Anda di halaman 1dari 26

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

ASAS HUKUM ADAT


Pengertian Hukum Adat

• Ter Har
Seluruh peraturan yang ditetapkan dalam
keputusan-keputusan dengan penuh wibawa yang
dalam pelaksanaannya “diterapkan begitu saja”,
artinya tanpa adanya keseluruhan peraturan yang
dalam kelahirannya dinyatakan mengikat sama
sekali.
• C. Van Vollenhoven

Keseluruhan aturan tingkah laku yang positif, yang


dimana di satu pihak mempunyai sanksi (oleh
karenanya itu disebut hukum) dan di pihak yang lain
dalam keadaan tidak dikodifikasikan (oleh karenanya
itu disebut adat).
• Soepomo
Hukum yang mengatur tingkah laku individu atau
manusia Indonesia dalam hubungan satu sama lain,
baik itu keseluruhan kelaziman, kebiasaan dan
kesusilaan yang hidup di dalam masyarakat adat
karena dianut dan dipertahankannya oleh anggota-
anggota masyarakat itu, juga keseluruhan peraturan-
peraturan yang mengenal sanksi atas pelanggaran dan
yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan
para penguasa adat. Mereka yang mempunyai
kewibawaan dan kekuasaan, memiliki kewenangan
dalam memberi keputusan terhadap masyarakat adat
itu, yaitu dalam keputusan lurah, pembantu lurah, wali
tanah, penghulu, kepala adat dan hakim.
• Hazairin
Merupakan kaidah-kaidah kesusilaan yang
kebenarannya telah mendapat pengakuan umum
dalam masyarakat itu yang dibuktikan dengan
kepatuhannya terhadap kaidah-kaidah tersebut

• Kesimpulan Seminar Hukum Adat Tahun 1975


Hukum Indonesia asli, yang tidak tertulis dalam
bentuk perundang-undangan Republik Indonesia
yang disana-sini mengandung unsur agama.
Sejarah Singkat

• Hukum adat “Adat Recht” dikenalkan


pertama kali oleh Prof. Dr. Christiaan
Snouck Hurgronje yang Dikembangkan
lebih lanjut oleh Prof. Mr. Cornelis van
Vollenhoven dan Mr. B. Ter Haar.
Pada tahun 1929 istilah Adat Recht baru
dipergunakan, hal ini dikarenakan adanya
perubahan perundang-undangan Pemerintah
Hindia Belanda pada tahun 1929 pada pasal
134 I.S ( Indische Staatsregeling) dimana
redaksi ayat-ayat dari pasal 134 itu menyebut
kata “hukum adat” (adattrecht) yang
sebelumnya menyatakan Hukum Adat ialah
‘Undang-undang Agama, lembaga
kebudayaan bangsa dan kebiasaan”
receptio in complexu

Mr. LCW Van Der Berg.


Kalau suatu masyarakat itu memeluk agama
tertentu maka hukum adat masyarakat yang
bersangkutan adalah hukum agama yang
dipeluknya. Kalau ada hal-hal yang
menyimpang dari pada hukum agama yang
bersangkutan, maka hal itu dianggap sebagai
pengecualian.
Menurut Christiaan Snouck
Hurgronje

• Tidak semua bagian hukum agama diterima,


diresepsi, dalam hukum adat. Hanya bagian
tertentu saja dari hukum adat dipengaruhi
oleh hukum agama (terutama bagian hukum
keluarga, hukum perkawinan, dan hukum
waris yang mendapat pengaruh dari hukum
agama)
• Hukum agama atau dikenal
(godsdienstige wetten) berbeda dengan
hukum adat. Ini adalah suatu bukti
kesalahpahaman, dimana hukum adat itu
dianggap sama dengan hukum agama.
Pemakaian istilah yang salah ini mencapai
puncaknya pada bagian kedua abad ke 19,
dimana Van den Berg telah
mengemukakan teori receptio in
complexu.
Susunan Persekutuan Hidup

• Menurut kenyataan masyarakat hukum adat


mempunyai susunan / struktur bersifat
Genealogis (keturunan/kekerabatan) dan
Teritorial (kedaerahan). Artinya suatu
persekutuan hidup itu ada, dapat disebabkan
karena para anggotanya satu sama lain
berasal dari satu keturunan yang sama, dan
mungkin juga karena bersama tinggal dalam
lingkungan daerah yang sama
Genealogis (keturunan/kekerabatan)

• Patrilinieal (kebapakan)
• Matrilineal (keibuan)
• Parental / bilateral (garis ibu dan bapak)
Patrilineal
• Patrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur
keturunan berasal dari pihak ayah. Dimana jika terjadi masalah maka
yang bertanggungjawab adalah pihak laki-laki. Sistem kekeluargaan
ini dianut oleh bangsa Arab, Eropa, Bali, Ambon dan
suku Batak yang hidup di daerah Sumatera Utara.
• Kata Patrilineal seringkali disamakan dengan patriarkhat atau
patriarkhi, meskipun pada dasarnya artinya
berbeda. Patrilineal berasal dari dua kata, yaitu pater (bahasa Latin)
yang berarti “ayah”, dan linea (bahasa Latin) yang berarti “garis”.
Jadi, “patrilineal” berarti mengikuti “garis keturunan yang ditarik dari
pihak ayah”. Sementara itu patriarkhat berasal dari dua kata yang
lain, yaitu pater yang berarti “ayah” dan archein (bahasa Yunani)
yang berarti “memerintah”. Jadi, “patriarkhi” berarti “kekuasaan
berada di tangan ayah atau pihak laki-laki“. Dari pengertian tersebut
jelas terlihat perbedaan makna dari kedua kata tersebut. Patrilineal
mengarah ke garis keturunan dan patriarkhat lebih menjurus kearah
kekuasaan. Meski kedua hal tersebut sama-sama memiliki kaitan
dengan pihak laki-laki.
Matrilineal
• Matrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur
alur keturunan berasal dari pihak ibu. Kata ini seringkali
disamakan dengan matriarkhat atau matriarkhi, Meskipun
pada dasarnya artinya berbeda. Matrilineal berasal dari dua
kata, yaitu mater (bahasa latin) yang berarti "ibu",
dan linea (bahasa Latin) yang berarti “garis”. Jadi
matrilineal berarti mengikuti garis keturunan yang ditarik
dari pihak ibu.
• Sementara itu matriarkhat berasal dari dua kata yang lain,
yaitu mater yang berarti "ibu" dan archein (bahasa Yunani)
yang berarti "memerintah". Jadi, "matriarkhi" berarti
"kekuasaan berada di tangan ibu atau pihak perempuan”.
• Penganut adat matrilineal adalah: suku Indian di Apache
Barat, suku Navajo, yang kesemuanya adalah penduduk
asli Amerika Serikat, suku Khasi di Meghalaya, India
Timur Laut, suku Nakhi diprovinsi Sichuan dan Yunnan,
Tiongkok, Suku Minangkabau di Sumatera Barat.
Parental

• System Kekeluargaan dengan menarik garis keturunan dari


kedua belah pihak orang tua. Yaitu baik dari garis Ayah
maupun garis Ibu. Sistem kekerabatan ini dianut oleh
banyak daerah di negara Indonesia seperti Jawa, Madura,
Sumatra Timur, Riau, Aceh, Sumatra Selatan, Ternate,
Lombok dll.
• Ciri khas tersendiri yaitu bahwa yang merupakan ahli waris
adalah anak laki-laki maupun anak perempuan. Mereka
mempunyai hak yang sama atas harta peninggalan orang
tuanya sehingga dalam proses pengalihan / pengoperan
sejumlah harta kekayaan dari pewaris kepada ahli waris,
anak laki-laki dan anak perempuan mempunyai hak untuk
diperlakukan sama.
Teritorial (kedaerahan)

• Masyarakat hukum desa


(dorpsgemeenschap)
• Masyarakat hukum wilayah
(streekgemeenschap)
• Masyarakat hukum serikat desa
(doprpenbond)
Sumber – Sumber Hukum Adat
Berdasarkan asalnya sumber hukum adat di
Indonesia diklasifikasikan menjadi dua yaitu
terdiri Sumber hukum (rechtsbron), antara
lain meliputi: Kebiasaan dan adat istiadat
yang berhubungan dengan tradisi rakyat (van
Vollenhoven), Kebudayaan tradisional rakyat
(Terhaar), Ugeran-ugeran yang langsung
timbul sebagai pernyataan kebudayaan orang
Indonesia asli (Djojodiguno) dan Perasaan
keadilan yang hidup di dalam hati nurani
rakyat (Soepomo).
• Sumber hukum adat selanjutnya adalah
pengenalnya (kenbron), antara lain: Pepatah-
pepatah adat, Yurisprudensi adat, dan Laporan-
laporan dari komisi-komisi penelitian yang
khusus dibentuk. Selain itu juga terdapat
Dokumen-dokumen yang memuat ketentuan-
ketentuan hukum yang hidup pada waktu itu,
baik berupa piagam peraturan-peraturan,
maupun ketentuan-ketentuan/keputusan-
keputusan. Sumber hukum adat selanjutnya
adalah buku Undang-Undang yang ditulis oleh
Raja atau sultan atau buku karangan para ahli
hukum/ sarjana.
Bentuk Bentuk Hukum Adat

• Bagian yang tidak tertulis


• Bagian yang tertulis

Samidjo, S.H.
Bagian Yang Tidak Tertulis

• Tumbuh serta hidupnya hukum adat di


dalam masyarakat yang kebanyakan masih
buta huruf. Hukum adat itu dapat kita
ketahui dari keputusan keputusan para
pimpinan persekutuan, yang tidak boleh
bertentangan dengan kesadaran hukum
masyarakat.
Bagian Yang Tertulis

• Di daerah – daerah yang sudah


mengenal tulisan, maka peraturan
peraturan hukum adat itu sudah
dituliskan. Misalnya pranata pranata
di daerah swapraja dan Subak di Bali
(sistem pengairan sawah)
Asas Asas Pokok Hukum Adat
• Asas Terang dan Tunai
Konkrit, artinya “jelas, nyata berwujud”,
Visual artinya “dapat terlihat, tampak,
terbuka, tidak sembunyi”. Jadi, sifat
hubungan hukum yang berlaku di dalam
Hukum Adat itu adalah “terang dan tunai,
tidak samar - samar, terang disaksikan,
diketahui, dilihat dan didengar orang lain, dan
nampak terjadi. Contoh: ijab Kabul (serah
terima), uang Panjar.
• Asas Religio Magis
Kepercayaan tradisionil Indonesia, tiap-tiap
masyarakat diliputi oleh kekuatan gaib yang
harus dipelihara agar masyarakat itu tetap
aman tentram bahagia dan lain-lain. Tidak
ada pembatasan antara dunia lahir dan dunia
gaib serta tidak ada pemisahan antara
berbagai macam lapangan kehidupan, seperti
kehidupan manusia, alam, arwah-arwah
nenek moyang dan kehidupan makluk-
makluk lainnya.
• Asas Musyawarah

Mengutamakan adanya musyawarah dan


mufakat di dalam keluarga, didalam
hubungan kekerabatan dan ketetanggaan
baik untuk memulai sesuatu pekerjaan
maupun didalam mengakhiri pekerjaan
apalagi yang bersifat perselisihan, maka
menyelesaian perselisihan dilakukan
dengan musyawarah antara satu dengan
yang lainnya.
• Asas Tidak Dikodifikasi (dibukukan)

Hukum Adat kebanyakan tidak tertulis


walaupun ada juga di antaranya yang
dicatatkan, namun hanya sekedar sebagai
pedoman dan bukan mutlak harus
dilaksanakan oleh anggota masyarakat,
kecuali yang bersifat perintah Tuhan.
Umumnya tidak dikodifikasikan, karena
hukum adat mudah berubah dan dapat
menyesuaikan dengan perkembangan
masyarakat.
• Asas Kebersamaan
Lebih mengutamakan kepentingan bersama dimana
kepentingan pribadi itu diliputi oleh kepentingan
bersama. Hubungan hukum antara anggota
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lainnya didasarkan oleh rasa kebersamaan,
kekeluargaan, tolong menolong dan gotong royong”.
Contoh dalam masyarakat sasak di Lombok terdapat
Belangar. Belangar ini merupakan adat yang
diterapkan dimana seseorang akan membawa berupa
beras atau gula untuk dibawa ketempat acara kematian
tersebut. Semua ini dilakukan untuk meringankan
beban keluarga yang ditinggalkan.

Anda mungkin juga menyukai