Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDRING)

Disusun oleh :

KELOMPOK 15

Syarifah Masturoh 201814500637

Nadia Safitri 201814500658

Utris Trisnajaya 201814500674

Nama Dosen : Albertus Maria Setyastanto, M.E.

Kelas : S5E (Reguler Sore)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

PROGAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pencucian Uang ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Kami .Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 21 Desember 2020

Kelompok 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindak pidana pencucian uang atau lebih dikenal oleh masyarakat dengan
istilah money laundering, merupakan istilah yang sering didengar dari berbagai media
massa, oleh sebab itu banyak pengertian yang berkembang sehubungan dengan
istilah pencucian uang. Dewasa ini istilah money launderingsudah lazim
digunakan untuk menggambarkan usaha-usaha yang dilakukan oleh seseorang atau
badan hukum untuk melegalisasi uang “kotor”, yang diperoleh dari hasil tindak
pidana.1
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang memberikan definisi pencucian uang dalam Pasal 1 angka 1
yang berbunyi sebagai berikut: “Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan,
mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan,
menitipkan, membawa keluar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas
harta kekayaan yang diketahuinya atau patut dicurigai merupakan hasil tindak
pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul
harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.”
Salah satu wujud upaya pemerintah Indonesia dalam menekan
maraknya tindak pidana pencucian uang atau money laundering adalah
memberi perhatian khusus dalam hal aspek pembuktian. Pembuktian tentang
benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan, menjadi bagian
yang terpenting acara pidana. Dalam hal inipun hak asasi manusia
dipertaruhkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Pencucian Uang (Money Laundring) ?
2. Apa saja tindak pindana dari Kasus Pencucian Uang ?
3. Bagaimana proses Pencucian Uang ?
4. Apa saja dampak yang terjadi dari Pencucian Uang dan laporan transaksi
mencurigakan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Pencucian Uang (Money Laundring)
2. Untuk mengetahui tindak pidana dari Kasus Pencucian Uang
3. Untuk mengetahui Proses dari Pencucian Uang
4. Untuk mengetahui dampak yang terjadi dari Pencucian Uang dan laporan
transaksi yang mencurigakan

BAB II
PEMBAHASAN

 Pengertian Pencucian Uang (Money Laundring)


Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang memberikan definisi pencucian uang dalam Pasal 1 angka 1 yang berbunyi
sebagai berikut: “Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer,
membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan,
membawa keluar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan
yang diketahuinya atau patut dicurigai merupakan hasil tindak pidana dengan
maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan
sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.”
Pencucian uang seringkali dikenal dengan money laundering dilakukan oleh
pejabat pemerintah pemegang kekuasaan untuk memutar kembali duit yang tidak sah
setelah mendapatkan hasil yang bukan miliknya. Dalam bahasa Indonesia, money
laundering diterjemahkan dengan istilah “pencucian uang” atau “pemutihan uang”.
Uang yang “dicuci” dalam istilah pencucian uang adalah uang yang berasal dari
bisnis gelap ataupun uang yang berasal dari hasil korupsi sehingga uang yang
bersumber dari secara ilegal dan haram itu tidak terlihat sebagai uang yang berasal dari
hasil kejahatan, melainkan seperti uang-uang lainnya. Money laundering atau
pencucian uang merupakan tindak pidana yang melibatkan kegiatan keuangan dalam
batasan yang sangat sulit untuk menentukan keterlibatan institusi, selain perbankan
yang selama ini dikenal sebagai sarana aktivitasnya.
Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana
dengan berbagai cara agar Harta Kekayaan hasil kejahatannya sulit ditelusuri oleh
aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa memanfaatkan Harta Kekayaan
tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak sah. Oleh karena itu, tindak
pidana Pencucian Uang tidak hanya mengancam stabilitas dan integritas sistem
perekonomian dan sistem keuangan, melainkan juga dapat membahayakan sendi-sendi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Tindak Pidana atas Pencucian Uang
Di Indonesia, hal ini diatur secara yuridis dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang, di mana pencucian uang dibedakan dalam tiga tindak pidana:
 Pertama
Tindak pidana pencucian uang aktif, yaitu Setiap Orang yang menempatkan,
mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, menbayarkan, menghibahkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan uang
uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan. (Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun 2010).
 Kedua
Tindak pidana pencucian uang pasif yang dikenakan kepada setiap Orang yang
menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal tersebut dianggap juga sama dengan
melakukan pencucian uang. Namun, dikecualikan bagi Pihak Pelapor yang
melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
(Pasal 5 UU RI No. 8 Tahun 2010).
 Ketiga
Dalam Pasal 4 UU RI No. 8/2010, dikenakan pula bagi mereka
yang menikmati hasil tindak pidana pencucian uang yang dikenakan kepada setiap
Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber lokasi,
peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal ini pun dianggap sama dengan
melakukan pencucian uang.
 Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencucian uang adalah cukup berat, yakni
dimulai dari hukuman penjara paling lama maksimum 20 tahun, dengan denda
paling banyak 10 miliar rupiah.
 Hasil Tindak Pidana Pencucian Uang (Pasal 2 UU RI No. 8 Tahun 2010)
(1) Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana:
a. korupsi; b. penyuapan; c. narkotika; d. psikotropika; e. penyelundupan tenaga
kerja; f. penyelundupan migran; g. di bidang perbankan; h. di bidang pasar modal;
i. di bidang perasuransian; j. kepabeanan; k. cukai; l. perdagangan orang; m.
perdagangan senjata gelap; n. terorisme; o. penculikan; p. pencurian; q.
penggelapan; r. penipuan; s. pemalsuan uang; t. perjudian; u. prostitusi; v. di
bidang perpajakan; w. di bidang kehutanan; x. di bidang lingkungan hidup; y. di
bidang kelautan dan perikanan; atau z. tindak pidana lain yang diancam dengan
pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut
hukum Indonesia.
(2) Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau
digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme,
organisasi terorisme, atau teroris perseorangan disamakan sebagai hasil tindak
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n.
3. Proses dari Pencucian Uang
Sekalipun terdapat berbagai macam modus operandi pencucian uang, namun
pada dasarnya pencucian uang dapatdikelompokkan ke dalam tiga tahap kegiatan
yaitu (BPKP: 2007):
1) Tahap Penempatan (Placement stage)
Tahap ini adalah suatu upaya menempatkan uang hasil kejahatan
ke dalam sistem keuangan yang antara lain dilakukan melalui
pemecahansejumlah besar uang tunai menjadi jumlah kecil yang
tidak mencolok untuk ditempatkan dalam simpanan (rekening)
bank, atau dipergunakan untuk membeli sejumlah instrumen
keuangan (cheques,money orders, etc) yang akan ditagihkan dan
selanjutnyadidepositokan di rekening bank yang berada di lokasi
lain. Dalam tahapan ini uang hasil kejahatan adakalanya
dipergunakan untuk membeli suatu aset/propertiyurisdiksi setempat atau
luar negeri.Bentuk kegiatan ini antara lain:
 Menempatkan dana pada bank. Kadang-kadang kegiatan ini
diikutidengan pengajuan kredit/pembiayaan.
 Menyetorkan uang pada Penyedia Jasa Keuangan (PJK)
sebagaipembayaran kredit untuk mengaburkan audit trail.
 Menyeludupkan uang tunai dari suatu negara ke negara lain.
 Membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait
denganusaha yang sah berupa kredit/pembiayaan, sehingga
mengubahkas menjadi kredit/pembiayaan.
 Membeli barang-barang berharga yang bernilai tinggi
untukkeperluan pribadi, membelikan hadiah yang nilainya
mahal sebagaipenghargaan/hadiah kepada pihak lain yang
pembayarannyadilakukan melalui PJK.
2) Tahap Penyebaran (Layering stage)
Setelah uang hasil kejahatan masuk dalam sistem keuangan,
pencuciuang akan terlibat dalam serentetan tindakan konversi
ataupergerakan dana yang dimaksudkan untuk memisahkan
ataumenjauhkan dari sumber dana. Dana tersebut mungkin
disalurkanmelalui pembelian dan penjualan instrumen keuangan,
atau pencuciuang dengan cara sederhana mengirimkan uang tersebut
melalui”electronic funds/wire transfer” kepada sejumlah bank yang
berada dibelahandunia lain.
Tindakan untuk menyebarkan hasil kejahatankedalam negara yang
tidak mempunyai rezim anti money laundering,dalam beberapa hal
mungkin dilakukan dengan menyamarkan transfer melalui bank
sebagai pembayaran pembelian barang atau jasasehingga tindakan
tersebutseolah-olah nampak sebagai suatutindakan hukum yang sah.
Secara umum bentuk kegiatan ini antaralain:
 Transfer dana dari suatu bank ke bank lain dan atau
antarwilayah/negara.
 Penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk
mendukungtransaksi yang sah
 Memindahkan uang tunai lintas batas negara melalui
jaringankegiatan usaha yang sah maupun shell company
3) Tahap Pengumpulan (Integration Stage)
Dalam tahapan ini merupakan upaya menggunakan harta
hasilkejahatan yang tampak sah, baik untuk dinikmati
langsung,diinvestasikan ke dalam kegiatan ekonomi yang sah misalnya
dalambentuk pembelian real estate, aset-aset yang mewah, atau
ditanamkandalam kegiatan usaha yang mengandung risiko. Dalam
melakukanmoney laundering, pelaku tidak terlalu mempertimbangkan
hasil yangakan diperoleh, dan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan, karena tujuan utamanya adalah untuk menyamarkan
atau menghilangkan asal usul uang sehingga hasil akhirnya dapat
dinikmati atau digunakan secara aman.
Ketiga kegiatan tersebut di atas dapat terjadi secara terpisah atau
simultan, namun umumnya dilakukan secara tumpang tindih.
Demikian juga dengan modus operandinya dari waktu ke waktu
semakin kompleks dengan menggunakan teknologi dan rekayasa
keuangan yang cukuprumit. Hal ini terjadi baik pada tahap penempatan
(placement),tahap penyebaran (layering), maupun tahap pengumpulan
(integration), sehingga penangananya pun menjadi semakit sulit dan
membutuhkan peningkatan kemampuan (capacity building) secara
sistimatis danberkesinambungan

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tindak pidana pencucian uang atau lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah
money laundering, merupakan istilah yang sering didengar dari berbagai media
massa, oleh sebab itu banyak pengertian yang berkembang sehubungan dengan istilah
pencucian uang. Dewasa ini istilah money launderingsudah lazim digunakan untuk
menggambarkan usaha-usaha yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum untuk
melegalisasi uang “kotor”, yang diperoleh dari hasil tindak pidana.1. Pembuktian
tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan, menjadi
bagian yang terpenting acara pidana.

B. Saran

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian uang dari hasil jual beli

narkoba/narkotika harus dilakukan secara sistematik dengan cara melakukan

perubahan pada struktur dan pelaku yang dualitas hubungan keduanya menentukan

wajah sistem. Upaya memerangi tindak Pidana ini harus digerakkan serta didukung

sepenuhnya disamping oleh instansi yang terkait , seluruh lapisan masyarakat, juga

harus didukung sepenuhnya oleh presiden dan pejabat yang menduduki posisi-posisi

kunci seperti menteri, kepala kepolisian, kepala kejaksaan, Ketua mahkamah agung,

ketua-ketua pengadilan. Mereka harus mengedepankan supremasi hukum di atas

kekuasaan dan kepentingan lainnya. Diperlukan peran serta masyarakat untuk

melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan serta lembaga-lembaga suatu

“kelompok pengawas” yang secara konsisten melakukan pengawasan terhadap

penguasa dan jajaran pemerintahannya misalnya lembaga PPATK di setiap

kabupaten/kota untuk mengawasi perilaku yang menyimpang.

Anda mungkin juga menyukai