi rupanya, bentuk dibedakan menjadi; bentuk geometris,
bentuk organis, dan bentuk tidak beraturan. Bentuk yang di visualkan oleh Edvard
munch berupa bentuk wujud manusia yang sudah mulai meninggalkan rupa
manusia semestinya, postur tubuh figure yang menjadi center of interest(Edvard
Munch) juga dilukiskan seolah terhimpit oleh bunyian yang nyaring.Bentuk awan,
danau dan gunung yang dilukiskan juga berupa goresan dinamis seakan-akan alam
bergerak, berteriak sedemikian rupa sehingga membuat dia sampai menutup
telinganya dan merasa cemas terlihat dari ekspresi yang ia lukiskan
Warna adalah salah satu unsur rupa yang dapat menjadi pembedaan antara
kedua obyek atau bentuk. Warna diterima oleh pantulan cahaya, warna yang kita
lihat aselinya adalah pantulan dari cahaya yang menyinarinya, karena warna
bagian dari unsur cahaya.Warna-warna primer adalah merah, hijau, dan biru.
Percampuran antara warna primer adalah warna sekunder yakni warna kedua, dan
warna tersier adalah pencampuran dari warna sekunder atau primer dari ketiga
warna pokok (Rakhman, 2013:25-26). Warna yang digunakan seniman dalam
karya lukisnya yaitu warna – warna komplementer,hangat, jingga yang
mengesankan langit pada sore hari, ditambah pencampuran warna abu-abu yang
membuat suasana lukisan terkesan suram dan eskpresif dalam tahapan mampu
melukiskan bagaimana menderitanya dia dikala berada di jembatan fjord
mendengar lingkungan sekitarnya yang berteriak,Munch berusaha sekuat tenaga
untuk mengabaikan teriakan ini, sehingga menempatkannya dalam keadaan
seolah-olah sedang mengalami serangan kejiwaan bahwa dirinya tidak berasa
aman atau hanya penyakit skizofernia nya yang kemudian lukisan nya diberi judul
“THE SCREAM”

8
KESIMPULAN

Dalam berkarya yang menggunakan jalur seni lukis pasti, tidak luput dari
yang namanya emosi, atau yang terkait dengan kondisi batin yang bergejolak.
Motivasi Edvard Munch terhadap seni secara tidak langsung telah membangun
sebuah proyeksi personal terhadap pemahaman seni. Seni lukis bagi Munch bukan
lagi sebatas hobi, namun melukis lebih menjadi sebuah kebutuhan hidup yang
dianggap sebagai anaknya sendiri. Pengalaman pribadi dari derita yang pernah ia
lalui serta sikap batin menjadi guru terbaik bagi Edvard Munch dalam berkarya,
dia menepis semua pakem-pakem yang ada sebelumnya menciptakan aliran unik
tidak akan terhapus oleh waktu yaitu Ekspresionisme

DAFTAR PUSTAKA
AlKahfi, Genio Haidar. 2017. “Disusun Oleh : GENIO HAIDAR ALKAHFI
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL.”
Ibnu Majid. 2016. Refleksi Diri Sebagai Inspirasi Karya Lukis. Journal of Visual
Arts. Vol. 5.
Iii, B A B. n.d. “Aliran Seni Rupa Dan Perkembangannya,” 43–60.
Si, Novel, Parasit Lajang, Cerita Cinta, Pengakuan Eks, Parasit Lajang, and Karya
A Y U Utami. 2017. “UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta,” 1–22.
Sudarso. 1982. “Tinjauan Seni,” 109.
Sunarto. 2009. “Seni Sebagai Ekspresi Emosi (Hakiki, Telaah Seni, Nilai Hakiki,
Abstrak Kunci, Kata Ada, Pendahuluan)” 1: 1–14.

9
Menganalisa Lukisan Bergaya Ekskpresionis Karya Edvard Munch

Utama, M. Wahyu Putra. 2015. “ESTETIKA SENI LUKIS KARYA


MASMUNDARI - PDF Download Gratis.” https://docplayer.info/45525939-
Estetika-seni-lukis-karya-masmundari.html.
Yulianto, Y, and Dharsono Sony Kartika. 2018. “Estetika Seni Lukis Karya
Koeboe Sarawan.” Gelar : Jurnal Seni Budaya 15 (2): 168–81.
https://doi.org/10.33153/glr.v15i2.2223.
(Utama 2015; Iii, n.d.; Sudarso 1982; Sunarto 2009; Si et al. 2017; Yulianto and
Kartika 2018; AlKahfi 2017; Ibnu Majid 2016)

10

Anda mungkin juga menyukai