Anda di halaman 1dari 4

NAMA : IRAYATA GURUSINGA

NIM : 217005111
KELAS : PARAREL B
MATA KULIAH : HUKUM ANTI MONEY LAUNDRING

1. Apa yang dimaksud dengan Self Laundering, Third Party Money Laundering
dan Stand Alone Money Laundring ?

 Self laundering merupakan pencucian uang yang dilakukan oleh orang


yang terlibat dalam perbuatan tindak pidana asal.
 Third Party Money Laundering merupakan pencucian uang yang
dilakukan oleh orang yang tidak terlibat dalam perbuatan tindak pidana
asal.
 Stand Alone Money Laundring adalah pencucian uang yang dapat berdiri
sendiri dengan mengacu pada penuntutan tindak pidana pencucian uang
secara tunggal, tanpa harus menuntut tindak pidana asal.

2. Mengapa tindak pidana asal tidak wajib dibuktikan / tidak wajib dibuktikan
terlebih dahulu?

 Dapat dijelaskan bahwasannya berdasarkan pasal 69 UU TPPU yang


berbunyi: “Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan terhadap tindak pidana Pencucian Uang tidak wajib
dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya.” Dalam membaca dan
memahami Pasal 69 UU TPPU haruslah dilihat secara satu kesatuan yang
utuh dan tidak terpotong-potong. Perlu diperhatikan bahwa ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 69 UU TPPU ini menyatakan bahwa “tidak
wajib dibuktikan terlebih dahulu”. Dengan demikian bukan berarti bahwa
dalam melakukan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan tidak wajib membuktikan tindak pidana asal, namun perlu
dipahami dan dibaca secara utuh bahwa frasa “terlebih dahulu” adalah lebih
menjelaskan mengenai waktu untuk pembuktian tindak pidana asalnya.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembuktian terbalik dalam perkara
TPPU dan bandingkan dengan pembuktian terbalik pada kasus TIPIKOR?

 Pembuktian terbalik merupakan upaya untuk meyakinkan hakim atas


kebenaran dalil-dalil yang diajukan di persidangan yang tidak hanya
dilakukan oleh Penuntut Umum, melainkan juga oleh Terdakwa maupun
kuasa hukumnya. Pembuktian terbalik dalam TPPU bersifat Lex Specialis
terhadap KUHAP dan UU TIPIKOR. Jika Pemohon mampu membuktikan
aset yang dimilikinya bukanlah hasil kejahatan sesuai teori pembuktian
terbalik, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Penetapan tersangka
dalam banyak kasus TPPU yang terjadi, justru karena ketidakmampuan
tersangka membuktikan aset yang dimilikinya bukan hasil kejahatan.
Ketidakmampuan inilah yang secara tidak langsung menunjukkan adanya
tindak pidana asal. “Ketidakmampuan terdakwa membuktikan asal-usul
asetnya menunjukan bahwa itu berasal dari sumber yang tidak sah dan
menunjukan juga bahwa keberadaan tindak pidana, eksistensi pidana asal
itu juga sudah ada. Seperti yang dapat kita lihat dalam UU TPPU yakni :
Terdakwa wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan merupakan
hasil tindak pidana (Ps. 77); Hakim memerintahkan terdakwa agar
membuktikan bahwa harta kekayaan yg terkait dengan perkara bukan
berasal atau terkait dengan tindak pidana (Ps. 78);

4. Jelaskan pengecualian ketentuan rahasia bank yang berlaku untuk bank,


PPATK dan penegak hukum?

 Pengesampingan ketentuan kerahasiaan dapat kita lihat di dalam pasal 28,


pasal 41 ayat (2), pasal. 45, dan pasal 72 UU TPPU. Ketentuan rahasia
bank yang diatur dalam Pasal 40 UU 10/1998 ternyata juga dikecualikan
dalam UU TPPU. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 45 UU TPPU sebagai
berikut : Dalam melaksanakan kewenangannya sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini, terhadap PPATK tidak berlaku ketentuan
peraturan perundang-undangan dan kode etik yang mengatur kerahasiaan.
Dalam Penjelasan Pasal 45 UU TPPU dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan "kerahasiaan" antara lain rahasia bank, rahasia non-bank, dan
sebagainya. Dimana di dalam Pasal 72 ayat (2) UU TPPU juga diatur
mengenai pengecualian rahasia bank berkaitan dengan hal di atas,
sebagai berikut: Dalam meminta keterangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bagi penyidik, penuntut umum, atau hakim tidak berlaku
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur rahasia bank
dan kerahasiaan Transaksi Keuangan lain. Pelaksanaan kewajiban
pelaporan oleh pihak pelapor dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan
yang berlaku bagi pihak pelapor yang bersangkutan. Transaksi mana
pastinya akan menyangkut rahasia bank karena hal itu berkaitan dengan
keterangan nasabah dan simpananya yang sebenarnya bank harus
merahasiakannya. Bila bank atau penyedia jasa keuangan tidak
melaporkan hal ini maka bank atau penyedia jasa keuangan tersebut justru
dikenakan sanksi administratif berupa: peringatan, teguran tertulis,
pengumuman kepada publik mengenai tindakan atau sanksi; dan/atau
denda administrative.

5. Apakah yang dimaksud dengan NON-CONVICTION BASED ASSET


FORFEITURE seperti diatur dalam pasal 67 UU TPPU?

 Yang dimaksud dengan NON-CONVICTION BASED ASSET


FORFEITURE adalah Perampasan aset tanpa pemidanaan atau non-
conviction based asset forfeiture (NCB asset forfeiture) adalah konsep
pengembalian kerugian negara yang pertama kali berkembang di negara
common law, seperti Amerika Serikat. Konsep ini bertujuan untuk
mengembalikan kerugian negara yang ditimbulkan akibat tindak kejahatan
tanpa terlebih dahulu menjatuhkan pidana pada pelakunya. Pasal 67
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU) memberikan
kewenangan kepada penyidik untuk mengajukan permohonan kepada
pengadilan negeri agar pengadilan memutuskan harta kekayaan (aset)
yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindakpidana menjadi
aset negara atau dikembalikan kepada yang berhak. Berdasarkan Pasal 2
UU TPPU, tindak pidana korupsi termasuk dalam kategori tindak pidana
asal yang hasil tindak pidana korupsi tersebut dapat dirampas
menggunakan Pasal 67 UU TPPU.
Ketentuan tersebut merupakan salah satu upaya perampasan aset tanpa
pemidanaan atau NCB asset forfeiture. Dalam sistem NCBasset Forfeiture
ini aset yang merupakan hasil atau sarana tindak pidana diposisikan
sebagai subjek hukum atau pihak, sehingga para pihaknya terdiri dari
negara yang diwakili oleh penyidik TPPU sebagai pemohon atau penuntut
melawan aset yang diduga hasil atau sarana tindak pidana sebagai
termohon. Mekanisme ini memungkinkan dilakukannya perampasan aset
tanpa harus menunggu adanya putusan pidana yang berisi tentang
pernyataan kesalahan dan penghukuman bagi pelaku tindak pidana.

6. Jelaskan tentang perlindungan bagi saksi dan pelapor sesuai dengan pasal
85,86 dan 87 UU TPPU?

 UU TPPU sangat memperhatikan perlunya pemberian perlindungan baik


terhadap pelapor maupun saksi. Hal ini dapat kita lihat dalam pasal 85,86,
dan 87 UU TPPU. Dimana jaminan perlindungan tersebut telah diberikan
pada saat pelaporan. Pemberian perlindungan tersebut diberikan sebelum
maupun sesudah proses pemeriksaan perkara. Secara materiil, pengaturan
mengenai perlindungan bagi korban dan saksi tindak pidana pencucian
uang dalam UU PPTPPU tidak hanya sebatas pada perlindungan fisik
tetapi juga perlindungan hukum yang berupa perlindungan kepada pelapor
dan saksi dari adanya gugatan atau tuntutan baik secara perdata atau
pidana. Dapat kita lihat pada Pasal 86 ayat (1) UU PPTPPU bahwa setiap
orang yang memberikan kesaksian dalam pemeriksaan tindak pidana
pencucian uang wajib diberi perlindungan khusus oleh negara dari
kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan/atau hartanya,
termasuk keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai