Anda di halaman 1dari 9

NEOLIBERALISME: ANTARA MITOS DAN HARAPAN

Etty Soesilowati
Fakultas Ekonomi Univesitas Negeri Semarang
email:etty_soesilowati@yahoo.com

ABSTRACT

Whether the government interference is necessary or not, has already everlasting theme in term of
the history of economy policy. Most of people believed in vary of irrational myths that market mechanism
would be able to guarantee productivity, privatization would increase efficiency, the government role
should be restricted and most of all, everything should be liberated to the private sector. It is unavoidable
that such policy contained certain implications. Deregulation policy that has been done so far, was one of
the main factors of the bigger global policy that is liberalization of economy. However, does that global
policy was really useful for the public? Does privatization bring into people prosperity? Didn’t
globalization is only a myth that increased poverty and even huge gap between the have and the have
not? This paper is trying to study what neo liberalism is, what the policies, what is the government role,
the strategic sectors that is colonized by foreign companies and, how intellectual should make their
manner.
Keywords: Neo liberalism, Myths, Expectation.

Isu tentang perlunya atau sebaliknya tentang PENDAHULUAN


tidak perlunya campur tangan pemerintah dalam
Hampir tiap hari kita menyaksikan proses
perekonomian telah menjadi tema tetap dalam per-
dehumanisasi dan pemiskinan terjadi di sekitar kita,
bincangan mengenai kebijakan ekonomi sepanjang
baik melalui layar televisi maupun melalui kasat
sejarahnya. Baik muda maupun tua, kaum terpelajar
mata. Kaum miskin kota, fakir miskin dan anak
ataupun masyarakat kebanyakan telah percaya
jalanan yang seharusnya dilindungi dan dipelihara
dengan berbagai mitos-mitos irasional bahwa meka- Negara, dikejar-kejar dan ditangkap serta diperla-
nisme pasarlah yang mampu menjamin tingkat kukan layaknya seorang kriminal. Kekayaan Negara
produktivitas, bahwa swastanisasi mampu menjamin yang seharusnya digunakan untuk mensejahterakan
efisiensi, bahwa peran negara harus dibatasi dan rakyat dijual bahkan dikorupsi oleh segelintir orang.
diserahkan semuanya pada swasta. Sudah barang
Pernahkan anda menyadari bahwa mulai
tentu tidak bisa dielakan bahwa implementasi kebi-
bangun tidur, beraktivitas hingga tidur lagi semuanya
jakan tersebut tidak terlepas dari sejumlah implikasi
dikuasai asing. Tengok saja ketika bangun tidur anda
dan komplikasi tertentu. Didalam antusiasme masya-
minum Aqua (74% sahamnya dikuasai Danone asal
rakat menyambut dan mengkampanyekannya kurang Perancis) atau minum teh Sariwangi (100% saham-
terlihat bahwa kebijakan deregulasi hanya merupa- nya milik Unilever Inggris), minum susu produk Sari
kan salah satu unsur utama dalam paket kebijakan Husada (82% sahamnya dikuasai Numico Belanda)
yang lebih luas dan menglobal, yaitu liberalisasi atau bahkan susu Nestle (100% Australia). Begitu
ekonomi. Namun benarkah kebijakan yang mengglo- juga ketika mandi, sebagian besar memakai sabun,
bal tersebut membawa keuntungan bagi masyara- syampho, sikat gigi produk Unilever. Makan nasi, ma-
kat? Akankah swastanisasi membawa kesejahtera- kan buah, minum manis pakai produk impor. Belum
an? Tidakkah globalisasi ternyata hanyalah mitos lagi tempe/tahu yang dipatenkan Jepang. Berangkat
belaka yang membawa pada kemiskinan dan kesen- kerja memakai batik yang juga dipatenkan Malaysia,
jangan yang luar biasa? Tulisan ini mencoba mene- naik mobil, bus, motor atau bajai sekalipun semua-
laah apa yang dimaksud dengan neoliberalisme, nya bermerk milik asing. Dikantor pun segala
bentuk-bentuk kebijakannya, bagaimana peran nega- ruangan menggunakan penyejuk merek asing beser-
ra, sektor-sektor strategis yang dikuasai asing, serta ta sarana dan prasarana kerja lainnya yang juga
bagaimana seharusnya intelektual menyikapinya. produk asing.

126 Neoliberalisme: Antara Nitos dan Harapan (Soesliowati : 126 – 134)


Mau belanja ke supermarket Carrefour milik mana perusahaan asing dapat menguasai begitu
Perancis, ke Alfa pun sudah menjadi milik Carrefour dahsyat pasar di Indonesia sementara kita menjadi
dengan penguasaan saham 75%, atau ke Giant penonton. Kita saat ini dihadapkan pada situasi di
hypermart milik Dairy Farm Internasional Malaysia mana terjadi pertarungan dan perebutan sumber-
yang juga pemilik saham supermarket Hero, atau sumber ekonomi antara korporasi global versus
malam-malam mencari cemilan ke Circle K yang negara dengan dalih efisiensi. Anehnya lagi, sema-
merupakan waralaba asal Amerika Serikat. ngat untuk menguasai sumber-sumber ekonomi ini
Mau menabung atau mengambil uang di bank dilaksanakan secara legal melalui penerbitan instru-
swasta nasional (BCA, Danamon, BII, Bank Niaga) men-instrumen perundang-undangan. Lebih jauh
dan bank swasta lainnya yang hampir semuanya benarkah perdagangan bebas yang identik dengan
milik asing sekalipun masih tetap melekat nama bank konsep neoliberalisasi ini menguntungkan buat
swasta nasional dibelakangnya. Bangun rumah bangsa? ataukah hanya sebuah mitos?
memakai semen Tiga Roda bikinan Indocement
(61,70% milik Heidelberg Jerman), atau pakai semen APA YANG DIMAKSUD NEOLIBERALISME?
Gresik yang sudah menjadi milik Cemex Mexico.
Begitu juga semen Cibinong setali tiga uang 77,37% Neoliberalisme saat ini telah diterapkan menjadi
sahamnya dimiliki Holchim Swiss. (Swa, Juli 2006) kebijakan politik dan ekonomi Negara kita (Indone-
Apabila disebut satu persatu, ketergantungan kita sia), namun kita perlu memahami bagaimana neoli-
terhadap produk asing tentunya bakal panjang beralisme beroperasi. Sebagai “the dominant dis-
daftarnya dan memalukan. course”, kebijakan yang berwatak neoliberal diyakini
bagikan “agama baru” dan diamalkan secara
Di jaman keterbukaan ini tentunya kita tidak
sistemik dan struktural melalui mekanisme kebijakan
bisa menolak pengaruh dan terhindar dari perda-
baik di tingkat lokal, nasional maupun global.
gangan internasional. Bangsa Indonesia akan terting-
gal jauh bahkan akan kesulitan secara ekonomi jika Membahas neoliberalisme akan sulit jika kita
menolak dogma tersebut. Begitulah komentar banyak tidak menyinggung apa itu liberalisme. Paham
orang. Padahal, dengan kondisi kita seperti seka- liberalisme berkonotasi luas, dapat mengacu pada
rang, sekalipun sudah banyak perusahaan asing paham ekonomi maupun politik. Dalam sistem politik
bercokol di Indonesia, toh tetap saja Indonesia masih Amerika Serikat, liberalisme dipergunakan sebagai
tetap tertinggal jauh dari negara tetangga. Bahkan strategi untuk menghindarkan konflik sosial. Bagi
ada yang berpendapat tidak masalah kepemilikan kalangan orang miskin dan buruh Amerika, kata
perusahaan lokal beralih menjadi milik orang asing, liberal dipahami lebih “progresif” dibandingkan de-
toh keberadaan mereka menyerap tenagakerja, me- ngan “konservatif”. Liberalisme asal mulanya meru-
nyumbang pajak, meningkatkan pertumbuhan eko- pakan bentuk perjuangan kaum borjuasi menghadapi
nomi (dihitung berdasarkan PDB) dan segudang konservatif. Dengan kata lain, liberalisme merupakan
alasan lainnya. ideologi kaum borjuasi kota. Dalam arti luas, libera-
lisme adalah paham yang mempertahankan otonomi
Boleh jadi di satu sisi alasan tersebut bisa
individu melawan intervensi komunitas. Liberalisme
dipahami, tetapi persoalannya apakah kita tidak
dapat terjadi pada sektor ekonomi ataupun sektor-
prihatin melihat segala macam kebutuhan sehari-hari
sektor lain.
masyarakat telah dikuasai asing? Sudahkah dihitung
berapa keuntungan yang dibawa orang asing dan Liberalisme ekonomi berkembang menjadi neo-
berapa yang didistribusikan ke negara kita? Sebab, liberalisme. Paham ini pada intinya memperjuangkan
logikanya perusahaan asing tentu tidak mau bersu- persaingan bebas (leissez faire), yakni paham yang
sahpayah berinvestasi di Indonesia jika tidak meraup memperjuangkan hak-hak atas pemilikan dan kebe-
keuntungan yang besar. basan individual. Mereka percaya kekuatan pasar
dapat menyelesaikan masalah sosial ketimbang
Patut disadari, persoalannya bukan menolak
melalui regulasi Negara.
perdagangan global, bukan menolak perusahaan
asing berinvestasi di Indonesia, melainkan bagai- Kata neo dalam neoliberalisme sesungguhnya
merujuk pada bangkitnya kembali bentuk baru aliran

JEJAK, Volume 2, Nomor 2, September 2009 127


ekonomi liberal lama di mana pemerintah mem- yanya dilakukan dengan mempertimbangkan daya
biarkan mekanisme pasar bekerja. Pemerintah diha- saing dan kredibilitas. Kurs yang terlalu kuat seolah-
ruskan melakukan deregulasi dengan cara mengu- olah kredibel, tetapi memperlemah daya saing
rangi restriksi pada industri, mencabut hambatan- ekspor. Sebaliknya, jika kurs terlalu lemah akan
hambatan birokratis perdagangan ataupun meng- meruntuhkan perekonomian. Keenam, perdagangan
hilangkan tarif demi menjamin terwujudnya free sebaiknya diliberalisasikan di mana pemerintah ha-
trade. Dengan demikian, liberalisme berkonotasi rus menghapus ekspor atau impor (barrier to entry
“bebas dari kontrol pemerintah”, termasuk kebe- and out) agar efisien. Ketujuh, hendaknya investasi
basan bagi kaum kapitalis mencari keuntungan asing tidak didiskriminasi. Investasi asing harus
sebesar-besarnya. diperlakukan sama dengan investasi domestik, kare-
Depresi ekonomi telah memunculkan John na keduanya diperlukan untuk mendorong perekono-
Maynard Keynes tampil dengan pemikiran alterna- mian dan membuka lapangan pekerjaan. Kedelapan,
tifnya. Ia mengembangkan teori yang menentang BUMN sebaiknya diprivatisasi dengan tujuan efisien-
liberalisme dengan gagasan yang mempertahankan si dan membantu pembiayaan defisit APBN. Kesem-
“full employment” buruh, karena buruh berperan bilan, melakukan deregulasi dengan menghilangkan
strategis bagi perkembangan kapitalis. Untuk itulah berbagai bentuk restriksi sehingga pasar kompetitif.
pemerintah dan bank sentral harus dilibatkan untuk Kesepuluh, pemerintah perlu menghormati dan
menciptakan lapangan kerja. Gagasan ini menyebab- melindungi hak cipta agar menumbuhkan iklim
kan presiden Roosevelt mengembangkan program inovatif, (Prasetiantono, 2009)
“New Deal” karena dianggap berhasil menyelamat- Dalam implementasinya formula ini dapat diru-
kan rakyat Amerika. Sejak saat itulah peran negara muskan dalam pokok-pokok pendirian: pertama,
dalam bidang ekonomi semakin menenggelamkan biarkan pasar bekerja, termasuk membebaskan
paham liberalisme. Namun, krisis kapitalisme selama perusahaan swasta dari Negara apapun akibatnya.
25 tahun terakhir dan juga semakin berkurangnya Penerapan keyakinan ini berupa pemberian kebe-
tingkat profitabilitas telah meneguhkan kembali tekad basan dan keterbukaan perdagangan internasional
korporasi untuk kembali ke sistem liberalisme. dan investasi asing, lenyapkan kontrol atas harga
Melalui “corporate globalization” mereka berhasil biarkan pasar bekerja tanpa distorsi. Semuanya
mengembalikan paham liberalisme berskala global. mereka rumuskan dalam kredo “unregulated market
Paham neoliberalisme mulanya dikembangkan is the best way to increase economic growth”.
melalui “konsensus” yang dipaksakan. Arsitek tata Keyakinan bahwa hanya melalui pasar bebas
dunia ini ditetapkan dalam suatu kesepakatan yang pertumbuhan bisa dicapai ini selanjutnya membawa
dikenal sebagai “The Neoliberal Washington ajaran trikle down efect dalam ekonomi sebagai
Concensus”. Sepuluh formula dilontarkan oleh John upaya pemerataan.
Williamson yang kemudian disebut Washington Keyakinan kedua, kurangi pemborosan dengan
Concensus. Pertama, disiplin fiskal di mana pemerin- memangkas semua anggaran Negara yang tidak
tah negara berkembang diminta menjaga anggaran- produktif seperti subsidi pendidikan, kesehatan dan
nya agar tetap surplus. Namun, apabila sisi fiskalnya jaminan sosial lainnya. Pemotongan segala yang
tertekan dapat ditoleransi mengalami defisit asalkan berbau subsidi dalam implementasinya hanya meru-
tidak lebih 2% dari Produk Domestik Bruto. Kedua, pakan retorika belaka karena kebijakan neolibe-
belanja pemerintah sebaiknya diprioritaskan untuk ralisme justru memberikan subsidi besar-besaran
memperbaiki distribusi pendapatan. Pemerintah disa- pada perusahaan transnasional melalui program “tax
rankan membiayai proyek-proyek dan program yang benefit” maupun “tax holidays”
dapat menaikan pendapatan kelompok miskin. Keti- Ketiga, neoliberalisme juga percaya pada
ga, sektor fiskal perlu direformasi terutama dengan regulasi ekonomi. Keyakinan ini diterapkan dengan
melakukan perluasan obyek pajak dan wajib pajak. mengurangi segala bentuk regulasi Negara terhadap
Keempat, sektor finansial perlu diliberalisasi. Para kebebasan ekonomi karena regulasi mengurangi
penabung harus tetap mendapatkan suku bunga riil keuntungan. Dalam rangka itulah mereka percaya
positif. Kelima, penentuan kurs mata uang seyog- perlunya Bank Sentral yang independen.

128 Neoliberalisme: Antara Nitos dan Harapan (Soesliowati : 126 – 134)


Keempat, keyakinan terhadap privatisasi Implikasi perubahan kebijakan nasional yang
dengan menjaul semua perusahaan Negara kepada memihak kepentingan perusahaan transnasional ini
investor. Privatisasi ini termasuk sektor perbankan, tidak saja akan memarjinalkan petani dan pedagang
industri strategis, transportasi, energi, sekolah, kecil. Namun juga berhadapan dengan kepentingan
rumah sakit maupun sumber-sumber lain. Privatisasi dan nasib petani, nelayan, sektor informal serta
dilakukan dengan alasan persaingan bebas menim- masyarakat adat dalam hal perebutan sumberdaya
bulkan efisiensi dan menghindari korupsi. Meskipun, alam.
hal tersebut ternyata mengakibatkan konsentrasi Salah satu contoh pilar dari globalisasi pere-
kapital di tangan sedikit orang dan memaksa rakyat konomian neoliberal adalah privatisasi Badan Usaha
kecil membayar lebih mahal atas kebutuhan dasar Milik Negara. Privatisasi bersama dengan kebijakan
mereka. neoliberal lainnya sesungguhnya merupakan salah
Kelima, hilangkan gagasan “barang publik”, satu ramuan kunci dari sistem ekonomi globalisasi.
paham sosial atau komunitas seperti “gotong-royong” Diantara ciri-ciri ramuan kebijakan neoliberal itu
serta berbagai keyalinan solidaritas sosial yang hidup adalah: pertama, paket kebijakan untuk melakukan
di masyarakat dan kemudian diganti dengan paham deregulasi dan mengurangi atau menghilangkan
“tanggungjawab individual”. Kondisi ini jelas menye- hambatan terhadap bekerjanya korporasi meskipun
babkan masyarakat harus memecahkan problema harus mengorbankan rakyat. Kedua, kebijakan
hidup mereka seperti kesehatan, pendidikan, jaminan mengintegrasikan dan mengkonversikan ekonomi
sosial serta masalah lainnya dengan upaya mereka nasional ke dalam ekonomi yang berorientasi ekspor
sendiri yang kadang-kadang memberatkan mereka. meskipun kebijakan tersebut harus mengorbankan
lingkungan dan sistem sosial. Ketiga, kebijakan yang
BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN NEOLIBERAL mendorong pertumbuhan ekonomi untuk tumbuh
super cepat meskipun harus dengan mengeksploitasi
Setelah kita mengetahui apa itu neoliberalisme, sumberdaya alam tanpa mengenal batas. Keempat,
maka perlu kita ketahui pula bagaimana neolibe- kebijakan yang mendukung peningkatan konsentrasi
ralisme diterapkan dalam bentuk kebijakan ekonomi. korporasi secara dramatis. Kelima, kebijakan yang
Sejak dikembangkannya kesepakatan “The Bretton memangkas semua program pelayanan sosial, pela-
Woods”, dunia secara global sesungguhnya telah yanan kesehatan maupun perlindungan lingkungan.
memihak dan didorong oleh kepentingan perusahaan Keenam, kebijakan yang menggeser kekuasaan
transnasional (TNCs/Trans-Nasional Corporations) tradisional ataupun kebijakan yang melemahkan
yang merupakan aktor penting globalisasi. Selain institusi demokratis pemerintah maupun komunitas
TNCs, aktor lain yang memainkan peran besar dalam lokal dan menggantikannya dengan birokrat korpora-
globalisasi adalah lembaga financial internasional si global. Ketujuh, kebijakan mendorong homoge-
(IFIs) yang sering disebut juga “Multilateral Develop- nitasi budaya global dan kebijakan yang mendorong
ment Banks”. IFIs merupakan organisasi global yang atau mempromosikan budaya konsumtif secara
beranggotakan negara maju, bertugas memberi intensif. Akhirnya, ciri penting dari kebijakan neoli-
hutang kepada negara miskin. Ada dua IFIs yang beral adalah kebijakan privatisasi dan komersialisasi
secara global dikenal yakni The World Bank dan layanan publik, sumberdaya alam yang seharusnya
Internasional Monetery Fund. Cara strategis untuk milik komunal seperti air, udara dan keanekara-
memaksakan berbagai agenda neoliberal tersebut gaman hayati serta genetika. Ketujuh, ciri kebijakan
adalah dengan menyertakan dalam persyaratan neoliberal tersebut diterapkan dalam bentuk dan
pemberian “utang” lembaga financial internasional penggunaan istilah yang berbeda dari satu tempat ke
(Bank Dunia/IMF) yang dikenal dengan “Structural tempat yang lain. Misalnya, privatisasi puskesmas
Adjustment Program”. Dengan demikian, semua menggunakan istilah “Puskesmas Mandiri”, demikian
reformasi kebijakan yang dilakukan lebih dimaksud- pula privatisasi perguruan tinggi dengan menggu-
kan hanya sebagai pelicin “jalan” sehingga memu- nakan istilah “Otonomi Kampus”, sehingga banyak
dahkan perusahaan transnasional beroperasi. mahasiswa yang merasa selama ini tidak ada
otonomi senang menerimanya.

JEJAK, Volume 2, Nomor 2, September 2009 129


Privatisasi seolah-olah merupakan jalan untuk nakan amanat konstitusi. Agar negara tidak merasa
efisiensi, menyehatkan dan menyelamatkan perusa- bersalah karena melanggar amanat konstitusi, maka
haan dari kebangkrutan. Bahkan seringkali privatisasi rezim pasar bebas mendesak negara untuk
dilaksanakan dengan dalih memberantas korupsi, mengamandemen konstitusinya.
sehingga mendapat dukungan publik. Siapapun Saat ini hampir semua yang dianggap meng-
sependapat bahwa korupsi adalah kejahatan publik halangi “pasar bebas” telah disingkirkan, termasuk
yang harus diberantas. Namun, privatisasi bukan amandemen UUD’45 yang berbunyi kekuasaan
jalan ke luar untuk memberantas korupsi. Bukanlah ekonomi Negara dan demi kesejahteraan rakyat
korupsi terbesar abad ini justru terjadi pada perusa- telah dihapus. Ekonomi yang disusun berdasarkan
haan-perusahaan transnasional?. prinsip efisiensi dianggap sebagai jalan menuju
Karakter lain dari neoliberalisme adalah peng- kemakmuran. Bersamaan dengan itu, juga dilaku-
hargaan atas tanggungjawab personal dan inisiatif kanlah kampanye tentang neoliberalisme dengan
kewiraswastaan. Sebaliknya, negara atau pemerin- memproduksi mitos-mitos liberalisme dan pasar
tah adalah masalah. Oleh karena itu, muncul gagas- bebas. Mitos-mitos tersebut meliputi: pertama, mitos
an menyingkirkan birokrat yang dianggap sebagai bahwa dengan perdagangan bebas akan menjamin
“parasit” ekonomi. Biarkan pasar menentukan harga. pangan murah dan kelaparan tidak akan terjadi.
Dalam rangka mendukung bekerjanya mekanisme Kenyataannya, perdagangan bebas dibidang pangan
pasar, maka pemerintah tidak boleh ikut menjadi justru menaikan harga pangan. Kedua, mitos bahwa
pemain ekonomi, apalagi dengan alasan mensubsidi WTO dan TNCs akan memproduksi pangan yang
atau memproteksi kaum miskin. Atas dasar pemikiran aman. Kenyataannya dengan rekayasa genetika dan
itulah negara harus menjual perusahaan kepada penggunaan pestisida serta racun kimia justru mem-
investor swasta baik dalam negeri maupun luar bahayakan kehidupan manusia. Ketiga, mitos bahwa
negeri. hak paten akan melindungi inovasi dan pengetahuan.
Kenyataannya, paten dan hak kekayaan intelektual
dibidang mikroorganisme dan “germ plasma” selain
PERAN NEGARA DALAM LIBERALISME
melegalisasi pencurian keanekaragaman hayati peta-
Sejak model pembangunan “developmentalis- ni serta bibit dan menjualnya kembali pada petani
me” tahun 1930 an ditetapkan sebagai model demi keuntungan pribadi.
alternatif pembangunan, negara diberi peran untuk Namun ironis, runtuhnya pembangunan dan
menjadi aktor utama pengendali ekonomi dan politik. paham state-led development tidak ditangisi oleh
Namun, pada saat yang sama negara juga harus rakyat sama sekali. Bahkan banyak bukti yang
bertanggungjawab untuk melindungi, mensubsidi dan menunjukan bahwa rakyat justru ikut merendahkan
mensejahterakan masyrakatnya. Lebih lanjut negara dan memasung kewenangan negara, institusi yang
bertanggungjawab untuk mencegah setiap bentuk seharusnya menjadi pelindung rakyat. Namun demi-
pelanggaran HAM. Negara menetapkan bahwa kian, kegembiraan tersebut tidak berlangsung lama,
“pembangunan” adalah hak asasi manusia (the rights terlebih sejak Indonesia menjadi anggota WTO seka-
to development). Oleh karenanya, peran negara ligus menjadi pasien IMF dan meratifikasi sejumlah
sebagaimana ditetapkan oleh PBB adalah mela- konvensi HAM PBB. Indonesia dipaksa oleh suatu
kukan proteksi, prevensi dan promosi warga negara mekanisme struktur global akibat jeratan hutang
atas HAM. untuk meratifikasi konvensi-konvensi tarif dan perda-
Negara melalui perusahaan negara, selanjutnya gangan bebas di bawah perjanjian WTO di mana
melakukan usaha untuk mensejahterakan rakyat konvensi tersebut bertentangan secara prinsipil
seperti diamanatkan oleh konstitusi. Kekuasaan dengan semangat HAM. Proses menyesuaikan
negara untuk mengontrol sumberdaya ekonomi saat kebijakan ekonomi nasional untuk diintegrasikan ke
inilah yang tengah digugat oleh paham neolibera- dalam sistem ekonomi global yang berprinsip
lisme untuk melepaskan kembali kekuasaannya. neoliberalisme ini yang disebut proses “globalisasi”.
Melalui kampanye privatisasi dan potong subsidi Banyak kebijakan neoliberal telah diimplemen-
banyak negara saat ini tidak mampu lagi melaksa- tasikan di Indonesia. Misalnya saja keputusan untuk

130 Neoliberalisme: Antara Nitos dan Harapan (Soesliowati : 126 – 134)


mengubah kebijakan investasi asing yang telah aman, merata, dan terjangkau”. Dengan mudah di
diperlakukan sejak tahun 1974 merupakan contoh sini dapat dipahami bahwa hakekat pangan dalam
yang baik dari kebijakan neoliberal dalam investasi. undang-undang tersebut tidak lagi merupakan hak
Persetujuan bagi kepemilikan asing 100% yang dite- asasi manusia, akan tetapi pangan sudah dianggap
tapkan dalam paket deregulasi investasi Juni 1994 sebagai komoditi. Undang-undang ini nantinya akan
menunjukan perubahan drastis dalam kebijakan menjadi mesin pembunuh yang memusnahkan peta-
investasi asing di Indonesia. Dalam periode 1995- ni kecil dan menyingkirkan hak-hak ekonomi petani
2004 misalnya, Indonesia telah mengikat 1.341 tariff pangan kecil secara sistematis.
line untuk produk pertanian di WTO dengan rata-rata
untuk pemotongan tariff mencapai 40%. Tujuan
SEKTOR-SEKTOR STRATEGIS DI BAWAH CENG-
utama penurunan tariff ini pada dasarnya adalah
KERAMAN ASING
untuk membuka akses pasar domestik Indonesia
bagi masuknya produk-produk pertanian dan pangan Suka tidak suka harus diakui bahwa sistem
dari luar negeri. ekonomi Indonesia yang dikehendaki UUD 1945
Di bidang agraria misalnya, kebijakan yang erat adalah sistem ekonomi sosialis. Barangkali karena
kaitannya dengan pangan telah direformasi menuju phobia menyebut sosialis, maka dipopulerkannya
kebijakan neoliberal. Banyak produk perundang- istilah pengganti yaitu “ekonomi kerakyatan” atau
undangan yang diciptakan demi untuk mendukung “demokrasi ekonomi”. Penegasan sistem ekonomi
atau menciptakan iklim persaingan bebas. Misalnya, sosialis inipun tertera dalam pasal 33 UUD 1945.
UU Pengairan No.11 Tahun 1974; UU Kehutanan Namun ironisnya, sekalipun konstitusi kita meng-
No.41 Tahun 1999; UU Pelestarian Sumberdaya usung pasal 33, toh dalam penerapannya masih jauh
Alam Hayati dan Ekosistemnya No.5 Tahun 1990; panggang dari api. Dengan kata lain, negeri Indo-
UU Sistem Budidaya Tanaman No.12 Tahun 1992; nesia ini tidak pernah mengimplementasikan pasal
UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No.23 Tahun 33 secara nyata.
1997; UU Kesehatan No.23 Tahun 1992; dan UU Misalnya, industri perbankan nasional bisa
Perlindungan Varietas Tanaman No.29 Tahun 2000 dibilang sebagai jangtungnya perekonomian nasio-
semuanya merupakan undang-undang yang menja- nal. Dengan dikuasainya industri perbankan nasional
min untuk melindungi kepentingan perusahaan agri- kita oleh investor asing, tentu dapat mengakibatkan
bisnis yang menanamkan modal mereka dalam perekonomian Indonesia dikuasai dan dikendalikan
bidang pangan di negeri Indonesia ini. oleh pihak asing.
Kebijakan pangan yang mengatur pangan di Sejumlah bank swasta nasional baik bank
Indonesia sebenarnya telah diatur dalam UU No.7 papan atas maupun bank kecil kini telah dikuasai
Tahun 1997. “Pangan” dalam undang-undang terse- investor asing. Sebut saja BCA, Bank Niaga, Bank
but diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal Permata, BII, Bank Danamon, Bank Lippo, Bank
dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun Panin, Bank NISP telah diambil alih manajemen
tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan asing melalui strategic sales. Namun, bukan cuma
atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bank kelas kakap, bank-bank kecilpun telah dikuasai
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan asing pula, seperti; Bank Swadesi sahamnya dibeli
bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, State Bank of India, Bank Halim Internasional dijual
pengolahan dan atau pembuatan makanan dan ke ICBC (Industrial & Commercial Bank of China),
minuman. Namun bagi petani istilah “kedaulatan Bank Haga dan Hagakita dibeli Rabo Bank Inter-
pangan” atau kedaulatan rakyat atas pangan lebih national (Belanda), Bank Indomonex dibeli State
mencerminkan cita-cita keadilan sosial dibanding Bank of India, Bank ANK dibeli oleh Bank Common-
dengan istilah “ketahanan pangan”. UU No.7 Tahun wealth. Oleh karena itu rasanya lebih tepat jika kita
1996 tentang pangan mendefinisikan ketahanan menyebut mereka itu bank swasta asing dan bukan
pangan sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi lagi bank swasta nasional.
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya Adapun, akibat dari dikuasainya sektor perban-
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, kan oleh pihak asing menyebabkan perekonomian

JEJAK, Volume 2, Nomor 2, September 2009 131


kita didominasi asing. Jumlah dana masyarakat yang kemudian, hanya dalam hitungan bulan ternyata
berhasil disedot bank-bank swasta milik asing jumlah deviden yang diterima STT sudah hampir
mencapai Rp500,9 trilyun pada periode Agustua sama dengan nilai nominal yang dikeluarkan untuk
2006, sedangkan bank-bank pemerintah hanya membeli saham pemerintah di Indosat.
mampu menyedot Rp440,2 trilyun. Alhasil, mereka Kini ketika kita menggunakan ponsel dengan
mempunyai kekuatan yang besar untuk mempenga- operator apapun ternyata sebagian besar sahamnya
ruhi kebijakan perekonomian nasional kita (Tunggul juga sudah dimiliki asing. Telkomsel yang merupakan
Alam, 2009) operator seluler terbesar di Asia Tenggara, 35%
Asumsinya sebagai investor asing tentunya nilai sahamnya sudah milik Singapore Telecom (SingTel).
idealism untuk membantu perekonomian nasional Indosat yang memayungi Satelindo, IM3, Bimagraha
mestinya lebih untuk tidak menyatakan tidak sama sekitar 42% sahamnya dimiliki STT yang sebarisan
sekali. Indikator ini dapat dilihat dalam hal pengu- dengan SingTel. Exelcomindo Pratama (XL) dikuasai
curan kredit bagi usaha kecil menengah (UKM) yang Telecom Malaysia. Belum lagi kini investor Rusia di
hanya 6,8% dari total kredit yang disalurkan, sedang- bawah bendera Alfa Telecom Internasional Mobile
kan yang dikucurkan pemerintah mencapai 20%. Hal (ALTIMO) yang bernaung dibawah Alfa Group beren-
inimenunjukan kurang pedulinya bank-bank swasta cana menanamkan modalnya di bisnis telekomuni-
nasional milik asing untuk membantu sektor UKM. kasi Indonesia. Tak tanggung-tanggung dana yang
Ironisnya kebijakan mereka lebih pada menya- mereka siapkan 2 milyar dolar AS. Dengan digeng-
lurkan kredit-kredit konsumtif dengan berbagai gamnya infrastruktur telekomunikasi oleh negara lain,
promosi yang menyediakan hadiah gila-gilaan. Hal ini tentunya keterjaminan keamanan dan kelancaran
tentunya membutuhkan biaya operasional yang informasi menjadi taruhannya.
sangat besar. Lebih ironis lagi bank-bank swasta Sektor lain yang tak luput dari penguasaan
nasional milik asing ini kebanyak hanya menyalurkan swasta adalah sumberdaya kelistrikan. Daerah Jawa
50% dana yang dihimpun dari masyarakat Indonesia. Bali, diperkirakan akan menjadi kota hantu. Malam
Artinya loan to deposit ratio (LDR) hanya 50%. hari gelap gulita, sedangkan siang hari akan terlihat
Disinyalir dana mereka disimpan dalam bentuk pemandangan yang kacau balau. Lalulintas macet
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Mereka berharap total, kegitan kantor terhenti, deru mesin pabrik
bunga SBI masuk ke kantong mereka. Walhasil, BI terhenti, praktis kehidupan perekonomian mati.
harus membayar bunga trilyunan rupiah kepada Begitulah kira-kira gambaran buruk yang bakal
mereka. Sebagai perbandingan, di negara-negara dihadapi penduduk di tahun 2010.
maju seperti Korea Selatan tiap-tiap cabang bank- Menurut data dari beberapa pembangkit tenaga
bank asing “wajib” menempatkan 25% dari protofolio listrik milik PLN yang khusus mensuplai kebutuhan
kredit mereka kepada pengusaha kecil menengah. Jawa-Bali pada tahun 2008 hanya berkapasitas
Sementara di Indonesia regulasi semacam ini tidak 14.190 megawatt. Sementara kebutuhan puncak
ada. mencapai 14.600 megawatt. Dengan asumsi pertum-
Begitu juga di sektor infrastruktur telekomuni- buhan permintaan suplai listrik rata-rata 10% per
kasi yang merupakan asset strategis bagi keamanan tahun, maka pada tahun 2010 PLN dipastikan tak
negara sehingga digolongkan sektor yang memenuhi bakal mampu melayani.
hajat hidup orang banyak berdasarkan UU No.1 Menyimak riwayat kelistrikan ini sejak tahun
Tahun 1967. Tapi, anehnya justru kini sudah dikuasai 1945 ditangani oleh negara dengan bentuk Jawatan
asing. Industri telekomunikasi di Indonesia yang Listrik dan Gas. Sejak tahun 1961 mulai dikem-
dalam konteks ini adalah operator seluler, semua bangkan menjadi BPU PLN dan 1964 dibentuk PLN
kepemilikan sahamnya dikuasai pihak asing. Yang dan Perusahaan Gas Nasional. Pada tahun 1972
paling menghebohkan terjadi di penghujung tahun PLN berstatus sebagai Perum yang kemudian diubah
2002 saat 41,94% saham Indosat dijual kepada STT menjadi perusahaan perseroan pada tahun 1994.
Pte Ltd. Singapura. Ironisnya, pemerintah merasa Pengelolaan listrik mengalami kekacauan ketika
bangga karena berhasil memasukan dana segar swasta mulai diperkenankan turut serta dalam bisnis
untuk mengisi kas negara. Padahal tak lama

132 Neoliberalisme: Antara Nitos dan Harapan (Soesliowati : 126 – 134)


penyediaan listrik melalui Keppres No.37 Tahun tah dengan pengawasan negara. Sekalipun negara
1992. PLN mulai bekerjasama dengan swasta memegang peranan penting bukan berarti swasta
melalui power purchase agreement yang mengha- tidak bisa berkembang. Justru sebaliknya, swasta
ruskan PLN membeli 100% listrik yang dijual swasta harus dibiarkan berkembang, hanya saja harus
kendati harga jual listrik swasta jauh lebih mahal diawasi agar tidak terjadi konsentrasi dan monopoli.
ketimbang yang dijual PLN ke masyarakat. Penguasaan kegiatan ekonomi oleh swasta harus
Melihat kondisi ini tak terbayangkan betapa dilihat fungsinya, terutama bagi kepentingan peme-
berat beban PLN menanggung semua itu. Kewajiban rintah dan masyarakat. Karena itu penggarapan dan
PLN membeli listrik-listrik swasta sebesar 133,5 pengelolaan yang dilakukan swasta bergantung pada
milyar dolar AS, belum lagi ditambah praktek-praktek rencana pemerintah.
korupsi yang parah serta kerugian yang ditanggung
PLN akibat terdepresiasinya rupiah terhadap dolar PENUTUP
AS. Kejadian berikutnya dapat diduga PLN akan
menaikan tarif dasar listriknya, dan rakyatlah yang Refleksi, perenungan dan analisis yang ter-
menanggungnya. tuang dalam artikel ini akhirnya menyisakan suatu
pertanyaan yang harus dijawab dan direnungkan
Untuk itu kita perlu memahami isi Pasal 33
bersama serta memerlukan tindakan lebih lanjut.
dengan melihat sisi filosofis dan sejarah lahirnya,
Sejarah panjang yang telah dilalui bangsa ini meng-
dimana pendiri republik ini menjabarkan pasal 33
haruskan untuk memikirkan ulang cita-cita sebagai
dengan meletakan azas: pertama, kegiatan ekonomi
bangsa, bahkan memikirkan ulang hakikat kita
masyarakat harus didasrkan kepada rasa kebersa-
sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
maan diantara anggota masyarakat. Kedua, azas
“usaha bersama” ini harus berdasarkan semangat Sadar atau tidak, terencana ataupun spontan,
kekeluargaan yang saling menunjang dan saling masyarakat telah terlibat dalam proses transformasi
menguntungkan diantara berbagai pelaku ekonomi. menuju dunia yang dikuasai oleh paham noelibera-
Ketiga, hal-hal yang menguasai hajat hidup orang lisme. Melalui peran masing-masing individu, kita
banyak dikuasai oleh negara dan dipergunakan tengah memperebutkan wacana antara menyetujui,
untuk sebesar-besarnya kemaknuran rakyat. Keem- membiarkan atau mengiklaskan pembatasan peran
pat, penguasaan negara dan penentuan bidang- negara dalam bidang sosial ekonomi maupun suatu
bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak paham “less government” (selanjutnya, istilah
harus dilakukan melalui peraturan perundang- tersebut seringkali diungkapkan dengan istilah “good
undangan, kebijaksanaan dan pengaturan lainnya. governance”).
Kelima, tidak diberikannya tempat kepada liberalisme Sudah sering kita dengar banyak lembaga
dengan membuang jauh ciri free fight liberalism. mengajukan strategi untuk menurunkan kemiskinan
Sistem ekonomi yang termuat pada pasal 33 bangsa ini. Strategi penghapusan kemiskinan meng-
diciptakan untuk mempersempit bahkan idealnya hadapi kegagalan karena kesalahan menyimpulkan
meniadakan adanya pertentangan dan kesenjangan akar permasalahan, yakni bahwa penyebab kemis-
kelas sosial dalam masyarakat. Kekuatan ekonomi kinan terletak pada diri kaum miskin itu sendiri. Untuk
sesuatu golongan atas golongan yang lain diganti memecahkan masalah kemiskinan kita harus berani
dengan sistem kerjasama berdasar atas azas keke- melihat dari perspektif lain, yakni bahwa kemiskinan
luargaan. Selain itu, dalam konteks membangun justru merupakan akibat dari suatu proses, kebijakan
sistem perekonomian Indonesia, maka pasal 33 dan mekanisme institusional.
harus selalu dikaitkan dengan pasal 27 ayat (2) dan Sebagai kaum intelektual, tugas kita memang
pasal 34 UUD 1945. bukan hanya sekedar memberi makna terhadap
Meskipun begitu pasal 33 tetap menghendaki realitas sosial globalisasi, menguatnya neoliberalis-
efisiensi, karenanya suatu kegiatan ekonomi harus me dan meratapinya. Tugas kita adalah ikut mencip-
ditentukan apakah akan diserahkan kepada swasta, takan sejarah dengan membangun gerakan pemi-
negara atau campuran antara swasta dan pemerin- kiran dan kesadaran kritis untuk memberi makna
atas masa depan kita sendiri. Gerakan counter

JEJAK, Volume 2, Nomor 2, September 2009 133


hegemony harus disusun sebagai bagian dari Barnet, Richard J., and John Cavanagh, 1995,
strategi gerakan sosial merespon kebijakan neoli- Global Dream: Imperial Corporation and The
beral. Salah satu strategi taktis counter hegemony new World order, A touchstone Book, New
York: Simon and Shuster
adalah mendekonstruksi dan mendomistifikasi mitos-
mitos neoliberal seperti mitos dan diskursus civil Chomsky, Noam, 1999, Profit Over People,
society, mitos produk makanan genetis hasil reka- Neoliberalism and Global Order, New York:
Seven Stories Press.
yasa genetika, mitos paten dan intellectual property
rights dan mitos seputar privatisasi. Fakih, Mansour, 2003, Bebas dari Neoliberalisme,
Yogjakarta: Insist Press.
Akhirnya, masih banyak pekerjaan rumah agar
Nasbitt, J., 1994, Global Paradox, Jakarta: Binarupa
negeri ini berjaya. Pertama, mengembalikan negara
Aksara
untuk menjadi penjaga dan pelindung hak ekonomi,
budaya dan sosial warga. Kedua, terus menerus Perkins, J., 2007, Pengakuan Bandit Ekonomi, Jakar-
ta: Ufuk Press.
melakukan protes sosial untuk mengubah kebijakan
negara dan mencermati setiap kesepakatan negara Prasetiantono, A Tony, 2009, Neoliberalisme, Kom-
dengan negara lain. Ketiga melakukan pengem- pas, 27 Mei, hal.6
bangan kapasitas counter discourse and hegemony Redwood, J., 1989, Popular Capitalsm, London:
atas dominasi diskursus neoliberal terhadap demo- Routledge
kratisasi, good governance dan civil society. Stiglitz, Joseph E., 2002, Globalization and Its
Discontents, Penguin Book, Allen Lane.
Tunggul Alam, W., 2009, Di bawah Cengkeraman
DAFTAR PUSTAKA
Asing: Membongkar Akar Persoalan dan Tawar-
Amin, Samir, 1990, Capitalism in the age of Globali- an Revolusi untuk Menjadi Tuan di Negeri
zation: The management of contemporary Sendiri, Jakarta: Ufuk Press.
Society, London: Zed Book.

134 Neoliberalisme: Antara Nitos dan Harapan (Soesliowati : 126 – 134)

Anda mungkin juga menyukai