Anda di halaman 1dari 6

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN NON STERIL

PRAKTIKUM I : EMULSI

Ni Nyoman Jenrey Sarvesa Indrayani

Kelompok IV

171200219

A2C FARMASI KLINIS

TANGGAL PRAKTIKUM : 03 OKTOBER 2019

DOSEN PENGAMPU : I Gusti Ngurah Agung Windra Wartana Putra,S.Farm.,M.Sc.,Apt

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN

MEDIKA PERSADA BALI

DENPASAR

2019
EMULSI

A. Tujuan
Mengetahui dan menguasai pembuatan sediaan suspense
B. Dasar Teori
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan
penambahan zat ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent).
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi
adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau
emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut (Depkes
RI. 1995).
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Komponen dasar
Adalah pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi. Terdiri dari:
a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinue Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi
butiran kecil ke dalam zat cair lain.
b. Fase kontinue/ fase exsternal/ fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi
sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
c. Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2. Komponen tambahan
Corigen saporis, corigen odoris, corigen colouris, preservative, anti oksidan. (Anonim,
2009).
Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air)Adalah emulsi yang
terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase
internaldan air sebagai fase external.
2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak)Adalah emulsi yang terdiri
dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak
sebagai fase external.

Pembuatan emulsi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :


a. Metode gom basah (metode Inggris)
Dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambahkan minyak sedikit demi
sedikit dengan diaduk cepat.
b. Metode gom kering
Korpus emulsi dibuat dengan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom,
sselanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan. Metode ini juga disebut metode 4:2:1.
c. Metode HLB
Untuk memperoleh efisiensi emulgator perlu diperhatikan sifat-sifat dari emulgator
untuk tipe sistem yang dipilih (Anief, 2007).

Uji Kualitas sediaan emulsi dapat dibagi menjadi 4 yaitu sebgai berikut :
1. Uji Kestabilan
A. Kestabilan Fisika
Beberapa hal yang dapat menyebabkan ketidakstabilan emulsi secara fisika diantaranya:
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming
bersifat reversible artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi
kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya
irreversible( tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena :
a. Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan
CaO/CaCl2 exicatus.
b. Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan,
pengadukan.
3. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipeemulsi w/o
menjadi o/w atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.
B. Kestabilan Kimia
Dalam suatu sistem emulsi, zataktif serta zat-zat tambahan yang digunakan harus
tercampurkan secara kimia. Sebagai contoh, penambahan alkoholdapat menyebabkan
emulsi dengan koloid hidrofilik mengalami pengendapansedangkan perubahan pH yang
drastis dapat mengakibatkan pecahnya emulsi.
C. Kestabilan Biologi
Kontaminasi emulsi oleh mikroorganisme dapat mempengaruhi sifat fisikokimia
sediaan, seperti perubahan warna dan bau, perubahan pH, hidrolisislemak dan minyak,
serta pecahnya emulsi. Oleh karena itu, perlu penambahan zat pengawet antimikroba
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Aulton,1988; Gennaro, 1990).
2. Uji Organoleptik
Sifat organoleptik dapat dievaluasi dari keseragaman bau, warna, kontaminasi
oleh benda asing (seperti rambut, tetesan minyak, dan kotoran), serta penampilan
dievaluasi secara visual.
3. Uji Viskositas
Dilakukan menggunakan Viskometer brookfield. Sediaan disimpan dalamwadah
lalu spindel diturunkan kedalam sediaan hingga batas yang ditentukan, kemudian
kecepatan diatur. Nilai viskositasnya digunakan untuk menghitung tekanan geser
(dyne/cm2). Tekanan geser dan kecepatan geser (rpm).
4. Uji pH
Dapat menggunakan pH meter pada suhu ruang. Pertama-tama elektroda
dikalibrasi dengan dapar standar pH 4 dan pH 7. Kemudian elektroda dicelupkan
kedalam sediaan hingga nilai pH muncul (Depkes RI, 1995).

Faktor- faktor yang mempengaruhi stabilnya emulsi adalah:


a. Ukuran partikel
b. Viskositas
c. Rasio fase volume
d. Muatan listrik pada lapisan ganda listrik

C. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Cawan porselen 1. Minyak ikan 20 ml
2. Blender 2. Air 10 ml
3. Sudip 3. PGA 5 ml
4. Mortir dan stamper 4. Sirup simplex 20 %
5. Gelas ukur 5. Aquadest Ad 100 ml
6. Beaker glass
7. Batang pengaduk
8. Aquadest
D. Pemerian Bahan
1. Minyak ikan (Oleum Iecoris)
Pemerian : Cairan, Kuning pucat, bau khas, agak manis, tidak tengik, rasa
khas.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam klorofrom P,
dalam eter P, dan dalam eter minyak tanah P.
Khasiat : Sumber vitamin A dan D
Penyimpanan :
2. Air
Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kelarutan :
Khasiat :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. PGA (Pulvis Gummi Acaciae)
Pemerian : Serbuk, putih atau putih kekuningan, tidak berbau.
Kelarutan : Larut hamper sempurna dalam air, tetapi sangat lambat,
meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah sangat sedikit,
dan memberikan cairan seperti musilago, tidak berwarna atau
kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah
terhadap kertas lakmus biru, praktis tidak larut dalam etanol dan
dalam eter
Khasiat :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Sirup simplex
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan :
Khasiat :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.
5. Aquadest (Aqua Destillata)
Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kelarutan :
Khasiat :
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

E. Cara kerja
1. Diambil, ditimbang bahan sesuai kebutuhan dan kalibrasi botol ad 100 ml.
2. Dimasukan PGA dan air untuk PGA kedalam mortir lalu gerus sampai terbentuk
mucilage.
3. Ditambahkan oleum iecoris sedikit demi sedikit dan tambahkan sisa air lalu gerus
sampai homogen.
4. Kemudian tambahkan sirup simplex sedikit demi sedikit gerus ad homogeny.
5. Campuran kemudian dimasukanke dalam botol dan ditambahkan air sampai batas
kalibrasi, lalu tutup botol.

F. Perhitungan Bahan
Oleum Iecoris : 20 ml
Air : 10 ml
PGA : 5 ml 5 gr
Air untuk PGA : 1,5 x 5 = 7,5 ml 8 ml
Sisa air : 10 ml – 8 ml = 2 ml
Sirup simplex : 20/100 x 100 = 20 ml
Aquades : ad 100 ml

Daftar Pustaka

Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anonim. 2009. Ilmu Resep Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Aulton, M. E., 1988,Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design,London: Churchill


Livingstone

Depkes RI. 1995. “Farmakope Indonesia Edisi IV”. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Depkes RI. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi IIIa”. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

Gennaro, A. R., 1990,Remington’s Pharmaceutical Science, Volume 2, Easton,Pennsylvania:


Mack Publishing Company

Anda mungkin juga menyukai