1998 DI INDONESIA
KELOMPOK 3 :
PEMBUNUHAN
PEMERKOSAAN
PELECEHAN SEKSUAL
LANDASAN HUKUM
Pelanggaran HAM menurut Pasal
1 angka 6,UU no. 39 Tahun 1999
RESPON DARI BERBAGAI NEGARA ATAS PERISTIWA MEI 1998
SINGAPURA
Membuka Bandara Internasional Changi selama 1 x 24 jam dan siap menerima kedatangan korban
kerusuhan.
TAIWAN
Menyampaikan protes kepada pemerintah Indonesia serta mengirimkan pesawat untuk membawa
para Korban kerusuhan.
MALAYSIA
Sekretasi Partai Aksi Malaysia, Lin Juxiang, meminta Komite HAM PBB untuk menyelidiki
peristiwa pemerkosaan bergilir yang terjadi pada wanita etnis Tionghoa Indonesia dan kasus
pembunuhan yang terjadi, serta menyerahkan hasil penyelidikan Internasional untuk diadili. Selain
itu, Malaysia menggelar aksi demonstrasi guna mendukung penuh korban kerusuhan.
AMERIKA SERIKAT
Melaporkan tindak kekerasan pada kerusuhan mei 1998 dan menyampaikan kecaman keras atas
kejadian tersebut. Selain itu, Amerika juga memaksa pemerintah Indonesia menghentikan
kerusuhan in dan juga mengirimkan sejumlah kapal perangnya di Indonesia untuk mengangkut
korban kerusuhan.
ANALISIS
Kerusuhan massa yang terjadi pada peristiwa Kerusuhan
Mei 1998 sepatutnya dilihat secara jernih. Apakah
bentuk kerusuhan tersebut muncul karena orang-orang
tertentu yang memang ingin membuat kekacauan,
ataukah adanya suatu kesalahan yang memberikan
peluang untuk berbuat rusuh, dan mungkin juga sebagai
refleksi kekecewaan, ketidakpuasan atas situasi
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik yang ada.
● KESIMPULAN
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya
terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah
melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara
HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap
bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok
PENUTUP atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat
dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
●SARAN
Kami berharap Presiden Jokowi berani membuka kebenaran dan
menuntaskan proses hukum atas kasus pelanggaran HAM yang terjadi
pada masa lampau. Penundaan atas proses hukum dalam Tragedi Trisakti
dan Tragedi Mei yang berlarut-larut adalah bentuk dari pengabaian hak
atas keadilan yang melekat pada korban sebagaimana diatur di dalam
Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia dan instrumen HAM
internasional yang lain.
THANK YOU