Perekonomian Indonesia pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5,60 % dibanding tahun 2004.
Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2005 mencapai Rp. 1.749,5 triliun, sedangkan pada tahun
2004 sebesar Rp 1.656,8 triliun. Bila dilihat berdasar harga yang berlaku, PDB tahun 2005 naik sebesar Rp
468,0 triliun, dari Rp 2.261,7 triliun pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp 2.729,7 triliun pada tahun 2005.
(Sumber: Berita Resmi Statistik No 09 / IX / 15 Februari 2006)
Selama tahun 2005, hampir semua sektor ekonomi yang membentuk PDB mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 12,97%,
diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,59%, sektor bangunan 7,34%, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan 7,12%, sektor lisrtrik, gas dan air bersih 6,49%, sektor jasa-jasa
5,16%, sektor industri pengolahan 4,63%, sektor pertanian 2,49%, serta sektor pertambangan dan
penggalian 1,59%. Selanjutnya jika dilihat secara total, pertumbuhan PDB tanpa migas tumbuh lebih
cepat yaitu sebesar 6,48% pada tahun 2005 dibandingkan tahun 2004.
(Sumber: Berita Resmi Statistik No 09 / IX / 15 Februari 2006)
Dibandingkan dengan peranan pada tahun 2004, pada tahun 2005 terjadi perubahan peranan pada beberapa
sektor ekonomi yaitu penurunan pada sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik gas dan air
bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor
jasa-jasa. Penurunan yang cukup besar terjadi pada sektor pertanian dari 14,66 persen pada tahun 2004 menjadi
13,41 persen di tahun 2005. Peranan sektor industri pengolahan menurun dari 28,28 persen menjadi 28,05
persen, sektor listrik, gas, dan air bersih menurun dari 0,98 persen menjadi 0,92 persen, sektor perdagangan,
hotel dan restoran menurun dari 15,83 persen menjadi 15,74 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan menurun dari 8,60 persen menjadi 8,36 persen dan sektor jasa-jasa menurun dari 10,38 menjadi
10,10 persen. Sementara sektor pertambangan naik peranannya dari 8,67 persen di tahun 2004 menjadi 10,44
persen di tahun 2005, sektor bangunan naik dari 6,32 persen menjadi 6,35 persen dan sektor pengangkutan dan
komunikasi naik dari 6,28 persen menjadi 6,63 persen pada tahun 2005. Selanjutnya jika dilihat secara total,
peranan PDB tanpa migas naik sedikit dari 0,96 persen pada tahun 2004 menjadi 0,97 persen pada tahun 2005.
(Sumber: Berita Resmi Statistik No 09 / IX / 15 Februari 2006)
Data PDB menurut sektor atas dasar harga berlaku juga menunjukkan
peranan sektor dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun.
Tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, dan
perdagangan mempunyai peranan sebesar 57,20 % tahun 2005. Sektor
industri pengolahan memberi kontribusi sebesar 28,05 %, sektor
perdagangan, hotel dan restoran 15,74 %, dan sektor pertanian 13,41%.
(Sumber: Berita Resmi Statistik No 09 / IX / 15 Februari 2006)
Analisis Ekonomi 2007
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi
kuartal ketiga (Q-3) 2007 yang tumbuh 6,5%. Ini mengingat, situasi ekonomi
di dalam negeri sedang dihantui oleh berbagai kondisi eksternal seperti
krisis subprime mortagage di Amerika Serikat (AS) dan kenaikan harga
minyak mentah dunia yang nyaris tembus US$100 per barel.
Publikasi BPS menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Q-3 2007
sebesar 6,5% disumbang oleh pertumbuhan ekspor 7,8%, impor 8,1%,
konsumsi pemerintah 6,5%, konsumsi rumah tangga (RT) 5,3%, dan
investasi 8,8%. Ini maknanya, telah terjadi perubahan komposisi pada
variabel pembentuk pertumbuhan ekonomi. Dimana, tingkat konsumsi RT
mencapai 5% lebih, sedangkan investasi berada pada level di bawah 10%.
Realisasi lifting minyak mentah yang digunakan dalam APBN 2007
diperkirakan hanya 0,91 juta barel per hari (bph) lebih rendah dibandingkan
target APBN 2007 sebesar 0,95 juta bph.
Dari sisi belanja negara, sejumlah langkah efisiensi belanja di tingkat pusat
juga dilakukan pemerintah. Diperkirakan bahwa selama tahun 2007, belanja
pusat akan dapat dihemat sebesar Rp19,6 triliun. Dengan kombinasi antara
sisi penerimaan dan sisi belanja, posisi APBN 2007 akan tetap dalam posisi
aman. Dalam arti target defisit sebesar 1,5% dari PDB dapat dipertahankan.
[Sumber: Sunarsip, (2007), Dinamika Ekonomi Indonesia 2007 & Prospeknya di Tahun 2008, Ekonom Kepala,
The Indonesia Economic Intelligence & Dosen di STAN Depkeu RI.]
World Oil
Reserves
http--swaramuslim_net-images-uploads-xfiles-Oil-07_jpg.mht
Analisis Ekonomi 2008
Dalam RAPBN 2008, dinyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar
6,8%. Pertumbuhan 6,8% terutama terutama
diharapkan didukung oleh meningkatnya
pertumbuhan investasi dan ekspor.
Investasi diharapkan tumbuh 15,53%, konsumsi
RT diatas 5%, konsumsi pemerintah 6,24%,
ekspor 12,65% dan impor 17,81%.
[Sumber: Sunarsip, (2007), Dinamika Ekonomi Indonesia 2007 & Prospeknya di Tahun 2008, Ekonom Kepala,
The Indonesia Economic Intelligence & Dosen di STAN Depkeu RI.]
Sumber:Sunarsip, (2007), Dinamika Ekonomi Indonesia 2007 & Prospeknya di Tahun
2008,Ekonom Kepala, The Indonesia Economic Intelligence & Dosen di STAN Depkeu
RI.
Pertumbuhan Ekonomi dan
Kemiskinan di Indonesia
Pasca krisis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2000
sebesar 4.92 %, ternyata kondisi ini belum mampu menciptakan
lapangan kerja dan menyerap tambahan angkatan kerja yang
muncul sekitar 2.5 juta setiap, akibatnya jumlah pengangguran
meningkat, sebesar 9.76 juta orang tahun 2001–2004.
Lambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah
pengangguran mengakibatkan jumlah penduduk miskin belum
dapat diturunkan setelah pasca krisis, tercatat bahwa tahun 2002
penduduk miskin sebesar 38.4 juta jiwa dimana angka ini lebih
besar jika dibandingkan sebelum krisis, yaitu sebesar 34.5 juta
jiwa pada tahun 1996 (BPS, 2002).
Sumber: Rasidin K. Sitepu & Bonar M. Sinaga, (t.t), The Impact Of Human Capital Investment on
Economic Growth and Poverty in Indonesia: Computable general Equlibrium Model Approach),
Sekolah Pascasarjana IPB.
Syarat Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Indonesia yang diolah kembali
Perbandingan Indikator Ekonomi Indonesia
NPL: Nonperfoming loan/ Kredit bermasalah
LANGKAH-LANGKAH YANG SUDAH
PUAB: Pasar uang antar bank
DIAMBIL UNTUK MEREDAM KRISIS: GWM: Giro wajib minimum
1. Antisipasi krisis dengan mengajukan
Perpu tentang Jaring Pengaman Sektor KRISIS 1997 GEJOLAK 2008
Keuangan, Lembaga Penjamin 100 % Depresi Rupiah 5%
Simpanan, dan UU BI.
2. Melonggarkan likuiditas perbankan 20 % Inflasi 11,14 %
dengan penyederhanaan giro wajib 60 % NPL Perbankan 1%
minimum, fasilitas repo, dan percepatan
50 % Suku Bunga SBI 9,29 %
penyerapan anggaran pemerintah pusat.
Likuiditas terkucur lebih dari Rp. 50 200 % Suku Bunga PUAB 12 %
Triliun dari kebijakan ini. Minus Giro Bank Surplus
3. Antisipasi kerugian bank, korporasi, dan Rp. 2,26 Triliun terhadap GWM Rp. 3 Triliun
institusi keuangan lainnya akibat
penurunan nilai surat berharga dengan 22,1 Milliar Cadangan Devisa 57 Milliar
diperbolehkan tidak menggunakan harga Dollar AS Dollar AS
pasar dalam penuruan neraca.
4. Meredam kejatuhan indeks saham USULAN LANGKAH YANG HARUS
dengan pelarangan “short selling” DIAMBIL PEMERINTAH
merelaksasi aturan “buyback”, pembelian 1. Memperkuat impor barang jadi dan
saham oleh Pusat Investasi Pemerintah, mencegah barang impor ilegal
dan Penegakkan hukum di Bursa. 2. Memacu pembangunan infrastruktur
5. Menjaga daya beli masyarakat dengan 3. Insentif pajak untuk perusahaan yang
penurunan Pajak Penjualan atas Barang berorietasi ekspor seperti tekstil, industri
Mewah (PPnBM) hilir dan industri padat karya
Sumber: The Economic Business Week, dan diolah 4. Pengurangan harga BBM untuk
dari berbagai sumber/ Kompas, 13 Oktober 2008 menggerakan sektor riil.
Referensi Primer
1. Adelman dan C. Morris, Economics Growth and Social Equaity in Developing Countries, Standford,
Standford University Press, 1973.
2. Anthony Giddens, Runway World, Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan Kita, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003.
3. Adam Smith, The Wealth of Nations, New York: The Modern Library, 1973.
4. Daniel Bell,The Cultural Contradictions of Capitalism, New York: Basic Books, 1976.
5. Francis Fukuyama, The End of History and Last Man, London: Hamish Hamilton, 1992.
6. Fredric Jameson, Postmodernism or The Cultural of The Late Capitalism, London, Verso, 1990.
7. Heru Nugroho, Negara, Pasar dan Keadilan Sosial, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001.
8. Ignas Kleden, Masyarakat dan Negara: Sebuah Persoalan, Magelang, Indonesiatera, 2004.
9. Jamil Salmi, Kekerasan dan Kapitalisme, Pendekatan Baru dalam Melihat HAM, Pustaka Pelajar,
Jogjakarta, 2003.
10. Jerry Mander, Debi Barker & David Korten, Globalisasi Membantu Kaum Miskin, dalam Globalisasi
Kemiskinan & Ketimpangan, Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, Yogyakarta, 2003.
11. Jurgen Hebermas, Ilmu dan Tekhnologi Sebagai Ideologi, Jakarta: LP3ES, Tahun 1990.
12. Martin Khoor, Globalisasi Perangkap Negara-negara Selatan, Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas,
Yogyakarta, 2000.
13. Saiful Arif, Menolak Pembangunanisme, Yogyakarta, Pustaka Pelajar & Pustaka Averroes, 2000.
14. Yasraf Amir Piliang, Sebuah Dunia Yang Menakutkan Mesin-mesin Kekarasan dalam Jagat Raya Chaos,
Mizan, Bandung, 2001.
15. Kompas, 13 Oktober 2008
16. The Economic Business Week, 2008
17. Berita Resmi Statistik No 09 / IX / 15 Februari 2006
18. Sunarsip, (2007), Dinamika Ekonomi Indonesia 2007 & Prospeknya di Tahun 2008, Ekonom Kepala, The
Indonesia Economic Intelligence & Dosen di STAN Depkeu RI.
19. Rasidin K. Sitepu & Bonar M. Sinaga, (t.t), The Impact Of Human Capital Investment on Economic
Growth and Poverty in Indonesia: Computable general Equlibrium Model Approach), Sekolah
Pascasarjana IPB.
Have been presented by:
NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVA
NIM. 08/275928/PSP/3433
Mahasiswa Program Pascasarjana Sosiologi Fisipol UGM
E-mail: nuriel.ugm@gmail.com/ skristeva@gmail.com
Website pribadi: www.nursayyidsantoso.blogspot.com
Website lembaga: www.sosiologidialektis.wordpress.com
Cp. (0282) 540 437/ Hp. 085 647 634 312