Anda di halaman 1dari 4

Jika Orang yang Direkomendasikan

Terlibat Pasal Penipuan


Nafiatul Munawaroh, S.H., M.HSi Pokrol
Bacaan 5 Menit

Pertanyaan
Saya mengalami kasus penipuan uang oleh orang yang direkomendasikan oleh orang lain.
Apakah orang yang merekomendasikan ini bisa dituntut pasal penipuan dan diminta untuk
ganti rugi? Jika bisa, maka akan dikenakan pasal berapa dan jika tidak bisa kira-kira apa pasal
yang cocok untuk orang yang merekomendasikan?

Intisari Jawaban

Ulasan Lengkap
Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari artikel berjudul Merekomendasikan
Orang yang Ternyata Penipu, Bisakah Dipidana yang dibuat oleh Negarawati Ester
Benedicta Sihombing, S.H. dan dipublikasikan pertama kali pada Jumat, 23 Juli 2021.

Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com disiapkan semata – mata
untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum (lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya).
Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung
dengan Konsultan Mitra Justika.

Sebelum menjawab inti pertanyaan Anda tentang adakah pidana bagi orang yang
“merekomendasikan”, kami perlu menjelaskan lebih lanjut terkait pasal penipuan atau tindak
pidana penipuan terlebih dahulu.

Ketentuan Pasal 378 KUHP menerangkan bahwa yang dimaksud dengan penipuan adalah


kondisi yang dilakukan oleh siapa pun dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan
tipu muslihat, atau pun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang,
diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Jika diperhatikan, unsur-unsur dari pasal penipuan tersebut, antara lain:

a. dengan maksud untuk mengutungkan diri secara melawan hukum;


b. menggerakkan orang untuk menyerahkan barang sesuatu, memberi utang maupun
menghapus piutang; dan
c. dengan menggunakan salah satu upaya penipuan.

Unsur-Unsur Penipuan

Lebih lanjut, terkait pasal penipuan, R. Soesilo dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


(KUHP) serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal (hal.261) menerangkan
ada sejumlah unsur-unsur tindak pidana penipuan yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. membujuk orang supaya memberikan barang, membuat utang atau menghapuskan


piutang;
b. maksud pembujukan itu ialah: hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan melawan hak;
c. membujuknya itu dengan memakai:

1. nama palsu atau keadaan palsu;

nama yang digunakan bukanlah namanya sendiri, sebagai contoh nama ‘Saimin’ dikatakan
‘Zaimin’, tidak dapat dikatakan menyebut nama palsu, akan tetapi kalau ditulis, maka
dianggap sebagai menyebut nama palsu.

2. akal cerdik (tipu muslihat);

atau suatu tipu yang demikian liciknya, sehingga seorang yang berpikiran normal dapat
tertipu.

3. karangan perkataan bohong;

satu kata bohong tidaklah cukup, harus terdapat banyak kata-kata bohong yang tersusun
demikian rupa, sehingga keseluruhannya merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar.

Bisakah Orang yang “Merekomendasikan” Penipu ikut Dipidana?

Menjawab pertanyaan Anda, atas kasus penipuan yang dialami, kami menilai bahwa ada dua
kemungkinan yang bisa terjadi.

1. Orang yang merekomendasikan tidak mengetahui niat jahat dari orang yang
direkomendasikannya.
2. Orang yang merekomendasikan mengetahui niat jahat dari orang yang
direkomendasikan.

Sebagaimana dijelaskan dalam Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan dalam Penolakan


Perpanjangan Sewa, dalam hukum pidana dikenal dengan adanya asas tiada pidana tanpa
kesalahan (geen straf zonder schuld). Asas ini bermakna bahwa orang tidak mungkin
dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) kalau tidak melakukan perbuatan pidana.

Dapat dikatakan bahwa asas ini menjadi dasar pertanggungjawaban seseorang atas perbuatan
yang telah dilakukannya, dalam hal ini pertanggungjawaban pidana.

Pertanggungjawaban Pidana

Mengutip Pound, Romli Atmasasmita dalam buku Perbandingan Hukum Pidana (hal. 65)


menerangkan bahwa pertanggungjawaban pidana adalah suatu kewajiban untuk membayar
pembalasan yang akan diterima pelaku dari seseorang yang telah dirugikan.

Masih perihal pertanggungjawaban pidana, Roeslan Saleh dalam buku Pikiran-Pikiran


tentang Pertanggungjawaban Pidana (hal. 33) menerangkan bahwa pertanggungjawaban
pidana diartikan sebagai diteruskannya celaan yang objektif yang ada pada perbuatan pidana
dan secara subjektif memenuhi syarat untuk dapat dipidana karena perbuatannya itu.

Adapun yang dimaksud dengan celaan objektif adalah perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang tersebut merupakan perbuatan yang dilarang oleh hukum, sedangkan celaan
subjektif adalah orang yang melakukan perbuatan yang dilarang atau bertentangan dengan
hukum (hal. 33).

Merujuk pada permasalahan Anda, apabila orang yang merekomendasikan tidak mengetahui
kasus penipuan atau niat jahat yang akan dilakukan oleh orang yang direkomendasikannya,
maka orang yang merekomendasikan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban.

Namun, apabila orang yang merekomendasikan ini mengetahui adanya niat jahat kemudian
bersekongkol atau melakukan pemufakatan jahat, dan ikut serta dalam melakukan upaya
penipuan serta memenuhi unsur tindak pidana penipuan, maka orang yang
merekomendasikan dapat dikategorikan sebagai orang yang turut serta dalam melakukan
pasal penipuan dan dapat diminta pertanggungjawaban.

Hal ini ditegaskan dalam Pasal 55 ayat (1) KUHP, yang menyatakan bahwa yang dipidana
sebagai pelaku tindak pidana adalah:

1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan
perbuatan;
2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan
kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan
memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain
supaya melakukan perbuatan.
Perlu diingat bahwa pertanggungjawaban pidana hanya berlaku bila seseorang melakukan
sebuah tindak pidana. Oleh karenanya, apabila orang yang merekomendasikan tidak turut
serta melakukan tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang direkomendasikannya, maka
ia tidak dapat dimintai pertanggungjawaban baik secara pidana maupun perdata. Melainkan
orang yang merekomendasikan hanya bertanggung jawab secara moral atas tindakan orang
yang direkomendasikannya.

Demikian jawaban kami seputar pasal penipuan dan sanksi hukum yang mungkin dijatuhkan
pada orang yang merekomendasikannya, semoga bermanfaat.

Dasar Hukum:

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Referensi:

1. R. Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-


Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal.  Bogor: Politeia, 1991;
2. Roeslan Saleh. Pikiran-Pikiran tentang Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1982;
3. Romli Atmasasmita. Perbandingan Hukum Pidana. Bandung: Mandar Maju, 2000.

Anda mungkin juga menyukai