Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Negara-negara di ASEAN, sebagian besar merupakan negara-negara jajahan yang baru merdeka setelah Perang Dunia Kedua berakhir. Sebagaimana negara-negara jajahan lainnya, negara-negara ini, pada waktu awal terbentuknya, memiliki perekonomian yang tidak begitu baik. Oleh karena itu, menurut indikator ekonomi, negara-negara tersebut biasanya disebut sebagai negara-negara dunia ketiga atau negara-negara selatan atau negara-negara periferi. Dalam bahasa yang lebih lembut, negara-negara tersebut disebut sebagai negara berkembang, developing country. Seiring berjalanannya waktu, pembangunan ekonomi negara-negara ASEAN tentu terus berjalan, dan tentu, jauh berbeda dari kondisi saat negara-negara itu baru merdeka. Kondisi perekonomian negara-negara tersebut, yang di awal kemerdekaan kemungkinan sama, saat ini memiliki kemungkinan untuk berbeda, mengingat setiap negara membangun

perekonomiannya dengan cara yang berbeda-beda, belum lagi jika dikaitkan dengan faktorfaktor geografis, politik, dan lainnya. Ada negara-negara yang membangun perkonomiannya dengan industri-industri, pertanian, pariwisata, atau yang lainnya. Masing-masing negara, menurut indikator ekonomi, saat ini tentu menduduki kelas yang berbeda. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dimunculkan dalam makalah ini ialah: bagaimana world system theory mengklasifikasikan negara-negara ASEAN dalam struktur core, semiperiphery, dan periphery. Adapun, tujuan dari rumusan masalah ini adalah untuk melihat negara-negara ASEAN mana yang dapat digolongkan sebagai core state, semiperiphery state, atau periphery state, menurut beberapa parameter. 1.3 Kerangka Teori 1.3.1 Strukturalisme World System Theory merupakan salah satu teori yang menjadi bagian dari paradigma strukturalis, yang kurang lebih menyatakan bahwa di dunia negara-negara menempati posisi-posisi tertentu dalam interaksinya, karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui sedikit mengenai paradigma strukturalis. Paradigma strukturalis atau biasa juga disebut sebagai strukturalis ekonomi, adalah paradigma yang setidaknya memenuhi empat
1

asumsi dasar, yaitu sebagai berikut: pertama, perlunya untuk memahami konteks global di mana negara-negara dan entitas lain saling berinteraksi, yang berarti mereka menekankan pada level analisa sistem internasional atau, bagi pendekatan ini, dikenal sebagai, sistem dunia kapitalis, capitalist world system; kedua, pentingnya analisa sejarah agar mendapatkan pemahaman yang komperhensif terkait sistem internasional, karena hanya dengan memahami sejarah kita dapat memahami mengenai alasan dibalik sistem internasional yang saat ini ada; ketiga, adanya mekanisme tertentu untuk mendominasi membuat negara-negara dunia ketiga tidak berkembang, karenanya terjadi perkembangan yang tidak merata; dan terakhir, keempat, faktor-faktor ekonomi merupakan komponen penting dalam menjelaskan apa yang terjadi dalam sistem internasional, capitalist world system.1 Paradigma ini, dilihat dari level analisanya, memiliki kesamaan dengan paradigma neorealis, yaitu sama-sama memiliki level analisa sistem internasional; yang berbeda di antara keduanya adalah paradigma strukturalis berfokus pada struktur ekonomi yang diakibatkan oleh kapitalisme, sedangkan neorealis berfokus pada struktur yang diakibatkan oleh distribusi power antar negara.2 Selain itu, paradigma strukturalis juga memiliki kesamaan dengan paradigma liberalis dalam beberapa hal, yaitu: pertama, keduanya memiliki pandangan bahwa hubungan internasional berdasarkan kepada ekonomi politik (political economy), dimana aspek politik bergantung kepada aspek ekonomi; kedua, keduanya memiliki perhatian terhadap socioeconomic dan isu mengenai kesejahteraan; dan ketiga, keduanya memiliki perhatian terhadap event, proses-proses, institusi-institusi, dan aktor yang bergerak di dalam negara; yang berbeda adalah bagi strukturalis agen tidak terlalu penting, yang terpenting adalah faktor eksternal.3 Dalam teori-teori yang menjadi bagiannya, seperti depedency theory, core-periphery analysis, dan world system theory, strukturalis menekankan bahwa negara-negara utara dan selatan atau negara-negara dunia pertama dan ketiga, memiliki hubungan struktural antara satu dan lainnya, di mana hubungan tersebut membentuk pola-pola hubungan tertentu.4 Hal ini dilengkapi oleh temuan dari Prebich yang menganalisa mengenai free trade. Dalam temuannya, dapat dilihat sebuah pola di mana, kebanyakan negara selatan
1

Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppi. International Relations Theory 4th Edition (New York: Pearson, 2010), 186187 2 Viotti dan Kauppi, 187 3 Viotti dan Kauppi, 188 4 Chris Brown dan Kristen Ainley, Understanding International Relations 3rd Edition, (New York: Palgrave Macmillan, 2005), 151

menjadi penghasil atau penjual produk mentah, sedangkan kebanyakan negara utara menjadi penghasil atau penjual barang jadi, manufactured goods. Lebih lanjut, menurutnya ada ketidakadilan di sini, mengingat produk mentah mempunyai batasan produksi, sedangkan produk jadi, manufactured goods, tidak memiliki batasan produksi dengan adanya inovasi di bidang teknologi dan kekuatan pemasaran.5 Melengkapi hal di atas, menurut Neack, sistem ini, dan kapitalisme secara keseluruhan, termasuk dengan ketergantungan negara-negara selatan terhadap negara-negara utara, dipertahankan dengan kekuatan militer negara atau dengan institusi-institusi internasional yang sengaja dibentuk oleh negara-negara utara.6 1.3.2 World System Theory Mengenai world system theory, kita sering mengasosiasikan teori ini dengan Immanuel Wallerstein, salah seorang scholar kelahiran New York, Amerika Serikat, pada tahun 1930. Dalam pemaparannya, Wallerstein mengemukakan bahwa world system atau modern world system yang exist saat ini adalah capitalist world-economy, yang telah ada sejak lima ratus tahun yang lalu, yang dijelaskan lebih lanjut, sebagai sistem yang secara sosial terstruktur oleh adanya pembagian kerja (produksi) yang terintegrasi, yang guiding principle-nya adalah akumulasi modal tanpa henti.7 Pada akhirnya, pembagian kerja (produksi) dan prinsip tersebut, menurut Wallerstein, akan membagi dunia atau negara-negara ke dalam tiga struktur, yaitu: pertama, core, di mana negara-negara yang termasuk ke dalam struktur ini mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dari pembagian kerja (produksinya); kedua, periphery, di mana negara-negara yang termasuk ke dalam struktur ini mendapatkan keuntungan yang lebih sedikit dari pembagian kerja (produksinya); ketiga, semiperiphery, di mana negara-negara yang termasuk ke dalam struktur ini berada di antara keduanya.8 Terkait dengan bagaimana menentukan posisi negara dalam tiga struktur di atas, ada beberapa konsep yang dapat digunakan, salah satunya disebut sebagai modelling block, yang sebenarnya, didasarkan pada prinsip bahwa negara-negara yang memiliki kesamaan dalam banyak hal, memiliki tingkatan yang sama pada struktur. Menurut konsep

5 6

Brown dan Ainley, 152 Laura Neack, The New Foreign Policy: Power Seeking in New Globalized Era 2nd Edition, (Plymouth: Rowman & Littlefield Publishers, 2008), 17 7 Immanuel Wallerstein, The Inte-state Structure of The Modern World-System, dalam Smith, et al. (eds) , International Theory: Positivism and Beyond, (Cambridge: Cambridge University Press, 2008), 87 8 Wallerstein, 88-91

modelling block, posisi negara dalam struktur di atas dapat diketahui melalui gross national product (GNP) per kapita.9 Selain itu, masih menurut konsep modelling block, negara-negara juga dapat digolongkan ke dalam tiga struktur tersebut dengan melihat komoditas jual-belinya dalam perdagangan internasional. Negara-negara core memiliki komoditas jual-beli (ekspor-impor), khususnya jual (ekspor), yang lebih beragam dan dengan jumlah yang lebih banyak. Hal ini karena sistem produksi yang dilakukan dalam skala pabrik dan dengan peralatan yang canggih. Sedangkan negara-negara periphery, biasanya menjual (mengekspor) bahan mentah dan membeli (mengimpor) produk jadi.10 Dua indikator inilah, yaitu GNP per kapita dan komoditas perdagangan suatu negara serta jumlahnya, yang akan penulis gunakan untuk mengklasifikasikan negara-negara ASEAN menurut struktur world system theory: core, semiperiphery, dan periphery. 1.3.3 Oprasionalisasi Teori

Indikator Singapura Indonesia Malaysia dst. GNP per Capita Komoditas Ekspor Unggulan Nilai Ekspor Negara Core Semiperiphery Periphery

Struktur menurut World System Theory

Roger J. Nemeth dan David A. Smith. International Trade and World System Structure: A Multiple Network Analysis, Fernand Braudel Center Vol. 8, No. 4, Quantitative Studies of the World-System (Spring, 1985), 523 10 Nemeth dan Smith, 524-525

BAB II PEMBAHASAN 2.1 GNP per Kapita Negara-Negara ASEAN Berikut merupakan tabel yang menyatakan GNP per kapita masing-masing negara ASEAN: Tabel 1: GNP per Kapita Negara-Negara ASEAN (dalam US $) Negara Vietnam Lao PDR Indonesia Cambodia Malaysia Philippines Singapore Brunei Darussalam Thailand Kode VNM LAO IDN KHM MYS PHL SGP BRN THA 2008 920 740 1950 660 7500 1760 34310 33390 3750 2009 1030 880 2160 690 7590 1870 35200 31590 3860 2010 1160 980 2490 740 8130 2060 42530 31161 4320 2011 1270 1110 2930 800 8800 2200 45690 40496 4620 2012 1400 1260 3420 880 9800 2470 47210 5210

Sumber: World Bank11 Jika kita lihat, dari data di atas, terdapat perbedaan yang signifikan mengenai GNP per kapita negara-negara di ASEAN. Di tahun 2011, dua negara yang paling tinggi dan jauh meninggalkan yang lain ialah Singapura dan Brunei Darussalam, diikuti kemudian oleh Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, Vietnam, Laos, dan Kamboja. GNP per kapita merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat digunakan untuk menklasifikasikan negara-negara pada posisi-posisi tertentu dalam struktur world system theory. Negara-negara dengan tingkat GNP per kapita yang sama tinggi, akan menempati posisi yang sama dalam struktur world system theory, sebagaimana dijelaskan dalam kerangka teori. Oleh sebab itu, untuk dapat mengklasifikasikan negara-negara ASEAN menurut GNP per kapita-nya, kita perlu membandingkan dengan beberapa negara yang sudah pasti menempati posisi tertentu di dalam world system atau capitalist world system.

11

World Bank, GNI per Capita Atlas Method World http://data.worldbank.org/indicator/NY.GNP.PCAP.CD/countries/1W-US-JP?display=graph (diakses Selasa, 10 Desember 2012, pukul 10.00 WIB)

Bank, pada

Dalam hal ini, penulis akan membandingkan dengan Jepang dan Amerika Serikat, negara-negara yang sudah sejak lama diakui menempati posisi sebagai core state. Menurut data dari World Bank, GNP per kapita Amerika Serikat, di tahun 2011 dan 2012, mencapai US $ 48.550 dan US $ 50.120 dan GNP per kapita Jepang, di tahun 2011 dan 2012, mencapai US $ 45.130 dan US $ 47.870.12 Jika melihat angka tersebut, negara yang paling mendekati adalah, pertama, Singapura dengan GNP per kapita sebesar US $ 45.690 di tahun 2011 dan US $ 47.210 di tahun 2012; dan kedua, Brunei Darussalam dengan GNP per kapita sebesar US $ 40.496 di tahun 2011. Maka, menurut kesamaan GNP per kapita dengan negara lain, Singapura dan Brunei Darussalam dapat digolongkan sebagai core state. Terkait dengan posisi nomor dua dalam struktur world system theory, yaitu semiperiphery, banyak ahli mengatakan bahwa biasanya yang tergolong atau masuk ke dalam struktur ini adalah negara-negara Eropa Timur. Dalam makalah ini, akan diambil dua negara sebagai pembanding, yaitu, Belarusia dan Ukraina. Menurut data dari World Bank, GNP per kapita Belarusia di tahun 2011 dan 2012 adalah sebesar US $ 6.270 dan US $ 6.530, sedangkan Ukraina adalah sebesar US $ 3.150 dan US $ 3.500. 13 Jika melihat angka-angka tersebut, negara yang paling mendekati atau bahkan melampaui adalah: pertama, Malaysia dengan GNP per kapita sebesar US $ 8800 di tahun 2011 dan US $ 9800 di tahun 2012; kedua, Thailand dengan GNP per kapita sebesar US $ 4.620 di tahun 2011 dan US $ 5.210 di tahun 2012; ketiga, Indonesia, dengan GNP per kapita sebesar US $ 2930 di tahun 2011 dan US $ 3420 di tahun 2012. Maka, menurut kesamaan GNP per kapita dengan negara lain, Malaysia, Thailand, dan Indonesia dapat digolongkan sebagai semiperiphery state. Sedangkan, posisi ketiga, yaitu periphery state, akan diisi oleh empat negara ASEAN lain karena tidak dapat digolongkan sebagai core maupun semiperiphery menurut kesamaan GNP per kapita dengan negara pembanding. 2.2 Komoditas Ekspor Unggulan Selain melalui GNP per kapita, klasifikasi negara-negara, menurut world system theory, juga dapat melalui komoditas perdagangan unggulannya, khususnya ekspor. Seperti yang dijelaskan dalam kerangka teori, negara-negara core akan cenderung memiliki komoditas ekspor unggulan yang berupa manufactured goods yang beragam dan dalam jumlah yang banyak, sedangkan negara-negera periphery akan cenderung mengunggulkan raw materials, barang mentah yang hanya memiliki sedikit nilai tambah. Untuk negara12 13

World Bank, GNI per Capita Atlas Method World Bank, GNI per Capita Atlas Method

negara semiperiphery, negara-negara ini meiliki karakteristik di antara keduanya. Artinya, dalam persepsi penulis, negara semiperiphery mengunggulkan baik raw materials maupun manufactured goods, akan tetapi, memiliki kualitas yang lebih baik dari negara-negara periphery dan tidak lebih baik dari negara-negara core. Berikut merupakan tabel komoditas ekspor unggulan negara-negara ASEAN: Tabel 2: Komoditas Ekspor Unggulan Negara-Negara ASEAN Negara Singapura Brunei Malaysia Jenis komoditas ekspor mesin dan peralatan (termasuk elektronik dan telekomunikasi), obat-obatan dan bahan kimia lainnya, produk olahan minyak bumi minyak mentah, gas alam, pakaian semikonduktor dan peralatan elektronik, minyak kelapa sawit, minyak bumi dan gas alam cair, kayu dan produk kayu, kelapa sawit, karet, tekstil, bahan kimia, panel surya elektronik, bagian-bagian komputer, mobil dan suku cadang, peralatan listrik, mesin dan peralatan, tekstil dan alas kaki, produk perikanan, beras, karet minyak dan gas, peralatan listrik, kayu lapis, tekstil, karet semikonduktor dan produk elektronik, peralatan transportasi, pakaian, produk tembaga, produk minyak bumi, minyak kelapa, buah-buahan pakaian, sepatu, elektronik, makanan laut, minyak mentah, beras, kopi, produk kayu, mesin produk kayu, kopi, listrik, timah, tembaga, emas, singkong pakaian, kayu, karet, beras, ikan, tembakau, alas kaki Sumber: CIA, The World Factbook14

Thailand Indonesia Filipina Vietnam Laos Kamboja

Dari data di atas dapat kita lihat, Singapura sepenuhnya memiliki komoditas ekspor unggulan yang berbentuk manufactured goods, yaitu, mesin dan peralatan, obat-obatan, bahan kimia, dan produk olahan minyak bumi. Menurut karakteristik tersebut, kita dapat menggolongkan Singapura sebagai core state. Berbeda dengan Singapura, jika kita melihat negara-negara lain, seperti Brunei, Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Filipina, kita akan melihat bahwa negara-negara tersebut, selain bergantung atau memiliki komoditas unggulan yang berbentuk manufactured goods, juga memiliki komoditas unggulan yang berbentuk raw materials. Misalkan, baik Brunei, Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Filipina, sama-sama mengunggulkan produk tekstil

14

CIA, Field Listing: Export Commodities, https://www.cia.gov/library/publications/the-worldfactbook/fields/2049.html (diakses pada, Kamis, 12 Desember 2013, pukul 20.00)

mereka, yang dapat dikatan sebagai manufactured goods. Sedangkan, di sisi lain, misalkan, Brunei, Malaysia, dan Indonesia juga mengunggulakan produk minyak mentah dan gas alam mereka, yang dapat dikatakan sebagai raw materials. Maka, menurut karakteristik tersebut, negara-negara ini dapat digolongkan sebagai semiperiphery states. Dari data tersebut, kita tidak dapat melihat gambaran yang jelas yang dapat mengklasifikasikan negara-negara ASEAN ke dalam struktur world system theory yang memiliki tiga kelas, kecuali hanya dapat membagi menjadi dua kelas, yaitu core dan semiperiphery. Karena itu, dalam hal ini, penulis juga akan melengkapi nilai ekspor dari masing-masing negara. Seperti dijelaskan dalam kerangka teori, semakin besar nilai ekspor suatu negara, maka, semakin tinggi posisinya dalam struktur. Menurut penulis, hal ini bisa terjadi karena berkaitan dengan teknologi yang dimiliki dan harga barang jadi selalu lebih baik ketimbang harga barang mentah. Dengan kecanggihan teknologi, produktivitas meningkat, seehingga, kuantitas ekspor suatu negara akan lebih besar, yang tentu akan pula menjadikan nilai ekspor suatu negara lebih besar, dan telah sama-sama kita fahami, yang menguasai teknologi, dalam arti yang mampu mengolah barang mentah menjadi barang jadi adalah negara-negara core, atau sebagian semiperipehry. Yang pasti, seperti dijelaskan oleh Wallerstein, negara-negara core adalah negara-negara yang memperoleh keuntungan paling besar. Adapun, berikut merupakan tabel yang menyatakan jumlah ekspor negara-negara ASEAN pada tahun 2012: Tabel 3: Jumlah Ekspor Negara-Negara ASEAN Jumlah Ekspor (dalam US $) 435,800,000,000 247,000,000,000 226,200,000,000 187,000,000,000 114,300,000,000 46,280,000,000 12,750,000,000 5,794,000,000 1,984,000,000

Negara Singapura Malaysia Thailand Indonesia Vietnam Filipina Brunei Kamboja Laos

Sumber: CIA, The World Factbook15 Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa negara ASEAN yang memiliki jumlah ekspor terbesar adalah Singapura dengan nilai mencapai US $ 435,8 miliar. Secara global sendiri, Singapura menempati posisi 14 besar, berada di bawah Kanada yang memiliki jumlah ekspor mencapai US $ 462,9 miliar dan di atas Arab Saudi yang memiliki jumlah ekspor mencapai US $ 395,0 miliar.16 Hal ini membuat kita dapat berpendapat bahwa betul Singapura merupakan negara ASEAN yang dapat digolongkan sebagai core state. Di posisi berikutnya, dengan jumlah ekspor di sekitar 200-an miliar dolar AS, ada tiga negara, yaitu, Malaysia, Thailand, dan Indonesia, dengan US $ 247 miliar untuk Malaysia, US $ 226 miliar untuk Myanmar, dan US $ 187 miliar untuk Indonesia. Secara global, Malaysia menempati posisi 24 besar, tepat di bawah Australia dan lebih baik satu tingkat dibandingkan Brazil; Thailand menempati posisi 26 besar, tepat di bawah Brazil dan lebih baik satu tingkat dibandingkan Polandia; dan Indonesia menempati posisi 28 besar, tepat di bawah Polandia dan lebih baik satu tingkat dibandingkan Swedia, yang disusul kemudian oleh Turki.17 Di posisi berikutnya, ada Vietnam dengan jumlah ekspor mencapai US $ 114 miliar, yang secara global menempati posisi ke 37 besar, berada tepat di bawah Irlandia dan lebih baik satu tingkat di atas Denmark. Setelah itu, ada Filipina dengan jumlah ekspor mencapai US $ 46, 3 miliar yang secara global menempati posisi ke 60 besar, di susul kemudian oleh Brunei dengan jumlah ekspor mencapai US $ 12,75 miliar yang secara global menempati posisi 84 besar, Kamboja dengan jumlah ekspor mencapai US $ 5,79 miliar yang menempati posisi 109 besar, dan Laos dengan jumlah ekspor mencapai US $ 1,98 miliar yang menempati posisi 143 besar.18 2.3 Analisa Dari ketiga aspek di atas, yaitu, GNP per kapita, jenis komoditas ekspor, dan jumlah total nilai ekspor, ada pola yang sifatnya cenderung konsisten dalam menggambarkan posisi Singapura, Laos, dan Kamboja. Menurut GNP per kapita, Singapura merupakan negara dengan GNP terbesar dan sebanding dengan negara-negara lain yang dapat dikatakan sebagai core state. Menurut jenis komoditas ekspor unggulan, semua komoditas ekspor unggulan
15

CIA, Country Comparison: Exports, https://www.cia.gov/library/publications/the-worldfactbook/rankorder/2078rank.html (diakses pada, Kamis, 12 Desember 2013, pukul 20.00) 16 CIA, Country Comparison: Exports 17 CIA, Country Comparison: Exports 18 CIA, Country Comparison: Exports

Singapura berbentuk manufactured goods yang artinya hal ini sesuai dengan karakteristik core state. Dan terakhir, menurut jumlah total ekspor, Singapura lagi-lagi merupakan yang terbesar di antara negara ASEAN lain, dan bahkan menduduki posisi 14 besar negara dengan jumlah ekspor terbesar di dunia, yang setara dengan core state seperti Kanada. Di sisi lain, jika kita melihat Kamboja dan Laos, menurut GNP per kapita, kedua negara tersebut merupakan yang terkecil di antara negara-negara ASEAN lain. Menurut jenis komoditas ekspor unggulan, kedua negara tersebut juga termasuk negara yang banyak mengandalkan raw materials, yang artinya menandakan bahwa kedua negara tersebut termasuk dalam kategori semiperiphery atau periphery. Menurut jumlah ekspor, Kamboja dan Laos juga merupakan dua negara dengan jumlah ekspor terkecil di antara negara-negara lain di ASEAN. Melihat pola yang cenderung konsisten tersebut, menurut penulis, kita dapat mengatakan bahwa Singapura dengan Kamboja dan Laos menempati dua posisi ekstrem dalam struktur, yaitu core untuk Singapura dan periphery untuk Kamboja dan Laos. Jika kita melihat Brunei Darussalam dari ketiga indikator yang ditetapkan yaitu GNP per kapita, komoditas perdagangan, dan jumlah total ekspor, kita dapat melihat Brunei Darussalam mengalami inkonsistensi. Dari indikator GNP per kapita, Brunei Darussalam memang menjadi negara dengan GNP per kapita kedua terbesar di ASEAN setelah Singapura, dan pun ketika dibandingkan dengan negara-negara core lain, GNP per kapita Brunei tidak jauh berbeda. Akan tetapi, dari dua indikator lain, yaitu komoditas ekspor dan jumlah total ekspor Brunei menunjukan posisi yang sedang. Dari komoditas ekspor, sebagian besar komoditas unggulan ekspor Brunei adalah berbentuk raw materials, hal ini menandakan bahwa Brunei masih memiliki sifat semiperiphery ataupun periphery. Sedangkan, dari indikator jumlah total ekspor, Brunei dapat tergolong kecil, di antara negaranegara ASEAN lain, Brunei hanya menempati urutan ke-7 hanya lebih baik dari Kamboja dan Laos. Sebagaimana apa yang dikatakan oleh Wallerstein mengenai negara semiperiphery, yaitu negara yang memiliki karakteristik di antara core dan periphery, maka, menurut penulis dan dengan melihat data-data pada penjelasan sebelumnya, kita dapat menggolongkan Brunei sebagai negara semiperiphery. Malaysia, Indonesia, dan Thailand, dari ketiga indikator di atas dapat dinilai memiliki tingkatan yang sama dalam struktur karena ketiganya menunjukan konsistensi. Dari indikator GNP per kapita, seperti telah dijelaskan sebelumnya, ketiga negara tersebut dapat dibandingkan dengan negara-negara yang tergolong sebagai semiperiphery. Dari indikator komoditas ekspor unggulan, ketiga negara tersebut menunjukan bahwa mereka memiliki
10

komoditas ekspor unggulan baik berbentuk raw materials maupun manufactured goods, yang artinya ketiga negara memiliki karakteristik semiperiphery. Dari indikator jumlah total ekspor, ketiga negara tersebut, secara global menempati posisi 20 besar. Melihat ketiga hal tersebut, kita dapat menggolongkan ketiga negara itu sebagai negara semiperiphery. Berikutnya, dan yang paling sulit diidentifikasi adalah Vietnam dan Filipina. Dari indikator GNP per kapita, kedua negara termasuk ke dalam empat negara terendah di ASEAN. Juga, jika dibandingkan dengan negara-negara lain, GNP per kapita kedua negara masih cukup jauh jika disamakan dengan negara-negara yang dapat dikatakan sebagai negara semiperiphery. Dari indikator komoditas ekspor unggulan, Vietnam dan Filipina memiliki komoditas ekspor unggulan baik berbentuk raw materials maupun manufactured goods. Yang menarik adalah, kedua negara tersebut ternyata memiliki jumlah total ekspor yang lebih baik dibandingkan dengan Brunei, yang memiliki GNP per kapita jauh lebih baik dari Filipina dan Vietnam. Oleh sebab itu, agak sulit sebenarnya kita mengidentifikasi dua negara tersebut ke dalam struktur. Tetapi, jika kita melihat pola umum, kedua negara ini lebih menyerupai Kamboja dan Laos, adapun dalam hal jumlah total ekspor yang lebih besar dari Brunei, menurut penulis, itu adalah anomali yang terjadi dengan Brunei.

11

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan World system theory menjelaskan bahwa terdapat struktur di antara negara-negara dunia menurut indikator ekonomi. Ada di antara negara-negara yang digolongkan sebagai core, semiperiphery, dan periphery. Adapun, dalam makalah ini, indikator-indikator yang digunakan adalah GNP per kapita, jenis komoditas ekspor, dan jumlah total nilai ekspor. Menurut indikator-indokator tersebut dan dengan dibandingkan dengan negara lain, struktur yang terbentu adalah Singapura sebagai core state; Brunei, Malaysia, Thailand, dan Indonesia sebagai semiperiphery state; dan Filipina, Vietnam, Kamboja, dan Laos sebagai periphery state. 3.2 Saran Dalam makalah ini, penulis gagal menemukan data negara Myanmar, sehingga penulis tidak dapat mengetahui bagaimana menentukan posisi Myanmar. Hal ini disebabkan keterbasan akses ke data-data negara tersebut, mengingat doktrin isolasionis yang dianutnya. Terkait dengan hal tersebut, ini juga karena kekuranggigihan penulis dalam mencari data, maka, ke depan ini akan menjadi catatan tersendiri bagi penulis. Berikutnya, terkait dengan indikator yang digunakan, penulis menyadari bahwa indikator yang digunakan masih terlalu sedikit. Maka, jika ada yang akan meneliti hal ini kembali, indikator perlu ditambahkan. Selain itu, menurut penulis, dari masing-masing indikator perlu ditentukan persentasi tingkat signidikansi indikator tersebut terhadap penentuan posisi.

12

Daftar Pustaka Buku Neack, Laura. The New Foreign Policy: Power Seeking in New Globalized Era 2nd Edition, (Plymouth: Rowman & Littlefield Publishers, 2008) Viotti, Paul R. dan Mark V. Kauppi. International Relations Theory 4th Edition (New York: Pearson, 2010) Wallerstein, Immanuel. The Inte-state Structure of The Modern World-System, dalam Smith, et al. (eds), International Theory: Positivism and Beyond, (Cambridge: Cambridge University Press, 2008) Jurnal Roger J. Nemeth dan David A. Smith. International Trade and World System Structure: A Multiple Network Analysis, Fernand Braudel Center; Quantitative Studies of the World-System Vol. 8, No. 4, (Spring, 1985) Intenet CIA, Country Comparison: Exports, https://www.cia.gov/library/publications/the-worldfactbook/rankorder/2078rank.html (diakses pada, Kamis, 12 Desember 2013, pukul 20.00) CIA, Field Listing: Export Commodities, https://www.cia.gov/library/publications/theworld-factbook/fields/2049.html (diakses pada, Kamis, 12 Desember 2013, pukul 20.00) World Bank, GNI per Capita Atlas Method World Bank,

http://data.worldbank.org/indicator/NY.GNP.PCAP.CD/countries/1W-USJP?displaygraph (diakses pada Selasa, 10 Desember 2012, pukul 10.00 WIB)

13

Anda mungkin juga menyukai