Anda di halaman 1dari 2

Nama : Kania Henjaningtyas

NIM : 07041281823078
Mata kuliah : Teori Hubungan Internasional
Jurusan : Hubungan Internasional

Teori Kritis dan Hubungan Internasional

Definisi dan Asumsi Dasar

Apa itu kritik ?


Kritik adalah paradigma pencerahan (modern) destruksi kreatif.

Teori kritis merupakan teori sosial yang menekankan pada analisis kehidupan sosial secara menyeluruh
dengan orientasi terciptanya transformasi sosial. Implementasi teori ini tidak diarahkan kemana-mana
melainkan untuk mendorong adanya perubahan sosial di masyarakat. Perubahan sosial yang dimaksud
adalah terciptanya masyarakat yang terbebaskan, adil, dan mandiri dari dominasi kultural serta
ideologis.

Teori kritis merupakan teori yang relatif baru yang lahir pada akhir tahun 1970-an hingga awal tahun
1980-an. Menurut Linklater (1996), Teori kritis memiliki empat asumsi dasar. Asumsi yang pertama
yakni teori kritis mengkritisi permasalahan kaum positivis dengan menyatakan bahwa pengetahuan
tidak datang begitu saja dari keterlibatan suatu subjek dengan realitas objektif, namun pengetahuan
sebenarnya hadir dan mencerminkan sebuah tujuan sosial dan kepentingan. Asumsi yang kedua yakni
teori kritis mengkritisi dan menentang klaim empiris mengenai dunia sosial yang berasumsi bahwa
struktur yang ada tidak berubah. Dalam hal ini teori kritis menganggap bahwa dalam kenyataannya
terdapat kesempatan untuk sebuah komunitas berubah dan individu serta kelompok akan mendapat
kebebasan yang lebih dari sebelumnya. Asumsi yang ketiga yakni teori kritis menolak adanya kelas-
kelas, asumsi yang ketiga ini bisa dibilang terinpirasi dari perspektif sebelumnya yakni marxisme, teori
kritis beranggapan bahwa kelas-kelas yang ada bukanlah penentu utama masyarakat atau sejarah.
Asumsi yang keempat yakni teori kritis mengkritisi pengaturan sosial dengan melakukan dialog terbuka
dengan membentuk bentuk komunitas politik (Linklater, 1996).

Tradisi Pemikiran Teori Kritis

Teori kritis lahir dari tradisi pemikiran Marxian. Dengan kata lain, seorang tokoh intelektual Karl Marx
menjadi salah satu sosok inspiratif teori ini. Fondasi teori kritis juga tidak lepas dari pengembangan
teori Marx yang dilakukan oleh intelektual Marxist seperti Gyorgy Lukacs dan Antonio Gramsci.
Keduanya menginspirasi secara toritis dan praksis pemikiran tokoh intelektual dari Universitas
Frankfurt, German seperti Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse, Erich Fromm, Walter
Benjamin dan Juergen Habermas.

Tokoh-tokoh dari Frankfurt tersebut menyebut dirinya sebagai komunitas epistemik yang dikenal
dengan sebutan the Frankfurt School. Mereka itulah yang mengembangkan konsep dan definisi dari
teori kritis.

Problem Solving : Theory vs Critical Theory

Traditional theory : Pengetahuan ‘ada diluar sana’. Realitas diluar pengamat, kita cukup menjelaskan
realitas itu apa. Keterpisahan subjek (teoritisi) dari objek, dan bebas nilai.

Critical theory : Knowledge is ‘situated’, menolak pemisahan subjek pengakuan atas relasi antara
pengetahuan dengan kekuasaan.
Inkusi & Eksklusi : Moral Citizen vs alien

Hak dan kewajiban moral (konsep dan wilayah kedaulatan) menghambat emansipasi manusia melalui
operasi inklusi dan eksklusi.

Warga adalah orang yang tetap tinggal di suatu negara, berutang kesetiaan kepada negara, dan
menikmati hak-hak sipil dan politik tertentu. Perbedaan utama antara warga negara dan orang asing
adalah: (a) warga negara adalah penduduk tetap negara, sedangkan orang asing adalah penduduk
sementara, yang datang untuk waktu tertentu sebagai turis atau untuk penugasan diplomatik. (b) warga
menikmati hak-hak politik dan berpartisipasi dalam fungsi pemerintahan. , menggunakan hak mereka
untuk memilih, hak untuk mengikuti pemilu dan hak untuk memegang jabatan publik. Alien tidak
memiliki hak tersebut di negara mana mereka tinggal sementara. Mereka menikmati hak-hak sipil
tertentu. , hak untuk hidup, milik pribadi dan agama. Kewarganegaraan adalah ikatan hukum antara
warga negara dan negara. Ini adalah dua cara hubungan antara mereka. Di satu sisi, negara
mempertahankan hak dan hak tertentu bagi individu, yaitu. , para penduduk. Di sisi lain, warga berutang
kesetiaan kepada negara dan melakukan sejumlah tugas. Kewarganegaraan alami ditentukan oleh dua
prinsip (a) melalui darah atau keturunan (b) di tempat kelahiran. Kewarganegaraan alam secara otomatis
diperoleh melalui kelahiran sementara kewarganegaraan yang alami diperoleh setelah memenuhi
syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh negeri itu. Aturan untuk memperoleh kewarganegaraan
bervariasi dari satu negara ke negara lain.

Kosmopolitanisme dan Moral Universal

Kosmopolitanisme merupakan sebuah paham yang berasal dari bahasa yunani cosmos dan polites.
Cosmos dapat diartikan sebagai universe, sementara polites memiliki arti citizen. Sehingga dengan
demikian arti dari kosmopolitanisme sendiri adalah paham yang meyakini bahwa kita sebagai manusia
adalah citizen of the universe atau warga dunia. Bagaimana kita dapat hidup bersama dan bagaimana
kita dapat hidup dengan manusia lain (Wardhani 2017). Paham ini pun mengarah pada identitas kita
sebagai warga dunia yang mempunyai rasa tanggung jawab atas apa yang terjadi dengan manusia lain
meskipun memiliki perbedaan status warga negara, ras, agama, dan lain-lain. Konsep kosmopolitanisme
sendiri pertama kali dikemukakan oleh Diogene de Sinope yang merupakan seorang filsuf dari Yunani
yang lahir pada tahun 412 sebelum masehi. Diogene mengungkapkan, “I am a citizen of the world” atau
bahwa dirinya adalah seorang warga dunia. Selain Diogene, filsuf Yunani lain yang menyebutkan
bahwa dirinya adalah seorang warga dunia adalah Socrates. Socrates sendiri mengungkapkan, “I am
not an Athenian but a citizen of the world”. Kemudian terdapat kaum stoic yang mengembangkan ide
Diogene tentang kosmopolitanisme. Bahwa setiap manusia dapat dimasukkan dalam dua komunitas,
komunitas lokal di mana mereka lahir dan komunitas dunia. Sehingga seluruh umat manusia adalah
saudara, seluruh umat manusia hidup harmonis sesuai dengan hukum negara, orang asing itu tidak ada,
dan budak juga adalah manusia (Wardhani 2017).
Nilai moral adalah asas yang diterima secara universal yang mengatur kehidupan kehidupan hari ke
hari. Asas-asas ini penting dalam mempertahankan kesatuan, keharmonisan dan kehormatan di antara
orang-orang. Nilai-nilai Moral biasanya komunal dan dibagikan secara umum, jadi jika tidak ada
kesepakatan di antara anggota masyarakat tidak ada nilai-nilai Moral yang akan ditegakkan. Nilai-nilai
moral universal adalah nilai-nilai yang diterima oleh komunitas internasional. Ini adalah: • damai; •
kebebasan; • kemajuan sosial; • hak yang sama; • martabat manusia.

Anda mungkin juga menyukai