Anda di halaman 1dari 1

Elaine Vianney

XII A2 / 06
IMLEK
Imlek merupakan salah satu momen penting bagi masyarakat Tionghoa. Imlek sendiri
merupakan tahun baru menurut penanggalan kalender lunar Cina. Perhitungan kalender imlek
didasarkan pada siklus bulan, sehingga ketetapan tanggal Imlek sedikit berbeda dari tahun ke
tahun. Setiap tahun dalam kalender lunar itu mewakili salah satu dari 12 hewan, yaitu kuda,
monyet, ular, kerbau, tikus, harimau, kelinci, kambing, ayam, babi, anjing, dan naga.
Saat memperingati imlek, umumnya masyarakat Tionghoa akan melakukan berbagai
tradisi yang unik. Imlek itu erat kaitannya dengan warna merah. Banyak orang yang menghias
rumah mereka dengan pernak-pernik berwarna merah saat imlek. Hal ini karena mereka
percaya bahwa warna merah merupakan pembawa keberuntungan. Tradisi unik lain yang
paling umum dilakukan adalah tidak menyapu rumah. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa
pada 3 hari pertama dalam imlek, mereka tidak boleh menyapu rumah karena hal ini dapat
membuang keberuntung atau rejeki selama 1 tahun itu. Tidak hanya itu, hal unik lainnya yang
masih dilakukan kebanyakan masyarakat Tionghoa hingga saat ini adalah pantang makan
bubur. Bubur dianggap sebagai simbol kemiskinan. Maka dari itu, masyarakat Tionghoa lebih
memilih untuk pantang makan bubur saat imlek untuk menghindari hal yang tidak diingkan
tersebut terjadi.
Selain itu, salah satu tradisi yang paling terkenal saat imlek adalah bagi-bagi angpao.
Tradisi bagi-bagi angpao ini merupakan tradisi dimana masyarakat Tionghoa yang telah
berkeluarga memberi angpao kepada anak-anak dan orang tua mereka. Bagi-bagi angpao ini
berkaitan dengan transfer energi dan kesejahteraan, sehingga dipercaya dapat memperlancar
rejeki di kemudian hari. Namun, dalam bagi-bagi angpao juga terdapat beberapa larangan.
Uang yang terdapat di dalam angpao tidak boleh diisi dengan nominal yang mengandung angka
empat. Hal ini dikarenakan pelafalan angka 4 dalam bahasa Cina ‘si’, mirip dengan pelafalan
kata kematian. Dengan demikian, masyarakat Tionghoa menghindari angka empat karena
dipercaya dapat membawa kesialan.
Meskipun zaman telah modern, masih banyak masyarakat Tionghoa yang mengikuti
tradisi-tradisi ini. Umumnya, mereka tidak ingin mengambil resiko untuk melakukan sesuatu di
luar larangan yang ada. Mereka lebih memilih melanjutkan dan mengikuti tradisi untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi, bisa dikatakan bahwa imlek itu merupakan
momen yang benar-benar berarti bagi sebagian orang khususnya masyarakat Tionghoa. Karena
pada prinsipnya, pergantian tahun itu juga merupakan hal yang patut disyukuri.

Anda mungkin juga menyukai