Anda di halaman 1dari 15

EKSEPSI

A.

RUANG LINGKUP EKSEPSI

Dalam konteks Hukum Acara, bermakna


tangkisan atau bantahan. Yang diajukan
dalam bentuk eksepsi:
.Ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut
syarat-syarat atau formalitas gugatan.
.Dengan demikan, keberatan yang diajukan
dalam bentuk eksepsi, tidak ditujukan dan
tidak menyinggung bantahan terhadap pokok
perkara (verweer ten principale).

TUJUAN
1. Menjatuhkan putusan negatif, yang menyatakan gugatan tidak
dapat diterima (niet onivankelijk).
2. Berdasarkan putusan negatif itu, pemeriksaan perkara diakhiri
tanpa menyinggung penyelesaian materi pokok perkara.

PERBEDAAN EKSEPSI DENGAN VERZET

VERZET
Merupakan bantahan atau
perlawanan yang di ajukan
setelah adanya putusan
verstek, yaitu putusan di
luar kehadiran si tergugat.

EKSEPSI
Merupakan....

B. CARA MENGAJUKAN EKSEPSI


1. Cara mengajukan eksepsi kewenangan absolut (exceptio declinatoir)
. Dapat diajukan tergugat setiap saat (Pasal 134 HIR, Pasal 132 Rv)
. Secara Ex-Officio Hakim harus menyatakan diri tidak berwenang (Pasal 132
Rv): dalam hal hakim tidak berwenang karena jenis pokok perkaranya, maka
ia meskipun tidak diajukan tangkisan tentang ketidakwenangannya, karena
jabatannya wajib menyatakan dirinya tidak berwenang.
. Dapat diajukan pada tingkat banding dan kasasi
2.

Cara mengajukan eksepsi kompetensi relatif (relative competentie)


berbentuk lisan (oral): pasal 133 HIR
a. Bentuk pengajuan:
berbentuk tulisan (in writing): pasal 125 (2) jo. Pasal
121 HIR

b. Saat pengajuan eksepsi kompetensi relatif (pasal 125 ayat 2 dan pasal 133 HIR)
Pada sidang pertama, dan
bersamaan pada saat mengajukan jawaban pertama terhadap materi pokok
perkara.
( apabila pada sidang pertama belum diajukan jawaban, tidak gugur hak
mengajukan eksepsi kompetensi relatif, patokan keabsahan mengajukan
eksepsi kompetensi relatif adalah saat pengajuan jawaban pertama).

3. Cara dan saat pengajuan eksepsi lain


a. Saat pengajuan (pasal 114 RV)
Semua eksepsi, kecuali kompetensi absolut, harus disampaikan bersama-sama
pada jawaban pertama terhadap pokok perkara.
Dengan ancaman, apabila tidak diajukan bersamaan pada jawaban pertama
terhadap pokok perkara, hilang hak tergugat untuk mengajukan eksepsi.
b. Bentuk pengajuan
Dapat dilakukan dengan lisan
Berbentuk tertulis

C. PENGAJUAN EKSEPSI SEKALIGUS


1.
a.

b.
c.

Semua eksepsi yang hendak dikemukakan harus diajukan sekaligus


Semua eksepsi yang hendak dikemukakan harus diajukan sekaligus
=> pengajuannya wajib disamapikan sekaligus pada waktu bersamaan pada
jawaban pertama, bersama-sama dengan keberatan terhadap pokok perkara.
Dilarang mengajukan eksepsi satu per satu
=> hanya eksepsi absolut yang dapat diajukan secara tersendiri
Eksepsi yang tidak diajukan sekaligus bersama jawaban pertama, dianggap gugur
(pasal 136 HIR)
=>eksepsi yang tidak diajukan dengan jawaban pertama bersama-sama dengan
keberatan terhadap pokok perkara, dianggap gugur.
=> oleh karena itu, eksepsi yang diajukan setelah tahap proses itu dilampaui, tidak
perlu dihiraukan dan dipertimbangkan hakim. (kecuali eksepsi mengenai
kompetensi absolut, yang dapat diajukan tersendiri selama proses pemeriksaan
berlangsung).

D. CARA PENYELESAIAN EKSEPSI


1.
a.

Penyelesaian eksepsi kompetensi


Diperiksa dan diputus sebelum memeriksa pokok perkara
Apabila tergugat mengajukan eksepsi kompetensi absolut atau relatif, maka:
=> Hakim menunda pemeriksaan pokok perkara
=> tindakan yang dapat dilakukan, memeriksa dan memutus eksepsi lebih
dahulu
=> tindakan demikian bersifat imperatif, tidak dibenarkan memeriksa pokok
perkara sebelum ada putusan yang menegaskan apakah PN yang bersangkutan
berwenang atau tidak memeriksanya. Hakim bebas menjatuhkan putusan
menolak atau mengabulkan. ( penolakan atas eksepsi kompetensi, dituangkan
dalam putusan sela. Pengabulan eksepsi kompetensi, dituangkan dalam bentuk
putusan akhir).

2. Cara penyelesaian eksepsi lain di luar eksepsi kompetensi, diperiksa dan


diputus bersama-sama pokok perkara
=> diperiksa dan diputus bersama-sama dengan pokok perkara
=> dengan demekian, pertimbangan dan amar putusan mengenai eksepsi dan
pokok perkara, diyuangkan bersamaan secara keseluruhan dalam putusan akhir.
a. Eksepsi dikabulkan, putusan bersifat negatif
=> mengabulkan eksepsi tergugat
=> menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima (niet onvankelijke
verklaard)
b. Eksepsi ditolak, putusan bersifat positif berdasarkan pokok perkara
=> putusan yang dijatuhkan menyelesaikan persengketaan yang terjadi secara
tuntas antara penggugat dan tergugat.

E. UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN EKSEPSI


1.
2.

Putusan PN yang dapat dibanding adalah putusan akhir (pasal 9 ayat 1 UU No.
20 Tahun 1947)
Putusan penolakan eksespsi kompetensi adalah putusan sela, tidak dapat
dibanding tersendiri

F. JENIS EKSEPSI
1.
a.

Eksepsi prosesual (processule exceptie)


Eksepsi tidak berwenang mengadili (exceptie van onbbeveogheid)
(a) tidak berwenang secara absolut
=> berkaitan langsung dengan pembagian lingkungan peradilan dan peradilan
khusus. (masing-masing lingkungan peradilan mempunyai yurisdiksi tertentu.
Apa yang menjadi yurisdiksi suatu lingkungan, tidak boleh dilanggar oleh
yang lain).
=> berdasarkan berbagai peraturan perundang-undangan terdapat yuisdiksi
absolut peradilan khusus. (sehubungan dengan itu, apabila sengketa yang
terjadi merupakan yurisdiksi peradilan khusus, tetapi penggugat mengajukan
ke PN, tergugat dapat dan berhak mengajukan eksepsi kompetensi absolut).

(b) Tidak berwenang secara relatif


=> eksepsi kewenangan relatif berkaitan langsung dengan pasal 118 HIR, dan
pasal 99 Rv: - actor sequitur forum rei (forum domicili)
- actor sequitur forum rei dengan hak opsi
- actor sequitur forum rei tanpa hak opsi
- tempat tinggal penggugat
- forum rei sitae
- forum rei sitae dengan hak opsi
- domisili pilihan

2. Eksepsi prosesual di luar eksepsi kompetensi


a. Eksepsi surat kuasa khusus tidak sah:
(a) surat kuasa bersifat umum
(b) surat kuasa tidak memenuhi syarat formil yang digariskan pasal 123 ayat 1 HIR
dan SEMA No. 01 Tahun 1971 (23 Januari 1971) jo. SEMA No. 6 Tahun 1994 (14
Oktober 1994):
=> secara spesifik kehendak untuk beperkara di PN tertentu sesuai dengan
kompetensi relatif
=> idenditas para pihak yang beperkara
=> menyebut secara ringkas dan konkret pokok perkara dan obyek yang
diperkarakan
=> mencantumkan tanggal serta tanda tangan pemberi kuasa
(semua syarat tersebut bersifat kumulatif)
(c) surat kuasa dibuat orang yang tidak berwenang

b. Eksepsi error in persona


(a) eksepsi diskualifikasi atau gemis aanhoedanigheid: yang bertindak sebagai
penggugat, bukan orang yang berhak, sehingga orang tersebut tidak
mempunyai hak dan kapasitas untuk menggugat.
(b) keliru pihak yang ditarik sebagai tergugat
(c) exceptio plurium litis cosortum: apabila orang yang ditarik sebagai tergugat
tidak lengkap. Atau orang yang bertindak sebagai penggugat tidak lengkap.

c. Exceptio res judicata atau nebis in idem


=> perkara yang sama, tidak dapat diperkarakan dua kali
(a) landasan hukum pasal 1917 KUH Perdata
(b) melekatnya ne bis in idem dalam putusan
- apa yang digugat sydah pernah diperkarakan sebelumnya
- terhadap perkara terdahulu, telah ada putusan hakim yang berkekuatan
hukum tetap
- putusan bersifat positif

Anda mungkin juga menyukai