Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN 10

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

A. TUJUAN PERKULIAHAN

Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan menganalisis Tindak Pidana Pencucian Uang.

B. URAIAN MATERI

Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang

Kata "aksi" berarti "tindakan" selama "Pidana" berarti "penderitaan" yang dipaksakan
dengan sengaja kepada orang-orang yang melakukan tindakan yang memenuhi persyaratan aman.
Hal itu diketahui dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). dengan istilah feit
kriminal dan dalam literatur hukum Tindak pidana sering menggunakan istilah delik sedangkan
undang-undang merumuskan undang-undang istilah peristiwa pidana atau tindak pidana atau
perbuatan Pelanggaran adalah istilah yang Pengertian dasar dalam ilmu fiqih, sebagai istilah yang
terbentuk dengan kesadaran untuk memberikan sifat-sifat tertentu pada peristiwa hukum
Kriminal. Kejahatan memiliki arti abstrak peristiwa tertentu di bidang hukum pidana, sehingga
suatu tindak pidana harus diberi makna ilmiah dan didefinisikan dengan jelas agar dapat
memisahkan istilah-istilah tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Moeljanto, tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu peraturan
perundang-undangan, dimana larangan ini disertai dengan ancaman sanksi berupa kejahatan
tertentu, bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut akan dirujuk kepada perbuatan yang
dilakukan oleh perilaku pelaku. orang tersebut dan ancaman ditujukan kepada orang yang
melakukan perbuatan tersebut.

Berdasarkan pandangan di atas, pengertian tindak pidana yang dimaksud adalah bahwa
perbuatan atau perbuatan pidana selalu merupakan perbuatan yang tidak patut atau bertentangan
dengan suatu persyaratan hukum atau suatu perbuatan yang dilarang oleh peraturan perundang-
undangan atau suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan. hukum,
disertai dengan hukuman pidana yang ditujukan terhadap perbuatan tersebut, sedangkan ancaman
atau sanksi pidana ditujukan kepada orang yang melakukan kejadian tersebut atau orang yang
menyebabkan kejadian tersebut. Dalam hal ini adalah siapa saja yang melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku, sehingga dapat dikatakan bahwa orang tersebut adalah pelaku
tindak pidana atau juga erat kaitannya dengan tindak pidana.

Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang

Pencucian uang adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh orang atau organisasi
terhadap uang ilegal, yaitu uang yang diperoleh dari kegiatan kriminal, dengan maksud untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asalnya dari pemerintah atau otoritas terkait untuk
mencegah Berbuat sebaliknya, dan khususnya memasukkan uang, kemudian dapat dikeluarkan
dari sistem keuangan sebagai uang yang sah.
Menurut Black Law Dictionary, pencucian uang didefinisikan sebagai istilah yang digunakan
untuk menggambarkan investasi atau transfer dana dari korupsi, perdagangan narkoba dan
sumber-sumber terlarang lainnya ke dalam saluran hukum atau hukum sedemikian rupa
sehingga sumber aslinya tidak dapat dilacak.

Dana yang diperoleh dari tindak pidana pencucian uang pada umumnya tidak langsung
dihabiskan atau digunakan oleh pelaku kejahatan. Karena konsekuensinya dapat dengan mudah
ditelusuri oleh aparat penegak hukum sampai ke sumber penerimaan. Biasanya, dana kriminal
yang cukup besar disuntikkan ke sistem keuangan terlebih dahulu, khususnya sistem perbankan.
Model perbankan ini sangat sulit ditiru oleh penegak hukum, para pelaku kejahatan ini seringkali
menginvestasikan hasil kejahatannya di berbagai bisnis yang sah, seperti operasi, seolah-olah
kekayaan para penjahat yang dipintal melalui proses itu tampak sah.

UU Pencucian Uang

Saat ini tindak pidana pencucian uang diatur dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, undang-undang
ini menggantikan undang-undang sebelumnya yang mengatur tentang pencucian uang yaitu
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 Ketentuan hukum tentang tindak pidana
pencucian uang mengacu pada Pasal 3, 4 dan 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Pasal 3 menyatakan: “Setiap
orang yang menginvestasikan, memindahtangankan, memindahtangankan, membelanjakan,
membayar, menghibahkan, menitipkan, memindahtangankan ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan uang atau surat berharga, atau melakukan segala urusan lain dengan barang milik
yang diketahuinya atau patut diduga bahwa itu adalah hasil dari sebuah kejahatan. Pelanggaran
yang bertujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta benda dipidana dengan
pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000
(sepuluh miliar rupiah)”. Pasal 4 menyatakan: “Setiap orang yang menyembunyikan atau
menyembunyikan asal-usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak, atau pemilikan yang
sebenarnya atas suatu barang yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil dari
tindak pidana pencucian uang dengan ancaman pidana paling lama 20 (dua puluh lima) dua
puluh) tahun) dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”. Pasal 5
menyatakan bahwa “Barangsiapa menerima atau menguasai harta benda yang ditempatkan,
dialihkan, dibayarkan, dihibahkan, dihibahkan, dimiliki, ditukar, atau digunakan yang
diketahuinya sebagai hasil tindak pidana, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah)”. Berdasarkan Pasal 2
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, yang dapat digolongkan sebagai tindak pidana asal
pencucian uang, yaitu “korupsi, suap, narkotika, psikotropika, penyelundupan tenaga kerja,
penyelundupan migran, di sektor perbankan, di sektor pasar modal. , di bidang perasuransian,
kepabeanan, cukai, perdagangan manusia, perdagangan senjata ilegal, terorisme, penculikan,
pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan, perjudian, prostitusi, perpajakan, kehutanan,
lingkungan, kelautan dan perikanan, atau apapun tindak pidana lainnya yang diancam dengan
pidana 4 tahun atau lebih”. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 di atas, Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam e-learning PPATK
mengklasifikasikan pelaku pencucian uang menjadi dua klarifikasi, yaitu pelaku pencucian uang
aktif. dan pelaku TPPU pasif yaitu pelaku TPPU aktif yang memenuhi Pasal 3 dan Pasal 4,
apabila pelaku TPPU keduanya merupakan pelaku tindak pidana asal. se dan orang yang
mengetahui atau patut menduga bahwa harta kekayaan itu berasal dari hasil tindak pidana.
Pelaku pencucian uang pasif adalah pelaku yang diatur dalam Pasal 5, dimana pelaku pencucian
uang adalah pihak yang memanfaatkan hasil tindak pidana dan melakukan penyembunyian atau
penyembunyian asal usul kekayaan. Selain mengklasifikasikan pelaku pencucian uang menjadi
2, terdapat 3 tahapan proses pencucian uang, yaitu:

1. Penempatan adalah upaya untuk memasukkan dana yang berasal dari tindak pidana ke dalam
sistem keuangan. Bentuk kegiatan ini antara lain:
1. Menempatkan dana di bank terkadang diikuti dengan pengajuan/pembayaran pinjaman.
2. Menyetorkan uang ke PJK sebagai pembayaran pinjaman untuk mengaburkan jejak audit.
3. Menyelundupkan uang tunai dari satu negara ke negara lain.
4. Mendanai bisnis yang tampak sah atau terkait dengan bisnis yang sah dalam bentuk
kredit/pembiayaan, sehingga mengubah uang tunai menjadi kredit/pembiayaan.
5. Pembelian barang berharga bernilai tinggi untuk keperluan pribadi, pembelian hadiah bernilai
tinggi sebagai penghargaan/hadiah kepada pihak lain yang pembayarannya dilakukan melalui
PJK.

2. Layering memisahkan hasil kejahatan dari sumbernya, kejahatan, melalui beberapa tahap
transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal dana. Dalam kegiatan ini,
dana dipindahkan dari rekening atau lokasi tertentu ke lokasi lain sebagai akibat dari penempatan
melalui serangkaian transaksi kompleks yang bertujuan untuk menyamarkan dan menghilangkan
jejak asal-usul dana tersebut. Bentuk kegiatan ini antara lain:
1) Pengiriman uang dari satu bank ke bank lain dan/atau antar daerah/negara.
2) Menggunakan setoran tunai sebagai jaminan untuk mendukung transaksi yang sah. 3) Transfer
uang tunai melintasi batas negara melalui jaringan kegiatan bisnis yang sah atau perusahaan
cangkang.
3. Integrasi adalah upaya penggunaan harta kekayaan yang tampak sah, baik untuk dinikmati
secara langsung, untuk diinvestasikan dalam berbagai bentuk kekayaan materiil atau finansial,
untuk mendanai kegiatan usaha yang sah, atau untuk membiayai kembali kegiatan pidana.

Unsur-Unsur Tindak Pidana

Saat menyiapkan pernyataan fakta, pertama-tama kita mungkin menemukan penyebutan


tindakan manusia di mana seseorang melakukan tindakan yang dilarang oleh hukum. Setiap
tindak pidana yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) memiliki
unsur yang terdiri dari unsur subjektif dan unsur objektif. Unsur subjektif adalah unsur yang
melekat pada atau berkaitan dengan pelaku dan termasuk apa saja yang terkandung di dalam
hatinya. Sedangkan unsur objektif adalah unsur yang berkaitan dengan keadaan di mana
perbuatan pelaku harus dilakukan.

a) Unsur subjektif adalah:

1) Sengaja atau tidak sengaja (dolus atau culpa).


2) maksud atau tujuan tentang percobaan atau perampokan menurut pengertian Pasal 53(1)
KUHP.
3) Berbagai tujuan atau oogmerk, seperti termasuk dalam kejahatan pencurian, penipuan,
pemerasan, pemalsuan dan lain-lain.
4) perencanaan terlebih dahulu atau pra-perencanaan sebagaimana termasuk dalam tindak
pidana pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP.
5) Perasaan takut yang terkandung dalam susunan kata tindak pidana menurut Pasal 308
KUHP.

b) Unsur-unsur obyektif dari suatu tindak pidana adalah:

1) Sifat pelanggaran atau non-pelanggaran.


2) Karakter pelaku, seperti menjadi pegawai negeri sipil dalam tindak pidana menurut Pasal
415 KUHP, atau menjadi direktur atau pejabat perseroan terbatas dalam tindak pidana
menurut Pasal 398 KUHP.
3) Kausalitas, yaitu hubungan antara kejahatan sebagai sebab dan kenyataan sebagai akibat.

Unsur-unsur Tindak Pidana Pencucian Uang

Ketentuan Pasal 1(1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 menyebutkan bahwa pencucian
uang adalah setiap perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang. Dalam pengertian ini, unsur-unsurnya adalah:

1) elemen aktor
2) Perbuatan (keuangan atau transaksi keuangan) dengan maksud untuk menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul kekayaan dari bentuknya yang tidak sah (ilegal), seolah-olah itu
milik yang sah.
3) merupakan akibat dari suatu tindak pidana. Secara garis besar unsur pencucian uang
terdiri atas unsur objektif (actus reus) dan unsur subjektif (mens rea), unsur objektif dapat
dilihat pada kegiatan menempatkan, mentransfer dan membayar atau membelanjakan,
menghibahkan atau menghibahkan, menitipkan, mengambil ke luar negeri, barter atau
tindakan lain yang melibatkan harta benda (dikenal atau patut diduga berasal dari tindak
pidana). Sedangkan unsur subjektif dilihat dari perbuatan seseorang yang dengan sadar atau
patut diduga sedang dalam proses melakukan tindak pidana dengan maksud untuk
menyembunyikan atau menyamarkan harta benda.
Ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 yang merumuskan tindak pidana
pencucian uang menggunakan kata “setiap orang”, dengan Pasal 1(9) ditegaskan bahwa
setiap orang adalah orang perseorangan atau perusahaan. Yang dimaksud dengan “transaksi”
dalam pengertian undang-undang ini adalah segala perbuatan yang menimbulkan hak atau
kewajiban atau menimbulkan hubungan hukum antara dua pihak atau lebih. Yang dimaksud
dengan "transaksi keuangan" adalah transaksi yang dimaksud dengan melakukan atau
menerima penempatan, penyetoran, dan/atau kegiatan lain yang berkaitan dengan uang.
Transaksi keuangan yang merupakan unsur pencucian uang adalah transaksi keuangan yang
mencurigakan atau mencurigakan, baik secara tunai maupun melalui proses remittance/book
entry.

Transaksi keuangan mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka (5)


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 adalah transaksi keuangan yang menyimpang dari
profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi nasabah yang bersangkutan:
1) Transaksi keuangan yang mencurigakan oleh pengguna jasa keuangan dengan tujuan
untuk menghindari pelaporan transaksi dimaksud yang wajib dilakukan oleh penyedia jasa
keuangan berdasarkan ketentuan undang-undang ini.
2) Menyelesaikan atau membatalkan transaksi keuangan yang menyangkut harta kekayaan
yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.
3) Transaksi keuangan yang harus dilaporkan oleh pelapor dari PPATK karena merupakan
kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.

Menyebutkan tindak pidana pencucian uang yang salah satunya harus memenuhi unsur
perbuatan melawan hukum berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010,
apabila perbuatan melawan hukum tersebut terjadi karena pelaku melakukan tindakan untuk
mengelola harta kekayaan hasil tindak pidana .

1. UJI PEMAHAMAN MATERI

2. DAFTAR PUSTAKA

Moeljatno (1994), Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP), Edisi Baru, Cetakan ke-18, Jakarta:
Bumi Aksara Peraturan perundang-Undangan: Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-
undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-
undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against Corruption
(UNCAC) 2003.

Anda mungkin juga menyukai