Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DAMPAK MONEY LAUNDERING DAN KORUPSI BAGI


MASYARAKAT DAN NEGARA BESERTA UPAYA PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Tindak Pidana Korupsi

Dosen Pengampu: Fery Dona, S.H., M.Hum.

Disusun oleh kelompok 2 :

1. Ilham Yusron (202131012)


2. Azqiyatul Amanah (202131013)
3. Ika Susilowati (202131018)
4. Fanana Fauziyah Arrahmah (202131024)
5. Vivi Rohmana (202131033)

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat waktu. Tak lupa kami kirimkan shalawat serta
salam kita kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya,
para sahabat, dan seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir
zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Hukum Tindak Pidana Korupsi yang berjudul “Dampak Money Laundry Bagi
Masyarakat Dan Negara Beserta Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan”. Di
samping itu penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa pula penulis
mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Fery Dona, S.H., M.Hum.
yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga makalah ini dapat
memberikan pengetahuan dan menambah ilmu untuk penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik demi memperbaiki
makalah dimasa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan
memenuhi harapan dari berbagai Pihak. Aamiin.

Surakarta, 03 Desember 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Tujuan Perumusan Masalah............................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Kritik dan Saran..............................................................................
C. Kesimpulan.....................................................................................
D. Kritik dan Saran..............................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Kritik dan Saran..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup terbuka
menjadi sasaran pemutihan uang, kejahatan-kejahatan yang melibatkan
uang mulai bermunculan baik di bidang perbankan maupun non perbankan
dan berdapmak dapat merugikan keuangan negara, seperti halnya
kejahatan money laundry atau pencucian uang menurut Undang-undang
No. 25 tahun 2003 adalah perbuatan menempatkan, mentransfer,
membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, atau perbuatan lainnya
atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil
tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan
asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan
yang sah.1 Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) atau money laundering
termasuk kejahatan luar biasa karena merupakan kejahatan yang
menimbulkan dampak negatif yang sangat luar biasa, ada beberapa
dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan money laundering
terhadap masyarakat sebagai konsekuensi yang ditimbulkan diantaranya
yakni money laundering dapat memungkinkan para penjual dan pengedar
narkoba, para penyelundup dan para penjahat lainnya untuk dapat
memperluas kegiatan operasinya.2
Kegiatan money laundering mempunyai potensi merongrong
keuangan masyarakat, hal ini sebagai akibat dari besarnya jumlah uang
yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Potensi untuk melakukan korupsi
meningkat bersama dengan peredaran jumlah uang haram yang sangat
besar. Money laundering juga dapat mengurangi pendapatan pemerintah
dari sektor pajak dan secara tidak langsung merugikan para pembayar

1
Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Money Loundering,
(Jakarta: Eko Jaya, 2003), h. 36.
2
Ayumiati, 2012, “Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) Dan Strategi
Pemberantasan,” Legitimasi, Vol.1 No. 2.

3
pajak yang jujur dan mengurangi kesempatan kerja yang sah. Mudahnya
uang masuk ke negara-negara maju telah menarik unsur yang tidak
diiginkan melalui perbatasan, menurunkan tingkat kualitas hidup dan
meningkatkan kekhawatiran terhadap keamanan nasional.3

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan tindak pidana money laundering dan
tindak pidana korupsi?
b. Apa saja dampak money laundering dan tindak korupsi terhadap
masyarakat?
c. Bagaimana upaya pemerintah dalam melakukan pencegahan terhadap
tindak pidana money laundering dan tindak pidana korupsi?
d. Apa saja usaha untuk memberantas tindak pidana money laundering
korupsi?

C. Tujuan Perumusan Masalah


a. Untuk mengetahui pengertian tindak pidana money laundering dan
korupsi
b. Untuk mengetahui dampak money laundering dan korupsi terhadap
masyarakat
c. Untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah dalam melakukan
pencegahan terhadap tindak pidana money laundering dan korupsi
d. Untuk mengetahui usaha pemberantasan tindak pidana money
laundering dan korupsi

BAB II
3
Sutan Remi Syahrani, ‘’Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan
Terorisme,’’ (Jakarta: Grafiti, 2004), h. 5.

4
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tindak Pidana Money Laundering Dan Korupsi


1. Money Laundering
Tindak pidana merupakan suatu istilah yang dikenal dalam
Hukum Pidana Belanda yaitu Strafbaar Feit. Indonesia telah resmi
menggunakan istilah tersebut sebagai hukum di Indonesia. Tetapi
tindak pidana tersebut belum ada penjelasan resmi tentang apa yang
dimaksud dengan Strafbaar Feit.4 Menurut Simon, Strafbaar Feit
adalah suatu tindak pidana yang melawan hukum dan dengan sengaja
dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan atas
tindakannya yang dinyatakannya sebagai suatu yang dapat di hukum.
Sedangkan menurut Pompe, Strafbaar Feit adalah pelanggaran
terhadap norma, yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan
diancam pidana untuk mempertahankan tata hukum dan
menyelamatkan kesejahteraan umum.5
Istilah money laundering dalam artian hukum digunakan
pertama kali oleh Pengadilan Amerika berkaitan dengan putusan
tentang penyitaan atas hasil kejahatan narkotika yang dilakukan oleh
warga Columbia. Kekhawatiran internasional terhadap narkotika dan
pencucian uang melahirkan suatu kesepakatan yang disebut sebagai
International Legal Regime to Combat Money Laundering dan bahkan
ada kecenderungan bahwa pencucian uang dilakukan dengan sangat
rumit. Selanjutnya pencucian uang semakin berkembang dan bukan
hanya berasal dari kejahatan obat bius saja tetapi juga berbagai
kejahatan termasuk kejahatan terorganisasi (organized crimes).6

4
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, (Jakarta: Rajawali Persada, 1996), hlm.
70.
5
Ibid., hlm.75.
6
Ayumiati, “Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundry) Dan Strategi
Pemberantasan”, Vol.1 No. 2 2012, Hlm. 82

5
Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dapat dilihat
ketentuan dalam pasal 1 UU Nomor 8 Tahun 2010 dijelaskan bahwa
Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur
tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. 7
Dalam Pasal 3 dijelaskan bahwa tindak pidana pencucian uang
merupakan suatu bentuk kejahatan yang dilakukan baik oleh seseorang
dan/atau korporasi dengan sengaja menempatkan,
mentransfer ,mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah
bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau
perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan itu,
termasuk juga yang menerima dan mengusainya.
Dalam melakukan pencucian uang, pelaku tidak perlu
mempertimbangkan hasil yang diperoleh, dan besarnya uang yang
dikeluarkan, karena tujuan utamanya untuk menyamarkan atau
menghilangkan asal usul uang. Sehingga pada akhirnya dapat
dinikmati atau digunakan secara aman. Tujuan kriminalisasi pencucian
uang adalah untuk mencegah segala bentuk praktik penyamaran hasil
kekayaan yang didapatkan dari hasil kejahatan. Kejahatan money
laundering diancam dengan sanksi pidana. Pelaku dapat menggunakan
hasil kejahatannya secara “aman” tanpa dicurigai oleh aparat penegak
hukum, sehingga berkeinginan untuk melakukan kejahatan lagi, atau
untuk melakukan kejahatan lain yang terorganisir.11 Unsur-unsur
pidana yang terkait dengan money laundering meliputi: (1) Unsur Act,
(2) Unsur Knowledge, (3) Unsur Objektif. Ketiga unsur itu sudah

7
Ali Geno Berutu, “Tindak Pidana Kejahatan Pencucian Uang (Money Laundering)
dalam Pandangan KUHP dan Hukum Pidana Islam”, Journal of Sharia Economic Law, Vol. 2,
No. 1 2019, Hlm. 5

6
direduksi dalam rumusan Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 3 ayat 1 Undang-
Undang No. 25 Tahun 2003.8
Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang pencucian
uang di Indonesia masih banyak kelemahan, maka dalam amandemen
pertama definisi yang sebelumnya tidak dicantumkan, kemudian
dicantumkan dalam Pasal (1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2003
yang isinya sebagai berikut: “Pencucian uang adalah menempatkan,
mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan atau perbuatan
lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk
menyembunyikan, atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan
sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.9
2. Korupsi
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam
bahasa Inggris adalah corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis
disebut corruption dan dalam bahasa Belanda disebut dengan coruptie.
Agaknya dari bahasa Belanda itulah lahir kata korupsi dalam bahasa
Indonesia.10 Korupsi berarti busuk, buruk; suka menerima uang sogok
(memakai kekuasaannya untuk kepentingan sendiri dan sebagainya).
Korupsi adalah perbuatan yang buruk (seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok dan sebagainya).11
Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang menyentuh
berbagai kepentingan yang menyangkut hak asasi, ideologi negara,
perkonomian, keuangan negara, moral bangsa yang cenderung sulit
untuk ditanggulangi. Hal ini karena banyak pelaku korupsi diputus

8
Ayumiati, “Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundry) Dan Strategi
Pemberantasan”, Vol.1 No. 2 2012, Hlm. 81
9
Ibid., Hlm. 94
10
Andi Hamzah, 1991, Korupsi di Indonesia dan Pemecahannya, PT. Gramedia Pustaka
UTama, Jakarta, hlm. 7.
11
WJS Poerwadarminta, 1982, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka,
Jakarta, hlm. 524.

7
bebas, ringannya pidana yang dijatuhkan tidak sebanding dengan
perbuatan atau kerugian. Tindak pidana korupsi sulit diungkapkan
karena pelaku menggunakan peralatan yang canggih serta
biasanya dilakukan oleh lebih dari satu orang dalam keadaan yang
terselubung dan terorganisir. Korupsi di Indonesia terus menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Tindak pidana korupsi telah meluas
dalam masyarakat, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah
kerugian negara, maupun dari segi kualitas tindak pidana yang
dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh
aspek kehidupan masyarakat.12
B. Dampak Money Laundering Dan Korupsi
1. Dampak Money Laundering
Dunia internasional melarang kejahatan yang berhubungan
dengan korupsi dan pencucian uang. Kesepakatan ini dituangkan
dalam sebuah konvensi Internasional tentang pencucian uang
“Konvensi the United Nation Convention Against Illicit Trafic in
Narcotic, Drugs and Psycotropic Substances of 1998, yang biasa
disebut dengan The Vienna Convention, disebut juga UN Drugs
Convention 1998, yang mewajibkan para anggotanya untuk
menyatakan pidana terhadap pelaku tindakan tertentu yang
berhubungan dengan korupsi dan money laundering.13
Money laundering merupakan kejahatan yang menimbulkan
dampak negatif yang sangat luar biasa. Ada beberapa dampak negatif
yang ditimbulkan oleh kegiatan money laundering terhadap
masyarakat sebagai konsekuensi yang ditimbulkan14:
1. Merongrong sektor swasta yang sah. Para pencuci uang sering
menggunakan perusahaan-perusahaan (front companies) untuk
mencampur uang sah dengan uang haram, dengan maksud untuk
12
Tri Wahyu Widiastuti, Korupsi Dan Upaya Pemberantasannya, Jurnal Wacana Hukum,
Vol. 8, Nomor 2, 2009, hlm.107.
13
Financial Action Task Force on Money laundering, “Report on Money: Laundering
Typologies”, 1999-2003, 3 Februari 2000, Hlm. 5-8
14
Philips Darwin, Op-Cit.

8
menyembunyikan uang hasil kejahatannya. Perusahaan-perusahaan
(front companies) tersebut memiliki akses kepada dana-dana haram
besar jumlahnya, yang memungkinkan mereka mensubsidi barang-
barang dan jasa-jasa yang dijual oleh perusahaan tersebut agar
dapat dijual jauh di bawah harga pasar. Bahkan perusahaan-
perusahaan tersebut dapat menawarkan barang-barang pada harga
di bawah biaya produksi barang-barang tersebut. Dengan demikian
perusahaan-perusahaan tersebut memiliki competitive advantage
terhadap perusahaan-perusahaan yang bekerja secara sah. Hal ini
membuat bisnis yang sah kalah bersaing dengan perusahaan-
perusahaan tersebut, sehingga dapat mengakibatkan perusahaan-
perusahaan yang sah menjadi saingannya gulung tikar.
2. Merongrong integritas pasar-pasar keuangan. Lembaga-lembaga
keuangan (financial institutions) yang mengandalkan dana hasil
kejahatan dapat menghadapi bahaya likuiditas. Misalnya, uang
dalam jumlah besar yang dicuci yang baru saja ditempatkan pada
lembaga-lembaga tersebut tiba-tiba menghilang dari bank tersebut
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dipindahkan melalui wire
transfer. Hal ini dapat mengakibatkan masalah likuiditas yang
serius bagi lembaga tersebut.
3. Mengakibatkan hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan
ekonominya. Pencucian uang dapat pula menimbulkan dampak
yang tidak diharapkan terhadap nilai mata uang dan tingkat suku
bunga, karena para pencuci uang menanamkan kembali dana-dana
setelah pencucian uang tersebut bukan di negara-negara yang dapat
memberikan rates of return yang lebih tinggi kepada mereka, tetapi
diinvestasikan kembali di negara-negara dimana kegiatan mereka
itu kecil sekali kemungkinannya untuk dapat dideteksi.
4. Timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi. Para pencuci
uang tidak tertarik untuk memeperoleh keuntungan dari investasi-
investasi mereka, tetapi mereka lebih tertarik untuk melindungi

9
hasil kejahatan yang mereka lakukan (karena hasil keuntungan
yang mereka peroleh dari kegiatan kriminal, sudah luar biasa
besarnya). Karena itu mereka lebih tertarik untuk
’menginvestasikan’ dana-dana mereka di kegiatan-kegiatan yang
secara ekonomis tidak perlu bermanfaat bagi negara dimana dana
mereka ditempatkan.
5. Hilangnya pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak.
Pencucian uang menghilangkan pendapatan pajak pemerintah dan
dengan demikian secara tidak langsung merugikan para pembayar
pajak yang jujur. Hal ini mengakibatkan pengumpulan pajak oleh
pemerintah makin sulit. Hilangnya pendapatan tersebut pada
umumnya berarti tingkat pembayaran pajak menjadi lebih tinggi
daripada tingkat pembayaran pajak yang normal.
6. Membahayakan upaya-upaya privatisasi perusahaan-perusahaan
negara yang dilakukan oleh pemerintah. Pencucian uang
mengancam upaya-upaya dari negara-negara yang sedang
melakukan reformasi ekonomi melalui privatisasi membeli saham-
saham perusahaan-perusahaan negara yang diprivatisasi dengan
harga yang jauh lebih tinggi daripada calon yang lain.
7. Menimbulkan rusaknya reputasi negara. Tidak satupun negara di
dunia ini, lebih-lebih di era ekonomi global saat ini, yang bersedia
kehilangan reputasinya sebagai akibat terkait dengan pencucian
uang. Kepercayaan pasar akan terkikis karena kegiatan-kegiatan
pencucian uang dan kejahatan-kejahatan di bidang keuangan
(financial crimes) yang dilakukan di negara yang bersangkutan.
Rusaknya reputasi sebagai akibat kegiatan-kegiatan tersebut dapat
mengakibatkan negara tersebut kehilangan kesempatan-
kesempatan global yang sah sehingga hal tersebut dapat
mengganggu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
8. Menimbulkan biaya sosial yang tinggi. Pencucian uang
menimbulkan biaya sosial dan resiko. Pencucian uang adalah

10
proses yang penting bagi organisasi-organisasi untuk dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan kejahatan mereka. Pencucian
uang memungkinkan mereka para penjual dan pengedar narkoba
(drug traffickers), para penyelundup, dan penjahat-penjahat lainnya
untuk memperluas kegiatannya. Meluasnya kegiatan-kegiatan
tersebut mengakibatkan tingginya biaya pemerintah untuk
meningkatkan upaya penegakan hukum dalam rangka
memberantas kejahatan-kejahatan itu dengan segala akibatnya.
2. Dampak Korupsi
Dampak tindak pidana korupsi antara lain:
1. Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi
makanan masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan
masyarakat tersebut sebagai masyarakat yang kacau, tidak
ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap individu
dalam masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri (self
interest), bahkan selfishness. Tidak akan ada kerja sama dan
persaudaraan yang tulus.15
2. Korupsi juga membahayakan terhadap standar moral dan
intelektual masyarakat.
3. Praktik korupsi yang meluas dalam politik seperti pemilu yang
curang, kekerasan dalam pemilu, money politics dan lain-
lain juga dapat menyebabkan rusaknya demokrasi, karena untuk
mempertahankan kekuasaan, penguasa korup itu akan
menggunakan kekerasan (otoriter).
4. Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada
jangka panjang adalah rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat
yang korupsi telah menjadi makanan sehari-hari, anak tumbuh
dengan pribadi antisosial, selanjutnya generasi muda akan
menganggap bahwa korupsi sebagai hal biasa (atau bahkan

15
Wicipto Setiadi, KORUPSI DI INDONESIA (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya
Pemberantasan, Serta Regulasi), Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 15, Nomor 3, 2018, hlm.251.

11
budaya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi terbiasa
dengan sifat tidak jujur dan tidak bertanggung jawab.
5. Korupsi merusak perkembangan ekonomi suatu bangsa.
C. Upaya dan Pencegahan Money Laundering Serta Korupsi
1. Upaya Pencegahan Money Laundering
Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang, Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Undang-undang
No.15 Tahun 2002 tentang tentang Tindak Pidana Pencucian uang
melalui Lembaga Negara RI Tahun 2002 No.30 sebagaimana
kemudian diubah dengan Undang Undang No.25 Tahun 2003 yang
diundangkan pada tanggal 13 Oktober 2003 melalui Lembaga Negara
Tahun 2003 No.108 terpidana kasus pencucian uang ini bisa saja
diancam dengan sanksi maksimal. Tersangka bisa saja dijerat dengan
kurungan badan hingga 15 tahun penjara. Selain itu, tersangka juga
bisa saja dijerat dengan hukuman denda maksimal mencapai 2 miliar
rupiah. Oleh sebab itu, undang-undang pencucian uang di Indonesia
termasuk paling tinggi di dunia.
Upaya Penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti hanya
pada pelaksanaan perundang-undangan saja atau berupa keputusan-
keputusan hakim. Masalah pokok yang melanda penegakan hukum
yakni terdapat pada faktor-faktor yang mempengaruhinya secara
langsung maupun tidak langsung.
Pemberantasan kegiatan money laundering atau pencucian uang
dapat dilakukan melalui pendekatan pidana atau pendekatan bukan
pidana, seperti pengaturan dan tindakan administratif . Seperti
Layering merupakan aktivitas yang dilakukan untuk menjauhkan uang
yang diperoleh dari kejahatan tersebut. Cara yang biasa digunakan
adalah dengan membeli aset, berinvestasi, atau dengan menyebar uang
tersebut melalui pembukaan rekening bank di beberapa negara. Di

12
sinilah tempat suaka pajak (tax havens) memperlancar tindak
pencucian uang.
Sophia Wattimena mengungkapkan, masyarakat dapat berperan
dalam mencegah pencucian uang. Setidaknya terdapat lima cara, yaitu:
1. Memberikan identitas dan informasi yang benar ke lembaga jasa
keuangan.
2. Tidak menerima dana yang tidak diketahui asal-usulnya.
3. Tidak menyimpan dana orang lain pada rekening yang dimiliki.
4. Tidak membeli harta yang tidak jelas asal-usulnya.
5. Tidak terlibat dalam pendanaan terkait kejahatan atau terorisme16
2. Upaya Pencegahan Korupsi
Pemberantasan korupsi tidak cukup dilakukan hanya dengan
komitmen semata karena pencegahan dan penanggulangan korupsi
bukan suatu pekerjaan yang mudah. Komitmen tersebut harus
diaktualisasikan dalam bentuk strategi yang komprehensif untuk
meminimalkan tindak pidana korupsi. Strategi preventif diarahkan
untuk mencegah terjadinya korupsi dengan cara menghilangkan atau
meminimalkan faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya korupsi.
Strategi preventif dapat dilakukan dengan:
a. Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di
bawahnya.
c. Membangun kode etik di sektor publik.
d. Membangun kode etik di sektor Parpol, Organisasi Profesi dan
Asosiasi Bisnis.
e. Meneliti sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.
f. Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia (SDM) dan
peningkatan kesejahteraan Pegawai Negeri.

16
Tomi Sujatmiko,”5 Jurus Ampuh Cegah Pencucian Uang” Diakses pada 4 Desember
2022, https://www.krjogja.com/ekonomi/read/472616/5-jurus-ampuh-cegah-pencucian-uang

13
g. Pengharusan pembuatan perencanaan stratejik dan laporan
akuntabilitas kinerja bagi instansi pemerintah.
h. Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian
manajemen
i. Penyempurnaan manajemen Barang Kekayaan Milik Negara
(BKMN).
D. Memberantas Tindak Pidana Money Laundering Dan Korupsi
1. Upaya Memberantas Money Laundering
Upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian
uang di Indonesia antara lain dilakukan dengan pengesahan undang-
undang yang melarang dan menghukum pelaku kejahatan tersebut
sebagaimana tertuang dalam undang-undanga tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang.
Di dalam UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dalam ‘konsiderans’
pada bagian “Menimbang” disebutkan bahwa pertimbangan dibuatnya
dan dalam UU adalah karena tindak pidana pencucian uang tidak
hanya mengancam stabilitas perekonomian dan integritas sistem
keuangan, tetapi juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, demikian lebih
lanjut dikemukakan dalam bagian ‘menimbang’, memerlukan ladasan
hukum yang kuat untuk menjamin kepastian hukum, efektivitas
penegakan hukum, serta penelusuran dan pengembalian Harta
Kekayaan hasil tindak pidana.17
Mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang di
Indonesia, maka ada dua (2) cara yang dapat dilakukan yaitu:18

17
UU Tindak Pidana Pencucian Uang dan terorisme, Op-Cit, hlm. 3
18
N.H.T. Siahaan, Op-Cit, hlm. 36.

14
a) Pembentukan PPATK (Pusat Pelaporan Analisis Transaksi
Keuangan).
b) Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer
Principle).

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana


Pencucian Uang ini, tindak pidana pencucian uang dapat diubah atau
diberantas, antara lain kriminalisasi atas semua perbualan dalam setiap
tahap proses pencucian uang yang terdiri atas:

 Penempatan (placement) yakni upaya menempatkan uang tunai


yang berasal dari tindak pidana ke dalam sistemkeuangan
(financial system) atau upaya menempatkan uang giral (cheque,
wesel bank, sertifikat deposito, dan lain-lain) kembali ke dalam
sistem keuangan, terutama sistem perbankan;
 Transfer (layering) yakni upaya untuk mentransfer harta
kekayaan yang berasal dari tindak pidana (dirty money) yang
telah berhasil ditempatkan pada penyedia jasa keuangan
(terutama bank) sebagai hasil upaya penempatan (placement)
ke penyedia jasa keuangan yang lain. Dilakukannya layering
membuat penegak hukum sulit untuk dapat mengelahui asal
usul harta kekayaan tersebut;
 Menggunakan harta kekayaan (integration) yakni upaya
menggunakan harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana
yang telah berhasil masuk dalam sistem keuangan melalui
penempatan atau transfer sehingga seolah-olah menjadi harta
kekayaan halal (clean money), untuk kegiatan bisnis yang halal
atau untuk membiayai kembali kegiatan kejahatan.
 Penyedia jasa keuangan di atas diartikan sebagai penyedia jasa
di bidang keuangan termasuk tetapi tidak terbatas pada bank,
lembaga pembiayaanperusahaan efek, pengelola reksa dana,
kustodian, wali amanat, lembaga penyimpanan dan

15
penyelesaian, pedagang valuta asing, dana pensiun, dan
perusahaan asuransi.
Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
dalam undang-undang ini dibentuk pula Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan yang (PPATK), yang bertugas;
a. Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi
informasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan undang-
undang ini;
b. Memantau catatan dalam buku daftar pengecualian yang dibuat
oleh Penyedia Jasa Keuangan;
c. Membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan Transaksi
Keuangan yang Mencurigakan;
d. Memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang berwenang
tentang informasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang ini;
e. Mengeluarkan pedoman dan publikasi kepada Penyedia Jasa
Keuangan tentang kewajibannya yang ditentukan dalam undang-
undang ini atau dengan peraturan perundang-undangan lain, dan
membantu dalam mendeteksi perilaku nasabah yang
mencurigakan;
f. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya-
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang;
g. Melaporkan hasil analisis transaksi keuangan yang berindikasi
tindak pidana pencucian uang kepada Kepolisian dan Kejaksaan;
h. Membuat dan memberikan laporan mengenai hasil analisis
transaksi keuangan dan kegiatan lainnya secara berkala 6 (enam)
bulan sekali kepada Presiden, DPR, dan lembaga yang berwenang
melakukan pengawasan terhadap Penyedia Jasa Keuangan.
2. Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

16
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tindak pidana korupsi
dirumuskan sedemikian rupa sehingga meliputi perbuatan-perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi secara
melawan hukum dalam pengertian formil dan materiil. Dengan
perumusan tersebut, pengertian melawan hukum (unsur melawan
hukum) dalam tindak pidana korupsi dapat pula mencakup perbuatan-
perbuatan tercela yang menurut perasaan keadilan masyarakat harus
dituntut dan dipidana.19
Dalam rangka mencapai tujuan yang lebih efektif untuk
mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi, undang-undang
menetapkan ancaman pidana minimum khusus, pidana denda yang
lebih tinggi dan ancaman pidana mati yang merupakan pemberatan
pidana. Undang-undang juga menetapkan pidana penjara bagi pelaku
tindak pidana korupsi yang tidak dapat membayar pidana tambahan
berupa uang pengganti kerugian negara.
1. Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-
bidang yang berhubungan langsung dengan kegiatan
pelayanan kepada masyarakat sehari-hari. Tujuannya adalah
untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan
publik yang profesional, berkualitas, tepat waktu dan tanpa
dibebani biaya ekstra/ pungutan liar.
2. Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada
kegiatan-kegiatan pemerintah yang berhubungan dengan
ekonomi dan sumber daya manusia. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan akuntabilitas Pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya negara dan sumber daya manusia
19
Tri Wahyu Widiastuti, Korupsi Dan Upaya Pemberantasannya, Jurnal Wacana Hukum,
Vol. 8, Nomor 2, 2009, hlm.116.

17
serta memberikan akses terhadap informasi dan berbagai hal
yang lebih memberikan kesempatan masyarakat luas
untuk berpartisipasi di bidang ekonomi.
3. Meningkatkan pemberdayaan perangkat-perangkat
pendukung dalam pencegahan korupsi. Tujuannya adalah
untuk menegakan prinsip “rule of law,” memperkuat budaya
hukum dan memberdayakan masyarakat dalam proses
pemberantasan korupsi.
4. Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini
harus dilakukan secara terpadu dan terintegrasi dengan satu
tujuan, yaitu untuk memberantas korupsi.
5. Pembentukan Lembaga khusus untuk memberantas kasus
korupsi yaitu KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

18
B. Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai