Pertanyaan
Saya mengalami kasus penipuan uang oleh orang yang direkomendasikan oleh orang lain.
Apakah orang yang merekomendasikan ini bisa dituntut pasal penipuan dan diminta untuk
ganti rugi? Jika bisa, maka akan dikenakan pasal berapa dan jika tidak bisa kira-kira apa pasal
yang cocok untuk orang yang merekomendasikan?
Intisari Jawaban
Ulasan Lengkap
Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari artikel berjudul Merekomendasikan
Orang yang Ternyata Penipu, Bisakah Dipidana yang dibuat oleh Negarawati Ester
Benedicta Sihombing, S.H. dan dipublikasikan pertama kali pada Jumat, 23 Juli 2021.
Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com disiapkan semata – mata
untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum (lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya).
Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung
dengan Konsultan Mitra Justika.
Sebelum menjawab inti pertanyaan Anda tentang adakah pidana bagi orang yang
“merekomendasikan”, kami perlu menjelaskan lebih lanjut terkait pasal penipuan atau tindak
pidana penipuan terlebih dahulu.
Unsur-Unsur Penipuan
nama yang digunakan bukanlah namanya sendiri, sebagai contoh nama ‘Saimin’ dikatakan
‘Zaimin’, tidak dapat dikatakan menyebut nama palsu, akan tetapi kalau ditulis, maka
dianggap sebagai menyebut nama palsu.
atau suatu tipu yang demikian liciknya, sehingga seorang yang berpikiran normal dapat
tertipu.
satu kata bohong tidaklah cukup, harus terdapat banyak kata-kata bohong yang tersusun
demikian rupa, sehingga keseluruhannya merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar.
Menjawab pertanyaan Anda, atas kasus penipuan yang dialami, kami menilai bahwa ada dua
kemungkinan yang bisa terjadi.
1. Orang yang merekomendasikan tidak mengetahui niat jahat dari orang yang
direkomendasikannya.
2. Orang yang merekomendasikan mengetahui niat jahat dari orang yang
direkomendasikan.
Dapat dikatakan bahwa asas ini menjadi dasar pertanggungjawaban seseorang atas perbuatan
yang telah dilakukannya, dalam hal ini pertanggungjawaban pidana.
Pertanggungjawaban Pidana
Adapun yang dimaksud dengan celaan objektif adalah perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang tersebut merupakan perbuatan yang dilarang oleh hukum, sedangkan celaan
subjektif adalah orang yang melakukan perbuatan yang dilarang atau bertentangan dengan
hukum (hal. 33).
Merujuk pada permasalahan Anda, apabila orang yang merekomendasikan tidak mengetahui
kasus penipuan atau niat jahat yang akan dilakukan oleh orang yang direkomendasikannya,
maka orang yang merekomendasikan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban.
Namun, apabila orang yang merekomendasikan ini mengetahui adanya niat jahat kemudian
bersekongkol atau melakukan pemufakatan jahat, dan ikut serta dalam melakukan upaya
penipuan serta memenuhi unsur tindak pidana penipuan, maka orang yang
merekomendasikan dapat dikategorikan sebagai orang yang turut serta dalam melakukan
pasal penipuan dan dapat diminta pertanggungjawaban.
Hal ini ditegaskan dalam Pasal 55 ayat (1) KUHP, yang menyatakan bahwa yang dipidana
sebagai pelaku tindak pidana adalah:
1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan
perbuatan;
2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan
kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan
memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain
supaya melakukan perbuatan.
Perlu diingat bahwa pertanggungjawaban pidana hanya berlaku bila seseorang melakukan
sebuah tindak pidana. Oleh karenanya, apabila orang yang merekomendasikan tidak turut
serta melakukan tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang direkomendasikannya, maka
ia tidak dapat dimintai pertanggungjawaban baik secara pidana maupun perdata. Melainkan
orang yang merekomendasikan hanya bertanggung jawab secara moral atas tindakan orang
yang direkomendasikannya.
Demikian jawaban kami seputar pasal penipuan dan sanksi hukum yang mungkin dijatuhkan
pada orang yang merekomendasikannya, semoga bermanfaat.
Dasar Hukum:
Referensi: