Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

TAKE HOME
HUKUM HAK ASASI MANUSIA LANJUTAN

FAJUKTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
SOAL
Hukum HAM Lanjutan
Dr. Jimmy Z. Usfunan, SH.MH
Budaya dan Masyarakat (3)
Tutorial 3: Lingkungan

Discussion Task (1):


Jalur Hijau Beberapa kawasan yang ditentukan oleh pemerintah daerah dengan peraturan
daerah (PERDA) sebagai kawasan jalur hijau seharusnya tidak boleh dibangun baik untuk
perumahan maupun untuk penunjang sektor ekonomi lainnya. Faktanya, tanah di sepanjang
jalur hijau tersebut merupakan tanah-tanah hak milik penduduk setempat yang setiap tahun
harus dibayar pajak bumi dan bangunannya. Selain tanah milik penduduk, ada pula tanah desa
dan bangunan pura di jalur hijau tersebut. Desa pakraman juga dipandang memiliki hak
komunal untuk mendirikan berbagai jenis bangunan adat, seperti misalnya bale wantilan, di
atas tanah desa yang telah ditetapkan sebagai jalur hijau. Diskusikan apakah penetapan jalur
hijau oleh pemerintah daerah tersebut dapat dipandang sebagai suatu pelanggaran HAM?

Literatur
a.Wajib
 -International Covenant on Economic, Social and Culture Rights, telah diratifikasi
melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005
 -FAO Voluntary guideline to support the progressive realization of the right to
adequate food in the context of national food security, Adopted by the 127th Session
of the FAO Council November 2004
 -General comment No. 4 of the Committee on Economic, Social and Cultural Rights
(1991) concerning the Right to Adequate Housing
 -General comment No. 7 of the Committee on Economic, Social and Cultural Rights
(1997) concerning the Right to Forced Evictions
 -General comment No. 12 of the Committee on Economic, Social and Cultural Rights
E/C.12/1999/5 (1999) concerning the Right to Adequate Food
 -General comment No. 21 of the Committee on Economic, Social and Cultural Rights
E/C.12/GC/21 (2009) concerning the Right of Everyone to Take Part in Cultural Life
 -Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 -Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA )
 -Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
 -Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
b.Penunjang
 -Aslan Noor, Konsep Hak Milik Atas Tanah Bagi Bangsa Indonesia Ditinjau Dari
Ajaran Hak Asasi Manusia, Mandar Maju, 2006.
 -Kleden, Marianus, Hak Asasi Manusia, dalam Masyarakat Komunal: Kajian atas
Konsep HAM dalam Teks-Teks Adat Lamaholot dan Relevansinya terhadap HAM
dalam UUD 1945. Lamalera dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Yogyakarta,
2008.
Jawaban:
Dapat dikatakan sebagai suatu pelanggaran HAM, karena tidak memberikan ruang
kepada warga desa pakraman sebagai fungsi social seperti mendirikan bebagai jenis bangunan
bale wantilan dan bangunan pura. Bahwa Tanah-tanah adat sebagai tanah ulayat di Bali
merupakan tanah bersama yang dikuasai dan dimiliki oleh desa adat secara komunal.
Dengan penetapan jalur hijau oleh pemerintah daerah, bahwa fakta yang telah terlihat
sepanjang jalur hijau merupakan tanah bersama yang dikuasai dan dimiliki oleh desa adat
secara komunal, hal tersebut tertuang pada pasal 20 ayat (1) undang-undang no. 5 tahun 1960
tentang Peraturan dasar pokok-pokok agrarian yang menyatakan bahwa:
“Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang
atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6”.
Tanah adat Bali sesuai dengan ketentuan konvensi dari UUPA tercantum dalam pasal
II dengan sebutan “Hak-hak atas tanah yang memberi wewenang dalam pasal 20 ayat 1 seperti
yang disebut, yang ada pada mulai berlakunya Undang-undang ini, yaitu hak atas druwe desa”.
Namun di Bali tanah-tanah adat lebih dikenal dengan nama “tanah druwe desa” yang artinya
tanah-tanah kepunyaan desa adat. Tanah druwe desa terdiri dari tanah desa, tanah laba desa,
tanah pekarangan desa, dan tanah ayahan desa.
Pemanfaatan tanah adat yang dimilik desa pakraman menimbulkan tiga bentuk fungsi
dari tanah tersebut yaitu berfungsi ekonomi, berfungsi sosial, dan berfungsi keagamaan.
Ketentuan fungsi social yang dimiliki desa pakraman tertuang pada pasal 6 undang-
undang no. 5 tahun 1960 tentang Peraturan dasar pokok-pokok agrarian yang menyatakan
bahwa:
“Semua hak atas tanah mempunyai fungsi social”
Pada hakekatnya fungsi social ini merupakan suatu yang dimiliki bersama untuk kepentingan
bersama atau umum, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang
mempunyainya maupun bermanfaat pula bagi masyarakat.
Jadi, setiap orang maupun seluruh warga desa pakraman sebenarnya mempunya hak dan
kewenangan penuh terhadap tanahnya tersebut, untuk dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk
kepentingan bersama yang memiliki fungsi social. Sehingga ketentuan peraturan daerah
sebagai kawasan jalur hijau dapat memberikan ruang kepada masyarakat desa pakraman untuk
dapat memanfaatkan fasilitas untuk kepentingan sosialnya, dah penetapan jalur hijau oleh
pemerintah daerah tersebut sudah sebagai suatu pelanggaran HAM.

Anda mungkin juga menyukai