Anda di halaman 1dari 8

Kerusuhan Mei 1998 Jakarta

Kelompok 2 9G
Smpn 49 Jakarta

Anggota Kelompok:
Talitha Syahdalieve
Citra Hafifa Widi Yanto
Zhara Putri Megantara
Kevin Veasna Dyas
Meisa Salsabila Salikah
Muhammad Habibi Maulida

1
1.1 LATAR BELAKANG

Kerusuhan Mei 1998 menjadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia,


pelanggaran Hak Asasi Manusia atau HAM secara besar-besaran terjadi di kala
itu. Satu di antaranya yaitu Tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa
Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998, sehari setelahnya, 13 Mei sampai 15 Mei
1998 menyusul peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM lainnya yang dikenal
dengan Kerusuhan Mei 1998.

1.2 PEMBAHASAN

Pada rentang 13-15 Mei, 23 tahun silam, Indonesia bergejolak


akibat kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa di sejumlah kota, antara lain
Jakarta, Medan, Palembang, Solo, Surabaya serta beberapa kota lainnya.
Koordinator Investigasi dan Pendataan Tim Relawan, Sri
Palupi pernah menganalisis peristiwa rusuh tersebut dan mendapat kesimpulan
bahwa Kerusuhan Mei 1998 disebabkan oleh sentimen anti-Tionghoa yang telah
lama berlangsung yang kemudian dimanfaatkan untuk memicu kericuhan akibat
krisis moneter.

Saat itu beredar tuduhan bahwa etnis Tionghoa penyebab krisis moneter,
provokasi tersebut disebarkan oleh beberapa jenderal yang tidak memiliki
hubungan dengan perekonomian. Tuduhan tersebut didasarkan pada informasi
palsu bahwa etnis Tionghoa melarikan uang rakyat ke luar negeri dan sengaja
menimbun sembako sehingga rakyat Indonesia kelaparan dan sengsara. Apalagi
jika dilihat secara materi, perekonomian etnis Tionghoa yang stabil dan strategis,
serta dinilai lebih sukses, hal tersebut semakin memperkuat kebencian
masyarakat pribumi terhadap keberadaan etnis Tionghoa tersebut.

Kerusuhan Mei 1998 jadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia,


pelanggaran Hak Asasi Manusia atau HAM secara besar-besaran terjadi di kala

2
itu. Satu di antaranya yaitu Tragedi Trisakti yang menewaskan empat
mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998, sehari setelahnya, 13 Mei
sampai 15 Mei 1998 menyusul peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM lainnya
yang dikenal dengan Kerusuhan Mei 1998.

Pada rentang 13-15 Mei, 23 tahun silam, Indonesia bergejolak


akibat kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa di sejumlah kota, antara lain
Jakarta, Medan, Palembang, Solo, Surabaya serta beberapa kota lainnya.
Koordinator Investigasi dan Pendataan Tim Relawan, Sri
Palupi pernah menganalisis peristiwa rusuh tersebut dan mendapat kesimpulan
bahwa Kerusuhan Mei 1998 disebabkan oleh sentimen anti-Tionghoa yang telah
lama berlangsung yang kemudian dimanfaatkan untuk memicu kericuhan akibat
krisis moneter.

Saat itu beredar tuduhan bahwa etnis Tionghoa penyebab krisis moneter,
provokasi tersebut disebarkan oleh beberapa jenderal yang tidak memiliki
hubungan dengan perekonomian. Tuduhan tersebut didasarkan pada informasi
palsu bahwa etnis Tionghoa melarikan uang rakyat ke luar negeri dan sengaja
menimbun sembako sehingga rakyat Indonesia kelaparan dan sengsara. Apalagi
jika dilihat secara materi, perekonomian etnis Tionghoa yang stabil dan
strategis, serta dinilai lebih sukses, hal tersebut semakin memperkuat kebencian
masyarakat pribumi terhadap keberadaan etnis Tionghoa tersebut.

Kebencian dan kecurigaan seperti hawa pengap yang mengambang di


udara, ketegangan semakin menjadi ditambah dengan beredarnya desas-desus
bahwa etnis Tionghoa merupakan bagian dari rezim Soekarno yang menganut
paham komunis yang bertentangan dengan paham yang dianut masyarakat
mayoritas. Sentimen tersebut semakin memposisikan etnis Tionghoa sebagai
dislike minority, yaitu kaum minoritas yang tidak disukai, serta disisihkan.

3
Di Sidotopo, Surabaya, pada tanggal 14 Mei 1998, para perusuh
menargetkan toko dan rumah milik orang Tionghoa, menjarah harta benda dan
membakar properti mereka. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) menemukan
dua kasus pemerkosaan dan empat kasus kekerasan seksual. Di hari yang sama,
di Padang, Sumatra Barat, sedikit sepuluh kantor, bank, dan ruang pamer rusak
dilempari batu oleh perusuh yang terdiri dari mahasiswa, perusakan tersebut
mereka lakukan saat dalam perjalanan menuju kantor DPRD Sumatera Barat.

Di Palembang, Sumatera Selatan, sepuluh toko milik etnis Tionghoa dan


belasan lebih mobil dibakar oleh perusuh, serta puluhan orang mengalami luka-
luka terkena lemparan batu oleh mahasiswa yang berunjuk rasa ke kantor DPRD
Sumatera Selatan, dalam peristiwa di Palembang tersebut, Tim Relawan untuk
Kemanusiaan melaporkan bahwa kekerasan seksual juga terjadi.

Pada 15 Mei 1998, pukul 14.20, ribuan perusuh dari Surakarta tiba di
Boyolali, mereka membakar pabrik, mobil dan rumah, serta menjarah toko di
dekat pasar Boyolali. Bank-bank bahkan terpaksa harus ditutup karena ancaman
pembakaran Bank Central Asia cabang Salatiga, perusuh juga memblokir jalan
dari Semarang ke Surakarta.

Amuk massa ini membuat para pemilik toko ketakutan dan memberikan
keterangan di depan toko mereka dengan tulisan “Milik pribumi” atau “Pro-
reformasi” karena penyerang hanya fokus ke etnis Tionghoa.

Kerusuhan Mei 1998 merupakan peristiwa memilukan bagi etnis Tionghoa


di Indonesia, toko-toko dan rumah mereka dijarah, dibakar dan bahkan
dihancurkan. Lebih dari itu, pelanggaran HAM berat terhadap wanita Tionghoa
juga terjadi, mereka diperkosa, dilecehkan, dianiaya dan dibunuh. Seorang
Aktivis Relawan, Ita F. Nadia menganalisis alasan wanita Tionghoa ditargetkan
sebagai sasaran utama Kerusuhan Mei 1998 adalah karena mereka lemah dan
tidak dapat memberikan perlawanan.

4
Pemerkosaan secara biadab terhadap wanita Tionghoa oleh pelaku rusuh
Mei 1998 dilakukan dengan cara gang rape, dimana korban diperkosa ramai-
ramai secara bergantian dalam waktu bersamaan. Ironisnya, selain dilakukan di
rumah korban, pemerkosaan juga dilakukan di tempat-tempat umum, tidak peduli
bahkan di depan orang lain.

Para perusuh tidak pandang bulu terhadap korban, mereka menyekap


wanita Tionghoa yang mereka temukan baik di jalan dan di rumah, hingga di
transportasi seperti taksi, angkot, maupun bus. Selain diperkosa, wanita Tionghoa
yang mereka tangkap kemudian disiksa, dilecehkan, dianiaya, bahkan dibunuh.

Kejadian tersebut menyisakan bekas trauma psikis yang amat berat bagi
korban yang masih hidup, beberapa di antaranya bahkan memiliki mengakhiri
hidup karena tidak sanggup menanggung beban trauma, ada yang menjadi gila,
diusir oleh keluarga, serta menghilangkan diri keluar negeri dengan mengganti
identitas.

Salah satu korban pemerkosaan, Ita Martadinata Haryono yang telah


bergabung sebagai anggota Tim Relawan bahkan dibunuh secara keji pada 9
Oktober 1998. Ita tewas di rumahnya sesaat sebelum kepergiannya ke Amerika
Serikat sebagai saksi Pembela HAM Internasional terkait kasus Kerusuhan Mei
1998 tersebut. Total korban tewas dalam kerusuhan Mei 1998 adalah sekitar
1.188 orang, dan setidaknya 85 wanita dilaporkan mengalami pelecehan seksual.

1.3 PENYELESAIAN KASUS

Penyelesaian kasus pelanggaran HAM kerusuhan 1998 melalui jalur


pengadilan masih berjalan di tempat. Padahal, rezim telah berganti lima kali
selepas turunnya Soeharto. Setiap rezim pun gagal menyelesaikan kasus ini.

Nampaknya, bukan hanya sekedar janji politik yang dibutuhkan, tetapi


juga keberanian dan komitmen dari Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat

5
(DPR) untuk menuntaskan permasalahan ini melalui jalur pengadilan. Presiden
dan DPR seharusnya menjalankan mandat UU Nomor 26 Tahun 2000 untuk
membentuk Pengadilan HAM ad hoc guna menyelesaikan kasus pelanggaran
HAM masa lalu, termasuk kerusushan Mei 1998.

Oleh karena itu, memperhatikan persoalan diatas, terdapat beberapa hal


yang perlu dilakukan.Pertama, mendorong Presiden dan DPR untuk tetap
berkomitmen menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa lalu. Kedua,
mendorong Presiden untuk mengevaluasi kinerja Timsus HAM Kejaksaan Agung
yang belum bekerja secara signifikan untuk menyelesaikan syarat formil maupun
materil dalam kasus pelanggaran HAM melalui jalur pengadilan. Ketiga,
mendorong DPR untuk selalu membuka ruang bagi kelompok masyarakat sipil
dalam rangka memberikan masukan dalam kasus pelanggaran HAM masa lalu.

6
2.1 KESIMPULAN

Kerusuhan massa yang terjadi pada peristiwa Kerusuhan Mei 1998


sepatutnya dilihat secara jernih. Apakah bentuk kerusuhan tersebut muncul
karena orang-orang tertentu yang memang ingin membuat kekacauan, ataukah
adanya suatu kesalahan yang memberikan peluang untuk berbuat rusuh, dan
mungkin juga sebagai refleksi kekecewaan, ketidakpuasan atas situasi kehidupan
sosial, ekonomi, dan politik yang ada.

Tentunya, pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi bahan introspeksi kita


yaitu rakyat dan penguasa. Kita tidak perlu memandang negatif pemerintah dan
juga tidak menyalahkan rakyat. Lebih baik kita berkaca terus-menerus, apakah
perilaku (sikap, kebijaksanaan, dan pandangan) kita membuat hati nurani orang
terusik untuk melawan dan memberontak.

Penjelasan yang dikemukakan untuk memahami fenomena kekerasan yang


terjadi pada peristiwa kerusuhan Mei 1998 adalah tindak kekerasan terjadi
sebagai akibat dari terjadinya deprivasi relative dalam masyarakat. Ketika
semakin melebarnya jarak antara nilai pengharapan (value expectations) dan nilai
kemampuan (value capabilities) untuk memenuhi harapan itu, masyarakat
menjadi sangat sensitif dan mudah terbakar emosi. Semakin besar kecenderungan
fenomena deprivasi relative terjadi, dan makin menyangkut berbagai segi
kehidupan masyarakat, semakin memungkinkan terjadinya fenomena kekerasan.
Dengan kata lain, penyebab utama terjadinya kekerasan adalah berkembangnya
ketidakpuasan, politisasi ketidakpuasan, dan aktualisasinya dalam aksi
kekerasan.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0605814_chapter5.pdf
https://id.scribd.com/doc/131351924/makalah-Konflik-Sosial-Dalam-
Masyarakat
https://nasional.tempo.co/read/1591350/kronologi-tragedi-kerusuhan-12-
15-mei-1998-gugur-4-mahasiswa-trisakti
https://kumparan.com/berita-hari-ini/penyebab-kerusuhan-mei-1998-
sejarah-kelam-pelanggaran-ham-di-indonesia-1y3gjrMMBpA
https://perpustakaan.komnasperempuan.go.id/web/index.php?p=show_det
ail&id=3576#:~:text=Kerusuhan%20ini%20diawali%20oleh%20krisis,Soe
harto%2C%20serta%20pelantikan%20B.%20J.%20Habibie.
https://www.merdeka.com/sumut/penyebab-kerusuhan-mei-1998-
pelanggaran-ham-yang-belum-tuntas-hingga-sekarang-kln.html

Anda mungkin juga menyukai