Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MONEY LAUNDERING

( PENCUCIAN UANG )
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Jinayah
Dosen : Muhibban, M.Ag

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH AL-WAFA BOGOR


JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
2022 M/ 1443 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Sungguh kemuliaan hanya milik Allah SWT. Segala puji dan syukur selayaknya kita panjatkan
kepada-Nya tanpa henti. Allah menganugerahkan kemulian melalui agama lurus ini dan dengan
perantara kalam-Nya yang suci yang telah diturunkan kepada manusia paling fasih yakni Nabi
kita, Muhammad SWA. Dan tak lupa kita selalu panjatkan shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SWA keluarga dan para sahabat. Sungguh dengan perantara lisan beliau kalam
mulia ini sampai kepada para sahabat hingga generasi-generasi berikutnya dan menjadi
panduan kehidupan terlengkap yang pernah ada.
Ucapan Terima kasih kami ucapkan kepada Ustad Muhibban selaku dosen mata kuliah Fiqh
Jinayah yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan .
Kami menyadari bahwa makalah yang saya buat ini jauh dari kata sempurna baik dari segi
penulisan, bahasa maupun referensi yang saya dapat. Oleh karena itu saya sangat mengharap
saran & kritik dari para pembaca guna menjadi acuan agar saya bisa menjadi lebih baik lagi di
masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terkhusus untuk diri saya sendiri dan
semoga dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.

Bogor, 30 Mei 2022

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ....................................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN................................................................................................................ iii
LATAR BELAKANG ...................................................................................................... iii
RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. iii
TUJUAN MASALAH ...................................................................................................... iii
BAB II........................................................................................................................................ 1
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 1
PENGERTIAN PENCUCIAN UANG ( Money Laundering ) ......................................... 1
PROSES PENCUCIAN UANG ( Money Laundering ) .................................................... 3
SANKSI PENCUCIAN UANG MENURUT HUKUM POSITIF ..................................... 5
PENCUCIAN UANG MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM ...................................... 7
UPAYA PENCEGAHAN PEMBERANTASAN MONEY LAUNDERING ................... 9
BAB III .................................................................................................................................... 10
PENUTUP ............................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pencucian uang (money laundering), yang merupakan suatu kejahatan di bidang
pidana yang melibatkan harta kekayaan yang disamarkan atau disembunyikan asal
usulnya dengan metode menyembunyikan, memindahkan, dan menggunakan hasil dari
suatu tindak pidana, sehingga dapat digunakan tanpa terdeteksi bahwa harta kekayaan
tersebut berasal dari kegiatan illegal.
Jika kita pergi ke tempat laundry untuk membersihkan baju agar nampak bersih
sama dengan aktivitas money laundering prinsipnya adalah bagaimana membuat uang
kotor terlihat bersih dan wangi.
Uang kotor adalah uang yang didapatkan dari aktivitas kejahatan seperti
mencuri, jambret, copet, korupsi, prostitusi, jual narkoba, jual senjata, judi dll.
Dalam perkembangannya, tindak pidana pencucian uang semakin kompleks
melintasi batas-batas yurisdiksi, dan menggunakan modus yang semakin variatif,
memanfaatkan lembaga di luar sistem keuangan, bahkan telah merambah ke berbagai
sektor.
Dalam menyikapi permasalahan tindak pidana pencucian uang Pemerintah
Republik Indonesia sampai saat ini (2014) sudah mengeluarkan 3 (tiga) undang-undang
yang menyangkut pencucian uang yaitu: Undang-undang Nomor. 15 Tahun 2002,
direvisi menjadi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang (TPPU) dan terakhir direvisi dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
(PPTPPU )

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Pencucian Uang
2. Proses Pencucian Uang
3. Sanksi Pencucian Uang menurut Hukum Positif
4. Pencucian uang menurut pandangan Hukum Pidana Islam
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan Pencucian Uang
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian Pencucian Uang
2. Untuk mengetahui proses Pencucian Uang
3. Untuk mengetahui sanksi Pencucian Uang menurut Hukum Positif
4. Untuk mengetahui Pencucian Uang menurut pandangan Hukum Pidana Islam
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan pemberantasan Pencucian Uang

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENCUCIAN UANG ( Money Laundering )


Tindak pidana pencucian uang ( money laundering ) sebagai salah satu
kejahatan kerah putih ( white collar crime ). Istillah money laundering muncul ketika
Al Capone, salah satu mafia besar di Amerika Serikat. Ia memiliki kekayaan lebih dari
100 juta kekayaan ini di dapatkan dari perjudian, penyelundupan, pemerasan hingga
pelacuran. Namun pada saat itu ia tidak dituntut dan dihukum dengan pidana penjara
atas kejahatan tersebut karena Al Capone memiliki bisnis berupa restoran dan bisnis
laundromats ( tempat cuci otomatis ). Al Capone hanya dituntut telah melakukan
penggelapan pajak karena polisi tidak dapat menemukan bukti atas tindakan
kejahatannya 1
Bisa di simpulkan bahwasanya money laundering adalah suatu proses upaya
membersihkan dana yang diperoleh secara ilegal untuk membuatnya terlihat legal
dengan menempatkan dana ilegal di sebuah tempat yang legal.
Di Indonesia Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dapat dilihat
ketentuan dalam pasal 1 UU Nomor 8 Tahun 2010 dijelaskan bahwa Pencucian Uang
adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini. Dalam Pasal 3 dijelaskan bahwa tindak pidana
pencucian uang merupakan suatu bentuk kejahatan yang dilakukan baik oleh seseorang
atau korporasi dengan sengaja menempatkan, mentransfer,mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,
mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan
lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta
kekayaan itu, termasuk juga yang menerima dan mengusainya2.
Undang-undang TPPU sendiri menentukan macam-macam kejahatan yang
menjadi sumber harta kekayaan yang kemudian disamarkan asal-usulnya tersebut
sebagaimana diatur dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 yakni :

1
Iwan Kurniawan. Perkembangan Tindak Pidana Pencucian Uang ( Money Laundering ) Dan Dampaknya
Terhadap Sektor Ekonomi Bisnis. Padang
2
Pencegahan Dan Pemberantasan TindaK Pidana Pencucian Uang. No 8 Tahun 2010. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 no 122. KEMENKUMHAM. Jakarta

1
1. Hasil tindak pidana adalah Harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana:
a) Korupsi
b) Penyuapan
c) Narkotika
d) Psikotropika
e) Penyelundupan tenaga kerja
f) Penyelundupan migran
g) Penyelundupan di bidang perbankan
h) Penyelundupan di bidang pasar modal
i) Penyelundupan di bidang perasuransian
j) Kepabeanan
k) Cukai
l) Perdagangan orang
m) Perdagangan senjata gelap
n) Terorisme
o) Penculikan
p) Pencurian
q) Penggelapan
r) Penipuan
s) Pemalsuan uang
t) Perjudian
u) prostitusi
v) Dibidang perpajakan
w) Di bidang kehutanan
x) Di bidang lingkungan hidup
y) Di bidang kelautan dan perikanan
z) Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau
lebih, yang dilakukan di wilayah kessatuan republik indonesia atau di luar
wilayah negara kesatuan republik indonesia dan tindak pidana tersebut juga
merupakan tindak pidana menurut hukum indonesia.

2
2. Harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan atau digunakan
secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi teroris atau
teroris perseorangan disamakan sebagai hasil tindak pidana 3

B. PROSES PENCUCIAN UANG ( Money Laundering )


Tindak pidana pencucian uang ini bukan hanya bisa dilakukan oleh perorangan
saja tetapi juga dapat dilakukan oleh korporasi. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang di dunia ini, sangat menitikberatkan perkembangan dan pembangunan
ekonominya kepada sektor swasta yang didominasi oleh korporasi. Korporasi korporasi
ini dapat berupa bank, perusahaan efek ( dalam hal terjadi tindak pidana pencucian uang
di pasar modal) dan sebagainya.
Pencucian uang ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap kegiatan yaitu :
1. Tahap penempatan ( placement stage )
Tahap ini adalah suatu upaya menempatkan uang hasil kejahatan ke dalam
sistem keuangan yang antara lain dilakukan melalui pemecahan sejumlah besar
uang tunai menjadi jumlah kecil yang tidak mencolok untuk ditempatkan dalam
simpanan (rekening) bank, atau dipergunakan untuk membeli sejumlah instrumen
keuangan (cheques, money orders, etc) yang akan ditagihkan dan selanjutnya
didepositokan di rekening bank yang berada di lokasi lain. Dalam tahapan ini uang
hasil kejahatan adakalanya dipergunakan untuk membeli suatu aset/properti
yurisdiksi setempat atau luar negeri.
Bentuk kegiatan ini antara lain :
1) Menempatkan dana pada bank.
2) Menyetorkan uang pada penyedia jasa keuangan (PJK) sebagai
pembayaran kredit untuk mengaburkan audit trail
3) Menyeludupkan uang tunai dari suatu negara ke negara lain.
4) Membiayai suatu usaha yang seolah- olah sah atau terkait dengan usaha
yang sah berupa kredit atau pembiayaan, sehingga mengubah kas menjadi
kredit pembiayaan.
5) Membeli barang- barang berharga yang bernilai tinggi untuk keperluan
pribadi.

3
Ibid. Hlm. 1

3
2. Tahap penyebaran ( layering stage)
Setelah uang hasil kejahatan masuk dalam sistem keuangan, pencuci uang
akan terlibat dalam serentetan tindakan konversi atau pergerakan dana yang
dimaksudkan untuk memisahkan atau menjauhkan dari sumber dana. Dana tersebut
mungkin disalurkan melalui pembelian dan penjualan instrumen keuangan, atau
pencuci uang dengan cara sederhana mengirimkan uang tersebut melalui
”electronic funds/wire transfer” kepada sejumlah bank yang berada di belahan
dunia lain.
Tindakan untuk menyebarkan hasil kejahatan kedalam negara yang tidak
mempunyai rezim anti money laundering, dalam beberapa hal mungkin dilakukan
dengan menyamarkan transfer melalui bank sebagai pembayaran pembelian barang
atau jasa sehingga tindakan tersebut seolah-olah nampak sebagai suatu tindakan
hukum yang sah. Secara umum bentuk kegiatan ini antara lain:
1) Transfer dana dari suatu bank ke bank lain dan atau antar wilayah/negara
2) Penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk mendukung transaksi
yang sah
3) Memindahkan uang tunai lintas batas negara melalui jaringan kegiatan
usaha yang sah maupun shell company

3. Tahap pengumpulan (integration stage)


Dalam tahapan ini merupakan upaya menggunakan harta hasil kejahatan
yang tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam kegiatan
ekonomi yang sah misalnya dalam bentuk pembelian real estate, aset-aset yang
mewah, atau ditanamkan dalam kegiatan usaha yang mengandung risiko. Dalam
melakukan money laundering, pelaku tidak terlalu mempertimbangkan hasil yang
akan diperoleh, dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan, karena tujuan
utamanya adalah untuk menyamarkan atau menghilangkan asal usul uang sehingga
hasil akhirnya dapat dinikmati atau digunakan secara aman.
Ketiga kegiatan tersebut di atas dapat terjadi secara terpisah atau simultan,
namun umumnya dilakukan secara tumpang tindih. Demikian juga dengan modus
operandinya dari waktu ke waktu semakin kompleks dengan menggunakan
teknologi dan rekayasa keuangan yang cukup rumit. Hal ini terjadi baik pada tahap
penempatan (placement),tahap penyebaran (layering), maupun tahap pengumpulan
(integration), sehingga penangananya pun menjadi semakit sulit dan membutuhkan
4
peningkatan kemampuan (capacity building) secara sistimatis dan
berkesinambungan.4

C. SANKSI PENCUCIAN UANG MENURUT HUKUM POSITIF


Adapun tindak pidana pencucian uang di indonesia di atur dalam Undang –
Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan Tindakk Pidana
Pencucian Uang (PPTPPU) dijelaskan tentang perbuatan, sanksi pidana dan denda
dalam tindak pidana pencucian uang yang dituangkan dalam pasal 3 UU N0 8 Tahun
2010 sebagai berikut :

1. Pasal 3
Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,
membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah
bentuk, menukarrkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta kekayaan dipidana karena
tindak pidana pencucian uang dengan penjara paling lama 20 ( dua puluh ) tahun
dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 ( sepuluh miliar rupiah ).
2. Pasal 4
Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,
peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana karena tindak pidana
pencucian uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
3. Pasal 5
1) Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana

4
Muhammad Fuat Widyaiswara Utama. Mengenali Proses Pencucian Uang (Money Laundering) Dari Hasil
Tindak Pidana.

5
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi pihak pelapor
yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam undang-
undang ini
4. Pasal
1) Dalam hal tindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
Pasal 4, dan Pasal 5 dilakukan oleh korporasi, pidana dijatuhkan terhadap
korporasi dan/atau personil pengendali korporasi.
2) Pidana dijatuhkan terhadap korporasi apabila tindak pidana pencucian uang:
a. dilakukan atau diperintahkan oleh personil pengendali korporasi
b. dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan korporasi
c. dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi perintah
d. dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi korporasi
5. Pasal 7
1) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap korporasi adalah pidana denda paling
banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)
2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap korporasi
juga dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa:
a. pengumuman putusan hakim
b. pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan usaha korporasi
c. pencabutan izin usaha
d. pembubaran dan/atau pelarangan korporasi
e. perampasan aset korporasi untuk negara
f. pengambilalihan korporasi oleh negara.
6. Pasal 6
Dalam hal harta terpidana tidak cukup untuk membayar pidana denda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5, pidana denda tersebut diganti dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan.
7. Pasal 9
1) Dalam hal korporasi tidak mampu membayar pidana denda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), pidana denda tersebut diganti dengan
perampasan harta kekayaan milik korporasi atau personil pengendali korporasi
yang nilainya sama dengan putusan pidana denda yang dijatuhkan.
6
2) Dalam hal penjualan harta kekayaan milik korporasi yang dirampas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencukupi, pidana kurungan
pengganti denda dijatuhkan terhadap personil pengendali korporasi dengan
memperhitungkan denda yang telah dibayar.
8. Pasal 10
Setiap orang yang berada di dalam atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang turut serta melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan
jahat untuk melakukan tindak pidana pencucian uang dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 55

D. PENCUCIAN UANG MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM


Pencucian Uang dalam hukum Islam tidak dijelaskan secara tekstual dalam al-
Qur’an maupun as-Sunnah, tetapi al-Qur’an mengungkap prinsip-prinsip umum untuk
mengantisipasi perkembangan zaman, dimana dalam kasus-kasus yang baru dapat
diberikan status hukumnya, pengelompokan jarimah-nya, dan sanksi yang akan
diberikan. Dalam hal ini Islam sangat memperhatikan adanya kejelasan dalam
perolehan harta benda seseorang. Hukum Islam secara detail memang tidak pernah
menyebutkan pelarangan perbuatan pencucian uang, karena memang istilah ini belum
ada pada zaman Nabi.

Akan tetapi secara umum, ajaran Islam telah mengharamkan mencari rejeki
dengan cara-cara yang bathil dan penguasaan yang bukan hak miliknya, seperti
perampokan, pencurian, atau pembunuhan yang ada korbannya dan menimbulkan
kerugian bagi orang lain atau korban itu sendiri.

Sebagaimana yang telah disinggung di atas bahwa Tindak Pidana Pencucian


Uang tidak dijelaskan secara eksplisit dalam al-Qur’an maupun al-Hadis, Akan tetapi
Allah melaui al-Qur’an telah mengatur tentang kejelasan dalam memperoleh harta
benda seperti yang firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 188:

ِ َّ‫َوأل تأ ُكلُوآ ا َم َوالُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِالبَاطِ ِل َوتُدْ لُ ْوا بِ َها اِلَى ال ُح َّك ِام ِلت َأ ْ ُكلُ ْوا فَ ِريْقا ً مِ ْن أ َ ْم َوا ِل الن‬
َ‫اس بِا ْ ِِلثْ ِم َو اَ ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُم ْون‬

Artinya :

5
Ibid. Hlm.1

7
“ Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang bathil, dan
(janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada paraa hakim, dengan maksud agar
kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu
mengetahui”(Al-baqarah:188 )

Islam mengajarkan untuk mencari rezeki yang halal. Bekerja adalah sebuah
kewajiban sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin mas’ud.
Rasulullah saw bersabda

َ ‫ضةٌ بَ ْعدَ ا َ ْلف َِر ْي‬


‫ض ِة‬ َ ‫َكسْبُ ال َحال ِل فَ ِر ْي‬

Artinya :

“ usaha mencari rezeki yang halal adalah kewajiban di atas kewajiban”

Namun, berangkat dari kenyataan yang meresahkan, membahayakan, dan


merusak, maka hukum pidana Islam perlu membahasnya, bahwa kejahatan ini bisa
diklasifikasikan sebagai jarimah ta’zir6

Secara ringkas dapat di jelaskan bahwa jarimah ta’zir adalah hukuman yang
belum ditetapkan oleh syara’ akan tetapi diserahkan kepada hakim, baik penentuan
maupun pelaksanaannya. Dalam menentukan hukuman ta’zir, hakim hanya
menetapkan secara umum, artinya pembuat undang-undang tidak menetapkan
hukuman untuk masing-masing jarimah ta’zir, melainkan hanya menetapkan
sekumpulan hukuman, dari yang seringan-ringannya sampai seberat-seberatnya.
Pengertian ta’zir juga dapat dipahami sebagai perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak
dikenakan hukuman had atau kaffarat, bentuk hukumannya diserahkan sepenuhnya
kepada penguasa atau hakim. Hukuman dalam jarimah ta’zir tidak ditentukan berapa
ukuran dan kadarnya, artinya untuk menentukan batas terendah dan tertinggi
diserahkan sepenuhnya kepada hakim (penguasa). Dengan demikian, syariah
mendelegasikan kepada hakim untuk menentukan bentuk-bentuk dan hukuman kepada
pelaku jarimah

6
Ali Geno Berutu. Tindak Pidana Kejahatan Pencucian Uang ( Money Laundering) Dalam Pandagan KUHP dan
Hukum Pidana Islam. Salatiga

8
Dari ayat dan hadis di atas jelas bahwa money laundring termasuk dalam kategori
perbuatan tercela dan dapat merugikan kehidupan umat manusia. Selain itu kegiatan
pencucian uang sangat jauh dari semangat Maqasidu as-Syariah

E. UPAYA PENCEGAHAN PEMBERANTASAN MONEY LAUNDERING


1. Pilar Prevention ( Pilar Pencegahan )
Terdapat empat elemen
• Customer due diligene ( prinsip mengenal nasabah )
• Reporting ( pelaporan )
• Regulation ( peraturan )
• Sanction ( sanksi )
2. Pilar enforcement ( pilar pemberantasan )
Terdapat empat elemen :
• Predicat crime ( identitas kejahatan asal )
• Investigation ( investigasi terhadap asal usul kejahatan )
• Prosecution ( penuntutan )
• Punisment ( hukuman )

9
BAB III
PENUTUP

Alhamdulillah lillahi Rabbil ‘Alamin. Dengan izin Allah SWT telah selesai
pembahasan ini dari lembaran ke lembaran dari bagian ke bagian dan dari bab ke bab
hingga menjadi makalah.
Maka dengan itu kami tidak lupa mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
nikmat yang sangat besar ini dan saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Ustad
Muhibban sebagai dosen matkul Fiqh Jinayah.
Kami berharap semoga makalh ini dapat bermanfaat untuk siapapun yang membaca
makalh ini. Sebgai penutup semoga Allah SWT menjadikan makalah ini bermanfaat dan
semoga Allah SWT menerima amal kebaikan kita semua. Aamiin

10
DAFTAR PUSTAKA

Pencegahan Dan Pemberantasan TindaK Pidana Pencucian Uang. No 8 Tahun 2010. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 no 122. KEMENKUMHAM. Jakarta.

Ali Reza, Aulia. Tindak Pidana Pencucian Uang. MaPPI FHUI

Berutu, Ali Geno, Tindak Pidana Kejahatan Pencucian Uang ( Money Laundering) Dalam
Pandagan KUHP dan Hukum Pidana Islam, 2 (1), 10-15

Widyaiswara, Muhammad Fuat. Mengenali Proses Pencucian Uang (Money Laundering) Dari
Hasil Tindak Pidana. 5-12

11

Anda mungkin juga menyukai