Universitas Indonesia.
Diplomasi publik. Istilah tersebut merupakan istilah yang lazim digunakan untuk
menggambarkan keadaan dunia diplomasi selepas masa diplomasi tradisional, sebuah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan upaya yang dilakukan oleh pemerintahan suatu
negara untuk berkomunikasi dengan publik di negara lain. Menurut Edmund Gullion,
diplomasi publik dipahami sebagai usaha resmi dari pemerintahan suatu negara untuk
membentuk lingkungan komunikasi di luar negeri, di mana kebijakan luar negeri negaranya
dijalankan, dengan tujuan mengurangi kesalahpahaman dan mispersepsi yang dapat
menyulitkan hubungan negaranya dengan negara-negara lain 1 . Mengadopsi perkataan
Planning Group for Integration of USIA pada 20 Juni 1997, diplomasi publik dipahami
sebagai usaha mempromosikan kepentingan nasional suatu negara melalui pemahaman,
pemberitahuan, dan usaha mempengaruhi audiens luar negeri2.
Dalam usahanya membentuk lingkungan komunikasi di luar negeri, diplomasi
publik menggunakan tiga dimensi utama, yaitu manajemen berita (news management),
komunikasi strategis (strategic communications), dan penjalinan hubungan (relationship
building). Ketiga dimensi ini juga dijelaskan lebih lanjut oleh Joseph S. Nye Jr. yang
mengatakan ada tiga dimensi diplomasi publik yaitu 1) membangun komunikasi secara rutin,
yang menjelaskan konteks dari kebijakan domestik maupun luar negeri suatu negara, 2)
membangun sebuah komunikasi strategis, di mana suatu tema khusus terus-menerus
dipromosikan negara kepada publik, dan 3) membangun hubungan jangka panjang dengan
individu-individu penting lewat program-program seperti beasiswa, pertukaran pelajar atau
1
Pengertian disampaikan pada persentasi “Diplomacy by Other Means”, oleh Adli Hakim pada 29 Oktober
2008, dosen mata kuliah Diplomasi Modern untuk jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Indonesia.
2
Mark Leonard, et. all. Public Diplomacy. (London : The Foreign Policy Centre, 2005), hal. 1.
Page | 1
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.
tenaga ahli, pelatihan, seminar, dan sebagainya. Selain ketiga dimensi utama
tersebut, diplomasi publik juga memiliki tujuh pilar utama, seperti yang disebutkan oleh Ross
yaitu adanya 1) integrasi diplomasi publik ke dalam kebijakan luar negeri, 2) penyesuaian
dengan konteks, 3) kredibilitas dan konsistensi pesan yang disampaikan, 4) pembuatan tema
untuk target yang spesifik, 5) penggunaan media nasional dan transnasional, 6) aliansi dan
kemitraan, dan 7) komitmen untuk dialog dan pertukaran. Ketujuh pilar itu merupakan
pilar-pilar yang menyusun suatu diplomasi publik, ketujuh unsur yang pasti ada dan terpenuhi
dalam diplomasi publik yang sesungguhnya.
Kesadaran akan urgensi sebuah diplomasi publik sebenarnya muncul sejak opini
publik mulai dirasa berpengaruh dalam penentuan suatu kebijakan dan politik luar negeri.
Urgensi peranan opini publik dalam menentukan kebijakan luar negeri yang dikeluarkan elit
pengambil keputusan ini bila dimanfaatkan dengan baik oleh suatu negara dapat
membuahkan keberhasilan dalam usaha diplomasi negara tersebut, yang akhirnya akan
berdampak pada terwujudnya kepentingan nasional negara pelaku diplomasi. Dengan
mempengaruhi opini publik, secara tidak langsung arah kebijakan luar negeri negara objek
diplomasi publik akan dapat disetir oleh negara pelaku diplomasi publik, yang kemudian
akan berdampak pada berhasilnya usaha diplomasi negara pelaku dan tercapainya
kepentingan nasional negara pelaku diplomasi publik. Sadar akan hal tersebut, berbagai
negara pun lantas mulai memperhatikan dan menonjolkan sisi diplomasi publiknya. Salah
satu negara yang dinilai berhasil dalam menunjukkan diplomasi publiknya adalah
China—melalui Institut Konfusiusnya (Confucius Institute). Institut Konfusius dipahami
sebagai sebuah institusi publik non-profit yang bertujuan untuk mempromosikan budaya dan
bahasa China, serta membantu mengembangkan sistem pengajaran lokal China di taraf
internasional melalui berbagai cabang Institut Konfusius. Kantor pusat Institut Konfusius
terletak di Beijing, di sinilah berbagai metode dan teknik pengajaran, serta media
pembelajaran berasal. Melalui kantor pusat/headquarters di Beijing inilah, segala kegiatan
Institut Konfusius di berbagai negara diatur. Institut Konfusius sendiri kini telah dibuka di 75
negara, dengan jumlah total Institut Konfusius yang dibuka mencapai 262 cabang. Institut
Konfusius hadir untuk memenuhi keinginan warga China yang tersebar di berbagai belahan
bumi, juga memenuhi keinginan warga lain yang ingin memahami lebih lanjut dan
Page | 2
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.
mendalami nilai-nilai budaya dan bahasa China. Tidak hanya itu, Institut Konfusius
juga memberikan pelatihan bagi mereka yang ingin menjadi tenaga pengajar tanpa gelar di
China, yang berlaku dalam berbagai bidang seperti turisme, bidang pengobatan China, dan
bidang lainnya. Sistem yang ditawarkan oleh Institut Konfusius adalah sistem berupa aliansi
antara universitas/institusi penyedia tempat bagi Institut Konfusius dan Institut Konfusius
sendiri : universitas/institusi memberikan tempat untuk dibukanya Institut Konfusius, dan
Institut Konfusius akan memberikan berbagai prasarana seperti berbagai buku, film, staff
tenaga pengajar, dan sarana lain yang dapat menunjang terlaksananya kegiatan di Institut
Konfusius.
Sekilas terlihat, Institut Konfusius merupakan suatu badan yang berdiri sendiri
dengan tujuan mempromosikan budaya dan bahasa China. Namun setelah diteliti lebih lanjut,
ternyata Institut Konfusius merupakan bentuk diplomasi publik China yang paling terlihat
eksistensinya hingga sekarang. Sebagai bentuk diplomasi publik, tentulah terdapat peran yang
besar dari pemerintah China, terutama dalam hal pengadaan dana operasional. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, Institut Konfusius merupakan suatu badan non-profit yang tidak
memungut biaya bagi para peminatnya. Hal ini tentulah mengherankan mengingat Institut
Konfusius merupakan institusi besar yang sudah membuka cabangnya di berbagai belahan
dunia. Pendanaan ternyata datang dari investasi bersama antara wilayah yang ditempati
Institut Konfusius dan kantor pusat Institut Konfusius di Beijing sendiri. Tidak hanya itu,
pendanaan Institut Konfusius juga disokong oleh Pemerintah China yang kabarnya telah
mengucurkan dana dalam jumlah tidak sedikit untuk membiayai operasional Institut
Konfusius. Tidak hanya memberikan bantuan dalam hal pendanaan, Pemerintah China juga
sangat mendukung perkembangan dan penyebaran Institut Konfusius di dunia. Dalam
kementrian China, Institut Konfusius diurus oleh National Office for Teaching Chinese as a
Foreign Language (yang dikenal dengan nama Hanban), yang merupakan cabang dari
Departemen Pendidikan Kementrian China (Chinese Ministry of Education). Pemerintah
China mengatakan, persebaran Institut Konfusius dinilai dapat membantu membangun dan
mengembangkan relasi yang baik antara China dengan negara-negara penyedia tempat bagi
Institut Konfusius. Selain itu, keberadaan Institut Konfusius merupakan media yang baik bagi
penyebaran budaya dan bahasa China. Karena berbagai alasan itulah, pemerintah China
Page | 3
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.
3
John H. Brown. PDPBR For February 24 (Supplement: PD In Asia, Australia).
http://uscpublicdiplomacy.com/index.php/newsroom/johnbrown_detail/070224_pdpbr_supplement_pd_in_as
ia_australia/, diakses pada 3 November 2008, pukul 22.46.
Page | 4
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Indonesia.
Page | 5