Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri ataupun orang lain
dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan
akal dan tipu muslihat, maupun dengan keterangan perkataan-perkataan bohong,
membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang, atau menghapus
piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat
tahun. (KUHP 35, 43, 379 s, 486)
Memperhatikan kutipan pasal 378 di atas, maka dapat kita lakukan analisa unsur-unsur
yang harus terpenuhi dalam kaitan pidana penipuan tersebut, diantaranya:
1. Dengan maksud untuk menguntungkan diri secara melawan hukum ;
2. Menggerakkan orang untuk menyerahkan barang sesuatu ;
3. Dengan menggunakan salah satu upaya penipuan (dengan memakai nama palsu atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan).
Bertalian dengan lebih dapat dipahamina substansi delik penipuan demikian dapat dikutip
dari beberapa intisari putusan berikut:
Catatan :
Agar kasus a quo dapat dimengerti lebih jelas, di bawah ini dikutip pertimbangan-
pertimbangan Mahkamah Agung sebagai berikut :
1. Menimbang, bahwa menurut surat tuduhan (dakwaan) sebagaimana diuraikan di atas,
penuntut kasasi (terdakwa Tjan Soen Dijen) dituduh “membujuk The Tjoe Fat untuk
memberi pinjaman kepada penuntut kasasi” ;
2. Menimbang, bahwa kejahatan yang dituduhkan kepada penuntut kasasi sebagaimana
dimaksudkan oleh pasal 378 KUHP terdiri dari perbuatan-perbuatan yang terlarang yang
mengenai hutang-piutang ialah :
- membujuk orang suapay membuat hutang, atau
- membujuk orang supaya menghapuskan piutang.
3. Menimbang, bahwa dalam hal ini bukanlah saksi yang membuat hutang, akan tetapi
penuntut kasasilah yang membuat hutang itu kepada saksi, bukanlah The Tjoe Fat-lah yang
menyerahkan kepada penuntut kasasi pada tanggal 24 Januari 1956 sebuah mobil sedan
AE 1808 sebagai gantinya uang sebesar Rp 70.000,- yang dihutang oleh penuntut kasasi
dari The Tjoe Fat, sebagaimana yang dihutangkan oleh The Tjoe Fat kepada penuntut
kasasi.
4. Menimbang, bahwa oleh karena itu perbuatan yang dituduhkan kepada penuntut
kasasi tidak termasuk perbuatan yang terlarang oleh pasal 378 KUHP
Sebelum menjawab inti pertanyaan Anda tentang adakah pidana bagi orang yang
“merekomendasikan”, kami perlu menjelaskan lebih lanjut terkait pasal penipuan atau tindak
pidana penipuan terlebih dahulu.
Belajar Hukum Secara Online dari Pengajar Berkompeten Dengan Biaya Terjangkau
Mulai Dari
Rp 149.000
Lihat Semua Kelas
Unsur-Unsur Penipuan
nama yang digunakan bukanlah namanya sendiri, sebagai contoh nama ‘Saimin’ dikatakan
‘Zaimin’, tidak dapat dikatakan menyebut nama palsu, akan tetapi kalau ditulis, maka dianggap
sebagai menyebut nama palsu.
atau suatu tipu yang demikian liciknya, sehingga seorang yang berpikiran normal dapat tertipu.
Berita Terkait:
satu kata bohong tidaklah cukup, harus terdapat banyak kata-kata bohong yang tersusun
demikian rupa, sehingga keseluruhannya merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar.
Menjawab pertanyaan Anda, atas kasus penipuan yang dialami, kami menilai bahwa ada dua
kemungkinan yang bisa terjadi.
1. Orang yang merekomendasikan tidak mengetahui niat jahat dari orang yang
direkomendasikannya.
2. Orang yang merekomendasikan mengetahui niat jahat dari orang yang direkomendasikan.
Dapat dikatakan bahwa asas ini menjadi dasar pertanggungjawaban seseorang atas perbuatan
yang telah dilakukannya, dalam hal ini pertanggungjawaban pidana.
Pertanggungjawaban Pidana
Adapun yang dimaksud dengan celaan objektif adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
tersebut merupakan perbuatan yang dilarang oleh hukum, sedangkan celaan subjektif adalah
orang yang melakukan perbuatan yang dilarang atau bertentangan dengan hukum (hal. 33).
Merujuk pada permasalahan Anda, apabila orang yang merekomendasikan tidak mengetahui
kasus penipuan atau niat jahat yang akan dilakukan oleh orang yang direkomendasikannya, maka
orang yang merekomendasikan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban.
Namun, apabila orang yang merekomendasikan ini mengetahui adanya niat jahat kemudian
bersekongkol atau melakukan pemufakatan jahat, dan ikut serta dalam melakukan upaya
penipuan serta memenuhi unsur tindak pidana penipuan, maka orang yang merekomendasikan
dapat dikategorikan sebagai orang yang turut serta dalam melakukan pasal penipuan dan dapat
diminta pertanggungjawaban.
Hal ini ditegaskan dalam Pasal 55 ayat (1) KUHP, yang menyatakan bahwa yang dipidana
sebagai pelaku tindak pidana adalah:
1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan
perbuatan;
2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan
kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan
memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya
melakukan perbuatan.
Perlu diingat bahwa pertanggungjawaban pidana hanya berlaku bila seseorang melakukan sebuah
tindak pidana. Oleh karenanya, apabila orang yang merekomendasikan tidak turut serta
melakukan tindak pidana yang dilakukan oleh orang yang direkomendasikannya, maka ia tidak
dapat dimintai pertanggungjawaban baik secara pidana maupun perdata. Melainkan orang yang
merekomendasikan hanya bertanggung jawab secara moral atas tindakan orang yang
direkomendasikannya.
Demikian jawaban kami seputar pasal penipuan dan sanksi hukum yang mungkin dijatuhkan
pada orang yang merekomendasikannya, semoga bermanfaa