Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN PASAL 69 PADA UNDANG-UNDANG NO 8

TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN


PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Oleh:

Sondang William Gabriel Manalu (190200328)

MEDAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
berkat, rahmat, dan kuasanya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Tindak Pidana Khusus, dan judul makalah ini adalah "Tinjauan Pasal
69 pada Undang-Undang No 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang".

Saya ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Tindak Pidana
Khsusu yang telah memberikan tugas ini, sehingga memperluas ilmu dan
pengetahuan saya selaku mahasiswa. Saya juga berterima kasih kepada semua
pihak yang sudah membantu dalam penulisan makalah ini dari awal hingga
selesai.

Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah,


dan saya juga mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan
pertimbangan perbaikan makalah ini. Terima kasih.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diawali dengan penggunaan istilah bahasa inggris, “Money Laundering” yang


kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indoneasi menjadi “Pencucian Uang”.
Pengertian pencucian uang merujuk pada regulasinya adalah “segala perbuatan
yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam
undang-undang ini”1.

jika hanya merujuk pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tersebut


tampak definisi dari pencucian uang belum jelas. Maka perlu dilihat juga regulasi
lain yakni Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana
pencucian Uang

di dalam UU 25/2003 dijelaskan bahwa Pencucian Uang adalah perbuatan


menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,
menyumbang- kan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau
perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan sehingga seolah-olah menjadi Harta
Kekayaan yang sah2

pada umumnya proses pencucian uang modern terdiri dari tiga tahap, yaitu
placement, layering dan integration. Ketiga langkah itu dapat terjadi dalam waktu
bersamaan. Langkah-langkah tersebut dimaksudkan untuk menempatkan dana
illegal ke dalam sistem keuangan, dengan tujuan agar tidak mengundang
kecurigaan dari pihak yang berwenang3

merujuk pada pengertian Tindak Pidana Pencucian uang pada UU 25/2003


tadi, didalamnya terdapat unsur “yang diketahuinya atau patut diduga merupakan
1
Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG
2
Undang Undang No 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
3
Yenti Garnasih, Penegakan Hukum Anti Pencucian Uang, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2016, hal. 4
hasil tindak pidana” maka tentu terdapat suatu tindak pidana yang terjadi sebelum
adanya tindak pidana pencucian uang tersebut

Seperti disampaikan di atas bahwa tindak pidana pencucian uang


mempunyai karakteristik yang berbeda dengan jenis kejahatan pada umumnya,
terutama bahwa kejahatan ini bukan merupakan kejahatan tunggal tetapi kejahatan
ganda (double crimes).4

Hal ini juga dapat dilihat pada ketentuan pasal 2 UU TPPU yang
menyebutkan 25 jenis kejahatan yang dapat dikenal sebagai kejahatan asal. Maka
dari itu tidak mungkin ada tindak pidana pencucian uang jika tidak didahului
tindak pidana asal.

Namun dalam perkembangannya seperti yang diketahui pada pasal 69


TPPU, tidak diwajibkan aparatur pengeak hukum untuk membuktikan terlebih
dahulu tindak pidana asal dalam menyelidik,menyidik hingga menuntut, serta
memeriksa perkara tindak pidana pencucian uang di persidangan.

Hal inilah yang menunjukkan keberadaan Independent Crime dari


perspektif pembuktian delik, ketentuan ini juga sering dijadikan dasar untuk
menyatakan bahwa dalam keadaan tertentu, terhadap pembuktian tindak pidana
pencucian uang tidak perlu menunggu inkrach nya tindak pidana asal, bahkan
dapat juga tanpa adanya pembuktian tindak pidana asal terlebih dahulu.5

Sejatinya pasal 69 TPPU tersebut bertujuan untuk mencegah pelaku untuk


secara cepat menghilangkan harta yang berasal dari tindak pidana tersebut. jika
menunggu tindak pidana asal terbukti terlebih dahulu maka akan memakan waktu
yang cuykup lama sehingga berpotensi harta tersebut sudah dialihkan atau
disembunyikan oleh karenanya pasal 69 tersebut dibutuhkan untuk mencegah
kejadian tersebut

B. Rumusan Masalah

4
Ibid hal 5
5
Afdal Yanuar, Diskursus Antara Kedudukan Delik Pencucian Uang, Jurnal Konstitusi,Volume 16,
No 4, Priode 2 Desember 2019, hal. 724-729.
1. Apakah tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana berdiri
sendiri atau tindak pidana lanjutan jika dikaitkan dengan Pasal 69?
2. Apa dampak hukum yang ditimbulkan dari Pasal 69 UU TPPU?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tindak Pidana Pencucian Uang ditinjau dari Pasal 69

Pasal 69 di Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan


Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang berbunyi

“Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang


pengadilan terhadap tindak pidana Pencucian Uang tidak wajib dibuktikan terlebih
dahulu tindak pidana asalnya.”6

Pada pasal diatas ditemukan kata “ tidak wajib”. Dalam hal ini R. Wiyono
mengatakan bahwa “ yang dimaksud dengan “tidak wajib di buktikan terlebih
dahulu ” tersebut adalah tidak wajib dibuktikan dengan adanya putusan
pengadilan atas pidana asal yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap
(inkracht)7

Maka jika dimengerti secara seksama, definisi yang diberikan R wiyono dapat
berarti tindak pidana pencucian uang jika diduga (pendugaan pada hal ini terhadap
seseorang pelaku pencucian uang. Ialah jika seseorang memiliki harta kekayaan
yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan profil atau pekerjaan yang dimilikinya)
seorang melakukan pencucian uang, maka dapat dilakukan penyidikan terlebih
dahulu tanpa harus membuktikan ataupun diketahui tindak pidana asal yang
dilakukan seorang pelaku pencucian uang.

Pasal 69 UU TPPU sendiri sudah dua kali di uji ke Mahkamah Konstitusi


dengan masing masing nomor putusan, Pengujian pertama diputuskan pada
tanggal 12 Febuari 2015 dengan nomor putusan 77/PUU-XII/2014 dan pengujian
kedua diputuskan pada 14 juli tahun 2016 dengan nomor putusan 90/PUU-
XIII/2015.

Pada Putusan 77/PUU-XII/2014 terdapat pertimbangan hakim dimana

6
Undang-Undang No 8 Tahun 2010 Pasal 69
7
R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang, Cetakan ke-I, Jakarta: Sinar Grafika, 2014, hlm. 195
“[3.18] menurut Mahkamah andaikata pelaku tindak pidana asalnya
meninggal dunia berarti perkaranya menjadi gugur, maka si penerima
pencucian uang tidak dapat dituntut sebab harus terlebih dahulu dibuktikan
tindak pidana asalnya. Adalah suatu ketidak adilan bahwa seseorang yang
sudah nyata menerima keuntungan dari tindak pidana pencucian uang tidak
diproses pidana hanya karena tindak pidana asalnya beluk dibuktikan terlebih
dahulu. Rakyat dan masyarakat Indonesia akan mengutuk bahwa seseorang
yang nyata-nyata telah menerima keuntungan dari tindak pidana pencucian
uang lalu lepas dari jeratan hukum hanya karena tindak pidana asalnya belum
dibuktikan terlebuh dahulu, namun demikian tindak pidana pencucian uang
memang tidak berdiri sendiri, tetapi harus ada keaitannya dengan tidak pidana
asal. Bagaimana mungkin ada tindak pidana pencucuian uang kalau tidak ada
tindak pidana asalnya. Apabila tindak pidana asalnyatidak bisa dibuktikan
terlebih dahulu, maka tidak menjadi halangan untuk mengadili tindak pidana
pencucian uang…..”8

Pada Putusan keduanya dengan nomor 90/PUU-XIII/2015, Mahkamah


konstitusi juga menyebutkan beberapa pendapat seperti,

“[3.12] Menimbang bahwa TPPU adalah tindak pidana lanjutan (follow up


crime) yang merupakan kelanjutan dari tindak pidana asal (predicate crime),
sebagai sebuah upaya untuk menyembuhkan, atau menghilangkan jejak,
sedemikian rupa sehingga tidak dapat diketahui bahwa harta kekayaan tersebut
berasal dari tindak pidana. Sedangkan tindak pidana asal (predicate crime)
merupakan tindak pidana yang menghasilkan uang/harta kekayaan yang
kemudiaan dilakukan proses pencucian. Oleh karena itu tidak mungkn ada
TPPU tanpa adanya tindak pidana asalnya terlebih dahulu………

Sebagai follow up crime, menurut Mahkamah untuk melakukan


penyidikan,penuntutan, dan pemeriksaan dalam perkara TPPU tetap harus
didahului dengan adanya tindak pidana asal, namun tindak pidana asal tersebut
tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu. Jadi frasa “tidak wajib dibuktikan
terlebih dahulu” bukan berarti tidak perlu dibuktikan sama sekali, namun
8
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 77/PUU-XII/2014
TPPU tidak perlu menunggu lama sampai perkara pidana asalnya diputus atau
telah memperoleh kekuatan hukum tetap”9

Dalam 2 pertimbangan diatas jelas bahwa Mahkamah Konstitusi sendiri


memandang tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu pidana asal untuk dapat
dilakukan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara
TPPU. Namun dalam pertimbangan tersebut Mahkamah juga menegaskan bahwa
TPPU tidak berdiri sendiri tetapi ada kaitannya dengan tindak pidana asal, karena
tidak mungkin ada TPPU tanpa ada tindak pidana asal.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Tindak Pidana


Pencucian uang bukan lah tindak pidana yang dapat berdiri sendiri tanpa tindak
pidana asalnya. Tanpa tindak pidana asal Tindak pidana pencucian uang tidak
mungkin ada .

Ketentuan pada pasal 69 tidak mengenyampingkan ketentuan bahwa Tindak


Pidana Pencucian Uang merupakan tindak pidana lanjutan namun hanya
mengefektifkan proses hukum

Dengan berprinsip follow the money (menelusuri aliran uang) juga tentu
memudahkan aparat penegak hukum untuk mengungkap para pelakiu tindak
pidana yang dilakukan sekaligus menyita hasil-hasil kejahatannya.

Pendekatan follow the money mendahulukan mencari uang atau harta


kekayaan hasil tindak pidana dibandingkan dengan mencari pelaku kejahatan.
Setelah hasil diperolah, kemudian dicarilah pelaku tindak pidana yang dilakukan.
Dengan pendekatan ini maka memungkinkan untuk membuktikan terlebih dahulu
Tindak Pidana Pencucian Uang sebelum tindak pidana asalnya.

B. Polemik Implikasi Pasal 69 UU TPPU

Terdapat beberapa masalah yang mungkin ditimbulkan karena penerapan dari


pasal 69 Undang-Undang TPPU dan Undang Undang ini tentu mendapatkan
tanggapan pro dan kontra dari pada ahli pidana,

9
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 90/PUU-XIII/2015
Pada hakikatnya perkembangan penegakan hukum tindak pidana pencucian
uang tidak menjadi kewajiban untuk pembuktian tindak pidana asal, atau dengan
kata lain proses hukum atas tindak pidana tersebut tidak menjadi harus dipisah
sembari menunggu predicate crime-nya terbukti berdasarkan putusan pengadilan
inkrah.

Dalam Polemik ini sendiri, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK), M Yusuf menegaskan Pasal 69 UU No. 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU
TPPU) bermakna pencucian uang sebagai tindak pidana yang berdiri sendiri
(independent crime). TPPU memiliki karakter khusus.

Yusuf menerangkan tidak terbuktinya tindak pidana asal (perbankan) dalam


persidangan, tidak sertamerta perbuatan TPPU ikut tidak terbukti. Sebab, bisa
saja pelaku memang tidak terbukti melakukan tindak pidana asal atau salah
penerapan pasal dakwaan atau penyidik belum menemukan unsur tindak pidana
asalnya. Karena itu, proses penegakan hukum TPPU tidak terpengaruh dengan
bebasnya terdakwa dari dari predicate crime.10

Pernyataan Yusuf tersebut tentu sudah berbeda atau bernegasi dalam kajian
diawal yang menyatakan Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan tindak
pidana lanjutan yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya tindak pidana asal.

Pernyataan dari Yusuf juga mengindahkan kalau putusan saling bertentangan


antara tindak pidana asal dengan tindak pidana pencucian uang adalah sah.
Maksudnya walau pada tindak pidana asal terdakwa mendapatkan putusan bebas,
putusan tersebut tidak berdampak kepada tindak pidana pencucian uangnya karena
hal hal seperti salah penerapan pasal dakwaan atau penyidik belum menemukan
unsur tindak pidana asalnya atau terdakwa pada tindak pidana asal meninggal.

Tidak terbuktinya tindak pidana asal menurutnya bukan berarti tindak pidana
asal tersebut tidak ada oleh karenanya dia menyatakan kalau Tindak Pidana
Pencucian Uang merupakan independent crime.

10
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5612f12d4e884/ppatk-tegaskan-tppu-sebagai-
iindependent-crime-i diakses pada tanggal 30 Desember 2021 pukul 12.51-
Putusan MK Nomor 77/PU-XII/2014 Mahkamah tidak bulat dalam
mengambil putusan, terdapat dua Hakim Konstitusi yang mempunyai pendapat
berbeda (Dissenting Opinion). Karena berpendapat bahwa untuk dapat seseorang
dituntut dengan dakwaan Tindak Pidana Pencucian Uang, maka harta kekayaan
itu harus merupakan hasil dari salah satu atau beberapa tindak pidana asal
(predicate crimes atau predicate offence), dengan kata lain tidak ada tindak pidana
pencucian uang apabila tidak ada tindak pidana asal (predicate crimes atau
predicate offence).11

Lantas atas polemik tersebut terdapat upaya hukum yang dapat dilaksanakan
jika benar putusan tentang tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian uang
memiliki putusan yang saling bertentangan seperti peninjauan kembali.

Peninjauan Kembali (PK) yang dalam Bahasa Belanda dikenal dengan istilah
Herziening adalah suatu upaya hukum luar biasa dalam hukum pidana, terhadap
suatu putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht
van gewjisde). Hal ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 263
ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang berisi

“Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum


tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana
atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan peninjuan kembali kepada
Mahkamah Agung”12

Syarat dapat diajukannya PK adalah adanya keadaan atau bukti baru (novum).
Keadaan atau bukti baru yang menjadi landasan diajukannya PK tersebut adalah
yang mempunyai sifat dan kualitas "menimbulkan dugaan kuat", yang diartikan:

1. Jika seandainya keadaan baru itu diketahui atau ditemukan dan


dikemukakan pada waktu sidang berlangsung, dapat menjadi faktor
dan alasan untuk menjatuhkan putusan bebas atau putusan lepas
dari segala tuntutan hukum;
11
Ramdan, Ajie. 2017. Pengaruh Putusan Mahkamah Konstitusi No. 77/PUU-XII/2014 Terhadap
Pemberantasan Money Laundering Perbandingan Indonesia dengan Tiga Negara Lain. Jurnal
Penelitian Hukum. Bandung: Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran.
12
Pasal 263 ayat 1 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
2. Keadaan baru itu jika ditemukan dan diketahui pada waktu sidang
berlangsung, dapat menjadi alasan dan faktor untuk menjatuhkan
putusan yang menyatakan tuntutan penuntut umum tidak dapat
diterima;
3. Dapat dijadikan alasan dan faktor untuk menjatuhkan putusan
dengan menerapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

Permohonan PK diajukan berdasarkan alasan-alasan yang terdiri :

a. Putusan memperlihatkan kekhilafan atau kekeliruan yang


mencolok;
b. Dalam putusan terdapat keterangan-keterangan yang ternyata satu
sama lain saling bertentangan;
c. Apabila terdapat keadaan baru, yang apabila diketahui pada saat
sidang berlangsung, putusan yang akan dijatuhkan akan
membebaskan terdakwa atau melepaskannya dari segala tuntutan
hukum;
d. Apabila dalam putusan suatu perbuatan dinyatakan terbukti, akan
tetapi pernyataan itu tidak diikuti dengan pemidanaan

Maka atas terjadinya perbedaan putusan pada tindak pidana asal dan tindak pidana
pencucian uang yang mana perbedaan putusan medupakan keadaan atau bukti
baru (novum) dapat diajukan uapaya hukum peninjauan kembali ke Mahkamah
Agung.

Putusan tindak pidana asal yang bertentangan dengan tindak pidana


pencucian uang tentu merupakan sesuai dengan poin-poin yang sudah dijabarkan
diatas mengenai peninjauan kembali.
Keseimpulan
Tindak Pidana Pencucian uang sudah diakui menjadi tindak pidana lanjutan yang
tidak dapat berdiri sendiri tanpa tindak pidana asal. Ketentuan pada pasal 69 UU
TPPU tentu tidak bertentangan dengan pernyataan tersebut karena tujuan dari
pasal 69 adalah untuk mengefektifkan jalannya proses penegakan hukum dan
menghindari kejadian pelaku untuk menyembunyikan atau menghilangkan uang
yang diduga atau patut diduga merupakan hasil uang tindak pidana

Begitu juga dengan pendekatan follow the money yang mana berarrti menelusuri
arah laju uang hasil tindak pidana, sangat memungkin kan penerapan pasal 69 UU
TPPU. Karena tidak berfokus kepada siapa pelaku melainkan berfokus kea rah
jalur laju uang

Adapun terjadi banyak perbedaan pendapat atas implikasi dari pasal 69 TPPU ini
masih diperdebatkan sampai hari ini dengan beberapa rasionalisasi beberapa
seperti jika tindak pidana asal tidak terbukti tindak pidana pencucian uang tentu
tidak terbukti dan rasionalisasi lain seperti jika tindak pidana asal tidak terbukti
bisa jadi tidak terbuktinya karena kesalahan dalam peletakan pasal dan bukan
berarti tidak ada tindak pidana asal.

Adapun jika terjepit diantara putusan tindak pidana yang saling bertentangan
antara tindak pidana asal dengan tindak pidana pencucian uang maka upaya
hukum yang dapat dilakukan adalah peninjauan kembali.
Daftar Pustaka

Regulasi

Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan


Tindak Pidana Pencucian Uang

Undang Undang No 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Yurisprudensi

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 77/PUU-XII/2014

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 90/PUU-XIII/2015

Buku

Yenti Garnasih, Penegakan Hukum Anti Pencucian Uang, PT Raja Grafindo


Persada, Jakarta, 2016

R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak


Pidana Pencucian Uang, Cetakan ke-I, Jakarta: Sinar Grafika, 2014, hlm. 195

Jurnal

Afdal Yanuar, Diskursus Antara Kedudukan Delik Pencucian Uang, Jurnal


Konstitusi,Volume 16, No 4, Priode 2 Desember 2019

Ramdan, Ajie. 2017. Pengaruh Putusan Mahkamah Konstitusi No. 77/PUU-


XII/2014 Terhadap Pemberantasan Money Laundering Perbandingan Indonesia
dengan Tiga Negara Lain. Jurnal Penelitian Hukum. Bandung: Departemen
Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.

Link

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5612f12d4e884/ppatk-tegaskan-tppu-
sebagai-iindependent-crime-i
Ramdan, Ajie. 2017. Pengaruh Putusan Mahkamah Konstitusi No. 77/PUU-
XII/2014 Terhadap Pemberantasan Money Laundering Perbandingan Indonesia
dengan Tiga Negara Lain. Jurnal Penelitian Hukum. Bandung: Departemen
Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai