Anda di halaman 1dari 10

Ekonomi Pasar Sosial (bagian pertama)

Konsep Social Market Economy (Soziale Marktwirtschaft-Ekonomi Pasar Sosial)


mengacu pada suatu konsep sistem ekonomi yang dibangun di Jerman paska Perang Dunia II.
Hal yang menarik didalam konsep ini adalah bergabungnya dimensi material (komersial),
sebagai konsekuensi ekonomi pasar dan dimensi sosial atau kemanusian.
Konsep pasar menjadi penting karena setelah pengalaman buruk yang dialami dengan
Nazi, mereka ingin agar ekonomi bebas dari intervensi dan dominasi negara. Peran negara,
pada masa awal penerapan sistem ini di Jerman Barat, adalah memberikan perlindungan
terhadap suasan kompetisi dari tendensi monopolistik dan oligopolistik, termasuk yang
mungkin akan muncul dari mekanisme kompetisi itu sendiri. Sementara itu konsep sosial
mendapat penekanan penting karena Jerman, pada saat itu bernama Jerman Barat,
menginginkan suatu sistem perekonomian yang mampu mendorong munculnya kemakmuran
akan tetapi juga dapat memberikan perlindungan terhadap buruh dan kelompok masyarakat
lain yang mungkin tak mampu mengikuti tuntutan kompetisi yang berat didalam ekonomi
pasar. Situasi ekonomi sosial masyarakat Jerman yang hancur paska Perang Dunia II pun
memberikan adil terhadap pilihan konsep ini. Konsep sosial dipilih daripada konsep
sosialis untuk membedakan sistem ini dari suatu sistem dimana negara mengklaim
memiliki hak untuk menentukan sistem perekonomian atau melakukan intervensi
terhadapnya. Ada suatu konsep lain yang memiliki keterkaitan erat dengan konsep ekonomi
pasar sosial, suatu konsep didalam tradisi pemikiran Jerman, yaitu Ordnung, yang dapat
diartikan sebagai tatanan. Dalam pemahaman ini ekonomi, masyarakat, dan politik,
menjadi suatu kesatuan struktur, namun bukan dalam bentuk diktatorial.
Para pengagas konsep ekonomi pasar sosial melihat konsep tersebut dalam suatu sistem
tatanan yang utuh. Disamping itu, mereka juga didasari pada konsep Ordo-Liberalismus,
yang berarti konsep tersebut harus bebas memilih tatanannya, dan bukan suatu tatanan yang
bersifat komando. Paska perang Dunia II muncul berbagai argument dan perdebatan
mengenai bagaimana membangun kembali perekonomian Jerman yang terpuruk akibat
perang. Kelompok politisi sosialis berpendapat tentang pentingnya sistem distribusi terpusat,
perluasan control negara, dan nasionalisasi bank-bank dan industri. Penentang utama dari ide

ini adalah Ludwig Erhard, seorang ekonom liberal yang menjabat sebagai kepala kantor
urusan ekonomi di Bizone, yang kemudian menjadi menteri perekonomian dan pada saat
kemudian menjadi Kanselir Republik Federasi Jerman (1963-1966), menggantikan Konrad
Adenauer. Erhard tercatat dalam sejarah sebagai pencetus konsep ekonomi pasar sosial dan
menerapkannya dalam sistem perekonomian Jerman Barat.
Pada awalnya langkah tersebut bertujuan memungkinkan berbagai kekuatan bermain
secara bebas didalam pasar dengan meningkatkan kesempatan konsumen, memotivasi
produsen untuk melakukan inovasi dan kemajuan tehnik, dan pembagian pendapatan dan
keuntungan berdasarkan pencapaian masing-masing individu. Diatas semua itu, terdapat
pembatasan akumulasi yang berlebihan dari kekuatan pasar. Tugas negara adalah
menciptakan mekanisme bagi berfungsinya kompetisi. Pada saat yang sama negara harus
mempromosikan kesiapan dan kemampuan masyarakat untuk memiliki tanggungjawab dan
lebih independent. Konsepsi teori ekonomi pasar sosial mengacu pada pemikiran liberal
klasik dengan sedikit perubahan. Kita dapat menyebutnya sebagai variasi pemikiran neoliberal Jerman, namun biasanya disebut dengan Ordo-Liberalisme. Pemikiran ini dibangun
sejak tahun 1940-an, terutama melalui aliran pemikiran kelompok Freiburg. Dua pemikir
utama kelompok ini adalah Walter Eucken dan Andreas Muller-Armack, yang
menamainya Ekonomi Pasar Sosial. Dalam pemikiran ini aspek yang diperhatikan bukan
hanya persoalan ekonomi semata, namun juga persoalan kebebasan dan keadilan sosial.
Menurut Muller-Armack tanggung-jawab memerlukan kebebasan sebagai kondisi yang
penting bagi seseorang/individu untuk memilih tanggung-jawab diantara pilihan yang
berbeda.
Konsep ekonomi pasar liberal memiliki tiga elemen prinsip yang utama:
1. Prinsip Individualitas: yang bertujuan pada ideal liberal bagi kebebasan individu.
2. Prinsip Solidaritas: Mengacu pada ide setiap individu manusia terlekat dengan
masyarakat yang saling tergantung sama lain dengan tujuan menghapus ketidakadilan.
3. Prinsip subsidiaritas: yang berarti sebuah tugas institusional yang bertujuan
menajamkan hubungan antara individualitas dan solidaritas. Aturan tersebut harus
memberikan jaminan hak individu dan menempatkannya sebagai prioritas utama,
yang berarti apa yang mampu dilakukan oleh individu harus dilakukan oleh individu
dan bukan oleh negara.
Hak-hak kebebasan dari setiap individu dan kebebasan ekonomi dapat dilihat sebagai
kerangka dimana keadilan sosial dan solidaritas diterapkan. Ekonomi pasar sosial bertujuan
menyeimbangkan prinsip-prinsip pasar dan prinsip-prinsip sosial. Ordo-liberalism percaya
bahwa penting untuk menciptakan mekanisme perlindungan sosial disamping kekuatan pasar,
yang dikontrol oleh negara. Tujuan lain yang ingin dicapai oleh ekonomi pasar sosial adalah
menciptakan dan membangun tatanan ekonomi yang dapat diterima oleh berbagai ideologi
sehingga berbagai kekuatan didalam masyarakat dapat terfokus pada tugas bersama
menjamin kondisi kehidupan dasar dan membangun kembali perekonomian. Inilah sebabanya
kita dapat melihat bahwa ekonomi pasar sosial merupakan kompromi pada masa-masa awal
pemerintahan Federal Republik Jerman. Selain ini disamping kekuatan permintaan dan
penawaran ia juga didorong oleh konsep moral yang kuat. Sementara itu konsep Erhards
mengenai ekonomi pasar yang berespon sosial didasari perdagangan bebas dan perusahaan
swasta, dibantu dengan suntikan modal melalui program Marshall Plan, yang terbukti
menjadi dasar yang ideal bagi pemulihan ekonomi Jerman Barat paska Perang Dunia II, dan
mencapai puncaknya dengan keajaiban ekonomi (Wirschaftswunder) pada tahun 1950s. Pada

beberapa sektor, seperti perumahan dan pertanian, memang tetap diberlakukan kontrol harga
dan subsidi. Kontrol bagi pencegahan penerapan kartel dan mendorong terciptanya stabilitas
moneter tetap merupakan tanggungjawab negara. Negara kemudian juga, guna mendorong
terciptanya akumulasi modal individu dan melindungi warganegara biasa, membangun sistem
pelayanan sosial yang meliputi kesehatan, pengangguran dan sistem asuransi sosial.
Kebaikan
dari
sistem
ekonomi
pasar
antara
lain:
Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi
Setiap
individu
bebas
memiliki
sumber-sumber
produksi
Munculnya
persaingan
untuk
maju
Barang yang dihasilkan bermutu tinggi, karena barang yang tidak bermutu tidak akan laku
dipasar
Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap tindakan ekonomi didasarkan atas motif mencari
laba
Kelemahan
dari
sistem
ekonomi
pasar
antara
lain:
Sulitnya
melakukan
pemerataan
pendapatan
Cenderung
terjadi
eksploitasi
kaum
buruh
oleh
para
pemilik
modal
Munculnya
monopoli
yang
dapat
merugikan
masyarakat
Sering terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasisumber daya oleh
individu

Ekonomi Pasar Sosial (bagian kedua)


Sejak berdirinya Federal Republik Jerman hingga pertengahan tahun 1960-an dapat
dikatakan sebagai periode pertama penerapan ekonomi pasar sosial. Pada periode ini bapak
ekonomi pasar sosial, Ludwig Erhard serta Andreas Muller-Armack (Sekretaris tetap pada
kementerian perdagangan dan bisnis) menduduki posisi yang penting dalam kebijakan
ekonomi. Oleh karenanya konsep teori ekonomi pasar sosial dapat dijalankan tanpa ada
reduksi atau perubahan.
Pada periode pertama ini sektor-sektor yang dianggap penting seperti pertanian, lalulintas,
dan gedung perumahan tetap berada diluar mekanisme pasar dan kompetisi terbuka. Pada
masa-masa awal pendirian ini memungkinkan menciptakan dan mensahkan perundangundangan dasar bagi hubungan antara negara dengan ekonomi, yang memungkinkan sistem
ekonomi pasar sosial dapat berdiri. Undang-undang mengenai Bank Federal Jerman (German
Bundesbank) dan undang-undang larangan terhadap hambatan kompetisi adalah dua diantara
undang-undang penting yang dibuat pada saat itu. Tahun 1950 dapat dikatakan sebagai tahun
pencapaian sukses dari sistem ekonomi pasar sosial, dimana salah satu indikatornya adalah
tersedianya lapangan kerja yang luas. Perekonomian Jerman Barat berfungsi dengan sangat
baik selama beberapa dekade, dan menjadi salah satu negara yang termakmur di dunia.
Ekonomi yang berorientasi ekspor mendapatkan peluang yang lebih luas dengan
diciptakannya Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dengan Perjanjian Roma pada Maret 1957.
Jerman Barat adalah salah satu anggota pendiri MEE. Namun demikian, dalam
perkembangan waktu, istilah sosial dalam ekonomi pasar sosial mulai mengambil
perkembangannya sendiri. Ia mendorong perekonomian Jerman Barat menuju suatu
pengembangan sistem kemakmuran sosial yang bahkan menjadi salah satu yang termahal di
dunia. Pemerintahan Federal Jerman Barat dan negara-negara bagian (Lnder) mulai
memberikan kompensasi bagi irregularities dalam siklus ekonomi dan pergantiannya
kedalam produksi dunia dengan mulai melindungi dan mendukung beberapa sektor dan
industri.
Krisisi ekonomi pertama di Jerman mendorong mundurnya Kanselir Ludwig Erhard pada
tahun 1966, yang kemudian disusul dengan koalisi antara CDU dan SPD. Koalisi ini
mencoba menghasilkan suatu sintesa antara freiburger imperative of competition (teori
liberal dari aliran Freiburg) dengan Keynesianic of steering demand effectively. Ide baru ini
dapat dirumuskan dalam satu kata yaitu Globalsteuerung (overall steering-pengendalian
menyeluruh). Konsep ini berarti kebijakan ekonomi dan keuangan dapat megambil langkah
kebijakan makro sementara pasar dan pengusaha hanya dapat mengambil keputusan dibidang
mikro. Beberapa ukuran penting yang ada dalam Globalsteuerung adalah kebijakan fiscal,
kebijakan keuangan, kebijakan ekonomi internasional, dan kebijakan penghasilan.
Pada awalnya Globalsteuerung menunjukkan keberhasilan besar terutama dalam
menghadapi krisis ekonomi pada saat itu. Namun ia ternyata tidak mampu benar-benar
menstabilkan kemajuan kondisi perekonomian pada saat itu. Oleh karenanya Menteri
Perdagangan dan Bisnis, Karl Schiller harus mengundurkan diri pada saar itu. Selama tahun
1970-an kondisi perekonomian internsional, sebagai contoh krisis harga minyak pada tahun
1974 dan 1979 memperburuk kondisi internal Globalsteuerung dan mendorong
bertambahnya angka pegangguran, yang mencapai lebih dari dua juta orang tanpa pekerjaan).
Menurunnya angka GNP dan naiknya angka inflasi serta utang negara adalah efek lain yang
muncul dari perkembangan tersebut. Kembali, berbagai problem tersebut memunculkan
diskusi tentang sebuah perubahan baru terhadap kebijakan social dan ekonomi. Diskusi ini

menyangkut tiga komponen utama, yaitu mempertahankan Globalsteuerung, perluasannya


dan pengurangan klaim pengendalian yang dimilikinya.
Pada tahun 1970-an, pemerintah bahkan berasumsi untuk memainkan peran yang lebih
penting dalam perekonomian. Selama tahun 1980s, Kanselir Helmut Kohl mencoba
mengurangi peran negara, dan ia sebagian besar berhasil dengan upayanya tersebut, namun,
reunifikasi Jerman sekali lagi membuat pemerintah Jerman berasumsi bagi sebuah peran yang
lebih kuat dalam ekonomi. Karenanya, kontradiksi antara istilah sosial dan pasar tetap
menjadi elemen penting dalam perdebatan di Jerman. Mengacu pada kontradiksi internal
yang ada dalam philosopinya, perekonomian Jerman sesungguhnya memiliki sifat konservatif
dan dinamis. Ia dikatakan konservatif dalam arti ia dirancang berdasarkan sebagain tradisi
Jerman dimana terdapat pertimbangan bagi peran negara dalam ekonomi dan perilaku hatihati dalam menangani insvestasi dan pengambilan resiko. Ia juga dapat dikatakan dinamis
dalam arti ia mengarah pada pertumbuhan juga meskipun pertumbuhan tersebut mungkin
lambat dan tetap daripada spektakuler. Ia merupakan kombinasi antara kebaikan suatu sistem
pasar dengan kebaikan dari sistem kesejahteraan sosial.
Pada tahun 1982 koalisi CDU dan FDP berkuasa pada pemerintahan Jerman. Pada masa ini
diskusi tentang bagaimana ekonomi pasar sosial seharusnya berubah meliputi tiga aspek;
pada satu sisi kelompok keynesian mengklaim untuk mempertahankan Globalsteuerung
dan ekonomi pasar sosial, sementara pada sisi yang lain para pengikut Milton Friedman
menyatakan kegagalan dari negara dan menginginkan pengurangan dari Globalsteuerung
serta ekonomi pasar sosial bersama-sama dengan penguatan kekuatan pasar. Pada posisi yang
ketiga, kelompok kecil yang berfikir bahwa pasar telah gagal dan oelh karenanya mereka
memilih perluasan sektor negara dan intervensi negara dilapangan ekonomi. Hasil dari
diskusi ini dapat dijelaskan sebagai kombinasi antara Keynes dan Friedman. Pada tahuntahun berikutnya perusahaan-perusahaan negara seperti Pos Jerman dan Telkom Jerman
diswastanisasi dan ukuran-ukuran sosialpun diturunkan lebih ramping. Kemajuan ekonomi
pada periode tersebut dapat dilihat sebagai hasil dari kombinasi kebijakan itu namun juga
disebabkan oleh situasi positif ekonomi dunia serta keberhasilan dari integrasi Eropa. Masa
ini diakhiri oleh reunifikasi Jerman.
Reunifikasi Jerman tercatat sebagai irisan tajam dari berbagai analisa pembangunan dan
sejarah Jerman. Melihat pada kebijakan ekonomi dan sosial sedikit berbeda. Bukan pada
reunifikasi 1990 sebagai moment yang penting namun pada penyatuan ekonomi dan
keuangan beberapa bulan sebelumnya.
Moment tersebut terjadi pada situasi pertumbuhan ekonomi dan angka utang negara yang
rendah. Pada permulaannya, situasi diwarnai oleh euphoria unifikasi secara umum dan
terbukanya pasar baru di Jerman bagian Timur dan Eropa.

SISTEM EKONOMI PASAR, HUKUM RIMBA, DAN KESEJAHTERAAN BANGSA

Saat ini, makin banyak negara berkembang yang makin menonjol tingkat
perekonomiannya. Industri dan infrastruktur negara-negara tersebut bertumbuh dan
berkembang sangat pesat dalam waktu yang relatif singkat. Wujud pembangunan kota-kota
di negara-negara tersebut adalah munculnya berbagai bangunan hotel, perkantoran, pusat
perbelanjaan, restoran, dan tempat hiburan. Bahkan tingkat kebersihan di China sudah
menyerupai negara maju seperti Singapura, Hong Kong, dan Amerika.

Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi ini didukung oleh globalisasi. Globalisasi


didasari oleh kesadaran bahwa perekonomian akan berjalan lebih efektif dan efisien bila tiap
negara melakukan spesialisasi pada bidang usaha yang dikuasai dan mengimpor produk dari
bidang usaha yang tidak dikuasai. Berkembangnya teknologi transportasi, komunikasi, dan
informasi, sehingga batas negara menjadi semakin tidak terasa, makin meningkatkan laju
globalisasi.

Tetapi, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian tersebut, makin


lebar kesenjangan sosial dalam masyarakatnya. Pihak yang kaya makin mampu memperkaya
dirinya, sedangkan pihak miskin makin terhimpit. Negara maju seperti Amerika dan negaranegara Uni Eropa makin mampu menghimpit negara berkembang (seperti ). Data BPS
menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di pada Maret 2006 membengkak menjadi 39,05 juta
orang (17,75 persen), naik 3,95 juta orang dari 35,10 juta orang (15,97 persen) per Februari
2005. (Kompas, 12/2007). Sejak April lalu di China, ratusan juta rakyat tercekik harga
barang-barang kebutuhan yang terus melonjak. Lonjakan harga itu justru terjadi pada saat

perekonomian China tumbuh luar biasa dahsyatnya. Hal itu tentu dapat berdampak pada
stabilitas sosial di masyarakat. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Bagaimana pemecahan
masalah tersebut? Hal itulah yang menjadi dasar pemikiran saya dalam membuat tulisan ini.
Secara umum, sistem perekonomian suatu negara terdiri dari tiga macam.Pertama
adalah sistem ekonomi Pasar. Dalam sistem perekonomian ini, keputusan-keputusan penting
tentang produksi dan konsumsi diambil oleh individu dan perusahaan swasta dengan
interaksi penawaran dan permintaan. Pada sistem ini, pemerintah tidak campur tangan.
Sistem ini mengandalkan tangan tidak tampak (azaz laissez faire) untuk mengendalikan
perekonomian. Sistem ekonomi kedua adalah sistem ekonomi Terpimpin. Pada sistem
ekonomi ini, keputusan-keputusan penting tentang produksi, distribusi, dan konsumsi diatur
sepenuhnya di tingkat pusat oleh pemerintah. Sistem ekonomi ketiga adalah sistem ekonomi
campuran. Sistem ini memadukan kedua sistem di atas. (Paul A Samuelson dan William D
Nordhaus, 2001:8)

Akar dari permasalahan yang timbul dewasa ini merupakan kelemahan dari sisem
ekonomi pasar yang banyak dianut dewasa ini. Dalam sistem ekonomi ini, persaingan sangat
ketat. Para pelaku ekonomi yang lebih dahulu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dapat membantu menyesuaikan diri dengan pergerakan sistem ini akan terus bertahan,
bahkan berkembang pesat. Sedangkan mereka yang terlambat menguasai ilmu tersebut tidak
dapat menyesuaikan diri, sehingga akan terlibas dan terpuruk. Apabila mereka yang lemah
ingin memperbaiki diri, pihak yang kuat dapat dengan mudah menekannya.
Sistem ekonomi ini juga berhubungan kuat dengan kapitalisme. Pelaku ekonomi yang
kuat, didukung oleh kemajuan teknologi yang memudahkan arus globalisasi, dapat
memperbesar modalnya, sehingga dapat melakukan ekspansi (perluasan usaha) ke negara
lain. Dalam ekspansi tersebut, mereka juga dapat dengan mudah menekan pelaku ekonomi di
negara lain yang modalnya lemah. Pelaku ekonomi yang kuat tersebut dapat memaksakan
kepentingannya kepada pelaku ekonomi lemah, sehingga mereka yang kuat akan diuntungkan
sedangkan mereka yang lemah dirugikan.

Akibat dari sistem ekonomi ini juga terasa sampai ke tatanan negara. Dari hasil
ekspansi tersebut, para pelaku ekonomi di negara-negara maju dapat meningkatkan setoran
pajak kepada negaranya. Pajak yang diterima oleh negara-negara maju tersebut memberikan
modal untuk membentuk suatu konspirasi yang bertujuan untuk menguasai aset-aset milik
negara yang tengah berkembang. Konspirasi itu diwujudkan dengan membentuk lembaga
internasional seperti IMF (Internasional Monetary Fund) dan Bank Dunia. Melalui lembaga
tersebut, negara-negara maju memberikan pinjaman uang kepada negara berkembang.
Sebagai umpan, mereka membuat estimasi yang sangat menggiurkan (tetapi sering tidak
masuk akal). Bila debitur mengalami kesulitan mewujudkan ramalan itu, mereka dapat
memaksa debiturnya untuk menjual asetnya dengan harga sangat rendah dan melalui prosedur
yang tidak wajar. Contoh nyata adalah lepasnya Bank Central Asia (BCA) dan sejumlah
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dari tangan pemerintah Indonesia. Pemerintah
Indonesia dipaksa untuk menjual BCA dengan harga Rp10 trilliun, padahal bank tersebut
memiliki tagihan sebesar Rp60 trilliun kepada pemerintah. Kejadian serupa juga terjadi pada
beberapa BUMN strategis seperti PLN dan PAM.
Dari contoh tersebut, (dengan segala keterbatasan pengetahuan) saya dapat
menyimpulkan bahwa sistem ekonomi pasar dan kapitalisme yang didukung oleh globalisasi
adalah serupa dengan hukum rimba. Karena dalam hukum rimba dinyatakan, siapa yang kuat
ia yang menang.
Mengingat dampak buruk yang ditimbulkan oleh pelaksanaan sistem ekonomi pasar
secara murni kepada negara-negara yang tengah berkembang, maka saya melihat perlunya
dilaksanakan sistem ekonomi campuran. Dalam sistem ekonomi ini, pemerintah dapat turun
tangan apabila laju perekonomian di negara yang dipimpinnya mengarah kepada kehancuran
karena upaya pencaplokan sumber daya oleh negara lain. Bagi negara-negara yang sudah
maju, pemerintah negaranya harus mengatur pelaku ekonomi di negaranya agar tidak berbuat

sewenang-wenang kepada negara lain. Mereka sendiri juga perlu mengendalikan diri agar
tidak tergoda melakukan penindasan terhadap negara lain yang lemah. Selain merugikan
negara lain, perbuatan tersebut juga dapat merusak nama baik negara yang dipimpinnya
Selain itu, perlu langkah aktif dari lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) dan organisasi-organisasi di bawahnya dalam mengatur hubungan antar negara. Jangan
biarkan negara yang kuat menindas yang lemah
Bagi negara berkembang, agar sistem ekonomi campuran dapat menejahterakan
rakyatnya dan mencegah penindasan oleh negara lain, usaha yang dapat dilakukan
pemerintah antara lain:

Merencanakan arah pembangunan ekonomi dengan tepat. Jangan sekedar fokus


kepada infrastruktur saja. Berkonsentrasilah kepada pengembangan sektor-sektor
usaha yang dikuasai oleh rakyatnya untuk peningkatan kesejahteraan.

Memperbaiki sistem pendidikan di negerinya dan memberi bantuan pendidikan


(seperti beasiswa) kepada anak-anak keluarga miskin sehingga dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang bermutu tinggi sebagai modal utama pembangunan.

Apabila perlu meminjam uang kepada luar negeri, atur penggunaan uang tersebut
secara baik, efektif, dan efisien. Jangan cepat percaya kepada estimasi yang mulukmuluk dari kreditur.

Mengelola aset negara dengan bijak. Jangan pernah menjual aset negara yang
menyangkut hajat hidup rakyat banyak (seperti PLN dan PAM) kepada pihak swasta
(terutama asing). Mereka hanya fokus kepada keuntungan pribadi.

Agar dapat menjalankan fungsi tersebut, pemerintah harus menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Untuk itu, pemerintahan harus
dijalankan oleh individu-individu yang jujur, cerdas, dan berkomitmen tinggi pada bangsa
dan negaranya.

Anda mungkin juga menyukai