Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

UU NO. 14 TAHUN 2008

TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

ANGGOTA KELOMPOK:

Andi Ummiaty Rahmah Chairatunnisa E31115505


Muhammad Fikal Nasir E31115507
Muhammad Amin Faturrahman E31115504
Hanri Febryantara Patongai E31115510
Mean Miranty Rezki E31115315
Nesyi Sifra E31115319

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERISTAS HASANUDDIN

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahirnya Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik disingkat UU KIP yang diterapkan pada tahun 2010, dilatarbelakangi dari
bergulirnya reformasi dalam negara dan adanya tuntutan tata kelola kepemerintahan yang
baik (Good Governance) yang mensyaratkan adanya akuntabilitas, transparansi dan
partisipasi masyarakat dalam setiap proses terjadinya kebijakan publik.Selain itu
didorong keinginan terwujudnya reformasi birokrasi (open government), masing-masing
pemimpin harus memberikan pelayanan yang baik, karena selama ini sistem dan kultur
birokrasi dibuat untuk lambat.
Dalam UU KIP ini disyaratkan adanya tuntutan keterbukaan informasi tidak
hanya diwajibkan kepada lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif, tetapi juga badan
lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggara negara atau
organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
APBN dan atau APBD, sumbangan masyarakat dan atau luar negeri.
Keterbukaan akses informasi bagi publik dapat menjadi salah satu alat penunjang
kontrol masyarakat atas kinerja pemerintah ataupun unit-unit kerjanya. Dalam konteks
bidang keamanan dan pertahanan, setiap negara demokrasi juga membuka ruang-ruang
tersedianya informasi yang dapat diakses masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar hak-hak
warga negara tetap terjaga dan tidak terenggut. Di samping itu, adanya keterbukaan
memperoleh informasi juga dapat menjadikan aktor pertahanan menjadi lebih profesional
selalu bertindak berdasarkan hukum.
Ini sebuah kemajuan, karena ada jaminan bagi masyarakat untuk mendapatkan
informasi sesuai dengan konstitusi. Sehingga, pemerintah diharapkan dapat mewujudkan
tatanan pemerintahan yang baik. Sebab, salah satu syarat mencapai pemerintahan yang
bersih dan baik adalah tersedianya keterbukaan informasi publik.
Selain itu, meski Undang-Undang ini bernama Keterbukaan Informasi Publik,
masih tercantum komponen pengecualian bagi publik dalam mendapatkan informasi yang
menyangkut menghambat proses penegakan hukum, menganggu kepentingan
perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual, membahayakan sistem penyelenggaraan
pertahanan negara dan keamanan nasional, terganggunya kepentingan ekonomi nasional,
mengungkap kerahasiaan pribadi, dan informasi lainnya yang tidak boleh diungkap. Di
dalam Undang-Undang ini, tertulis juga bahwa setiap orang yang dengan sengaja
menyalahgunakan informasi publik akan dikenakan tindak pidana paling lama satu tahun
dan denda paling banyak Rp 5 juta.
Terkait adanya informasi yang bersifat rahasia di mana di dalamnya ada hal-hal
yang tidak bisa diakses oleh publik, maka informasi tersebut haruslah dapat didefinisikan
terlebih dahulu dengan jelas agar tidak ada salah penafsiran dan kerugian yang
ditanggung masyarakat ataupun negara. Suatu hal yang tidak boleh dilupakan adalah
bahwa kebebasan itu tiada yang mutlak seperti yang dikatakan oleh beberapa filsuf
bahwa there is no absolute freedom, demikian pula dengan kebebasan informasi.
Harus disadari, lahirnya UU KIP bukan berarti memunculkan kebebasan yang
sebebas-bebasnya dalam mengakses informasi. Kebebasan tetap harus bertanggung
jawab, ada batasan dan aturannya. Tujuannya, agar kebebasan seseorang atau institusi
tidak berbenturan dengan hak-hak orang atau institusi lain. Untuk beberapa hal tertentu,
sebagian kalangan sudah memahami bahwa ada suatu rahasia yang memang tidak boleh
dibuka untuk umum, tetapi tidak sepenuhnya masyarakat tahu dan paham mengapa
informasi tersebut bersifat rahasia. Untuk itu yang perlu dilakukan oleh pemerintah
adalah memberi keterangan kepada masyarakat, informasi apa yang bersifat rahasia dan
penjelasan logis mengapa informasi itu bersifat rahasia sehingga tidak bisa diakses
publik.
Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan makalah ini mencoba memahami apa
sesungguhnya Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik.

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, maka masalahnya dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa itu UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik?
2. Bagaimana sejarah UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi
Publik hingga disahkan dan berlaku?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi
Publik.
2. Untuk mengetahui sejarah UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik hingga disahkan dan berlaku.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tentang UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik


Undang-Undang No. 14 tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik adalah
salah satu produk hukum Indonesia yang dikeluarkan dalam tahun 2008 dan diundangkan
pada tanggal 30 April 2008 dan mulai berlaku dua tahun setelah diundangkan. Undang-
undang yang terdiri dari 64 pasal ini pada intinya memberikan kewajiban kepada
setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk
mendapatkan informasi publik, kecuali beberapa informasi tertentu.

B. Asas dan Tujuan UU KIP


Pasal 2 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik memuat beberapa asas
atau prinsip. Ada yang relevan dengan prinsip yang berlaku universal. Prinsip tersebut
adalah:
a) Pada dasarnya setiap informasi bersifat terbuka dan dapat diakses kecuali yang
dibatasi oleh undang-undang (Maximum Access Limited Exemption). Asas ini
diwujudkan melalui beberapa rumusan, antara lain: (i) Pemberlakuan
pengecualian harus didasarkan pada asas kehati-hatian dengan menggunakan
metode uji konsekuensi (consequential harm test) dan uji menimbang kepentingan
publik yang paling besar (balancing publik interest test); (ii) Pemberlakuan status
kerahasiaan terhadap informasi mempunyai batas waktu (tidak bersifat
permanen); dan (iii) Ruang lingkup badan publik (penyedia akses informasi) tidak
terbatas pada institusi negara (state institutions), tetapi juga institusi di luar negara
yang mendapatkan serta menggunakan anggaran negara (terkait dengan
aktualisasi prinsip akuntabilitas publik).
b) Informasi bisa diperoleh dengan cepat, tepat waktu, murah, dan prosedur
sederhana. Harus ada prosedur yang jelas tentang tata cara memperoleh informasi.
UU KIP mengatur sebagian batas waktu yang dibutuhkan, tetapi belum mengatur
soal biaya (Lihat pasal 21). Tepat waktu adalah pemenuhan atas informasi sesuai
dengan batas waktu yang ditentukan. Cara sederhana adalah informasi yang
diminta dapat diakses secara mudah dalam hal prosedur dan mudah dipahami.
Biaya murah adalah pengenaan biaya secara proporsional sesuai dengan yang
berlaku pada umumnya.
c) Kerahasiaan informasi didasarkan pada aturan UU, kepatutan, kepentingan umum
setelah melalui uji konsekuensi. Kepentingan yang lebih besar didahulukan.

Tujuan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik adalah:


a) Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan
publik, program kebijakan publik, dan program pengambilan keputusan publik,
serta alasan pengambilan suatu keputusan publik.
b) Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
kebijakan publik.
c) Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan
pengelolaan Badan Publik yang baik. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang
baik, yaitu transparan, efektif dan efisien, akuntabel, serta dapat
dipertanggungjawabkan.
d) Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi kehidupan orang
banyak.
e) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
f) Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik
untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
C. Ketentuan Umum
Di Bab I, Ketentuan Umum, Pasal 1 UU 14/2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik, disebutkan:
1. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang
mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan
dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun
nonelektronik.
2. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,
dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan
penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan
UndangUndang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik.
3. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan
lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan
masyarakat, dan/atau luar negeri.
4. Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan
Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk
teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa
informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi.
5. Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara badan
publik dan pengguna informasi publik yang berkaitan dengan hak
memperoleh dan menggunakan informasi berdasarkan
perundangundangan.
6. Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak
melalui bantuan mediator komisi informasi.
7. Ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi publik antara
para pihak yang diputus oleh komisi informasi.
8. Pejabat Publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk
menduduki posisi atau jabatan tertentu pada badan publik.
9. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah pejabat yang
bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian,
penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di badan publik.
10. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, badan hukum, atau
badan publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
11. Pengguna Informasi Publik adalah orang yang menggunakan informasi
publik sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.
12. Pemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/atau badan hukum
Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.

D. Pengecualian

Informasi yang dikecualikan dalam Undang-undang ini antara lain adalah:

a. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi
Publik dapat menghambat proses penegakan hukum;
b. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi
Publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan
intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;
c. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi
Publik dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara;
d. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi
Publik dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia;
e. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi
Publik, dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional;
f. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi
Publik, dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri;
g. Informasi Publik yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta otentik yang
bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang;
h. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon Informasi
Publik dapat mengungkap rahasia pribadi;
i. memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik, yang
menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau
pengadilan;
j. informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-Undang.

E. Komisi Informasi

Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-


Undang ini dan peraturan pelaksanaannya menetapkan petunjuk teknis standar layanan
Informasi Publik dan menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau
Ajudikasi nonlitigasi. Komisi Informasi terdiri dari Komisi Informasi Pusat, Komisi
Informasi Provinsi, dan Komisi Informasi Kota/Daerah (jika diperlukan).

F. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) adalah jenis pejabat baru
yang dibentuk melalui UU ini disetiap badan publik. PPID adalah pejabat yang
bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau
pelayanan informasi di badan publik. PPID bertanggungjawab ke atasan dimasing-masing
badan publik. Setiap badan publik harus menunjuk PPID masing-masing dan
mengembangkan sistem layanan informasi yang cepat, mudah dan wajar. PPID harus
membuat uji konsekuensi dengan seksama dan penuh ketelitian sebelum menyatakan
sebuah informasi yang dikecualikan dapat diakses atau tidak. Tanggungjawab dan
wewenang PPID lebih lengkapnya diatur melalui Peraturan Pemerintah no. 61 tahun
2010 dan Peraturan Komisi Informasi no. 1 tahun 2010
G. Sejarah Singkat Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
Era keterbukaan yang mengiringi Reformasi 1998 semakin menimbulkan
kesadaran akan terbukanya akses informasi dari berbagai kalangan. Secara khusus,
keterbukaan akses menuju informasi publik diperlukan oleh mereka yang berkecimpung
dalam bidang lingkungan, gerakan antikorupsi, hak asasi manusia, dan pers yang sering
mengalami kesulitan dalam mengakses berbagai informasi dari lembaga pemerintah,
dengan dalih rahasia negara. Meski demikian, keterbukaan informasi untuk publik telah
tercantum dalam beberapa peraturan yang disahkan sebelum era reformasi, seperti:
a) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan
dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup (Pasal 5 Ayat 2).
b) Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang Setiap orang berhak
untuk mengetahui rencana tata ruang (Pasal 4, Ayat 2, Butir a).
Tiga isu besar yang mendorong lahirnya kesadaran atas kebutuhan informasi
adalah upaya pemberantasan korupsi, penegakan hak asasi manusia, dan tata kelola
pemerintah yang baik (good governance). Salah satu kasus riil yang memicu kesadaran
itu adalah gugatan Wahana Lingkungan Hidup terhadap Inti Indorayon Utama dan lima
instansi pemerintah berkaitan dengan hak publik atas informasi lingkungan hidup.
Berangkat dari diskusi-diskusi kecil, beberapa aktivis lembaga swadaya
masyarakat pada awal masa-masa reformasi membentuk Koalisi Masyarakat Sipil untuk
Kebebasan Memperoleh Informasi Publik. Gagasan akan kebebasan masyarakat untuk
memperoleh informasi publik perlu dijamin karena merupakan bagian tidak terpisahkan
dari penataan dan reformasi di berbagai sektor kehidupan, serta kebebasan mengakses
informasi merupakan syarat bagi penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik menjadi
dasar gagasan yang dituangkan dalam naskah RUU Kebebasan Memperoleh Informasi
Publik (KMIP).
Pada Program Pembangunan Nasional 2000 - 2005, pentingnya RUU KMIP mulai
disinggung. Oleh karena Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat sudah menyadari
pentingnya keterbukaan informasi, Koalisi mulai mengkomunikasikan RUU KMIP secara
resmi ke DPR pada Agustus 2000. Pada Maret 2002 DPR menyetujui RUU KMIP
sebagai RUU usul inisiatif.
Bersamaan dengan masuknya draf RUU versi DPR, Pemerintah membuat draf
tandingan. Namun pembahasan draf usulan tersebut gagal dirampungkan karena Presiden
Megawati Soekarnoputri tidak mengeluarkan Amanat Presiden (Ampres) yang menunjuk
wakil Pemerintah untuk membahas RUU KMIP. Yang terjadi kemudian adalah masuknya
RUU Rahasia Negara. Ampres pembahasan RUU KMIP baru keluar pada 19 Oktober
2005 pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sejak saat itu proses pembahasan terus bergulir. Beberapa substansi penting
menjadi perdebatan antara Pemerintah dan DPR. Pro dan kontra pandangan di luar proses
pembahasan juga mencuat
karena Koalisi terus memantau proses pembahasan. Perbedaan pandangan tidak
hanya mengenai materi muatan, tetapi juga terhadap judul. Pemerintah tidak menyetujui
kata “kebebasan” dipakai sebagai judul undang-undang. Setelah melalui kompromi, judul
RUU berubah dari Kebebasan Memperoleh Informasi Publik menjadi Keterbukaan
Informasi Publik (KIP).
Salah satu materi muatan yang paling banyak menyedot waktu, tenaga, dan
pemikiran adalah masuknya badan usaha milik negara (BUMN) atau milik daerah
(BUMD) sebagai badan publik. Pemerintah tidak setuju sama sekali pada pandangan
Koalisi. Akhirnya dicapai kompromi, definisi badan publik menjadi sangat luas. Selain
BUMN/BUMD, partai politik dan organisasi-organisasi nonpemerintah pun termasuk
badan publik.
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ditandatangani Presiden dan
diundangkan pada 30 April 2008, tetapi baru berlaku dua tahun kemudian. Berarti seluruh
materi UU KIP mulai berlaku sejak 1 Mei 2010. Sebelum UU ini berlaku, Pemerintah
sudah harus membentuk Komisi Informasi dan dua Peraturan Pemerintah, yaitu Peraturan
Pemerintah tentang Pembayaran Ganti Rugi oleh Badan Publik, dan Peraturan
Pemerintah tentang Jangka Waktu Pengecualian Informasi (Retensi). Selain itu, UU KIP
juga harus memberikan kewenangan pada Komisi Informasi untuk membuat petunjuk
teknis pelaksanaan UU KIP.

H. Contoh Kasus Pelanggaran UU KIP

Ini Kasus Pertama Tindak Pidana Keterbukaan Informasi


TRIBUNLAMPUNG.co.id - Dua komisioner Komisi Informasi (KI) Lampung, Juniardi
(Ketua) dan Ahmad Haryono (Wakil Ketua) dimintai keterangan terkait dugaan tindak pidana
Keterbukaan Informasi Publik, pada Senin (18/2/2013).

"Pemeriksaan ini terkait dugaan tindak pidana Badan Publik yang dengan sengaja tidak
menyediakan, tidak memberikan, dan/atau tidak menerbitkan Informasi Publik berupa Informasi
Publik secara berkala, Informasi Publik yang wajib diumumkan secara serta merta, Informasi
Publik yang wajib tersedia setiap saat, dan/atau Informasi Publik yang harus diberikan atas dasar
permintaan sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (UU KIP), dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain sebagaimana dimaksud dalam
pasal 52 Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU
KIP)," papar Juniardi.

Pemeriksaan sebagai saksi ini terkait LSM Tiem 99 yang melaporkan Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Bandarlampung ke Polda Lampung dengan bukti laporan
polisi nomor : LP/B-026/I/2013/LPG/SPKT. BKD Kota Bandar Lampung dianggap tidak
mematuhi perintah UU No 14 Tahun 2008, tentang keterbukaan informasi publik.

Menurut Juniardi, kasus pengaduan tindak pidana ini merupakan kasus pertama laporan
tindak pidana keterbukaan informasi publik yang terjadi di Lampung. Dirinya berharap, hal ini
menjadi preseden dan pembelajaran bagi Badan Publik agar melakukan upaya antisipasi.

"Hal seperti ini bisa diantisipasi. Penuhi kewajiban Badan Publik sebagaimana yang ada
dalam UU KIP," ujar dia. Alumni Magister Hukum Unila ini menilai bahwa saat ini masyarakat
sudah mulai kritis dan berupaya menggunakan UU KIP sebagai sarana untuk mengakses
informasi publik.

"Seharusnya hal ini mulai disadari oleh Badan Publik. Kultur ketertutupan birokrasi
harusnya sudah mulai harus dikikis," ujar Juniardi. Pimpinan Badan Publik, lanjutnya, harus
berkomitmen penuh dan menjadi leader bagi keterbukaan informasi di instansinya. (Wakos)

Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Ini Kasus Pertama Tindak
Pidana Keterbukaan Informasi, http://lampung.tribunnews.com/2013/02/18/ini-kasus-pertama-
tindak-pidana-keterbukaan-informasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lahirnya Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik disingkat UU KIP yang diterapkan pada tahun 2010, dilatarbelakangi dari
bergulirnya reformasi dalam negara dan adanya tuntutan tata kelola kepemerintahan yang
baik (Good Governance) yang mensyaratkan adanya akuntabilitas, transparansi dan
partisipasi masyarakat dalam setiap proses terjadinya kebijakan publik.Selain itu
didorong keinginan terwujudnya reformasi birokrasi (open government), masing-masing
pemimpin harus memberikan pelayanan yang baik, karena selama ini sistem dan kultur
birokrasi dibuat untuk lambat.
Undang-Undang No. 14 tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik adalah
salah satu produk hukum Indonesia yang dikeluarkan dalam tahun 2008 dan diundangkan
pada tanggal 30 April 2008 dan mulai berlaku dua tahun setelah diundangkan. Undang-
undang yang terdiri dari 64 pasal ini pada intinya memberikan kewajiban kepada
setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk
mendapatkan informasi publik, kecuali beberapa informasi tertentu.
Tujuan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
disingkat UU KIP dibuat adalah sebagai berikut:
a) Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan
publik, program kebijakan publik, dan program pengambilan keputusan publik,
serta alasan pengambilan suatu keputusan publik.
b) Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
kebijakan publik.
c) Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan
pengelolaan Badan Publik yang baik. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang
baik, yaitu transparan, efektif dan efisien, akuntabel, serta dapat
dipertanggungjawabkan.
d) Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi kehidupan orang
banyak.
e) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
f) Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik
untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
Era keterbukaan yang mengiringi Reformasi 1998 semakin menimbulkan
kesadaran akan terbukanya akses informasi dari berbagai kalangan. Secara khusus,
keterbukaan akses menuju informasi publik diperlukan oleh mereka yang berkecimpung
dalam bidang lingkungan, gerakan antikorupsi, hak asasi manusia, dan pers yang sering
mengalami kesulitan dalam mengakses berbagai informasi dari lembaga pemerintah,
dengan dalih rahasia negara.
Tiga isu besar yang mendorong lahirnya kesadaran atas kebutuhan informasi
adalah upaya pemberantasan korupsi, penegakan hak asasi manusia, dan tata kelola
pemerintah yang baik (good governance). Salah satu kasus riil yang memicu kesadaran
itu adalah gugatan Wahana Lingkungan Hidup terhadap Inti Indorayon Utama dan lima
instansi pemerintah berkaitan dengan hak publik atas informasi lingkungan hidup.
Berangkat dari diskusi-diskusi kecil, beberapa aktivis lembaga swadaya
masyarakat pada awal masa-masa reformasi membentuk Koalisi Masyarakat Sipil untuk
Kebebasan Memperoleh Informasi Publik. Gagasan akan kebebasan masyarakat untuk
memperoleh informasi publik perlu dijamin karena merupakan bagian tidak terpisahkan
dari penataan dan reformasi di berbagai sektor kehidupan, serta kebebasan mengakses
informasi merupakan syarat bagi penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik menjadi
dasar gagasan yang dituangkan dalam naskah RUU Kebebasan Memperoleh Informasi
Publik (KMIP).
Pada Program Pembangunan Nasional 2000 - 2005, pentingnya RUU KMIP mulai
disinggung. Oleh karena Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat sudah menyadari
pentingnya keterbukaan informasi, Koalisi mulai mengkomunikasikan RUU KMIP secara
resmi ke DPR pada Agustus 2000. Pada Maret 2002 DPR menyetujui RUU KMIP
sebagai RUU usul inisiatif.
Bersamaan dengan masuknya draf RUU versi DPR, Pemerintah membuat draf
tandingan. Namun pembahasan draf usulan tersebut gagal dirampungkan karena Presiden
Megawati Soekarnoputri tidak mengeluarkan Amanat Presiden (Ampres) yang menunjuk
wakil Pemerintah untuk membahas RUU KMIP. Yang terjadi kemudian adalah masuknya
RUU Rahasia Negara. Ampres pembahasan RUU KMIP baru keluar pada 19 Oktober
2005 pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sejak saat itu proses pembahasan terus bergulir. Beberapa substansi penting
menjadi perdebatan antara Pemerintah dan DPR. Pro dan kontra pandangan di luar proses
pembahasan juga mencuat
karena Koalisi terus memantau proses pembahasan. Perbedaan pandangan tidak
hanya mengenai materi muatan, tetapi juga terhadap judul. Pemerintah tidak menyetujui
kata “kebebasan” dipakai sebagai judul undang-undang. Setelah melalui kompromi, judul
RUU berubah dari Kebebasan Memperoleh Informasi Publik menjadi Keterbukaan
Informasi Publik (KIP).
Salah satu materi muatan yang paling banyak menyedot waktu, tenaga, dan
pemikiran adalah masuknya badan usaha milik negara (BUMN) atau milik daerah
(BUMD) sebagai badan publik. Pemerintah tidak setuju sama sekali pada pandangan
Koalisi. Akhirnya dicapai kompromi, definisi badan publik menjadi sangat luas. Selain
BUMN/BUMD, partai politik dan organisasi-organisasi nonpemerintah pun termasuk
badan publik.
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ditandatangani Presiden dan
diundangkan pada 30 April 2008, tetapi baru berlaku dua tahun kemudian. Berarti seluruh
materi UU KIP mulai berlaku sejak 1 Mei 2010. Sebelum UU ini berlaku, Pemerintah
sudah harus membentuk Komisi Informasi dan dua Peraturan Pemerintah, yaitu Peraturan
Pemerintah tentang Pembayaran Ganti Rugi oleh Badan Publik, dan Peraturan
Pemerintah tentang Jangka Waktu Pengecualian Informasi (Retensi). Selain itu, UU KIP
juga harus memberikan kewenangan pada Komisi Informasi untuk membuat petunjuk
teknis pelaksanaan UU KIP.
B. Saran
Sebaiknya pemerintah dan jajarannyaa lebih gencar lagi dalam mensosialisasikan
UU KIP kepada semua bagiannya di seluruh Indonesia dan kepada masyarakat, karena
belum semua badan publik maupun masyarakat melek terhadap UU KIP.
DAFTAR PUSTAKA

Situs Resmi Komisi Informasi - https://www.komisiinformasi.go.id/ diakses tanggal 11


November 2018 pukul 21:53 WITA

UU no. 14 tahun 2008 Keterbukaan Informasi Publik -


http://www.esdm.go.id/prokum/uu/2008/uu-14-2008.pdf diakses tanggal 11 November
2018 pukul 21:54 WITA

PP no. 61 tahun 2010 Pelaksanaan UU no. 14 tahun 2008 -


http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/PP%20No%2061%20Tahun%202010.pdf
diakses tanggal 11 November 2018 pukul 21:56 WITA

Peraturan Komisi Informasi no. 1 tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik -
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Perkip%20No%201%20Tahun%202010.p
df diakses tanggal 11 November 2018 pukul 21:58 WITA

Buku Saku mengenai UU Keterbukaan Informasi Publik -


http://www.slideshare.net/LBHMasyarakat/buku-saku-mengenal-uu-keterbukaan-
informasi-publik diakses tanggal 11 November 2018 pukul 21:59 WITA

http://leuwiliang-bogor.blogspot.com/2009/12/undang-undang-republik-indonesia-no-
14.html?m=1 diakses tanggal 13 November 2018 pukul 13:40 WITA

https://www.suryaden.com/kebebasan-berekspresi-internet/keterbukaan-informasi-publik diakses
tanggal 13 November 2018 pukul 13:49 WITA

http://lampung.tribunnews.com/2013/02/18/ini-kasus-pertama-tindak-pidana-keterbukaan-
informasi diakses tanggal 13 November 2018 pukul 14:53 WITA

Anda mungkin juga menyukai