Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT SENI

Markus B. T. Sirait, M. Sn.

Prodi Musik Gereja


Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado
FILSAFAT SENI
Sebetulnya apa yang seniman kerjakan? Apa maknanya bagi kita? Apa arti
pekerjaan kita bagi masyarakat? Apakah yang kita lakukan dalam ranah seni
ini telah memberikan benefit pada masyarakat?

Seniman juga akan sampai pada titik menanyakan apa yang dimaksud dengan
seni itu. Pada kondisi inilah, insting untuk berfilsafat akan tumbuh.

FILSAFAT SENI mempertanyakan seni melalui metode-metode ilmiah.


Kebanyakan orang akan menjadi follower dan menerima pendapat pengertian
seni seperti yang telah mereka dengar dan alami sehari-hari. Cara berpikir
seperti ini akan mengakibatkan karya seni menjadi seragam dalam suatu
zaman. Munculnya pertanyaan filosofis tentang seni akan membuat kita
menjadi kritis sehingga mampu memberikan perubahan dan perkembangan
bagi budaya seni.
Oleh sebab itu, seorang seniman pada akhirnya harus berfilsafat seni dan
mampu mengaplikasikan pada karyanya agar dapat memberikan
perkembangan bagi budaya seni.
FILSAFAT SENI
Filsafat Seni mempertanyakan pengetahuan apakah yang dihasilkan oleh seni, serta
apakah yang dapat diberikan oleh seni untuk menghubungkan manusia dengan realitas.

G. W. F. Hegel (1770-1831) seorang Filsuf Idealisme Jerman menyatakan bahwa seni


adalah medium material sekaligus faktual. Keindahan karya seni bertujuan menyatakan
kebenaran. Karya seni adalah presentasi inderawi dari ide mutlak. Ide atau roh
subjektif dan roh objektif senantiasa berada dalam ketegangan. Oleh sebab itu, ide-ide
mutlak mendamaikan ketegangan ini.

Menurut Arthur Schopenhauer, seni merupakan segala usaha untuk menciptakan


bentuk-bentuk yang menyenangkan, tiap orang senang dengan seni musik meskipun seni
musik merupakan seni paling abstrak.

Filsafat Seni berbicara mengenai ide, makna, pengalaman, intuisi dan semua yang
menunjukkan sifat simbolik dari seni.

Panggilan filosofis dalam konteks filsafat seni menuntut kerelaan, keterbukaan dan
tidak pernah menggunakan prasangka apriori artinya persoalan seni dapat dibahas dari
sudut pandang disiplin ilmu manapun.
FILSAFAT SENI

SEJARAH FILSAFAT SENI


Pada abad pertengahan seni tidak begitu mendapat perhatian dari para filsuf
karena gereja Kristen bersikap memusuhi seni yang dianggap duniawi dan
merupakan produk bangsa kafir Yunani dan Romawi. Akan tetapi pada saat
filsuf Augustinus (354-430) memiliki minat cukup besar pada seni. Ia
menciptakan filsafat Platonisme Kristen dengan mengajarkan bentuk-bentuk
Platonis (Platonic Forms).

Pendapat Plato yaitu Seni adalah keterampilan untuk memproduksi sesuatu.


Bagi Plato, hasil seni adalah tiruan (immitation). Seni tidak begitu penting
Aristoteles sependapat dengan Plato dan menganggap bahwa seni merupakan
tiruan dari berbagai hal yang ada. Seni itu sangat penting karena memiliki
pengaruh besar bagi manusia.
Alexander Baumgarten (1714-1762) Filsuf Jerman mempekenalkan kata
aisthetikal (estetika) karena ia mengharapkan untuk memberikan tekanan
kepada pengalaman seni sebagai suatu sarana untuk mengetahui (The
Perfection of Sentient Knowledge).
ILMU-ILMU SENI
Ilmu Seni harus dibedakan dengan seni.

Seni Ilmu Seni


Seni mempersoalkan Ilmu mempersoalkan pemahaman
penghayatan
Seni untuk dinikmati Ilmu seni untuk memahami
Menilai berdasarkan pengalaman Menilai tidak hanya berdasarkan
pengalaman, tetapi juga
berdasarkan pengetahuan yang
rasional, ilmiah, empiris
Menciptakan pengamat yang ahli Menciptakan ahli seni yang dapat
menikmati seni, mampu memilih karya seni yang baik
menunjukkan karya seni yang sekaligus mempertanggung
baik tetapi kurang mampu jawabkan mengapa karya tersebut
menjawab mengapa sebuah karya dianggap bagus
seni bagus dan yang lain kurang
bagus
Mencintai seni tanpa memahami Mencintai seni dengan
pemahaman
ILMU-ILMU SENI
Dalam pengalaman kesenian di Indonesia, lebih banyak pecinta seni yang kurang memahami
ilmu seni daripada pecinta seni yang memahami ilmu seni.
Inilah tugas dan tanggung jawab seniman dan kritikus seni untuk bertanggung jawab atas
penghayatan dan penikmatan serta pemahaman seni.

Apa sajakah ilmu seni?


• Seni dapat menjadi objek ilmu  ditinjau dari segi estetika sehingga menjadi objek ilmu
sekaligus filsafat.
• Seni dapat dianalisis berdasarkan bentuk formalnya.
• Seni dapat pula menjadi objek sejarah.
• Seni juga dapat dibedah dengan menggunakan disiplin ilmu lainnya seperti sosiologi seni,
antropologi seni, psikologi seni, kritik seni, manajemen seni.
• Seni didistribusikan menjadi beberapa bidang khusus yaitu seni rupa, seni teater, seni tari,
seni satra, seni musik, dll.

Ilmu seni tidak secara otomatis lahir dan bertumbuh, diperlukan proses dalam mencapai hal
tersebut. Ilmu seni didahului oleh sejumlah penelitian yang menghasilkan data seni dan
kesimpulan ilmiah. Berbeda dengan pencipta karya seni yang tidak perlu menunggu dalam
mencipta karya seni. Ilmuwan seni tidak dapat bekerja sendiri karena selalu membutuhkan
referensi. Semakin banyak referensi yang didapat, diharapkan analisisnya semakin tajam dan
objektif.
TAKSONOMI ILMU-ILMU SENI
Pengetahuan tentang seni bukan hanya berhubungan dengan penciptaan karya
seni dan penghayatan seni tetapi juga pemahaman tentang karya seni untuk
menghasilkan evaluasi terhadap seni. Penghayatan seni merupakan perilaku
apresiasi yang akan menghasilkan pengalaman seni yang khas. Sementara
penciptaan seni merupakan persoalan kreativitas yang sifatnya sangat subjektif.

Seni di Indonesia masih menyangkut soal penciptaan dan penghayatan saja.


Hasil akhir pendidikan seni berpusat pada penciptaan karya seni dan
penghayatannya. Sementara ilmu seni, konsep seni, filosofi seni, sejarah seni,
hubungan masyarakat dengan seni, perilaku menghasilkan seni, dll kurang
begitu diperhatikan.
TAKSONOMI ILMU-ILMU SENI
Bagian utama dari ilmu-ilmu seni adalah:
1. Filsafat Seni: Kajian Filsafat yang bergeser menjadi keilmuan
2. Stiliska (Ilmu Gaya Seni): hakikat gaya seni, keragaman gaya pribadi, gaya etnik, gaya mazhab, gaya
regional, gaya zaman, dinamika gaya seni akibat perubahan budaya dan percampuran budaya.
3. Ilmu tentang penghayatan seni / apresiasi seni: pengertian seni seseorang, arti seni, simbol dan mitos
dalam seni, interpretasi.
4. Kritik Seni: Kritik seni termasuk dalam Filsafat Seni. Kritik Seni kegiatan subjektivitas pada suatu
bentuk artistik juga moral sebagai pencerminan pandangan hidup penciptanya, bidang pengetahuan
dan proses kegiatan. Kritik seni dimulai dengan penghayatan, kemudian sampai kepada pemaknaan
atau interpretasi, dan tahap evaluasi. Dan kritik seni kita lebih banyak berhenti pada proses
penghayatan dan penjelasan secara verbal.
5. Pendekatan ilmiah tertentu seperti sosiologi seni, antropologi seni.
6. Ilmu tentang hubungan lembaga sosial dan seni: pendayagunaan seni bagi masyarakat, peraturan dan
perundangan pemerintah atau lembaga sosial lain terhadap seni, hubungan seni dengan agama, ilmu
dan teknologi, pelarangan seni serta sensor seni dan pendidikan seni dalam masyarakat.
7. Ilmu ekonomi seni: nilai ekonomi seni, sistem pendanaan dalam aktivitas berkesenian, pasar seni atau
pemasaran seni, perlindungan hak cipta seni, plagiat dalam seni, pembajakan seni.
8. Pendidikan kesenimanan: metode pengajaran seni kepada calon seniman, seni sebagai pekerjaan,
profesionalisme seniman.
9. Ilmu-ilmu preservasi seni atau pelestarian karya seni: lembaga kearsipan seni, museum, galeri dan
perpustakaan seni, pencatatan dan pendokumentasian seni, peranan industri dan komersialisasi seni,
peranan media elektronik dan mekanik dalam seni, masalah tradisi lisan dalam seni, dan tradisi seni.
10. Berbagai ilmu mengenai pameran seni, festival seni, seni pertunjukan, dll.
FILSAFAT SENI & ESTETIKA
Hubungan Filsafat Seni dan Estetika selalu dikaitkan karena estetika adalah
cabang filsafat yang mempertanyakan keindahan.
Benarkah semua karya yang dikatakan karya seni harus indah?
Banyak komponen-komponen lainnya dari nilai / output yang diberikan oleh
karya seni selain sisi kecantikan / keindahannya.
FILSAFAT SENI
Pokok Bahasan Filsafat Seni Estetika
Objek Material Seni Keindahan
Objek Formal Sama-sama cabang Sama-sama cabang
Filsafat Filsafat
Ekspresi Mengekspresikan Tidak menggagaskan
gagasan dan sesuatu
perasaan
Komunikasi / Seni menimbulkan Keindahan alam tidak
Pertanyaan pertanyaan maksud / dibuat oleh manusia
tujuan dari seniman
Aktivitas Seni dapat meniru Alam tidak dapat
alam meniru seni
Kegunaan Dapat memiliki Tidak perlu manfaat
manfaat praktis dan praktis untuk menjadi
indah indah
POKOK BAHASAN FILSAFAT SENI
Pertanyaan mendasar “Apakah Seni itu?” “Mungkinkah membedakan antara
seni dan bukan seni?” atau “Apakah seni dapat ditangkap dalam defenisi?”
“Apa yang disebut nilai artistik karya seni itu?” “Aspek mana yang relevan
untuk menentukan nilai artistik ini?” “Apakah nilai seni ditentukan hanya
semata-mata dari bentuk saja atau ada aspek tertentu dari isi seperti
kebenarannya atau kepekaan moralnya?” “Apakah penilaian terhadap nilai
artistik karya seni dapat dibenarkan dengan meletakkan klaim pada
kesepakatan universal atau merupakan eskpresi pribadi?”

FILSAFAT SENI: salah satu cabang filsafat khusus yang membicarakan


persoalan mengenai penciptaan seni, pengalaman seni, kritik seni, nilai seni
dalam kehidupan manusia dan hubungan seni dengan kegiatan dan kepentingan
manusia lainnya.
PANDANGAN DALAM
MENDEFENISIKAN SENI

ESENSIALISME ANTI - ESENSIALISME


• Seni dapat didefenisikan • Seni tidak dapat didefenisikan karena tidak ada pokok-pokok atau
esensi dari seni

• Menjelaskan esensi dari seni sebagai • Necessary conditions dari seni pada mulanya adalah semua
buatan manusia menjadi necessary condition yang tidak lagi
sesuatu yang fundamental yaitu memiliki memadai ketika kayu apung ( driftwood ) dapat menjadi seni tanpa
sifat-sifat alami yang membedakan dari modifikasi secara fisik.
• Necessary conditions lain seperti keindahan, kreatif dan
benda-benda lain. orisinalitas tidak memadai lagi ketika karya seni yang tidak indah,
kreatif dan tidak orisinal pada era kontemporer.
• Menggolongkan jenis seni tertentu dengan • Perlu menjelaskan koherensi dari konsep seni tanpa menunjukkan
berdasarkan pada prinsip atau pola. esensi dasar seni.
• Seni tidak selalu berhubungan karena esensi dari setiap seni
• Contoh perdebatan pandangan: seni karena adanya family resemblances (keserupaan) di antara seni-
merupakan temuan budaya Eropa pada seniman.

abad 18 dengan seni merupakan perilaku • Cluster theory menyatakan ada sekelompok kualitas yang dapat
mengindikasikan seni yaitu: kualitas estetis, ekspresif, bentuk atau
dasar biologis. representasional, memiliki kapasitas mengkomunikasikan makna
yang kompleks, pembuatannya membutuhkan keterampilan,
• Mendasarkan seni pada suatu hakikat membutuhkan imajinasi, dll. Defenisi seni baru dapat tercapai jika
9 atau 10 kualitas tersebut di atas terpenuhi.
misalnya seni merupakan ekspresi, seni • Radical Stipulativism: tidak ada esensi yang mendasari hanya
merupakan intuisi atau seni merupakan keputusan aribitrer. Jika diterapkan dalam seni, maka yang disebut
bentuk. karya seni adalah sesuatu yang telah didaftar sebagai seni oleh
ahli (subjektivitas ahli).
PENDEKATAN LAIN
FUNGSIONALISME ESTETIS
• Sesuatu disebut karya seni jika bertujuan agar seseorang berkontemplasi
dalam pengalaman seni untuk kepentingan seni itu sendiri bukan untuk
kepentingan praktis tertentu.
• Menekankan kualitas kesenangan yang diberikan oleh seni.

INSTITUSIONAL
• Defenisi seni ditentukan oleh publik seni.
• Karya seni untuk menjadi seni harus ditempatkan dalam jaring praktek,
peran dan bingkai kerja yang terdiri dari institusi yang diorganisir secara
informal yaitu dunia kesenian.
POKOK BAHASAN FILSAFAT SENI
1. Benda Seni / Karya Seni / Produk: Persoalan Subjektivitas dalam Seni
(Ekspresi) dan Persoalan Objektivitas dalam Seni (Mimesis), berlangsung di
dunia penciptaan (seniman) dan pengamatan (evaluasi kritikus), analisis
bentuk dan isi seni.
2. Pencipta Seni / Seniman: masalah kreativitas dan ekspresi, representasi,
gender, kepribadian, gaya / style.
3. Publik Seni / Masyarakat: komunikasi seni, apresiator, pengakuan
masyarakat seni atau masyarakat umum, status, seni itu publik, apresiasi,
institusi, jarak estetik, empati, karakteristik masyarakat.
4. Konteks Seni:
5. Nilai-Nilai Seni: Benedetto Croce berpendapat bahwa karya seni atau benda
seni tidak pernah ada karena seni itu terdapat pada jiwa setiap
penanggapnya, nilai-nilai yang diciptakan, nilai-nilai yang dikomunikasikan,
kajian tentang nilai.
6. Pengalaman Seni: seni tidak hanya komunikasi, seni tidak hanya
menyampaikan informasi. Komunikasi seni adalah komunikasi nilai-nilai
berkualitas, baik kualitas perasaan maupun kualitas medium seni.
Komunikasi seni adalah komunikasi pengalaman yang melibatkan kegiatan
nalar, emosi dan intuisi.

Anda mungkin juga menyukai