Dibuat Oleh :
Nama : PUTRI AHERYANI, S.Pd
Nomor Peserta PPG : 201503043430
LPTKPPG : Universitas Negeri Manado (UNIMA)
10. P
rinsip Dasar Tes Hasil Belajar
Prinsip tersebut adalah :
1) Tes Hasil Belajar hendaknya dapat
mengukur berbagai hasil belajar yang
sesuai dengan tujuan pengajaran
2) Tes Hasil Belajar hendaknya mengukur
sampel yang representatif dari hasil
belajar dan materi-materi yang tercakup
dalam pengajaran,
3) Hasil Belajar hendaknya mencakup
jenis-jenis pertanyaan yang paling
sesuai untuk mengukur hasil belajar
yang diinginkan. Jenis pertanyaan
terbagi menjadi 2 jenis yaitu : (1)
Memberikan Jawaban (peserta didik
memberikan jawaban) seperti esai (2)
Memilih Jawaban (peserta didik memilih
jawaban) seperti menjodohkan (benar-
salah), menjodohkan dan pilihan ganda.
4) Tes Hasil Belajar hendaknya
direncanakan agar hasilnya sesuai
dengan hasil yang akan digunakan
secara khusus. Tes ini dapat diapakai
mengukur
a. tingkah laku peserta didik pada
permulaan pelajaran (tes penentuan),
b. kemajuan belajar yang dicapai selama
belajar (tes formatif),
c. sebab-sebab kesukaran belajar
selama pengajaran (tes diagnostik),
d. hasil belajar secara menyeluruh
sesudah pengajarn selesai (tes
sumatif).
5) Tes Hasil Belajar hendaknya dibuat
dengan reliabilitas yang sebesar-
besarnya dan kemudian harus
ditafsirkan dengan hati-hati.
6) Tes Hasil Belajar hendaknya dipakai
untuk memperbaiki hasil belajar.
11. T
eknik Evaluasi dalam Pembelajaran
Ada tujuh teknik yang dapat digunakan,
yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian
sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek,
penilaian produk, penggunaan portofolio,
dan penilaian diri (Puskur, 2006)
12. E
valuasi Dalam Perspektif Pembelajaran
Seni Rupa
kita perlu mengkaji lebih mendalam
tentang kemampuan-kemampuan yang
akan dinilai sehubungan dengan aktivitas
berkarya seni dalam konteks kependidikan
yang memiliki karakteristik khusus yang
agak berbeda dari proses kreatif seorang
seniman
13. F
ungsi Penilaian dalam Pembelajaran Seni
Sehubungan dengan kompleksnya
perspektif evaluasi dalam pendidikan seni,
Amri (2001:2-3) menyatakan bahwa
penilaian dalam pendidikan seni
merupakan pengukuran perilaku individu
(peserta didik) dalam kaitannya dengan
proses pembelajaran seni dan karya seni.
14. D
imensi Kompetensi dalam Pembelajaran
Seni Rupa
Secara khusus sebenarnya tujuan
pendidikan Seni yang paling penting
adalah mengembangkan:
a. Kompetensi perseptual, yakni respon
persepsi inderawi terhadap unsur rupa,
bunyi, gerak dan perpaduannya serta
keterampilan kerajinan,
b. Kompetensi pengetahuan, meliputi
pengetahuan tentang terminologi, fakta,
trends dan tata urutan/ kronologi,
simbol dan makna, klasifikasi dan
kategori, metodologi dan kriteria.
c. Kompetensi apresiasi, meliputi :
✓ Kemampuan pengamatan:
kemampuan mengobservasi dan
mengeksplorasi media dan teknik
untuk mempertajam kepekaan
inderawi dan perasaan.
✓ Kemampuan berempati/penghayatan:
kemampuan merasakan/ menghayati
dalam merespons stimulus dengan
sensitivitas persepsi dan perasaan
yang mendalam.
✓ Kemampuan penikmatan:
kemampuan penikmatan terhadap
pengalaman dan kualitas estetik
suatu karya seni yang memberikan
kesenangan dan kepuasan batin.
d. Kompetensi kreasi yang meliputi :
✓ Kreativitas: kemampuan mencipta
kombinasi, keunikan gagasan dan
nilai kebaruan dari bentuk ekspresi
suatu karya seni.
✓ Keterampilan: kemampuan
psikomotorik berkaitan dengan
penguasaan teknik dalam pengolahan
dan penyajian media seni secara
optimal melalui kegiatan eksplorasi
dan eksperimentasi.
10. T
eknik-teknik refleksi dalam
pembelajaran apresiasi tari
a. Belajar mitra (kelompok atau
kerjasama)
mendiskusikan ide-ide yang
dibangkitkan, mengeksplorasi
kepentingan mereka sendiri,
b. Belajar kontrak
- Sebelum penyusunan sebuah draft
awal
- Sebelum penyerahan hasil ahir belajar
- Jadwal Penilaian diri
11. P
enyusunan instrumen refleksi
pembelajaran
Instrumen adalah alat untuk merekam
informasi yang akan dikumpulkan.
Instrumen observasi digunakan
berdasarkan teknik yang dilakukan.
6. Teknik Apresiasi
Beberapa teknik apresiasi teater adalah
a. Menyaksikan pertunjukan
teater dan mempelajari
komponen maupun unsur-
unsur pendukung pertunjukan
\teater
b. Membaca karya-karya Drama dan
mempelajari unsur-unsur drama
c. Mendiskusikan pesan-pesan
yang dikandung dalam
pertunjukan teater
7. Jenis Kritik
Berbagai jenis kritik terhadap karya Teater
dapat dilakukan dan disesuaikan dengan
objek dan subjek kekaryaan yang
disaksikan.
Kritik yang teoritik merupakan salah
satu basis dari hampir semua jenis
kritik.Suatu karya kritik yang didasarkan
pada teori tertentu.
kritik praksis/terapan juga dapat
dilakukan dengan memberikan kritik pada
upaya penggunaan aspek-aspek
pemanggungan. Penerapan pemanggungan
dapat menjadi objek kritik berkaitan
dengan cara yang dilakukan sutradara
maupun aktor di atas panggung.
8. Fungsi Kritik (pada Teater Tradisional)
Pada teater Tradisional, kritik diperlukan
untuk menjembatani pertunjukan teater
tradisional dan memberikan pandangan-
pandangan yang dapat menunjang
pertumbuhannya.
10. M
enulis Kritik Teater Tradisi
Jika kita mengacu kepada konsep
teater tradisi yang berakar pada sistem
religi tertentu, kita akan menemukan
setidaknya tiga jenis teater tradisi. Ketiga
jenis teater tradisi tersebut adalah teater
tradisi yang mengacu kepada sistem religi
asli (masyarakat Animisme dan
Dinamisme) yang sering dinamakan
sebagai bentuk teater primitif, teater yang
mengacu kepada sistem religi Hindu-
Budha, dan teater tradisi yang mengacu
kepada sistem religi Islam.
11. K
ritik pada teater modern
Menurut H.B Jassin, untuk menjadi
seorang kritikus apalagi kritikus seni harus
memiliki kemampuan dan pengetahuan
khusus, antara lain berbakat seniman,
berjiwa seniman, berjiwa besar, serta
berpengalaman. Seorang kritikus dalam
melakukan tugasnya selalu menggunakan
kepekaan untuk mengetahui, menemukan,
memaparkan, menjelaskan dan memahami
karya teater.