Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH HUKUM PIDANA DI LUAR KUHP

( TINDAK PIDANA KORUPSI)

DI SUSUN OLEH :

NAMA : FERRY CHANDRA KUSUMA

NIM : D1A020184

MATKUL : HK. PIDANA DI LUAR KUHP (A2)

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tindak Pidana Korupsi” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun utuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Hukum Pidana Di Luar KUHP,
selain itu makalah imi juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang tindak pidana korupsi
yang ada di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu untuk
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 14 Juni 2022

Ferry Chandra Kusuma

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------ ii

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ------------------------------------------------------------------------------- 1


B. Rumusan Masalah ---------------------------------------------------------------------------- 2
C. Tujuan -----------------------------------------------------------------------------------------.3

BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Korupsi -----------------------------------------------------------------------------------4
Permasalahan Korupsi --------------------------------------------------------------------------------4
Penyebab Timbulnya Korups ------------------------------------------------------------------------5
Jenis-Jenis Korupsi -----------------------------------------------------------------------------------8
Tindakan – tindakan hukum terhadap pelaku korupsi -------------------------------------------8
Dampak yang Diakibatkan Oleh Tindak Pidana Korupsi ---------------------------------------9
Pertanggungjawaban Pidana pada Perkara Tindak Pidana Korupsi ----------------------------10
Penjatuhan Pidana pada Perkara Tindak Pidana Korupsi ----------------------------------------11
Tindak Pidana yang dilakukan Oleh atau Atas Nama Suatu Korporasi -----------------------12
Dampak terjadinya Korupsi Bagi perekonomian Indonesia -------------------------------------14

PENUTUP

Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------------------------18

Saran ----------------------------------------------------------------------------------------------------18

Daftar pustaka ----------------------------------------------------------------------------------------19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bagian dari hukum pidana khusus di
samping mempunyai spesifikasi tertentu yang berbeda dengan hukum pidana khusus, seperti
adanya penyimpangan hukum acara serta apabila ditinjau dari materi yang diatur maka tindak
pidana korupsi secara langsung maupun tidak langsung dimaksudkan menekan seminimal
mungkin terjadinya kebocoran dan penyimpangan terhadap keuangan dan perekonomian negara.
Dengan diantisipasi sedini dan seminimal mungkin penyimpangan tersebut, diharapkan roda
perekonomian dan pembangunan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga lambat
laun akan membawa daampak adanya peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat
pada umumnya.

Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih


dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat dampak
negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana ini. Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh
berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat
membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial
ekonomi, dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat
laun perbuatan ini seakan menjadi budaya. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita
menuju masyarakat adil dan makmur. Selama ini korupsi lebih banyak dimaklumi oleh berbagai
pihak daripada memberantasnya, padahal tindak pidana korupsi adalah salah satu jenis kejahatan
yang dapat menyentuh berbagai kepentingan yang menyangkut hak asasi, ideologi negara,
perekonomian, keuangan negara, moral bangsa, dan sebagainya, yang merupakan perilaku jahat
yang cenderung sulit untuk ditanggulangi. Sulitnya penanggulangan tindak pidana korupsi
terlihat dari banyak diputus bebasnya terdakwa kasus tindak pidana korupsi atau minimnya
pidana yang ditanggung oleh terdakwa yang tidak sebanding dengan apa yang dilakukannya. Hal
ini sangat merugikan negara dan menghambat pembangunan bangsa. Jika ini terjadi secara terus

iv
menerus dalam waktu yang lama, dapat meniadakan rasa keadilan dan rasa kepercayaan atas
hukum dan peraturan perundang-undangan oleh warga negara. Perasaaan tersebut memang telah
terlihat semakin lama semakin menipis dan dapat dibuktikan dari banyaknya masyarakat yang
ingin melakukan aksi main hakim sendiri kepada pelaku tindak pidana di dalam kehidupan
masyarakat dengan mengatasnamakan keadilan yang tidak dapat dicapai dari hukum, peraturan
perundang-undangan, dan juga para penegak hukum di Indonesia. Korupsi di Indonesia dewasa
ini sudah merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat berbahaya yang mengancam
semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan
kerugian materil keuangan negara yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi
adalah terjadinya perampasan dan pengurasan keuangan negara yang dilakukan secara kolektif
oleh kalangan anggota legislatif dengan alih studi banding, THR, uang pesangon dan lain
sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara
demikian terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya
moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung.
Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin maju,
adalah korupsi harus diberantas. Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi, atau paling tidak
mengurangi sampai pada titik nadi yang paling rendah maka jangan harap negara ini akan
mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah negara yang
maju. Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke
jurang kehancuran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?


2. Apa penyebab timbulnya korupsi ?
3. Apa saja jenis-jenis korupsi ?
4. Apa saja tindakan-tindakan hukum terhadap pelaku korupsi ?
5. Apa dampak yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi ?
6. Bagaimana peran pemerintah dalam memberantas korupsi ?
7. Apa saja dampak terjadinya korupsi bagi perekonomian Indonesia ?

v
C. Tujuan

1. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan korupsi


2. Untuk dapat mengetahui apa saja permasalahan korupsi
3. Untuk dapat mengetahui penyebab timbulnya korupsi
4. Untuk dapat mengetahui tindakan-tindakan hukum terhadap pelaku korupsi
5. Untuk dapat mengetahui dampak yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi
6. Untuk dapat mengetahui beberapa jenis korupsi
7. Untuk dapat mengetahui pa saja pertanggungjawaban pidana pada perkara tindak pidana
korupsi
8. Untuk dapat mengetahui analisis contoh kasus tindak pidana korupsi di Indonesia
9. Untuk dapat mengetahui dampak terjadinya korupsi bagi perekonomian Indonesia.

vi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu “ COR-RUPTION “ atau CORUPTUS.
Corruption itu sendiri berasal dari kata Corrumpere yang merupakan bahasa latin yang tertua.
Dari bahasa latin inilah baru bermunculan istilah-istilah yang sama dengan  coruptio,
coruptus atau corumpere seperti di Inggris dikenal dengan corruption., dan di Belanda dikenal
dengan Coruptie ( kurrptie),. Dari bahasa Belanda inilah turun ke bahasa Indonesia.
Didalam buku “ The Lexion Webster Dictionary “ secara harfiah korupsi atau koruptio
dapat diartikan suatu kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata yang memfitnah atau menghina.
Begitu luas arti korupsi itu, tapi sering juga disamakan artinya dengan penyimpangan
seperti : yang disebut dengan enskilopedia Grote Winkler Prins. Di Malaysia tidak mengenal
korupsi, akan tetapi kata korupsi disana dikenal dengan “ Peraturan Anti Kerakusan “, juga
dikenal dengan kata lain resuah yang berasal dari bahsa Arab ( Riswah).
Menurut kamus bahasa Arab-Indonesia arti Riswah itu sama dengan korupsi. Kata
korupsi  yang telah dimaksukkan kedalam perbendagaraan kata Indonesia, oleh Purwardaminta
yang dituangkan kedalam kamus umum Bahasa Indonesia, diartikan sebagai berikut ; korupsi
adalah perbuatan yang sangat buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan
sebagainya.
Dengan melihat pengertian-pengertian diatas yang dilihat secara harfiah dapat diambil
kesimpulan, bahwa korupsi tersebut sesungguhnya sangat luas pengertiannya.
Juga dapat kita lihat dari Encyklopedia Amer Ikana, korupsi adalah sesuatu hal yang
buruk dengan bermacam ragam artinya, bervariasi menurut waktu, tempat dan bangsa.

1
Ferry Chandra,”Tindak Pidana Korupsi”. Hukum Pidana Di Luar KUHP A2 Juni 2016.

vii
B.  Permasalahan Korupsi
Pemberitaan dimedia-media massa tentang masalah korupsi begitu banyak. Apalagi
adanya pernyataan  dari dua tokoh pimpinan Negara di Bidang Pengawasan Pembangunan dan
lingkungan Hidup Prof. Dr. Emil Salim dan ketua Badan Pemeriksa Keuangan yaitu Umar
Wirahadikusuma berturut – turut pada tanggal 23 September 1981 dan tanggal 3 Oktober 1981
tentang banyaknya terjadi korupsi, pendapat-pendapat, tulisan-tulisan, tajuk rencana surat kabar
serta berita-berita tentang korupsi semakin ramai.
Sebagaimana diberitakan, Emil Salim  pada rapat kerja Departemen Pekerjaan Umum
dibalai sidag senayan Jakarta, pada tanggal 29 September 1981 mengatakan “ Apabila Korupsi
dan Penyelewengan di Departemen Pekerjaan Umum dapat diatasi, ini berarti sebagian besar
uang Negara dapat diselamatkan, karena Pekerjaan Umum merupakan Departemen.
Demikian juga nama-nama dulu sering menguasai halaman-halaman muka surat kabar di
Negara kita ini, seperti : Budiarji, Roby Cahyadi, Endang Wijaya dan lain-lainnya. Itu
menggelapkan uang Negara milyaran rupiah. Belum lagi yang dilakukan kecil-kecilan berupa
pungutan liar.

C.  Penyebab Timbulnya Korupsi


Korupsi sebagaimana suatu gejala yang umum didunia yang sulit diberantas. Belajar dari
sejarah dapat kita ketahui bahwa Negara tindak pidana beserta ancaman-ancaman dari Undang-
Undang yang telah dibuat terdahulu tidak dapat diberantas kejahatan korupsi.
Untuk memberantas kejahatan harus dicari-cari sebab-sebabnya dan menghapuskannya.
Dengan demikian kejahatan seperti korupsi pun tidak akan terbatas atau berkurang kecuali kita
dapat menemukan sebabnya, kemudian sebab itu harus dihapuskan dan dikurangi.
Di Indonesia ini ada Undang-Undang yang mengatur tentang pelanggaran tindakan
korupsi, yaitu Undang-Undang Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pidana  Korupsi, yang
memberikan sanksi terhadap pelanggaran korupsi.
Tentang sebab orang melakukan korupsi di Indonesia dapat dibagi atas :
1. Kurangnya gaji atau pendapatan Pegawai Negeri.
Mengenai kurangnya pendapatan atau gaji pegawai negeri di Indonesia telah dikupas oleh
B. Sudarsono yang menyatakan antara lain : “ Pada umumnya orang menghubungkan tumbuh

viii
2
suburnya dengan sebab-sebab yang paling gampang dihubungkan, misalnya kurangnya gaji
pejabat-pejabat, buruknya mental pejabat, administrasi dan manajemen yang kacau.
Namun B Sudarsono, sebab yang dikemukakan tidak mutlak, banyak factor yang bekerja
dan saling mempengaruhi satu sama lain, sampai mencapai keadaan yang kita hadapi. Yang
dapat dikemukakan hanyalah factor-faktor yang berperan. Buruknya ekonomi belum tentu
dengan sendirinya menghasilkan wabah korupsi dikalangan pejabat-pejabat kalau tidak ada
faktor-faktor lain yang bekerja. Kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri juga factor yang
menentukan. Orang-orang yang berkecukupan juga banyak yang melakukan korupsi. Korupsi
juga meluas kebagian-bagian yang sangat sederhana, dikelurahan, dikantor-kantor pengusaha
kecil, diperusahaan ketera api dan lain sebagainya.
Namun demkian, kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memang factor yang
menonjol dalam arti yang meratadan meluasnya korupsi di Indonesia. Kurangnya gaji pegawai
negeri ini dibandingkan dengan kebutuhan, semakin gawat manakala diperhatikan kebutuhan
yang semakin meningkat kemajuan teknologi. Sebelum Tahun 1980-an kebutuhan Televisi di
Indonesia menjadi barang yang luxs dan hanya dimiliki oleh orang-orang yang tertentu.
Apabila kemajuan teknologi tidak sepesat bertambahnya gaji mereka, misalnya
perkembangan teknologi di bidang elektronik yang pada umumnya didambakan seperti
perubahan Televisi dari hitam putih ke warna, disussul pula dengan muculnya Video Cassete dan
sebagainya, mungkin pola hidup manusia akan biasa-biasa saja dari hari kehari. Justru, hal inilah
yang membuat mereka gelap mata, kalau seandainya tiap bulan mereka akan memenuhi
kebutuhan yang lain, anak-anak yang sekolah, bayar sewa rumah, bayar listrik dan lain-lain.

2. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia


Ada beberapa penulis yang menyebutkan bahwa kebudayaan Indonesia merupakan salah
satu penyebab timbulnya korupsi, diantaranya : B Soedarsono menyatakan antara lain : ‘ Dalam
hubungan meluasnya korupsi di Indonesia maka apabila milliu itu ditinjau lebih lanjut atau lebih
jauh, maka yang perlu ditinjau bukan milliu atau orang perorang, meliputi dirasakan dan
dipengaruhi orang Indonesia.
Mengapa korupsi itu secara diam-diam ditolerir tetapi oleh masyarakat itu sendiri. Kalau
masyarakat seperti mahasiswa melakukan demontrasi anti korupsi maka korupsi sungguh-

2
Ferry Chandra,”Tindak Pidana Korupsi”. Hukum Pidana Di Luar KUHP A2 Juni 2016.

ix
sungguh tidak akan pernah terjadi dan terkenal. Pendapat ini mirip dengan pendapat Syed Husein
Alatas yang menyatakan rakyat akan tidak melakukan korupsi, seharusnya harua memberantas
korupsi yang dilakukan oleh minoritas.
Apa yang menurut ukuran baru adalah penyelahgunaan kebwibawaan, kekuasaan dan
wewenang pada waktu itu terjadi stelsel, korupsi menjadi system.
Jadi dapat kita lihat bahwa penyelewengan itu sudah ada semenjak dahulu kala walaupun
bentuknya berbeda-beda dan cenderung kurang terorganisir. Cara-cara korupsi yang kurang
terorganisir inilah yang kemudian membaut orang yang memiliki kesempatan untuk melakukan
korupsi dengan cara yang cepat dan lebih teroraginis lagi tentunya.

3. Manajemen yang kurang baik


Kurangnya control dalam manajemen, tidak efektif dan efisien menajemen dapat
menimbulkan dan memberi makanan yang empuk bagi korupsi. Dapat kita lihat semakin
banyaknya anggran untuk dilakukan pembangunan makin besar kemungkinan orang untuk
melakukan korupsi.
Dalam satu pembangunan, apalagi proyek yang besar, perlu adanya pengontrolan dan
pengawasan untuk menghindarkan kecelakaan-kecelakaan tidak sedikit kita lihat bangunan-
bangunan yang telah selesai kemungkinan dipakai dalam beberapa bulan saja kondisinya sudah
tidak karuan lagi dan tidak sesuai dengan jangka waktu pemakaiannya yang semestinya.
Hal ini bisa saja terjadi karena pemborong tidak merasa diawasi sehingga mereka bekerja
seenaknya dan tidak melaksanakan konsep yang semestinya untuk pembangunan. Dan juga
kesalahan itu bukan terjadinya dibawag oleh para mandor. Namun yang penting bagi semuanya
adalah manajemen yang baik dan efisien.

4. Modernisasi
Korupsi yang ada di Negara yang satu dengan di Negara yang lain cenderung berbeda-
beda, juga selang waktunya yang berbeda-beda, seperti yang dituliskan oleh Hungtington bahwa
korupsi terdapat dalam masyarakat tetapi korupsi dimasyarakatkan yang satu dengan yang lain,
dan dalam masyarakat yang sedang tumbuh korupsi lebih umum dalam satu periode yang satu

x
dengan yang lainnya. Bukti-bukti menungjukkan bahwa luas perkembangan korupsi berkaitan
dengan modernisasi dengan modernisasi social dan ekonomi yang cepat.3
Modernisasi dapat mengembangkan kosupsi di Negara manapun, terutama diNegara yang
sedang berkembang. Hal ini dapat disebabkan oleh  :
a. Modernisasi dapat menimbulkan nilai dasar dalam masyarakat. Hal ini dapat kita timbulkan
dalam kehidupan nyata. Dahulu sebelum masyarakat dalam malakukan aktivitas kehidupan
cenderung sangat sederhana, tetapi setelah perkembangan zaman membuat masyaraka “ mau
tidak mau ‘ yang notabenenya adalah orang-orang birokrat yang kurang mampu untuk
melakukan perbuatan korupsi tersebut
Hal ini jelas, bahwa permasalahan tuntutan ekonomi di kemajuan zaman yang makin pesat ini
membuat banyak pihak yang mudah mendapatkan kesempatan melakukan kejahatan ini untuk
melakukannya.
b. Dengan adanya modernisasi berarti membuka sumber-sumber baru kekayaan dan kekuasaan
baru. Di bukanya sumber kekayaan alam juga ikut mengembangkan korupsi karena hubungannya
sangat erat, dengan dibukanya salah satu sumber alam tersebut dan kurang manajemennya akan
membuka peluang untuk melakukan korupsi.
c. Modernisasi merangsang korupsi karena perubahan-perubahan yang diakibatkan dalam
bidang system politik..

D. Jenis-Jenis Korupsi
Pada umumnya korupsi dibagi menjadi dua bagian besar:
1. Administrative corruption
Adalah suatu kegiatan korupsi yang dilakukan dengan cara mempergunakan system
administrasi yang dilegalkan dengan berbagai macam cara dengan alasan segala sesuatu
dijalankan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, akan tetapi individu tertentu
memperkaya dirinya sendiri.
2. Against the rule corruption
Adalah korupsi yang dilakukan sepenuhnya bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Menurut Andi Hamzah “ korupsi bukan hanya berbentuk material atau keuangan saja, tetapi juga
meliputi politik, ilmu sastra dan seni “.
3
Ferry Chandra,”Tindak Pidana Korupsi”. Hukum Pidana Di Luar KUHP A2 Juni 2016.

xi
Di Amerika korupsi pilitik itu justru mendaptkan perhatian yang besar sekali, sedang di
Indonesia mempunyai sangsi yang cukup berat bagi pelanggarnya. Yaitu nepotisme.

E.  Tindakan – tindakan hukum terhadap pelaku korupsi


Indonesia adalah Negara Hukum dengan sumbenya adalah Pancasila dan UUD 1945.
apabila seseorang melanggar hukum dan norma-norma serta aturan-aturan tersebut jelas akan
mendapatkan sanksi yang besar dan tegas tentunya.
Berlainan dengan kurun waktu antara tahun 1971 sampai 1981, dimana dapat ditemukan
perkara korupsi yang besar sampai ke yang kecil-kecilnya. Para koruptor yang melakukan
korupsi itu dihukum melalui jalur-jalur hukum :
1. Jalur Hukum Perdata
Kemungkinan gugatan perdata terhadap koruptor berupa ganti rugi kepada Negara sesuai
dengan kettentuan UUPTPK yang berlaku terutama terhadap koruptor yang telah meninggal.
2. Jalur Hukum Pidana
Sesuai dengan kesalahan pelaku dan ganjaran yang berlaku dalam UUPTPK

F. Dampak yang Diakibatkan Oleh Tindak Pidana Korupsi

1. Bidang Demokrasi

Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik,


korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara
menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi
akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan, korupsi di sistem pengadilan
menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan
ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan
institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat
diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi
mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.4
4
Ferry Chandra,”Tindak Pidana Korupsi”. Hukum Pidana Di Luar KUHP A2 Juni 2016.

xii
2. Bidang Ekonomi

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan


pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan
ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena
kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan
resiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa
korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru
muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat
aturan- aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga,
korupsi juga mengacaukan “lapangan perniagaan”. Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi
dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi
publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat
mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi,
yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan
syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-
tekanan terhadap anggaran pemerintah.

3. Bidang Kesejahteraan Negara

Korupsi politis ada dibanyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga
negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi
sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan
yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil. Politikus-
politikus “pro-bisnis” ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang
memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.

G. Peran Pemerintah dalam Memberantas Korupsi

xiii
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-
upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.

KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberantas
korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para
pelaku tindak KKN.

Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :

1. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.


2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan good
governance.
3. Membangun kepercayaan masyarakat.
4. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

H. Pertanggungjawaban Pidana pada Perkara Tindak Pidana Korupsi

Dalam Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana


korupsi Jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi,
pertanggung jawaban pidana pada perkara tindak pidana korupsi yaitu:

1.  Korporasi  adalah  kumpulan  orang  dan  atau  kekayaan  yang  terorganisasi  baik merupakan
badan hukum maupun bukan badan hukum.

2.  Pegawai Negeri adalah meliputi :

a. Pegawai      negeri      sebagaimana        dimaksud      dalam      Undang-undang   tentang
Kepegawaian. 5
b. Pegawai  negeri  sebagaimana  dimaksud  dalam  Kitab  Undang-undang  Hukum Pidana;

5
Ferry Chandra,”Tindak Pidana Korupsi”. Hukum Pidana Di Luar KUHP A2 Juni 2016.

xiv
c. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah;
d. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari
keuangan negara atau daerah; atau
e. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal
atau fasilitas dari negara atau masyarakat.

3.  Setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi.

I. Penjatuhan Pidana pada Perkara Tindak Pidana Korupsi


Berdasarkan ketentuan undang-undang nomor 31 Tahun 1999 jo undang-undang nomor 20
tahun 2001, jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak
pidana korupsi adalah sebagai berikut.

1. Pidana Mati

Dapat dipidana mati karena kepada setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian Negara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi, yang dilakukan dalam keadaan tertentu.

2. Pidana Penjara

a. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap
orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau
perkonomian Negara. (Pasal 2 ayat 1)

xv
b. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak satu
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara (Pasal 3)
c. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta) bagi setiap orang yang dengan
sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan terhadap tersangka atau
terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi. (Pasal 21)
d. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, pasal 29, pasal 35, dan pasal 36.

3. Pidana Tambahan

a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak
bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk
perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari
barang yang menggantikan barang-barang tersebut.
b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta
yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.
c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun. 6
d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada
terpidana.

6
Ferry Chandra,”Tindak Pidana Korupsi”. Hukum Pidana Di Luar KUHP A2 Juni 2016.

xvi
e. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan
sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap maka harta
bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.
f. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar
uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak memenuhi
ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan undang-undang nomor 31
tahun 1999 jo undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.

J. Tindak Pidana yang dilakukan Oleh atau Atas Nama Suatu Korporasi
Pidana pokok yang dapat dijatuhkan adalah pidana denda dengan ketentuan maksimal
ditambah 1/3 (sepertiga). Penjatuhan pidana ini melalui procedural ketentuan pasal 20 ayat (1)-
(5) undang-undang 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah sebagai
berikut:

1. Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka
tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan/atau
pengurusnya.
2. Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan
oleh orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain,
bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama.
3. Dalam hal ini tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi maka korporasi
tersebut diwakili oleh pengurus, kemudian pengurus tersebut dapat diwakilkan kepada
orang lain.
4. Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di
pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya penguruh tersebut dibawa ke siding
pengadilan.7
5. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk
menghadap dan menyerahkan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus di

7
Ferry Chandra,”Tindak Pidana Korupsi”. Hukum Pidana Di Luar KUHP A2 Juni 2016.

xvii
tempat tinggal pengurus atau ditempat pengurus berkantor.

Unsur-unsur tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang nomor 20


tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah

1. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi;
2. Perbuatan melawan hukum;
3. Merugikan keuangan Negara atau perekonomian;
4. Menyalahgunakan kekuasaan, kesempatan atas sarana yang ada padanya karena jabatan
dan kedudukannya dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain

K. Dampak terjadinya Korupsi Bagi perekonomian Indonesia

1. Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan pembelanjaan


pemerintah untuk sektor publik. Korupsi juga memberikan kontribusi pada nilai defisit
fiskal yang besar, meningkatkan income inequality, dikarenakan korupsi membedakan
kesempatan individu dalam posisi tertentu untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas
pemerintah pada biaya yang sesungguhnya ditanggung oleh masyarakat Ada indikasi
yang kuat, bahwa meningkatnya perubahan pada distribusi pendapatan terutamadi
negara-negara yang sebelumnya memakai sistem ekonomi terpusat disebabkan oleh
korupsi, terutama pada proses privatisasi perusahaan negara.
2. Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam bentuk
peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Ketika kebijakan
dilakukan dalam pengaruh korupsi yang kuat maka pengenaan peraturan dan kebijakan,
misalnya, pada perbankan, pendidikan, distribusi makanan dan sebagainya, malah akan
mendorong terjadinya inefisiensi.
3. Korupsi menjadi bagian dari welfare cost, memperbesar biaya produksi, dan selanjutnya
memperbesar biaya yang harus dibayar oleh konsumen dan masyarakat (dalam kasus
pajak), sehingga secara keseluruhan berakibat pada kesejahteraan masyarakat yang turun.
4. Korupsi mereduksi peran fundamental pemerintah (misalnya pada penerapan dan
pembuatan kontrak, proteksi, pemberian property rightsdan sebagainya). Pada akhirnya

xviii
hal ini akan memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi yang dicapai.
5. Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian, dan juga proses
demokrasi. Kasus seperti ini sangat terlihat pada negara yang sedang mengalami masa
transisi, baik dari tipe perekonomian yang sentralistik ke perekonomian yang lebih
terbuka atau pemerintahan otoriter ke pemerintahan yang lebih demokratis, sebagaimana
terjadi dalam kasus Indonesia.
6. Korupsi memperbesar angka kemiskinan. Selain dikarenakan program-program
pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak mencapai sasaran, korupsi juga mengurangi
potensi pendapatan yang mungkin diterima oleh si miskin. Menurut Tanzi (2002),
perusahaan perusahaan kecil adalah pihak yang paling sering menjadi sasaran korupsi
dalam bentuk pungutan tak resmi (pungutan liar). Bahkan, pungutan tak resmi ini bisa
mencapai hampir dua puluh persen dari total biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan ini amat mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara negara berkembang
seperti Indonesia, perusahaan kecil (UKM adalah mesin pertumbuhan karena perannya
yang banyak menyerap tenaga kerja).
7. Dampak Korupsi Bagi Masyarakat

Korupsi sangat berdampak negatif pada kehidupan masyarakat sekitar. Adapun dampak
korupsi yang terlihat secara langsung dan tidak langsung adalah sebagai berikut :

a. Kenaikan harga-harga barang akibat anggaran APBN yang dikorupsi


b. Bertambahnya rakyat miskin dikarenakan uang tunjangan bagi rakyat miskin yang
seharusnya disalurkan dikorupsi.
c. Mahalnya biaya yang harus rakyat keluarkan untuk mendapatkan layanan dasar seperti
pendidikan dan kesehatan yang seharusnya bersubsidi.8
d. Kesenjangan pendapatan semakin tinggi.
e. Banyaknya rkyat yang di PHK akibat perusahaan kecil tempat mereka kerja gulung tikar
akibat dana investasinya dikorupsi.
f. Dan masih banyak lagi dampak negatif korupsi.
g. Dampak Korupsi Dalam Bidang Pendidikan

8
Ferry Chandra,”Tindak Pidana Korupsi”. Hukum Pidana Di Luar KUHP A2 Juni 2016.

xix
Menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia disebabkan oleh adanya faktor- faktor yang
menyebabkan. Kurangnya fasilitas yang tersedia menjadi faktor utama terhadap baik atau
buruknya kualitas pendidikan di Indonesia. Bisa kita lihat banyak fasilitas yang sudah tidak layak
dipakai masih digunakan sebagai sarana pendidikan, contohnya pada lingkungan pedesaan
banyak fasilitas yang sudah tidak layak dipakai masih digunakan untuk sarana belajar mengajar
sesuai fungsinya. Fasilitas yang rusak ini mengakibatkan banyak anak- anak pedesaan tidak bisa
menggunakan fasilitas dengan baik. Fasilitas yang kurang dan rusak disebabkan karena
kurangnya dana yang diberikan oleh pemerintah. Menurut pasal 31 ayat 4 dengan bunyi “Negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang- kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelengaraan pendidikan nasional”. 
Sesuai dengan apa yang termuat di dalam UUD 1945 sebanyak 20% keuangan negara itu
digunakan sebagai dana pendidikan. Namun saat ini sesuai dengan apa yang telah kita ketahui
kualitas pendidikan di indonesia begiu rendah, lalu dimana uang yang seharusnya dipakai
sebagai dana pendidikan?. Korupsi itulah jawaban yang tepat. Meski Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensil, dan pembagian tugas pemeritahan sudah terlihat sangat jelas. Korupsi
tetap saja menjadi masalah yang sangat besar bagi keuangan negara. Hal inilah yang berdampak
negatif terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Banyak pendidikan yang terkorbankan karena
tidak adanya fasilitas dan dana yang cukup . 
Dampak negatif dari korupsi ini tentu sangatlah banyak salah satunya adalah uang negara
yang seharusnya di pakai untuk memenuhi fasilitas pendidikan tapi menjadi bubur hangat bagi
para koruptor di Indonesia dan hal ini juga yang telah menyebabkan negara indonesia tidak
maju- maju dan tetap pada posisi sebagai negara berkembang dengan kualitas pendidikan yang
rendah. Dari kasus korupsi yang terjadi perhatian pemerintah menjadi sangat berkurang terhadap
kualitas pendidikan di Indonesia. Tidak heran jika kualitas penddidikan di indonesia menjadi
rendah dan tidak dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Perlu adanya
tindak lanjut yang lebih agar pendidikan di Indonesia bisa seperti negara yang maju saat ini,
tidak cukup hanya dengan pemberian hukuman kepada koruptor tapi perlu adanya inovasi baru
yang dapat memberikan hukuman yang sebanding dengan apa yang telah dilaksanakan oleh para
koruptor. Berantas korupsi dan segala tindakan menyimpang lainnya yang akan berdampak
negative pada kualitas pendidikan di indonesia. 

xx
Seperti yang kita lihat, Indonesia menyandang sebagai negara yang memiliki begitu
banyak sumber daya yang tentunya dapat di manfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
Indonesia. Jika pemanfaatan dan penggunaannya dilakukan secara efesien serta terhindar dari
tangan- tanagn yang tak bertanggung jawab maka akan tercipta indonesia yang maju. Kita
sebagai genrasi penerus bangsa dan negara, perlu pemahaman yang luas akan dunia pendidikan
agar kualitas pendidikan di indonesia bisa berkembang dan maju seperti halnya sama dengan
tujuan dan cita- cita bangsa kita. Indonesia yang aman, maju dan sejahtera adalah harapan utama
kita semua sebagai rakyat republik Indonesia. Tingkatkan terus kualitas penndidikan di Indonesia
agar indonesia dapat kembali lagi menjadi indonesia yang memiliki kualitas pendidikan yang
tinggi.9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan penyelewengan atau penggelapan (uang
negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu
mengandung unsur “penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran). Dan korupsi akan
berdampak pada masarakat luas serta akan merugikan masyarakat umum
9
Ferry Chandra,”Tindak Pidana Korupsi”. Hukum Pidana Di Luar KUHP A2 Juni 2016.

xxi
dan negara.di indonesiakorupsi identik dengan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur
birokrasi serta orang-orang yang berkompeten dengan birokrasi. Korupsi dapat bersumber dari
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada sistem politik dan sistem administrasi negara dengan
birokrasi sebagai prangkat pokoknya.
Keburukan hukum merupakan penyebab lain meluasnya korupsi. Seperti halnya delik-
delik hukum yang lain, delik hukum yang menyangkut korupsi di Indonesia masih begitu rentan
terhadap upaya pejabat-pejabat tertentu untuk membelokkan hukum menurut kepentingannya.
Dalam realita di lapangan, banyak kasus untuk menangani tindak pidana korupsi yang sudah
diperkarakan bahkan terdakwapun sudah divonis oleh hakim, tetapi selalu bebas dari hukuman
ataupun mendapat hukuman yang tidak sesuai dengan pelanggaranya contoh saja Angelina
Sondakh seperti yang sudah dijelaskan diatas . Itulah sebabnya kalau hukuman yang diterapkan
tidak drastis, upaya pemberantasan korupsi dapat dipastikan gagal.

B. Saran
Berdasarkan realita yang ada begitu banyak kasus Korupsi yang ada di Indonesi bahkan
menurut beberapa orang kasus Korupsi sudah menjadi Budaya bangsa Indonesia untuk itu saya
himbau kepada teman-teman untuk lebih mempelajari hal-hal yang terkait dengan Korupsi
seperti makalah kami ini yang masih sangat jauh dari kesempurnaan. Marilah kita saling
merangkul bersama untuk memberantas Korupsi yang ada di Indonesia.
10

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Andi. 2006. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional.
Situmorang, Victor M. 1994. Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

10
Ferry Chandra,”Tindak Pidana Korupsi”. Hukum Pidana Di Luar KUHP A2 Juni 2016.
Ferry Chandra,”Tindak Pidana Korupsi”. Hukum Pidana Di Luar KUHP A2 Juni 2016.

xxii
http://jaringnews.com/keadilan/tipikor/64723/andi-mallarangeng-divonis-tahun-penjara-dalam-
kasus-proyek-hambalang 
https://aafadill702.wordpress.com/2014/06/25/masalah-korupsi/
www.makalah tindak pidana ekonomi korupsi di Indonesi.com11

11

xxiii

Anda mungkin juga menyukai