Anda di halaman 1dari 6

Tindak Pidana Tertentu dalam KUHP

KELOMPOK 4

Nama Kelompok:

1. Ida Ayu Putu Kristanty Mahadewi (1704552157)


2. I Putu Diof Adi Pramana (1704552160)
3. Ni Nyoman Sri Wulandari (1704552161)
4. Luh Putu Ayu Catur Adriani (1704552166)
5. I Gede Aditya Lucky Darmawan (1704552167)
6. Ni Putu Linda Rahmadini (1704552169)
7. I Gusti Made Oka Mahendra (1704552177)
8. Ni Made Krisnayanthi (1704552181)
9. Dewa Ayu Devi Dwivasari (1704552192)
10. Ngakan Nyoman Agung Aswatama (1704552194)

Fakultas Hukum

Universitas Udayana

2019

1
Pertemuan ke 13 (tiga belas)

Penipuan dan unsur-unsurnya

1. Contoh Kasus:
A membeli sebuah sepeda motor pada B dengan cara mencicil, setelah B menguasai
sepeda motor tersebut, ia tidak pernah membayar uang cicilannya. A berulang kali menagih
cicilannya kepada B, B selalu menghindar dan tidak mau membayar karena B memang
berniat tidak membayar dan perbuatan tersebut sudah sering dilakukan oleh B, kemudian
perbuatan B tersebut dilaporkan kepada polisi sebagai tindak pidana.
Pertanyaan:
1. Dapatkah perbuatan B diancam dengan tindak pidana penipuan dan Pasal
berapa yang dapat diancamkan kepada B?
JAWAB :
 Menurut kami, dilihat dari obyek dan tujuannya pelaku (si B) diatas memang
dikenakan tindak pidana Penipuan dan tindak pidana Penggelapan, perbuatan B dapat
diancam dengan tindak pidana Penipuan dan tindak pidana Penggelapan, karena si B
dengan sengaja tidak membayar uang cicilan motor, dan tidak mau membayar karena
memang niat si B untuk tidak membayar dan perbuatan tersebut sudah sering
dilakukan oleh si B.

 Pada kasus diatas Si B dapat dikenakan 3 pasal, yaitu pasal :


 Pasal 379a yang berbunyi : “Barang siapa menjadikan sebagai mata pencaharian atau
kebiasaan untuk membeli benda-benda, dengan maksud supaya dengan tanpa
pembayaran seluruhnya, memastikan kekuasaanya terhadap benda-benda itu, untuk
diri sendiri maupun orang lain diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun”.
 Pasal 378 yang berbunyi : “barang siapa dengan maksud untung menguntungkan diri
atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu, dengan tipu
muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya , atau supaya memberi hutang maupun
menghapuskan piutang diancam karena penipuan dengan pidana paling lama empat
tahun”.

2
 Pasal 372 yang berbunyi : “Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum
mengaku sebagai milik sendiri (zich toeeigenen) barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan
karena kejahatan, diancam, karena penggelapan, dengan pidana paling lama empat
tahun atau pidana denda paling banyak enam puluh rupiah”.

2. Unsur – unsur pokok apa yang harus ada dalam tindak pidana penipuan dalam
pasal 372 KUHP?

JAWAB :

Unsur-unsur Pasal 372 KUHP (Wetboek van Strafrecht) :

1. Barang siapa
2. Dengan sengaja
3. Melawan hukum (wederrechttelijk) mengaku sebagai milik sendiri (zich
toeeigenen) barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain (enig goed dat geheel of ten dele aan een ander toebehoort)
4. Yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan (anders dan door misdrijf
onder zich hebben).

Penjelasan Unsur – Unsur Pasal 372 KUHP:

1) Unsur “Barang siapa”

Unsur (bestandeel) barang siapa ini menunjuk kepada pelaku/ subyek tindak pidana,
yaitu orang dan korporasi. Unsur barang siapa ini menunjuk kepada subjek hukum, baik
berupa orang pribadi(naturlijke persoon) maupun korporasi atau badan hukum (recht
persoon), yang apabila terbukti memenuhi unsur dari suatu tindak pidana, maka ia dapat
disebut sebagai pelaku atau dader.

 Bahwa, menurut Prof. Sudikno Mertokusumo :

“Subyek hukum (subjectum juris) adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh, mempunyai
atau menyandang hak dan kewajiban dari hukum, yang terdiri dari :

 orang (natuurlijkepersoon);
 badan hukum (rechtspersoon).”

3
 Menurut Simons, merumuskan strafbaar feit atau delik sebagai berikut :

“eene starfbaar gestelde, onrechtmatige. Met schuld in verband staande, van een
toekeningsvatbaar person.”

Artinya : Suatu perbuatan yang oleh hukum diancam dengan pidana, bertentangan dengan
hukum, dilakukan oleh seseorang yang bersalah dan orang itu dipandang bertanggungjawab
atas perbuatannya.

2) Unsur “Dengan sengaja”

Bahwa, salah satu unsur yang terdapat dalam Pasal 372 KUHP (Wetboek van
Strafrecht) ialah unsur “dengan sengaja (opzettelijk)”, dimana unsur ini merupakan unsur
subjektif dalam tindak pidana penggelapan, yakni unsur yang melekat pada subjek tindak
pidana, ataupun yang melekat pada pribadi pelakunya. Hal ini dikarenakan unsur
“opzettelijk” atau unsur “dengan sengaja” merupakan unsur dalam tindak pidana
penggelapan, dengan sendirinya unsur tersebut harus dibuktikan.

Bahwa terdapat dua teori berkaitan “dengan sengaja” atau opzettelijke. Pertama, teori
kehendak atau wilshtheorie yang dianut oleh Simons, dan kedua teori pengetahuan
atauvoorstellingstheorie yang antara lain dianut oleh Hamel. Bahwa, maksud unsur
kesengajaan dalam pasal ini, adalah seorang pelaku atau dader sengaja melakukan perbuatan-
perbuatan dalam pasal 372 KUHP.

 Bahwa, menurut Prof. Satochid Kartanegara, SH bersama-sama ahli hukum lainnya


dalam “hukum pidana kumpulan kuliah bagian satu”, menyebutkan:

“kesengajaan (opzet) atau dolus dapat dirumuskan sebagai : melaksanakan sesuatu perbuatan,
yang dilarang oleh suatu keinginan untuk berbuat atau tidak”

 Bahwa, menurut Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI No. 166 K/Kr/1963,


tanggal 7 Juli 1964, menjelaskan :

“pemilikan dilakukan dengan sengaja dan bahwa pemilikan itu dengan tanpa hak merupakan
unsur-unsur daripada tindak pidana tersebut dalam pasal 372 KUHP”

4
3) Unsur “Melawan hukum (wederrechttelijk) mengaku sebagai milik sendiri (zich
toeeigenen) barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain (enig goed dat geheel of ten dele aan een ander toebehoort)”.

Bahwa, unsur lain yang terdapat pada Pasal 372 KUHP (Wetboek van Strafrecht),
yaitu unsur “melawan hukum (wederrechtelijk) mengaku sebagai milik sendiri (zich
toeeigenen) barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
lain”.Bahwa, maksud unsur “melawan hukum” atau wederrechtelijk adalah apabila perbuatan
yang dilakukan oleh seorang pelaku atau dader bertentangan dengan norma hukum
tertulis (peraturan perundang-undangan) atau norma hukum tidak tertulis (kepatutan atau
kelayakan) atau bertentangan dengan hak orang lain sehingga dapat dikenai sanksi hukum.

 Menurut Prof Mr. D. Simons mengartikan “zich toeeigenen”:

“Membawa sesuatu benda di bawah kekuasaannya yang nyata sebagaiman yang dapat
dilakukan oleh pemiliknya atas benda tersebut, sehingga berakibat bahwa kekuasaan atas
benda itu menjadi dilepaskan dari pemiliknya”

 Menurut Munir Fuady menyatakan :

Bahwa perbuatan yang dilakukan haruslah melawan hukum, sejak tahun 1919, unsur
melawan hukum ini diartikan dalam arti yang seluas-luasnya, yakni meliputi hal-hal sebagai
berikut:

a. Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku.

b. Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum.

c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku.

d. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan (goede zeden).

e. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam masyarakat untuk
memperhatikan kepentingan orang lain (indruist tegen de zorgvildigheid, welke in het
maatschappelijke verkeer betaamt ten aanzien van anders person of goed)

4) Yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan (anders dan door misdrijf
onder zich hebben).

5
Bahwa, untuk menentukan terpenuhinya unsur ini, maka pelaku (dader) yang diduga
telah melakukan tindak pidana (strafmaatregel) penggelapan (verduistering) harus menguasai
barang tersebut bukan dengan jalan kejahatan.

 Menurut Adami Chazawi mengatakan :

“Sesuatu benda berada dalam kekuasaan seseorang adalah apabila antara orang itu dengan
bendanya terdapat hubungan yang sedemikian eratnya, sehingga apabila ia akan melakukan
segala perbuatan terhadap benda itu ia dapat segera melakukannya secara langsung dan nyata,
tanpa terlebih dulu harus melakukan perbuatan lain. Benda milik orang lain berada dalam
kekuasaan seseorang bukan karena kejahatanlah yang merupakan unsur dari delik
penggelapan ini, dan ini dapat terjadi oleh sebab perbuatan-perbuatan hukum seperti:
penitipan, perjanjian sewa menyewa, pengancaman, dsb.”

 Menurut Brigjen Drs. H.A.K. Moch. Anwar, SH mengatakan :

“barang harus seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain. Barang tidak perlu
kepunyaan orang lain pada keseluruhannya”.

3. Bagaimana kalau motor yang dibeli oleh A setelah lunas dibayarnya, ternyata
motor tersebut tidak jelas pemiliknya. Dapatkah A diacam dengan tindak
pidana penipuan?

JAWAB :

Anda mungkin juga menyukai