Anda di halaman 1dari 16

EKSPANSI KEKUATAN EKONOMI CINA MENUJU NEGARA ADIDAYA :

KEBIJAKAN LUAR NEGERI CINA DALAM KELOMPOK KERJA SAMA BRICS


MAKALAH Disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Politik dan Pemerintahan Asia Timur Dosen pengampu : Adi Joko Purwanto, S.IP., M.A.

Disusun Oleh : Mita Devi Ayu Hafsari 102020113

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wahid Hasyim Semarang 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan keadaan dunia semakin tidak terprediksi. Tingginya laju pertumbuhan penduduk, peningkatan kebutuhan hidup, dan tuntutan ekonomi mendorong manusia semakin berkompetisi untuk mempertahankan diri. Kondisi ini juga berlaku pada negara-negara di dunia. Mereka pun berlomba-lomba menunjukkan eksistensi masing-masing dengan beragam cara. Tetapi satu cara yang belakangan paling banyak digunakan adalah melalui pembentukan gugus-gugus kerja sama demi mempertahankan diri. Sementara ide isolasi yang dulu sempat marak dipergunakan, sudah lewat masa kejayaannya. Melalui bentuk kerja sama ini, negara diharapkan akan lebih mampu untuk memenuhi kebutuhannya dan memperkuat nilai tawarnya di mata dunia. Ide kerja sama ini juga dipergunakan oleh 4 negara pra-industri dunia, yaitu Brazil, Rusia, India, dan Cina dengan membentuk BRIC. Istilah BRIC pertama kali digunakan pada 2001 oleh Dominic Wilson dari Goldman Sachs, perusahaan Amerika yang bergerak dalam perbankan investasi global dan sekuritas, yang mengacu pada keempat negara di atas karena pertumbuhan ekonominya yang pesat sekali. Menurut perkiraan Goldman Sachs, keempat negara ini akan melampaui Amerika Serikat pada 2018. Empat negara BRIC dibedakan dari sejumlah pasar negara berkembang lainnya karena cukup menjanjikan dengan potensi demografi dan ekonomi mereka yang menentukan peringkat di antara negara terbesar dan paling berpengaruh di dunia pada abad ke-21 (dan dengan memiliki kesempatan yang masuk akal untuk mewujudkan potensi itu). Bersamasama, empat negara BRIC yang berjumlah lebih dari 2,8 miliar orang atau 40 persen dari populasi dunia serta mencakup lebih dari seperempat luas daratan dunia selama tiga benua, dan pendapatan lebih dari 25 persen dari PDB global menjadi kekuatan utama bagi keempat negara ini untuk mampu menjadi pemimpin dunia di masa yang akan datang. Selama hampir satu dekade, negara anggota BRIC mencatat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa: antara tahun 2003 sampai 2008, ekonomi di Brazil, Rusia, Cina, India dan Afrika Selatan rata-rata tumbuh delapan persen per tahun. Saat krisis keuangan melanda dunia, negara anggota BRIC yang tampil mendongkrak perekonomian global dan mencegah dunia terpuruk ke dalam depresi ekonomi. Mungkin hal ini pula yang mendorong Afrika

Selatan untuk bergabung bersama keempat negara tersebut dan membentuk BRICS (Brazil, Russia, India, Cina, South Africa) pada KTT BRICS di Sanya, Cina, tahun 2011. Catatan statistik global 2011, BRIC secara GDP, wilayah maupun populasi tercatat mencapai US $ 13,316 milyar yang mencakup sekitar 40 juta kilometer area dengan total populasi sekitar 2,9 milyar manusia atau 40 persen dari total populasi dunia dan 19 persen ekonomi dunia. Dengan latar belakang itulah BRICS mempunyai modal besar dalam pertumbuhan ekonomi global. Mekanisme BRICS bertujuan untuk mencapai perdamaian, keamanan, pembangunan, dan kerjasama. Hal ini merupakan usaha untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan kemanusiaan dan membangun dunia yang lebih adil. Anggota BRIC memiliki latar belakang sistem sosial dan ideologi yang berbeda. Tetapi karena kepentingan saling percaya dan menghormati, mereka memiliki pandangan yang sama tentang bagaimana cara untuk mengatasi masalah mendesak terkait perkembangan global. Kelima negara berkembang tersebut memiliki potensi besar dalam menjaga stabilitas perekonomian dari dampak buruk krisis Amerika dan Eropa, membantu membawa perubahan kuantitatif di seluruh dunia dan memainkan peran penting dalam dialog antara G20 dan G7. Negara-negara anggota BRICS berusaha menciptakan lingkungan internasional yang damai, dan mempromosikan demokrasi serta kesetaraan dalam hubungan internasional, yang bertentangan dengan mentalitas Perang Dingin yang konfrontatif. Lima anggota negara BRICS berharap untuk membangun tatanan dunia yang lebih adil secara ekonomi dan keuangan global, yang sampai saat ini masih didominasi oleh negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat dengan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia-nya. Selain itu, sasaran strategis kelompok BRIC adalah untuk membangun keseimbangan dunia yang demokratis dalam sistem dunia yang multipolar, pembangunan yang berkeadilan dan memastikan bahwa PBB memainkan peran sentral dalam urusan dunia. Cina dan Rusia merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Dan jika India, Brazil atau Afrika Selatan berhasil mendapatkan kursi Dewan Keamanan permanen, lebih lanjut akan meningkatkan status BRICS dalam pengaruh global. BRICS berkomitmen untuk memperkuat kemitraan pembangunan umum pada prinsip inklusivitas, solidaritas, dan saling membantu. Mereka akan memperdalam kerjasama tidak hanya dengan negara-negara berkembang lainnya, tetapi juga organisasi-organisasi regional dan internasional. Cina, dalam posisi kerja sama BRICS memiliki peran strategis dan bisa dibilang paling potensial, mengingat negara ini diprediksi akan mengalahkan negara adidaya Amerika Serikat di tahun 2050 nanti. Sudah bukan menjadi rahasia bahwa BRICS ini sendiri tentu menjadi salah satu upaya Cina untuk mencapai tujuan tersebut di samping kerja sama lain 3

yang dilakukannya pula untuk memperkuat posisi tawarnya di dunia, misalnya dengan menjalin CAFTA di kawasan Asia Tenggara. Dalam rangka mewujudkan tujuannya sebagai negara yang berkuasa di dunia, tentu Cina memiliki kebijakan-kebijakan yang diambil sebagai strategi taktis. Baik kebijakan dalam negeri maupun kebijakan luar negeri, keduanya samasama memiliki peran penting dalam upaya pencapaian national interest Cina. Namun mengingat saat ini Cina sedang gencar melakukan ekspansi-ekspansi ke luar negara, khususnya di BRICS, maka pembahasan lebih lanjut mengenai kebijakan luar negeri Cina dalam pola kerja sama BRICS akan menjadi kajian yang menarik. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang diambil adalah : Bagaimana kebijakan luar negeri Cina dalam kerjasama BRIC? C. KERANGKA KONSEPTUAL Dalam menganalisa rumusan masalah tersebut, digunakan beberapa kerangka konseptual, yaitu : 1. Kepentingan Nasional Kepentingan nasional merupakan konsep yang paling populer dalam analisa hubungan internasional, baik untuk mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan, maupun menganjurkan perilaku internasional. Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku suatu negara. Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum tetapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan sangat vital bagi negara. Unsur tersebut mencakup kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan militer dan kesejahteraan ekonomi sehingga perlu suatu usaha untukmemperoleh kepentingan tersebut. Kepentingan nasional memberikan ukuran konsistensi yang diperlukan dalam kebijakan nasional. Suatu negara sangat memperhatikan kepentingan nasionalnya dalam situasi yang sangat cepat berubah, akan lebih cenderung untuk mempertahankan keseimbangannya dan selalu melanjutkan usaha ke arah tujuannya dari pada mengubah kepentingannya dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru di lingkungan sekitarnya. Kepentingan nasional dapat diartikan sebagai konsepsi yang sangat umum yang merupakan unsur timbulnya kebutuhan penting untuk Negara, hal ini merupakan justifikasi yang akhirnya dikeluarkan para praktisi hubungan internasional (Coulumbis dan Wolfe, 1999: 107). Tujuan mendasar serta faktor yang paling menentukan bagi para pembuat keputusan dalam merumuskan dalam politik luar negeri adalah inti dari kepentingan nasional. Kepentingan nasional dapat juga diartikan sebagai kepentingan Negara untuk melindungi 4

territorial dan kedaulatan Negaranya. Jika menggunakan pendekatan realisme akan kepentingan nasional dapat diartikan sebagai kepentingan Negara sebagai unitary aktor yang penekanannya pada peningkatan national power (kekuasaan nasional) untuk mempertahankan keamanan nasional dan survival dari Negara tersebut (Jemadu, 2008: 67-68). 2. Kebijakan Luar Negeri Pengertian dasar yang patut disimak dalam pemahaman politik luar negeri action theory atau kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan pada negara lain untuk mencapai kepentingan tertentu. Salah satu cara mudah untuk memahami konsep politik luar negeri adalah memisahkan unsur politik dan luar negeri. Politik adalah seperangkat keputusan yang menjadi pedoman dalam bertindak, sedangkan konsep luar negeri berkaitan dengan kedaulatan dan wilayah suatu negara terhadap negara lain. Henry Kissinger, seorang akademisi sekaligus praktisi politik luar negeri AS mengutarakan bahwa foreign policy begins when domestic policy ends. Dengan kata lain, studi politik luar negeri merupakan intersection antara aspek-aspek domestik dan internasional suatu negara. Definisi dari kebijakan (politik) luar negeri sendiri terambil dari pemikiran Rosenau yakni upaya negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitas untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternal. Tujuan dari pembentukan kebijakan luar negeri pada dasarnya untuk mencapai perdamaian, keamanan, dan kekuasaan. Untuk lebih jelasnya, K.J Holsti memberikan tiga kriteria untuk mengklasifikasikan tujuan politik luar ngeri, yaitu: a. nilai (values) yang menjadi tujuan para pembuat keputusan b. jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan c. tipe tuntutan yang diajukan suatu negara kepada negara lain Sedangkan konsep mudah dalam menjelaskan hubungan suatu negara dengan situasi di luar negaranya, yaitu : 1) kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan orientasi (a cluster of orientation). Politik luar negeri dijadikan landasan dasar bagi kelangsungan hidup suatu negara. Orientasi ini mencakup sikap, perspesi, nilai yang dijabarkan dari pengalaman sejarah atau keadaan strategis negara. 2) politik luar negeri sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak. Dalam hal ini, kebijakan luar negeri berupa rencana dan komitmen konkrit yang dikembangkan oleh para pembuat keputusan untuk menjaa stabilitas lingkungan eksternal

3) kebijakan luar negeri dipandang sebagai bentuk perilaku atau aksi. Pada tingkat ini, kebijakan luar negeri lebih bersifat empiris yang disertai dengan langkah-langkah konkrit para pembuat keputusan. BAB II PEMBAHASAN A. POSISI STRATEGIS CINA DALAM KERJA SAMA BRICS Setelah 15 tahun negosiasi yang seringkali alot, masuknya Cina secara resmi ke WTO pada 11 Desember 2001 menandai masuknya negara ini secara total ke dalam ekonomi global dan pengakuan atas negara tersebut sebagai adidaya ekonomi. Selama beberapa dekade, para pengamat telah meramalkan bahwa Cina akan tampil sebagai adidaya, tetapi setelah perang saudara Cina dan negara tersebut diambil alih oleh komunis, Cina gagal memenuhi potensi ekonominya. Cina sudah berdiri di ambang negara superpower di bidang ekonomi dan sedang melakukan revolusionisasi upah buruh relatif, barang modal, dan aset dengan cara yang sangat cepat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Integrasi Cina ke dalam ekonomi dunia telah menjadikan negara itu sebagai penerima utama investasi AS, Jepang, dan Eropa sebesar kurang lebih 1 miliar dollar AS setiap minggunya, sekaligus menjadi faktor yang terus tumbuh dalam perdagangan dunia. Dengan banyaknya buruh murah, Cina telah menjadi tujuan utama perusahaan trans-nasional Amerika dan Jepang yang ingin mengurangi biaya produksi dan menaikkan daya saing global. Ini berarti hilangnya lapangan kerja di Amerika dan di negara-negara lain karena banyak perusahaan memindahkan operasinya ke Cina. Di samping itu, defisit perdagangan AS yang terus meningkat dengan Cina menimbulkan kekhawatiran warga Amerika yang takut akan makin banyak pekerjanya lari ke Cina. Posisi Cina yang sudah mulai mengancam Amerika ini cukup mengambil perhatian dunia. Hal ini membuktikan bahwa kini Cina telah bangkit dan meunjukkan eksistensinya dalam persaingan global. Keadaaan strategis ini tidak disia-siakan oleh Cina yang lantas terus melakukan ekspansi dan memperbanyak jaringan kerja sama khususnya dengan beberapa negara yang dianggap potensial pula secara ekonomi di masa yang akan datang. Salah satunya dengan BRICS (Brazil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan) yang beranggotakan negara-negara dengan kemampuan ekonomi dan kependudukan yang bisa diharapkan. Pada tahun 2050 negara BRICS diramalkan oleh Goldman Sachs dalam laporan Global Economics Paper No. 99 October 2003 akan menjadi negara-negara yang super maju dibidang ekonomi sehingga menempati empat besar dari kelompok ekonomi enam 6

terbesar dunia pada saat itu. Saat ini negara yang mendominasi perekonomian dunia yaitu AS, Jepang, Jerman akan segera disusul oleh Can di posisi ke-4. Pada tahun 2050, sesuai dengan proyeksi, Cina akan memiliki PDB (Produk Domestik Bruto) lebih dari USD 50 triliun yang akan menempatkannya di posisi negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Sedangkan AS akan berada pada urutan ke-2, diikuti oleh India pada urutan ke-3. Sedangkan Jepang berada pada posisi ke-4 sedikit melebihi Brazil dan Rusia. Negara BRICS diramalkan akan mengalami kemajuan ekonomi, dikarenakan potensi perkembangan ekonomi yang sangat signifikan. Apabila diukur dari kenaikan PDB, Cina menunjukan peningkatan perekonomian yang luar biasa dalam kurun waktu 15 tahun. Meskipun negara ini tidak mempunyai sumber daya alam, namun pertumbuhan ekonominya pesat antara 7-10 persen, dan akan mendorong negara ini menjadi adidaya ekonomi global. Hal ini didukung oleh banyaknya produk-produk Cina yang diekspor ke pasaran dunia. Amerika sendiri telah dibanjiri produk-produk Cina yang cenderung lebih murah daripada produk dalam negerinya. Cina perlu meningkatkan kerjasama dengan kelompok BRICS, seperti halnya BRICS membutuhkan partisipasi Cina. Reformasi kebijakan Cina dalam 30 tahun terakhir telah mengubah pandangan dunia terhadap negara ini sebelumnya - Cina pada abad ke-21 benarbenar berbeda dari Cina lebih dari 30 tahun yang lalu. Dalam 10 tahun terakhir khususnya, Cina telah mencapai apa yang negara maju lakukan di beberapa dekade atau bahkan berabadabad. Produk domestik bruto ekonomi Cina telah meningkat dari kurang dari 10 triliun renminbi (RMB) RMB hinggan mencapai hampir 40tn ( 4TN; $ 6.3tn), naik dari posisi 6 ke nomor 2 di peringkat dunia. Perdagangan luar negeri telah meningkat dari kurang dari $ 500 miliar menjadi hampir $ 3,000 miliar, sekali lagi menempatkannya di posisi negara terbesar ke dua di dunia. Terlebih lagi, Cina telah mengubah dirinya dari negara yang harus mengimpor modal, teknologi dan tenaga ahli dari luar negeri menjadi negara yang mengekspor modal dan manufaktur, semakin memperkuat pengaruh negara ini di arena internasional. Tantangan Cina Besarnya pengaruh Cina di lingkungan global turut berbanding lurus dengan perannya dalam BRICS. Namun, Cina juga menghadapi kesulitan dalam perkembangannya: apresiasi mata uang Cina, renminbi, terlalu cepat, ekspor yang tidak sehat, ketergantungan pada impor minyak terlalu tinggi, dan populasi terlalu besar. Ada masalah struktural dalam menemukan orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat, dan tekanan pengangguran akut. Harga 7

perumahan yang tinggi yang diperparah oleh inflasi yang tinggi, dan pasar saham volatile. Tantangan lingkungan di Cina juga cukup serius. Namun Cina masih dipercaya akan mampu memecahkan masalah ini. Cina memiliki keunggulan khusus, seperti sumber daya manusia dalam jumlah besar yang kian meningkat kualitasnya, lahan kosong dan sumber daya alam berteknologi tinggi lainnya, serta pasar konsumen internal yang besar. Selain itu, Cina terus mengejar kebijakan luar negeri saling menguntungkan, dan memelihara kerjasama ekonomi dan politik yang baik dengan negara-negara lain, termasuk negara maju, dan, terutama, dengan tetangga Cina. Pengaruh Cina di dunia ini memperkuat perannya dalam kelompok BRICS semakin besar. Prospek cerah BRICS Negara anggota BRICS yang lain juga mengalami perkembangan yang pesat juga. Pertumbuhan PDB tahunan India lebih dari 6,5%. Rusia bangkit setelah masa terguncang. PDB Brazil memimpin Amerika Selatan, dan Afrika Selatan setelah bergabung dengan grup, BRICS sekarang bahkan lebih representatif secara global. Sekitar 42% dari populasi dunia, dan 30% dari wilayah dunia, berada di negara-negara BRICS. Diharapkan pada tahun 2015, PDB BRICS akan mencapai 22% dari total global. Dengan perkembangan kekuatan ekonomi mereka, BRICS ditakdirkan untuk memainkan peran lebih besar di panggung internasional. B. KEBIJAKAN LUAR NEGERI CINA DALAM BRICS Sebelumnya, gagasan kebijakan luar negeri Cina bertumpu pada pandangan bahwa hubungan dengan negara adidaya/kekuatan utama adalah prioritas utama perumus kebijakan Cina, berikutnya negara tetangga, lalu negara berkembang, kemudian organisasi internasional/regional. Namun, dalam perkembangannya, gagasan ini nampaknya mulai bertransformasi dan menempatkan kerja sama dengan negara adidaya dalam posisi yang kesekian. Sementara Cina lebih memprioritaskan pola hubungan baik dengan negara-negara tetangganya serta dengan gugus-gugus kerja sama yang telah dibentuknya, termasuk BRICS. Pola seputar gagasan baru itu sudah mengindikasikan bahwa ini bukan berarti negara kekuatan utama tak lagi penting bagi Cina, tetapi di saat bersamaan, Cina akan menyisihkan perhatian yang lebih besar ke kawasan sekitarnya. Ada sejumlah motivasi yang tampaknya mendorong gagasan baru ini. Pertama, adanya keinginan mengelola hubungan dengan kawasan secara lebih strategis. Abad Asia kian mengambil bentuk dan peran Cina yang dominan di dalamnya mengundang reaksi beragam di kawasan. Kedua, adanya keinginan mengantisipasi 8

kembalinya AS ke dalam kawasan yang oleh banyak pihak di Cina dipandang sebagai upaya membendung Cina. Respons AS terhadap situasi di Laut Cina Selatan serta penempatan personel militer di Australia telah memicu reaksi kuat di Cina. Jika dulu ada semacam sikap mafhum terhadap kehadiran AS di kawasan (berguna untuk mencegah Jepang atau Korea Utara menjadi agresif lagi), sekarang ini penolakan justru dominan dan hampir tak ada lagi diskusi mengenai menerima kehadiran militer AS. Ketiga, melemahnya interaksi ekonomi dengan dunia Barat akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan di AS dan Eropa telah mendorong Cina memikirkan alternatif kebijakan luar negerinya, yang merupakan kepanjangan tangan kepentingan dalam negeri: secara umum, reformasi dan modernisasi; secara khusus, restrukturisasi ekonomi dari ekonomi yang berorientasi ekspor menjadi ekonomi yang berbasis pada konsumsi domestik. Keempat, adanya keinginan mengakomodasi perubahan dinamika di dalam negeri Cina. Kebangkitan Cina di arena global sangat dibanggakan masyarakat Cina. Salah satu mentalitas yang mengemuka saat ini adalah bagaimana publik di Cina merespons rasa tak percaya atau resistansi yang muncul dari negara tetangga. Ada peningkatan rasa percaya diri di kalangan generasi muda. Ada tuntutan supaya Pemerintah Cina lebih bersuara tegas dan bertindak proaktif menjernihkan kesan negatif di benak negara tetangga. Publik menginginkan Cina tak lagi korban dominasi media atau kekuatan lunak negara Barat. 1. Kebijakan mengundang Afrika Selatan untuk masuk dalam BRIC(S) Cina mengundang Afrika Selatan untuk bergabung dengan kelompok asli empat negara BRIC pada bulan Desember 2010. Dalam hal ukuran negara, Afrika Selatan tentu tidak sebesar negar-negara anggota lainnya. Dengan 50 juta orang penduduk, Afrika Selatan hanya menjadi bagian kecil dari BRICS, yang berkisar antara 143 juta orang di Rusia dan 1,34 miliar orang di Cina. Banyak orang menyoroti dan bahkan mendiskreditkan hal ini, bahwa Afrika Selatan terlalu kecil untuk menjadi bagian dari BRICS. Penduduk suatu negara membatasi ukuran potensi ekonomi dan kapasitas negara untuk berfungsi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi global dan pembangunan. Dengan GDP Sekitar $285.000.000.000 pada tahun 2009, ekonomi Afrika Selatan bernilai kurang dari seperempat dari Rusia, yang memiliki pendapatan terkecil dari negara-negara BRIC dengan jumlah sekitar $ 1,232 miliar. Grafik di bawah ini menyajikan statistik pembangunan ekonomi dipilih untuk negara-negara BRIC, Afrika dan potensi calon negara BRIC lainnya.

Indonesia terlihat lebih sesuai untuk bergabung dengan BRIC dibandingkan dengan Afrika Selatan. Dengan lebih dari 230 juta orang, penduduk Indonesia 4 kali lebih besar dari penduduk Afrika Selatan dan 60 persen lebih besar dari Rusia. Dengan nilai sekitar $540.300.000.000 pada tahun 2009, GDP Indonesia hampir dua kali lipat dari Afrika Selatan, meskipun itu masih kurang dari setengah ukuran ekonomi Rusia. Afrika Selatan baru dianggap masuk akal untuk bergabung dengan BRIC ketika menilik hubungan negara tersebut dengan benua Afrika secara keseluruhan. Masyarakat kolektif sub-Sahara Afrika yang berjumlah sekitar 840 juta orang menghapuskan kekhawatiran mengenai jumlah penduduk Afrika Selatan sendiri yang terhitung kecil. Sebagai negara yang paling maju di Afrika sub-Sahara, Afrika Selatan berfungsi sebagai pintu gerbang penting untuk benua Afrika serta sarana berharga antara negara berkembang (Selatan) dan dikembangkan (Utara). Afrika Selatan secara unik ditempatkan untuk membawa perspektif Afrika ke forum BRICS, mengingat Afrika Selatan merupakan investor terbesar dari negaranegara berkembang di Afrika, dan Afrika Selatan merupakan prioritas pemberi kebijakan di Benua Afrika. 2. Investasi Cina di Afrika Cina telah melihat Afrika sebagai komponen kunci dari rencana untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan masa depan. Cina telah berinvestasi secara agresif di seluruh benua Afrika untuk mengamankan akses ke sumber daya alam yang dibutuhkan untuk bahan bakar dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cepat, dengan angka tahunan hampir 10 persen. Perusahaan Cina melihat perkembangan ekonomi yang menjanjikan di Afrika sebagai kesempatan untuk mengembangkan bisnis mereka dengan membantu untuk membangun jalan, pembangkit listrik, sistem telekomunikasi, sekolah, dan infrastruktur dasar lainnya. Pada tahun 2005, investasi langsung luar negeri Cina (FDI) di Afrika berjumlah sekitar $ 1600000000 menurut laporan BBC News. Selama periode 2005-2010, investasi Cina di Afrika tumbuh secara dramatis dengan tambahan $43600000000 di Afrika Sub-Sahara dan $52400000000 di Timur Tengah dan Afrika Utara (termasuk Aljazair, Mesir, Libya, Maroko, Sudan dan Tunisia). Bersama-sama, kedua daerah menyumbang 30,3 persen dari total investasi luar negeri Cina, dibandingkan investasi dari 17,1 persen di negara-negara Asia lainnya dan hanya 8,9 persen di AS. Pada 10

tahun 2010, perdagangan antara Cina dan Afrika melebihi $ 120 miliar. Grafik di bawah ini dari Economist menyajikan data investasi luar Cina dan perdagangan dengan Afrika.

Pasal 25 dari Deklarasi Sanya dari Summit BRICS 2011 menegaskan dukungan negara-negara BRIC 'dari "pembangunan infrastruktur di Afrika dan industrialisasi di dalam kerangka Kemitraan Baru untuk Pembangunan Afrika (NEPAD)." Uni Afrika (AU) didirikan NEPAD pada tahun 2001 sebagai kerangka kerja strategis untuk pembangunan sosialekonomi Pan-Afrika. NEPAD mengelola program dan proyek yang dirancang untuk meningkatkan pertumbuhan, perkembangan dan partisipasi dalam ekonomi global Afrika. 3. Kebijakan Bilateral Cina ke Brazil Pada BRICs Summit 2011, Brazil dan Cina menandatangani komunike bersama di mana kedua negara sepakat untuk terus meningkatkan kerjasama bilateral di bidang perdagangan dan investasi. Sektor industri dipilih untuk kerjasama dan investasi reksa meliputi: penerbangan, otomotif, energi, teknologi tinggi, logistik dan pertambangan. Cina mengindikasikan akan mendorong perusahaan Cina untuk meningkatkan impor mereka dari produk bernilai tambah tinggi dari Brazil. Sebagai imbalannya, Brazil mengundang perusahaan Cina untuk mengajukan tawaran untuk proyek rel kecepatan tinggi di Brazil. Kedua negara diantisipasi membangun kemitraan untuk pembangunan infrastruktur menjelang Brazil tuan rumah Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2016. 4. Kebijakan Luar Negeri Lanjutan dengan Fokus ke Semua Negara Mitra Selain modal sejarah, faktor lain dalam keberhasilan Cina yang sering mampu digunakan untuk menarik perhatian rekannya dalah kompleksitas dan terkoordinasinya upaya negara itu pada perencanaan dan penerapan peta pembangunan jangka panjang. 11

a). Akuisisi sumber daya alam - agresif Upaya Cina untuk memperoleh hak atas sumber daya alam telah mengumpulkan banyak perhatian media. Untuk sebuah negara besar, Cina tentu membutuhkan kuantitas sumber daya alam dalam jumlah besar yang sangat penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi masa depan negara. Sebagai contoh, Cina telah banyak berinvestasi di Afrika dan Australia untuk mengamankan akses ke hak mineral dan di Asia Selatan untuk saham klaim ladang gas alam. b). Energi hijau Cina memahami kebutuhan untuk mengembangkan sumber energi bersih untuk mengimbangi kekurangan sumber daya alamnya dan membatasi polusi berbahaya dari industrialisasi yang pesat dan urbanisasi yang sudah menimbulkan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Kelangkaan lahan adalah masukan mendasar untuk teknologi penting bagi energi hijau dan produknya, termasuk turbin angin. Upaya Cina untuk mengendalikan cengkeramannya di pasar tanah sebagian sudah ditujukan untuk membangun posisi negara dalam industri energi hijau dengan menarik perusahaan asing untuk berinvestasi dan beroperasi di Cina. c).Sepeda Cina menempati posisi yang unggul dalam pasar sepeda dunia memenuhi keinginan ideologi Komunis menjadi lebih universal dengan tiga barang tahan lama: mesin jahit, sepeda dan arloji. Sejak tahun 1970, produksi sepeda dunia telah melampaui produksi mobil global dengan perbandingan sekitar 2,5 banding 1. Pada tahun 1991, pemerintah Cina membuat mengembangkan sepeda listrik atau sepeda elektronik sebagai tujuan resmi teknologinya. Pada tahun 2006, ada 2.600 produsen sepeda elektronik di Cina yang berebut posisi di pasar domestik dan dunia yang berkembang pesat.

12

BAB III PENUTUP Kesimpulan BRIC merupakan singkatan dari kelompok kerjasama 4 negara yaitu Brazil, Rusia, India, dan Cina. Empat negara BRIC dibedakan dari sejumlah pasar negara berkembang lainnya karena cukup menjanjikan dengan potensi demografi dan ekonomi mereka yang menentukan peringkat di antara negara terbesar dan paling berpengaruh di dunia pada abad ke-21 (dan dengan memiliki kesempatan yang masuk akal untuk mewujudkan potensi itu). Bersama-sama, empat negara BRIC yang berjumlah lebih dari 2,8 miliar orang atau 40 persen dari populasi dunia serta mencakup lebih dari seperempat luas daratan dunia selama tiga benua, dan pendapatan lebih dari 25 persen dari PDB global menjadi kekuatan utama bagi keempat negara ini untuk mampu menjadi pemimpin dunia di masa yang akan datang. Selama hampir satu dekade, negara anggota BRIC mencatat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa: antara tahun 2003 sampai 2008, ekonomi di Brazil, Rusia, Cina, India dan Afrika Selatan rata-rata tumbuh delapan persen per tahun. Saat krisis keuangan melanda dunia, negara anggota BRIC yang tampil mendongkrak perekonomian global dan mencegah dunia terpuruk ke dalam depresi ekonomi. Mungkin hal ini pula yang mendorong Afrika Selatan untuk bergabung bersama keempat negara tersebut dan membentuk BRICS (Brazil, Russia, India, Cina, South Africa) pada KTT BRICS di Sanya, Cina, tahun 2011. Cina menjadi salah satu negara sentral yang memgang peranan penting dalam perkembangan ekonomi dunia mengingat posisinya yang kini dianggap hampir melampaui Amerika. Cina perlu meningkatkan kerjasama dengan kelompok BRICS, seperti halnya BRICS membutuhkan partisipasi Cina. Reformasi kebijakan Cina dalam 30 tahun terakhir telah mengubah pandangan dunia terhadap negara ini sebelumnya - Cina pada abad ke-21 benar-benar berbeda dari Cina lebih dari 30 tahun yang lalu. Dalam 10 tahun terakhir khususnya, Cina telah mencapai apa yang negara maju lakukan di beberapa dekade atau bahkan berabad-abad. Untuk mencapai tujuannya menjadi negara adidaya, Cina mengambil beberapa kebijakan luar negeri yang tentunya tidak terlepas dari kerja sama dengan negara-negara BRICS, diantaranya : 1. Mengundang Afrika untuk bergabung dengan BRIC pada Desember 2011 dengan tujuan mendapatkan akses lebih mudah ke negara-negara di Afrika, mengingan Afrika Selatan merupakan titik perkembangan dan pusat investasi di kawasan Afrika SubSahara yang memegan kontrol penting atas negara-negara Afrika lain. 13

2. Melakukan banyak investasi di Afrika Selatan demi mengikat negara ini dan mendapatkan sumber bahan mentah yang cukup untuk modal industry di negara Cina. Selain Afrika Selatan secara spesifik, upaya ini juga dilakukan ke negara Afrika SubSahara yang lain. 3. Membangun kerja sama bilateral dengan Brazil. Sektor industri dipilih untuk kerjasama dan investasi reksa meliputi: penerbangan, otomotif, energi, teknologi tinggi, logistik dan pertambangan. Cina mengindikasikan akan mendorong perusahaan Cina untuk meningkatkan impor mereka dari produk bernilai tambah tinggi dari Brazil. Sebagai imbalannya, Brazil mengundang perusahaan Cina untuk mengajukan tawaran untuk proyek rel kecepatan tinggi di Brazil. 4. Kebijakan luar negeri lanjutan berupa agresi penguasaaan sumber daya alam, kampanye dan pengupayaan energi terbarukan, serta monopoli terhadap pasar sepeda dunia.

14

DAFTAR PUSTAKA Buku Armstutz, Mark R. 1995. International Conflict and Cooperation: An Introduction to World Politics. Madison: Brown & Benchmark Baylis, John and Smith, Steve. 2001. The Globalization of World Politics, 2nd Edition . London: Oxford University Press. Griffiths, Martin, dan Terry OCallaghan. International Relations: The Key Concepts, (Routledge: New York & London, 2002). Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Jones, Barry R.J, etc. 2001. Introduction to International Relations. Manchester: Manchester University Press. Mansbach, Richard W dan Kirsten L Rafferty. 2012. Pengantar Politik Global. Bandung : Nusa Media. Masoed, Mochtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES. Internet
http://motekarmenulis.blogspot.com/2012/03/sedikit-mengenal-konsepkepentingan.html diakses 11 Juli 2013 http://theamazing-grace.blogspot.com/2010/03/struktur-kebijakan-luar-negri.html

diakses 11 Juli 2013


http://sondyi.blogspot.com/2013/04/konsep-kepentingan-nasional.html diakses 11

Juli 2013
http://www.globalsherpa.org/china-foreign-aid-india-brazil diakses 11 Juli 2013 http://www.globalsherpa.org/china-india diakses 12 Juli 2013 http://www.globalsherpa.org/china-foreign-aid-india-brazil diakses 12 Juli 2013 http://www.sindoweekly-magz.com/artikel/37/i/15-21-november2012/highlight/72/bangkitnya- negara-adidaya-asia diakses 12 Juli 2013 http://en.wikipedia.org/wiki/BRICS diakses 12 Juli 2013 http://en.wikipedia.org/wiki/3rd_BRICS_summit diakses 12 Juli 2013 http://www.bbc.co.uk/news/business-15911603 diakses 12 Juli 2013 http://www.ft.com/home/asia diakses 12 Juli 2013

15

http://www.ft.com/intl/cms/s/c6e48dc0-ca02-11e2-af4700144feab7de,Authorised=false.html?_i_location=http%3A%2F%2Fwww.ft.com %2Fcms%2Fs%2F0%2Fc6e48dc0-ca02-11e2-af4700144feab7de.html&_i_referer=https%3A%2F%2Fwww.google.com %2F#axzz2ZfU9c1Sy diakses 12 Juli 2013 http://www.scmp.com/news/china/article/1276995/brics-emerging-economiesexpand-co-operation-internet-security diakses 12 Juli 2013 http://topics.nytimes.com/topics/reference/timestopics/organizations/b/bric_group /index.html diakses 12 Juli 2013 http://www.brookings.edu/blogs/up-front/posts/2013/03/25-xi-jinping-china-bricssun diakses 12 Juli 2013

16

Anda mungkin juga menyukai