Anda di halaman 1dari 7

Superstruktur Ideologis Menurut Gramsci dan Mao Tse-tung

Nigel Todd

dan perjuangan adalah awal pelaksanaan dari sebuah kata-kata

PERKEMBANGAN utama dalam pemikiran modern New Left (Kiri Baru) adalah munculnya
pendekatan-pendekatan berdasarkan ide, ideologi dan budaya dalam menganalisa masyarakat.
Titik perhatian para intelektual Kiri Baru tersebut bertujuan untuk menjelaskan bagaimana
sebuah kekuasaan di Barat mampu mempertahankan lingkaran kekuasaannya sekaligus memberi
legitimasi pada kekuasaan borjuis ( E.G Ralp Miliband, The State In Capitalist Society, London:
l969). Marx, Engels dan Lenin juga berusaha menjelaskan tentang superstruktur ideologis. Marx
dalam Ideologi Jerman (hal. 39) menyatakan "Ide-ide kelas penguasa, dalam setiap jaman, yang
mendominasi kekuatan material dalam masyarakat pada saat yang bersamaan juga adalah sama
suatu kekuatan dominan intelektual." Engels dalam suratnya pada J.Block pada tanggal 21
September l890 menulis, refleksi dari semua perjuangan aktual (kelas) dalam benak semua para
pejuang --politik, legal,dan teori filsafat, ide-ide religius, dan perkembangan mereka yang lebih
jauh dalam sebuah sistem dogma-- juga mencoba pengaruh mereka atas sebab dari perjuangan
sejarah dan dalam banyak kasus telah dilebih-lebihkan dalam mencerminkan bentuk mereka. Dan
Lenin dalam beberapa karyanya, misalnya dalam Tesis April 1917 menyatakan, "Sebagian besar
dari tentara dan para pekerja Rusia tetap yakin, tentang ketidakpercayaan mereka pada bentuk
pemerintahan kapitalis." (Lenin, Collected Works, London: l964, XXIV, hal. l87-188). Beberapa
referensi dalam karya-karya pokok Marxis, telah cukup menjelaskan tentang para pemimpin
komunis seperti di atas, terutama tentang pengaruh Antonio Gramsci (Italia) dan Mao Tse-tung
(Cina) dalam Kiri Baru. Baik Gramsci maupun Mao Tse-Tung mencoba menganalisa secara
mendalam tentang superstruktur ideologis selama Perang Dunia. George Thomson menulis dalam
tahun l957: "Bila Mao Tse-Tung menempatkan dirinya untuk menjelaskan kebenaran-kebenaran
umum dari Marxisme atas Revolusi Cina...maka Gramsci mencoba kebenaran tersebut dalam
Revolusi Italia... menurut Gramsci kesatuan dari teori dan praktek bukanlah fakta mekanik tapi
proses sejarah yang akan terjadi. Ini persis seperti apa kata Mao Tse-tung ...untuk lebih
mengerti tentang ilmu pengetahuan dan memulainya dengan ilmu pengetahuan yang rasional
(konseptual dan teoritikal) aktivitas harus mengarah langsung pada praktek revolusi", artinya
mengubah dunia subyektif dan obyektif. John Cammet, penulis Biografi Gramsci, menyatakan,
"Karya teori komunisme Cina yang dikembangkan oleh Mao Tse-tung , terkadang mempunyai
persamaan dengan karakter Gramsci. Sekitar tahun l920-1930-an Gramsci dan Mao Tse-tung
merupakan figur dalam Gerakan Komunis--Gramsci dimarginalkan karena harus mendekam dalam
penjara--sedangkan Mao Tse-tung karena letak geografis dan tempat yang diberikan padanya
dalam politik luar negeri Uni Soviet." (George Thomson, "Gramsci", dalam Marxism Today,
November l957, hal. 61.) Meskipun ada sejumlah tulisan yang pernah dibuat tentang kedua tokoh
tersebut, tapi tidak ada sebuah tulisan Marxis yang pernah membahas keduanya secara
bersamaan. Tujuan dari tulisan ini adalah membuat sebuah studi awal tentang karya kedua
pemimpin tersebut, dengan penekanan pada soal superstruktur ideologis. Untuk perbandingan
tersebut dipergunakan karya-karya awal Mao Tse-tung yang dihasilkan sekitar tahun l920 - l945.
Periode itu bersamaan dengan tahun-tahun aktif Gramsci di Partai Komunis Italia, dari Perang
Dunia II sampai pertengahan l920-an. Juga akan dibandingkan kegiatan-kegiatan praktis
keduanya dalam situasi pra-revolusi. Mao setelah tahun l949 masih menulis tentang situasi (Cina)

Dept. Kajian Strategis & Penalaran 1


pasca revolusi; sedangkan Gramsci tidak mempunyai pengalaman langsung dalam lingkungan pasca
revolusi. (Ia meninggal di penjara pada tahun l932). Sudah pasti ada beberapa konsepsi,
permasalahan dan solusi antara keduanya yang berdiri dalam posisi yang berbeda. Di Italia,
Gramsci terlibat dalam perjuangan Partai menghadapi Sektarian Kiri pimpinan Bordiga, Sekretaris
Jenderal pertama Partai Komunis Italia (PCI). Kelompok Bordiga telah 'memecahkan' dilema
tradisional di tubuh Partai Sosialis Italia, dengan turut berpartisipasi dalam parlemen dan politik
negara borjuis atau menyerap sebuah posisi tak terlibat dengan menolak mengikuti garis non-
koperasi. Akibatnya, tidak mungkin bagi Partai Komunis Italia untuk menarik perlawanan umum
terhadap fasisme. Bordiga menyatakan, fasisme semata-mata merupakan bentuk lain dari politik
borjuis dan tidak secara khusus membahayakan gerakan revolusioner.

Sementara Gramsci tetap yakin bahwa fasisme merupakan serangan paling berbahaya bagi
pertumbuhan gerakan komunis Italia. Dan cara paling efektif untuk melawannya adalah dengan
mengeluarkan faksi sektarian dari tubuh PCI. Gramsci pun beroposisi terhadap kelompok Bordiga.
Sikap oposisi itu berlaku dalam dua hal. Pertama, Gramsci mengkritik kelaziman penggunaan
determinisme historis dalam banyak tulisan kaum Marxis. Ia mengkritik gagasan hukum besi
sejarah kapitalisme sebagai hal tak terhindarkan yang akan mendatangkan kekuatan proletariat
secara otomatis, bagaikan malam mengikuti siang. Gramsci mengkritik karya N. Buckharin,
Historical Materialism: A New System of Sociology (l929). Sebuah buku yang mencoba untuk
mengembalikan Marxisme ke dalam ilmu tafisir seperti ilmu-ilmu alam. Dan akhirnya Gramsci
merumuskan konsep tentang sejarah hukum-hukum dan tendensi-tendensi: perkembangan sejarah
harus dijaga dan dipelihara mengikuti sebuah petunjuk, tapi kesimpulan akhirnya adalah
mempertahankan harkat kemanusiaan dari arah tendensi dan apa yang harus dilakukan manusia
untuk menciptakan petunjuk-petunjuk tersebut. Terakhir, Gramsci menarik solusinya terhadap
pertanyaan 'keikutsertaan' atau 'ketidak-ikutsertaan' dengan menekankan, bahwa proletariat
harus memulai usaha untuk merebut kekuasaan negara dari kelas penguasa Italia: dan, seperti sisi
lainnya dari mata uang, ia diikuti dengan gerakan elaborasi atas struktur dan politik untuk
menuntut kekuasaan negara. Gramsci merumuskan bahwa kaum borjuis Italia mempunyai sebuah
bentuk kekuatan sosial yang mampu memblok dominasi dari kelas sub-ordinat dalam segala hal,
terutama atas proletariat di Italia Utara. Kekuatan blok-historis terletak pada pemisahan kaum
tani di Italia Selatan dan para pekerja di Italia Utara. Tiang penyangga dari pemisahan ini
menurut pengamatannya terletak pada kekuatan para intelektual di Selatan. Para intelektual dari
Selatan merupakan strata penting dalam kehidupan negara Italia, karena tiga-lima persen
birokrasi negara datang dari kawasan Selatan (John Camment, Antonio Gramsci and The Origins
of Italian Communism, Stanford: l967, hal. l77-178). Kekuasaan para intelektual dari Selatan
merupakan pengikat bagi ideologi para petani dan kekuasaan administratif dari para tuan tanah
dan borjuis. Sebuah revolusi yang dipimpin oleh kelas proletariat, jika ingin berhasil harus
membentuk formasi alternatif blok penguasa yang dapat menyatukan kaum pekerja dan kaum tani.
Dan tugas utama dari Partai Komunis adalah merekrut para intelektual dan menghancurkan
ideologi pegangan dari kelas penguasa atas kaum tani. Analisa Gramsci tersebut memberikan
jawaban bahwa ideologi dan budaya mempunyai posisi penting--sejak itu para intelektual dari
Selatan dirasa begitu berharga. (Gramsci."The Southern Question". The Modern Prince and
Other Writings, terjemahan L Marks, New York l968, hal. 42.)

Di Cina, para intelektual memainkan peranan sentral dalam perkembangan partai Komunis
Cina, suatu hal yang tidak pernah terjadi di Italia. Kaum intelektual merupakan cikal-bakal dari
Partai Komunis Cina (PKC). Kaum intelektual mendirikan PKC yang menjadi begitu berpengaruh
sebagai basis kelas pekerja dalam Partai. Pada akhir tahun l926 sekitar 66% dari anggota PKC
adalah para pekerja, intelektual 22% dan kaum tani 5%. Pada tahun l928, presentase kelas
pekerja menurun lebih dari 4-5%, dan laporan para kader menyatakan bahwa "Partai tidak
Dept. Kajian Strategis & Penalaran 2
mempunyai cikal-bakal di sekitar para pekerja industri" (R.C North, Koumintang and Chinese
Communist Elites, Stanford: l952, hal. 32). Partai mencatat pada tahun l928, kelas pekerja hanya
merupakan l0% dari seluruh anggota, 3% di tahun l929, 2,5% pada bulan Maret l930, l,6 % pada
bulan September tahun yang sama dan menjadi tak satupun pada akhir tahun7 Sebagai kelas
pekerja dalam PKC, Mao dan para pengikutnya membangun kekuatan dalam Partai dan pemikiran
Mao mempunyai pengaruh kecil pada proletariat 1. Dengan tidak adanya kelas pekerja, Kaum
intelektual Komunis menyerap Marxisme dengan latar belakang masyarakat Cina. Para intelektual
melihat kaum tani sebagai pengganti dari kelas proletariat. Dan masih jauh untuk dapat
mendifinisikan kaum tani sebagai semi-proletariat 2. Kewajiban intelektual merupakan mata-rantai
dalam perjuangan kaum tani, sebagaimana ditulis oleh Meisner dari Li Tao-Chao (Salah seorang
dari dua pendiri PKC, dan seorang intelektual), para intelektual mempunyai tugas membawa
"pencerahan dan kepemimpinan dalam gerakan massa" 3. Persoalan-persoalan di sekitar ideologi
tampak semakin meluas dalam PKC; Pertama, kebutuhan para intelektual untuk memenangkan
revolusi. Kedua, karena peran intelektual sebagai pembawa pencerahan.

Mao dan Gramsci, meskipun berada dalam posisi yang berbeda, mempunyai persamaan
dalam beberapa permasalahan dan beberapa solusi untuk memecahkannya. Keduanya berpendapat,
bahwa kelas penguasa mengontrol semua masyarakat bukan hanya menggunakan kekerasan dan
kekuatan pisik, tapi juga menutupi perhatian massa untuk menentukan berbagai hal: yang menjadi
pegangan ideologi borjuis, yang harus dihancurkan oleh Komunis. Sebelum itu semua dihancurkan,
tidak akan ada oposisi yang efektif untuk menyerang kelas penguasa, seperti ditulis oleh Mao:
dalam perkembangan sejarah sebagai suatu keseluruhan, aspek material merupakan pembentuk
sesuatu yang spiritual dan merupakan eksistensi sosial yang determinan atas kesadaran sosial,
yang pada saat yang bersamaan kita juga harus mengenal reaksi dari kesadaran sosial pada
eksistensi sosial dan reaksi dari superstruktur pada fondasi ekonomi... Ketika superstruktur
(politik, budaya, dll.) merintangi perkembangan pondasi ekonomi--politik, budaya, reformasi
menjadi faktor yang prinsipil & menentukan 4....

Sementara Gramsci juga melihat "pendidikan, budaya dan berbagai penguasaan organisasi
pengetahuan dan pengalaman...(sebagai sarana) bagi kemerdekaan massa dari para intelektual",
untuk membebaskan diri dari manipulasi realitas oleh intelektual dan kepentingan kelas penguasa
Gramsci mengatakan: "...Proletariat, sejauh ditaklukan oleh kekuatan politik dan ekonomi, juga
harus mengambil sikap pada masalah penaklukan kekuatan para intelektual, harus dipikirkan untuk
mengorganisisr dirinya dalam politik dan ekonomi, juga berpikir untuk mengorganisir dirinya dan
kebudayaan " 5

Dalam konteks ini Gramsci merumuskan konsepnya yang disebut dengan Hegemoni.
Hegemoni menurut Gramsci merujuk pada pengertian tentang situasi sosial-politik, dalam
terminologinya 'moment.' dimana filsafat dan praktek sosial masyarakat menyatu dalam keadaaan
seimbang: Dominasi merupakan konsep dari realitas yang menyebar melalui masyarakat dalam
sebuah lembaga dan manifestasi perseorangan, pengaruh dari 'roh' ini berbentuk morallitas, adat,
religi, prinsip-prinsip politik dan semua relasi sosial, terutama dari intelektual dan konotasi moral.
Hegemoni selalu berhubungan dengan penyusunan kekuatan negara sebagai kelas diktaktor 6.

1
H.R Isaacs. The Tragedy of The Chinese Revolution.(London, l938) hal. 333.
2
Ibid. 394.
3
Mao Tse Tung."Analysis of Classes in Chinese Societty", Selected Works ,Vol I(Peking, l955) hal. l7.
4
M.Meisner. Li Ta-Chao and The Origins of Chinese Marxism .(Canbridge, mass l967) hal. 25.
5
Mao Tse-Tung. On Contradiction. Selected Works I, hal. 326.
6
Dikutip dari A. Pozzolini. Antonio Gramsci. (London l970) hal. l09.

Dept. Kajian Strategis & Penalaran 3


Dalam The Formation of Intellectuals yang ditulis Gramsci sesudah tahun l926--ketika ia
mendekam di penjara, masyarakat superstruktur dapat diidentifikasikan dalam 'dua tingkat.'
Petama, masyarakat politik (political society), yang berfungsi meredam setiap pembangkangan
dalam konformitas, untuk mengatur hukum dan peraturan-peraturan. Kedua, masyarakat sipil
(civil society) adalah organisasi-organisasi swasta (gereja, koran, literatur masa dan lain-lainnya)
yang mengperasikan hegemoni ideologi, dan menghasilkan perhatian spontan dari masyarakat
untuk mengatur 'ketertiban masyarakat.'

Mao Tse-Tung tidak mengkonsentrasikan perhatiannya dalam produksi detail dari konsep
hegemoni. Tapi nada bicaranya yang terminologis dan artikulasinya pada hakekatnya mempunyai
gejala yang sama dengan rumusan Gramsci. Pemikiran Mao secara langsung lebih empirik dan
operasional. Dalam tulisannya tentang kebudayaan pada demokrasi baru (l940) dan kata
pengantarnya dalam sebuah majalah komunis Kebudayaan Cina (Chinesse Culture) menulis: Kita
(Komunis) ingin mengubah sebuah Cina dengan politik penindasan dan eksploitasi ekonomi menjadi
sebuah Cina dengan politik bebas dan perekonomian yang makmur. Kita juga ingin mengubah Cina
yang bodoh dan terbelakang di bawah kebudayaan masa lalu kedalam suatu Cina pencerahan dan
progresif dibawah kekuasaan kebudayaan baru7. Mao kemudian merumuskan sebuah kerangka
situasi Cina, yang menurutnya: keunggulan asing, gabungan budaya imperialis dan konfusius semi-
feodal yang pasif melahirkan sebuah budaya borjuis pribumi. Situasi ini menurutnya merupakan
hal yang berbahaya bagi perkembangan sosial Cina di masa yang akan datang; hal ini mendorongnya
untuk menulis Tentang Demokrasi Baru (On New Democracy) dan sebuah artikel "Rekrut
Intelektual Sebanyak-banyaknya." Kepentingan umum dan determinasi perlawanan terhadap invasi
Jepang mendapat ancaman dari teori propaganda Jepang yang anti-nasionalisme Asia ala Barat
(propaganda ini merupakan kedok bagi invasi Jepang) serta tendensi budaya konfusius yang
mengadakan kompromi dengan jepang dan mengambil sikap bermusuhan terhadap Komunis.
Pozzolini melihat adanya kemiripan antara tulisan tersebut dengan pemikiran Gramsci. Pemimpin
Italia yang menganggap ideologi dominan borjuis dapat menghambat pertumbuhan kesadaran diri
proletariat sebagai sebuah kelas dan dapat membelokan kelas pekerja dari misi historisnya,
sekaligus mengajak proletariat meniru politik borjuis (reformisme) atau menekankan divisi-divisi
di antara kekuatan-kekuatan revolusioner. Pra-kondisi untuk berhasilnya sebuah revolusi menurut
Gramsci adalah latihan bagi kelas pekerja meraih suatu superioritas "moral dan kepemimpinan
intelektual, yang menjadi fungsi hegemonik sebelum revolusi." Sebagaimana Mao (budaya revolusi)
menyiapkan dasar ideologi sebelum revolusi tiba8.

Bagaimana membangun budaya dan ideologi hegemoni, merupakan persoalan yang harus
dihadapi oleh Mao Tse-tung dan Gramsci dalam menggalang kekuatan sosial revolusi. Keduanya
melihat kekuasaan inteltual sebagai bagian penting dalam menyelesaikan permasalahan. Kedua
orang ini mendifinisikan intelektual sebagai penyelenggara 'fungsi' dari intelektual dalam
hubungan sosial masyarakat yang rumit dan dihargai, dan mencoba menawarkan sebuah definisi
dasar-dasar aktivitas dari intelektual, yang pada intinya tidak dapat menerima bahwa semua
orang terlibat dalam kegiatan intelektual, tapi hanya sedikit orang yang mempunyai kemampuan
sebagai intelektual. Mao lantas mempertanyakan tentang fungsi intelektual. Menurut Gramsci
'intelektual' merupakan pegawai dari kelas penguasa untuk mempraktekan fungsi-fungsi sub-
ordinat dari hegemoni sosial dan politik pemerintah 9. Atau dengan kata lain Gramsci ingin
mengatakan bahwa intelektual merupakan penyelenggara langsung dalam superstruktur. Terdapat
p! erbedaan antara Gramsci dan Mao dalam mendefinisikan intelektual. Mao membatasi definisi
7
Gwyn. A. Williams."The concept of 'Egemonia' in the Thought of Antonio Gramsci:Sone Notes on Interpretation".JHI.
21 (Oktober-Desember l960) hal. 587.
8
Mao Tse Tung."On New Democracy". Selected works II. hal. 340.
9
Mao Tse Tung."Recruit Large Numbers of Intellectuals". Selected works II hal. 303.

Dept. Kajian Strategis & Penalaran 4


tentang intelektual meliputi semua orang yang mempunyai pendidikan minimum sekolah menengah
dan mereka yang bekerja di universitas sebagai dosen, guru, sekolah guru serta golongan
profesional secara umum (dokter, insinyur dan lain sebagainya). definisi ini dipergunakan secara
relatif untuk menunjukan kelompok sosial baru di Cina. Gramsci memberi definisi atas intelektual
jauh lebih luas dan membaginya mmenjadi dua jenis: intelektual 'tradisionil' dan intelektual
'organik.' Mao cenderung melihat "masalah bagi intelektual" adalah bagaimana caranya untuk
membujuk intelgensia non-marxis untuk mendukung panji-panji revolusioner. Analisa Gramsci atas
hegemoni membawanya untuk melihat pentingnya mengutamakan kelas pekerja yang di dalamnya
memiliki intelektual organik untuk dihubungkan dengan Partai Komunis, serikat pekerja, dewan
pabrik (cikal-bakal dari sebuah organ alternatif dari kekuaasaan negara), surat kabar proletariat
dan lain-lainnya. Sebagaimana ditulis oleh Gwyn Williams, bahwa 'massa' menurut Gramsci
bukanlah semata-mata cetakan material dari ujung tombak 'pencerahan.' Sementara bagi
intelektual Maois dalam PKC, massa merupakan material esensial guna 'dimerdekakan' dari luar.
Dalam pandangannya Gramsci menuntut sebuah kemenangan dalam penguasaan politik, karena itu
penting untuk membentuk 'formasi kiri' dalam lingkungan intelektual. Bagi kedua orang tersebut
semuanya menjadi mungkin--membangkitkan sebuah kekuasaan hegemoni dan memulai sebua! h
pekerjaan untuk melatih intelektual proletariat. Dari pandangan seperti ini berarti Gramsci
mempunyai persoalan yang sama dengan Mao: Bagaimana caranya intelektual kekuasaan lama
dipersatukan dalam gerakan revolusioner ?

Ada kesadaran antara Mao dan Gramsci, bahwa gaya lama intelektual akan membawa
gerakan komunis pada kebiasaan-kebiasaan lama mereka dalam berhubungan dengan massa,
seperti gaya hidup snob, angkuh, congkak dan kebiasaan buruk lainnya. Kebiasaan lama ini akan
semakin memperdalam jurang pemisah antara intelektual pada satu sisi dengan petani, pekerja
dan kader-kader Partai. Bahaya inheren dari situasi tersebut akan tampak dalam dua hal:
pertama, muncul sikap anti intelektual dan anti teori dalam lingkungan Komunis dan semakin
terasa dalam cara pemecahan politik dengan cara empirisme yang steril dan pragmatisme sempit
yang meniadakan pertalian langsunng antara keduanya. Kedua, elaborasi teori dari intelektual akan
tidak tersambung dengan pengalaman sosial aktual, yang akan melahirkan subyektivisme ideologis.
Cara kerja emperisme/pragmatis dan subyektivisme akan membawa pada sebuah pengertian yang
salah terhadap perjuangan kelas dan akan berakhir dengan kekalahan, kekecewaan dan
pemborosan tenaga yang tak perlu dalam sebuah gerakan revolusioner.Dengan menempatkan
persoalan dalam posisi seperti ini Mao dan Gramsci telah menelusuri pentingnya pengenalan yang
lebih baik intelektual terhadap massa pekerja. Seperti yang dikatakan Mao: " jika kamu ingin
bersatu dgn massa, kalian harus mengubah pikiran kalian!!!" --Pidato Yenan, hal. 7310.

Gramsci menggunakan pengertian yang sama dalam istilah yang tidak berbeda: Sebuah tragedi
akan terjadi, jika golongan intelektual yang berasal dari kelas pekerja dan mendapat kepercayaan
dil ingkungan pekerja tidak merasa dirinya memiliki nafas dan darah yang sama dengan
kebanyakan rakyat jelata--sangat terbelakang. mereka tak menghiraukan kesadaran dari kelas
pekerja dan tani! akhirnya semua pekerjaan kita menjadi tidak berguna dan tidak membuahkan
apa-apa11

Setelah memiliki identifikasi kelas, para intelektual kemudian membangun budaya kelas
dalam aktivitasnya. Kewajiban utama dari intelektual menurut Mao dan Gramscci adalah mengupas
kesadaran palsu dari budaya borjuis dan merangsang sebuah budaya alternatif dgn dimensi
revolusioner. Bagi Gramsci ini berarti mengikuti prinsip futuris Italia: "...Untuk menghancurkan

10
Gramsci."The Formation of Intelectual". Op cit.hal. 124.
11
Mao Tse Tung."Yenan Forum on Literature and Art", Selected Works. (Peking, l967).III, hal. 73

Dept. Kajian Strategis & Penalaran 5


hirarki spiritual, prasangka, pemujaan pada tradisi yang kaku... berarti tak perlu takut pada
penalaran dan berani untuk tidak mempercayai bahwa kehancuran dunia akan terjadi jika para
pekerja melakukan kesalahan gramatikal, jika puisi menjadi sumbang, jika lukisan menjadi poster,
jika generasi muda menjadi kekanak-kanakan dan menyerupai orangtua yang sudah uzur... hanya
mereka yang mempunyai kejelasan dan memutuskan konsep-konsep dari jamam kita--jaman
industri besar--kota-kota pusat para pekerja--kehidupan yang riuh rendah, akan memiliki bentuk
baru dari kesenian, filsafat, adat-istiadat dan bahasa..." 12 . Para intelektual komunis akan
berbasis pada pekerjaan budaya dari kelas revolusioner. Seperti kata Mao 13: Gramsci dan Mao
yakin bahwa penciptaan budaya revolusioner merupakan soal nyata bagi para intelektual dalam
aturan-aturan lama--komunikasi yang satu arah. Adanya sikap saling tidak mengerti dari
"berbicara ke bawah" (talking above) atau 'turun ke bawah' (down to) pada massa akan tampak di
depan mata. Gramsci mengingatkan penggunaan bahasa yang 'sulit' terhadap massa. Massa
memberikan reaksi pada dua hal. Pertama; massa menolak penyederhanaan secara berlebih-
lebihan dari akar bahasanya: sebuah konsep akan menjadi rumit bila konsep itu sendiri tidak
mudah untuk diekspresikan tanpa menunjukan secara vulgar atau total 14. Kedua; Gramsci melihat
bahasa dalam mendidik pimpinan, dalam operasinya melakukan pukul rata terhadap semua lapisan
pembacanya, yang dalam pelaksanaannya bertindak sebagai perangsang--dan berkembang lebih
jauh sebagai 'pamflet' dari argumen. Marxis menurut Gramsci harus mencoba membuat standar
guna menghadapi intelektual katolik yang terikat oleh dogmatisme gereja dalam sebuah pekerjaan
yang hina dalam sebuah kekuasaan gereja tertentu di dalam masyarakat Mao membahas masalah
bahasa dan komunikasi dengan cara yang berbeda, Ketika mengemukakan pertanyaan mengenai
propaganda dan 'meningkatkan standar,' ia berpendapat bahwa perkembangan yang satu akan
membangun yang selanjutnya: "..dalam situasi sekarang ini... propaganda adalah kewajiban utama...
rakyat menginginkan propaganda yang diikuti dengan standar yang makin meningkat... dengan
partai Komunis peningkatan standar mempunyai basis dalam propaganda 15...

Pada saat yang bersamaan Mao juga setuju akan adanya variasi dalam tingkatan
kesusasteraan, sebagai kebutuhan bagi kemajuan unsur-unsur kemajuan: "barisan terdepan" dari
kader-kader Partai. Mao dan Gramsci menelusuri pentingnya pengenalan awal atas standar
intelektual dalam skala massa sebagai basis dari kegiatan Komunis. Perbedaan kecil dalam
pendekatan mereka tampaknya harus dikesampingkan, karena perbedaan konteks dimana mereka
berada. Dalam kasus Gramsci tampak sebuah kesadaran dan kemampuan dari masyarakat karena
baca-tulis telah berkembang luas dalam masyarakat. Sedangkan Mao, menemukan dirinya dalam
situasi masyarakat desa yang masih buta huruf. Hubungan dengan intelektual adalah sebuah tugas
politis dari proletariat dan para tani-- akhirnya dalam Partai Komunis itu sendiri. Partai
merupakan faktor penting unntuk mengintegrasikan intelektual dalam gerakan revolusioner. Mao
sedikit eksplisit dalam penjelasan-penjelasannya. Intelektual harus menyokong tujuan dari PKC,
mereka harus belajar Marxisme-Leninisme dan menghubungkan kegiatan mereka dengan politik
massa. Mao berkata bahwa budaya proletariat akan melayani kepentingan proletariat, dan sejak
saat itu kepentingaanya adalah sebuah ekspresi politik--pekerjaan budaya harus mempunyai
perpektif politik. Partai menurut Mao, harus melibatkan intelektual dalam kegiatannya: "Kita
harus menyiapkan pekerjaan pada semua intelektual yang bertanggung jawab, loyal dan berdaya
guna--dan kita harus memberi pelajaran pendidikan politik dan bimbingan-bimbingan dalam
kursus-kursus yang memakan waktu dan perjuangan. Dan pada akhir kursus mereka akan menjadi
kuat, serta revolusioner dalam cara pandang, mengidentifikasikan dirinya dengan massa, dan

12
G.Thompson.Op.cit. hal. 62
13
Dikutip dari A. Pozzolini.Op.cit. hal. lll.
14
Forum on literature and Art".Op.cit. hal. 8l
15
Dikutip dari A Pozzilini.Op.cit. hal. l09.

Dept. Kajian Strategis & Penalaran 6


bergabung dengan anggota dan kader partai terdahulu, pekerja, kaum tani yang kesemuanya
bergabung dalam Partai16.)

Posisi Gramsci dalam hubungannya dengan intelektual dan partai sudah sangat jelas, dan
mungkin berlawanan dengan bayangan moderen 'marxis Liberal'. Gramsci setuju dengan konsepsi
Stalinis 'Satu Partai. Satu Kelas.' Faksi dalam Partai dilarang dan proletariat akan mempunyai
fungsi kekuasaan. Perhubungan diantara anggota dari kelas dan kelompok yang berlainan dalam
Partai mencerminkan perencanaan yang akan selesai setelah perjuangan revolusioner. Bentuk
rencana macam apa yang nanti akan dipakai? Gramsci menjawab,"kekuatan para pekerja adalah
pondasi dari sebuah hirarki baru dari sebuah kelas: intelektual, petani, semua kelas menengah,
mengenal kelas pekerja sebagai kelas penguasa". 17 Dalam pemilihan umum bagi lembaga
representatif, kelas pekerja memilih perwakilan yang menjadi bagian dari Partai kelas pekerja,
yaitu Partai Komunis18. Dari premis tersebut, Gramsci menginginkan intelektual untuk mengikuti
kebijaksanaan Partai ..... sebuah formasi massa, dengan tendensi sayap kiri, dalam pengertian
dunia modern berarti: orang harus mempunyai orientasi terhadap proletariat yang revolusioner...
kewajiban ini merupakan pengahargaan atas semua korban yang mengambil bagian, dari semua
intelektual Utara dan Selatan 19. Artinya Gramsci seperti juga Mao ingin berkata bahwa
intelektual harus menjadi sub-ordinat dari kepentingan politik kelas revolusioner: atau dengan
kata lain para intelektual harus memiliki kewajiban, yang secara tegas diperlihatkan oleh mereka
pada Partai.20

* dari Journal of The History of Ideas. Vol XXXV. No l. Januari-Maret l974.


Inggris: Universitas Lancester, 1974

*****

tunduk ditindas enggak pernah berani melawan


Karena diam atau mundur adalah hal yang biasa untuk mahasiswa

16
"Yenan Forum on Literature and Art".Op.cit. hal. 82-83.
17
"Recruit Large Numbers of Intelectuals".Op.cit hal. 302.
18
Dikutip dari A Pozzolini. Op.cit. hal. 88.
19
Gramsci."The Southern Question"".Op.cit.hal. 51.
20
Gramsci tidak terlihat untuk menunjukan disiplin intelektual yang sama dengan di luar Partai. E. Gwyn A Williams
mencatat bahwa Gramsci dalam tulisannya, Il Materialismo storico... (Turin, l948), menulis "Adalah suatu kebutuhan,
bahwa kerja keras dari penelitian memasuki kebenaran yang baru, memasuki sesuatu yang lebih baik, lebih koheren, dan
rumusan-rumusan yang jelas dari kebenaran itu sendiri akan ditinggalkan menuju inisiatif yang bebas dari para sarjana
yang individual, meskipun begitu prinsip yang paling esensial adalah meneruskannya pada pertanyaan". (op.cit, hal. 595)

Dept. Kajian Strategis & Penalaran 7

Anda mungkin juga menyukai