Anda di halaman 1dari 5

FTAA (Free Trade Area of the America)

Amerika Serikat selama satu dekade terakhir ini memimpin suatu inisiatif perdagangan bebas
kontinental Amerika. Perdagangan bebas ini diberi nama FTAA (Free Trade Area of the Americas),
yaitu rencana perdagangan di seluruh wilayah benua Amerika. Sebagian negoisasi tentang FTAA
yang dipublikasikan pada awal tahun 2001 membuat banyak media berpikir bahwa gigantic
negoitation akan membawa blok perdagangan bebas ini menuju kenyataan. Negoisasi yang tengah
terjadi dalam FTAA mencakup beragam isu, seperti isu investasi, jasa, akses pasar, buruh,
lingkungan, dispute settlement, hak kekayaan intelektual, pertanian dan subsidi, anti-dumping dan
countervailing measures. Namun usaha serius pemerintah AS terutama periode kepemerintahan Bush,
hingga saat ini belum membuat FTAA ini menjadi suatu kenyataan.
Meskipun mendapat dorongan kuat dari AS, FTAA mengalami benturan kepentingan antara
kapitalisasi negara di utara benua dengan negara yang ada di selatan. Pertemuan antar kepala negara
sebenarnya telah digelar pada first summit tanggal 9-11 desember 1994 untuk menyepakati
kepentingan yang berbenturan. Pada first summit ini disepakati pembentukan FTAA oleh 34 negara
anggota dengan melandaskan komitmen bersama untuk melakukan liberalisasi perdagangan yang
berkelanjutan, yang mendukung kebijakan tentang lingkungan dan hak asasi pekerja.
First Summit ini mengawali pembicaraan mengenai FTAA yang sebenarnya sampai saat ini
impian tersebut belum menjadi kenyataan. FTAA seperti sebuah impian tentang kesempurnaan yang
tidak kunjung datang. Negoisasi panjang yang telah ditempuh sejak tahun 1994 hingga sekarang tidak
memberikan hasil yang nyata.
Persiapan negosiasi FTAA dimulai pada tanggal 9-11 Desember 1994, dimana first summit
diadakan untuk memulai proses negoisasi antara 34 negara yang dilibatkan. Didalam first summit ini,
komitmen antar negara dibentuk dan penentuan agenda-agenda selanjutnya dalam pembahasan
integrasi ekonomi ini. Negosisasi selanjutnya diadakan pada tanggal 19 April 1998 yang disebut
dengan second summit.
Negosiasi yang dilakukan dalam FTAA ini secara garis besar membahas tentang akses pasar
yang mudah antar negara anggota, peningkatan investasi dalam rangka peningkatan produktifitas,
peningkatan sektor jasa, government procurement, dispute settlement, perdagangan produk pertanian,
perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual, pengaturan kebijakan subsidi, antidumping dan
countervailing duties, serta kebijakan tentang kompetivitas produk antar negara. Kesembilan subjek
pembahasan ini memiliki working group masing-masing untuk menyelesaikan isu tersebut. Selain
working group tersebut, FTAA memiliki komite khusus yang terbagi dalam Consultative Group on
Smaller Economies, Committee of Government Representatives on the Participation of Civil Society,
E-Commerce committee dan Technical Committee.
Negoisasi telah dilakukan dan FTAA memiliki declaration of principles yang mana
menegaskan kepada seluruh negara anggota untuk berkomitmen berbagi prinsip-prinsip demokrasi,
integrasi ekonomi dan keadilan sosial. Tujuan dari deklarasi ini adalah untuk menguatkan demokrasi
masyarakat di benua Amerika, mengedepankan kemakmuran dalam integrasi ekonomi dan
perdagangan bebas, menghapuskan kemiskinan dan diskriminasi di benua Amerika, serta menjamin
pembangunan berkelanjutan dan melakukan konservasi alam untuk generasi mendatang.
FTAA pada dasarnya juga merupakan perjanjian penghapusan hambatan dagang antar negara
anggota. Banyak metode yang digunakan oleh negara untuk menciptakan hambatan bagi perdagangan
luar negeri. Metode ini termasuk tariff, pajak yang dikenakan pada barang impor agar harga barang
impor lebih tinggi dari harga domestik, dan subsidi berupa uang untuk menurunkan harga produk
domestik. Perdagangan bebas FTAA ini adalah usaha untuk mengurangi hambatan-hambatan dagang
tersebut agar terjadi liberalisasi perdagangan di benua Amerika. Langkah penghapusan hambatan ini,
tidak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan goncangan terhadap perekonomian suatu negara jika
negara tersebut belum siap terhadap arah perubahan kebijakan proteksionisme menuju liberalisme.

FTAA dalam perspektif Amerika Serikat.


Amerika Serikat memandang perdagangan bebas dengan melibatkan seluruh negara di benua
Amerika akan menguatkan posisi dirinya sebagai negara industrialisasi yang besar. Amerika Serikat
perlu untuk mentransformasi dan memperbaharui struktur industrialisasi dan teknologi Amerika, yang
bertujuan untuk mengatasi defisit finansial dan perdagangan selama beberapa dekade terakhir.
Liberalisasi perdagangan dan integrasi ekonomi adalah langkah yang ditempuh Amerika Serikat guna
memperkuat dirinya sebagai world economy leader.
Langkah yang dilakukan Amerika Serikat sejalan dengan perspektif liberalisme ekonomi.
Dengan menyandang beban sebagai negara kapitalis dengan sistem ekonomi liberal, Amerika Serikat
membawa atmosfer keberhasilan sistem ekonominya diberbagai penjuru dunia. Liberalisme yang
secara umum membatasi legitimasi kekuatan politik dan hanya dijadikan penyeimbang bagi
kebebasan publik, secara pasti telah membawa Amerika Serikat menuju titik kemakmuran dan
bertengger dipuncak dunia. Kemenangan telak atas ideologi sosialis menjadi bukti akan tangguhnya
ideologi ini.
Alasan Amerika Serikat merangkul negara-negara Amerika Latin adalah untuk mewujudkan
regionalisme perekonomian di kawasan Amerika latin dan menyebarluaskan prinsip demokrasi demi
terpenuhinya kepentingan nasional dari Amerika Serikat. Regionalisme yang secara harfiah dapat
diartikan sebagai suatu kawasan yang terdiri dari beberapa negara yang memiliki kedekatan secara
geografis, sosial dan kultural dimana negara tersebut saling terkoneksi dan berinteraksi, dapat
membawa pengaruh tersendiri bagi pengaitan perekonomian suatu negara dengan kawasan dimana
negara tersebut berada. Regionalisme inilah yang dijadikan tunggangan Amerika Serikat untuk
mewujudkan regionalisme ekonomi di kawasan Amerika.
Meskipun begitu, Amerika Serikat sebenarnya juga memiliki motif-motif tersendiri dalam
rangka menggaet negara-negara di selatan benua. Ekonomi Amerika Serikat mendapatkan persaingan
berat dari Uni Eropa serta Asia, khususnya Asia Timur. Jadi Amerika Serikat perlu mendapatkan
alternatif pengembangan ekonomi terhadap daerah lain yang potensial. Buruh sebagai elemen penting
bagi roda perekonomian suatu negara, akan didapatkan oleh Amerika Serikat dengan gaji yang murah
dengan bantuan supply dari negara-negara Amerika Latin apabila Amerika Serikat mampu merangkul
negara-negara Amerika Latin untuk mewujudkan perdagangan bebas antar negara di benua Amerika.
Jika buruh dengan upah murah dapat diperoleh Amerika Serikat, maka persaingan harga produk
Amerika akan berada pada level aman dan cukup untuk berkompetisi dengan produk murah China.
Selain itu, diatas keberhasilannya dalam NAFTA (North American Free Trade Area),
Amerika Serikat berambisi untuk meluaskan perdagangan bebasnya. Melalui perdagangan bebas ini,
Amerika Serikat dapat membentuk beberapa peraturan dan prosedur bagi perekonomian dunia.
Tentunya hal ini yang akan dapat menguntungkan Amerika Serikat. Dan hal terdekat yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan hal ini adalah melakukan integrasi ekonomi terhadap benua Amerika.
Amerika Latin sebagai bagian dari geopolitik Amerika Serikat, sepanjang sejarahnya
dijadikan Amerika Serikat menjadi zona economic influence-nya. Keberhasilannya, setidaknya dalam
beberapa dekade ini untuk menjadikan dirinya sebagai pengaruh ekonomi dominan dalam sistem
perekonomian negara-negara Amerika Latin. FTAA ini nantinya dapat dijadikan stimulus bagi
kepentingan bisnis Amerika Serikat di Amerika Latin. Selain hal itu, wilayah Amerika Latin yang
cukup luas dapat dijadikan wilayah eksklusif perekonomian Amerika Serikat untuk meningkatkan
ekspornya.

FTAA dalam perpektif Amerika Latin


Melalui liberalisasi perdagangan yang digagas oleh Amerika Serikat, Amerika Latin
cenderung skeptis memandang konsep tersebut. Liberalisasi perdagangan dapat menjadi problematika
tersendiri bagi kawasan ini. Amerika Latin yang cenderung melakukan proteksionisme tentunya akan
mengalami sedikit gangguan terhadap penerapan perdagangan bebas ini. Meskipun Amerika Serikat
memiliki pengaruh yang besar serta liberalisasi yang telah mendunia, kawasan Amerika Latin ini
merupakan kawasan yang memiliki sistem ekonomi tersendiri.
Sistem ekonomi di Amerika Latin seperti yang diutarakan oleh Andre Gunner Frank,
cenderung pada sistem ekonomi marxis-strukturalis. Meskipun tidak semua negara Amerika Latin
menerapkan de-linking Andre Gunner Frank secara penuh, namun kecenderungan masih tetap ada.
Amerika Latin yang memiliki perekonomian kurang stabil, lebih memilih untuk melakukan proteksi
produk dalam negerinya. Barang pengganti impor juga diterapkan di sebagian wilayah Amerika Latin
untuk menghindari ketergantungan terhadap barang impor. Mekanisme ini merupakan mekanisme
klasik wilayah Amerika Latin untuk menjaga stabilitas perekonomiannya.
Meskipun sifat ekonomi yang tertutup cenderung masih ada, kawasan Amerika Latin
memiliki pakta perdagangan bebas antar negara yang tercermin dalam Andean Community serta
Mercosur. Tujuan dari pembentukan Andean Community maupun Mercosur pada dasarnya adalah
untuk melakukan perdagangan bebas antar negara Amerika Latin dan melakukan penerapan tariff
bersama terhadap barang yang datang dari luar negara anggota. Secara sederhana hal ini dapat
dikatakan sebagai usaha proteksi bersama yang dilakukan melalui jalan integrasi ekonomi yang
sebenarnya lebih cenderung kepada liberalisasi, bukan proteksi.
Ketika Amerika Latin dapat melakukan intergrasi ekonomi terhadap wilayahnya, mengapa
ketika hal ini dibawa menuju integrasi ekonomi yang lebih besar seperti FTAA justru menemui jalan
buntu? Tentunya hal ini menjadi suatu indikasi bahwa sifat perdagangan bebas yang dibawa oleh
FTAA berbeda dengan Mercosur maupun Andean Community. Melihat perdagangan bebas ini
merupakan penyatuan dua kutub, tentunya banyak permasalahan yang harus diselesaikan untuk
menyatukannya. Seperti isu anti-dumping produk pertanian yang menimbulkan polemik antara
Amerika Serikat dan Amerika Latin serta proteksionisme yang dilakukan Brasil terhadap industri baja
dan teknologinya dapat menjadi batu sandungan bagi FTAA.
Skeptisme selatan tampak nyata ketika negara terbesar seperti Brasil menunjukkan jarak pada
perundingan FTAA. Brasil agak sulit untuk melepaskan proteksinya terhadap industri baja dan
teknologinya, meskipun secara matematik FTAA dapat menguntungkan sektor pertaniannya. Hal
inilah yang setidaknya juga dialami oleh negara-negara yang lain, khususnya negara-negara
berkembang. Di kawasan Amerika Latin sendiri, politik domestik yaitu berkuasanya golongan kiri
diberbagai negara menyebabkan negara-negara tersebut lebih nyaman untuk tetap mempertahankan
proteksionisnya.

Clash between north and south


Skeptisme selatan ini pada akhirnya juga menimbulkan benturan kepentingan antara utara
dengan selatan. Tujuan FTAA yaitu “to Preserve and Strengthen Democracies within the Americas,
to Promote Prosperity through Economic Integration and Free Trade, to Eradicate Poverty and
Discrimination in Our Hemisphere, to Guarantee Sustainable Development and Conserve Our
Natural Environment for Future Generations” nyatanya tidak cukup untuk membuat kesepakatan
antar pihak-pihak yang berbenturan.
Faktor-faktor yang membuat masa depan FTAA menjadi sulit untuk diterka adalah adanya isu
yang menjadi akar perselisihan antar utara dengan selatan. Contohnya adalah disaat Amerika Serikat
berusaha untuk menghapuskan isu subsidi terhadap produk hasil pertanian dari pembahasan FTAA,
disisi lain Brasil dan Argentina menolaknya.
Isu tentang hak kekayaan intelektual juga merupakan isu yang masih mendapatkan jalan
buntu di FTAA. Disaat negara-negara utara memaksa untuk melakukan mandat terhadap hak
kekayaan intelektual, negara-negara less development justru memaksa untuk memberikan keleluasaan
lebih atas hak paten asing didalam negara mereka. Hal ini menjadi sulit bagi negara yang melakukan
proteksi terhadap hak kekayaan intelektual seperti Amerika Serikat untuk mendapatkan kesepakatan
dengan negara-negara anggota FTAA yang lain.
Negara seperti Amerika Serikat yang melindungi hak kekayaan intelektual berargumen bahwa
inovator perlu untuk mendapatkan kompensasi atas inovasi yang dilakukannya. Namun bagi negara
yang kurang berkembang, hal ini menyebabkan kesejahteraan masyarakat cenderung menurun
diakibatkan oleh harga yang mahal terhadap setiap akses yang memiliki hak kekayaan intelektual
terutama produk kesehatan yang sangat dibutuhkan.
Isu krusial mengenai subsidi terhadap produk pertanian juga mengalami hambatan dalam
perundingan. Amerika Serikat menolak untuk menghapuskan subsidinya terhadap produk pertanian
domestiknya, yang menuai protes dari negara-negara di Amerika Latin. Amerika Serikat berdalih
bahwa permasalahan subsidi ini seharusnya dibahas di WTO saja, tidak dibawa kedalam FTAA.
Disisi lain, proteksi terhadap produk pertanian maupun produk yang lain akan menimbulkan
inefficiency. Jika subsidi dihapuskan, maka produser dapat memproduksi dengan harga yang good
cheaper, yang mana akan menimbulkan efisiensi terhadap penggunaan sumber daya yang dimiliki.
Selain mendapat tekanan dari isu-isu yang menimbulkan benturan, FTAA juga menghadapi
tekanan dalam usahanya untuk menjaga implementasi dari FTAA itu sendiri. FTAA mengalami
permasalahan dalam setiap perjanjian multilateralnya, karena setiap perjanjian harus dapat
memuaskan semua negara anggota yang jumlahnya tidak sedikit. Sulit untuk memuaskan semua pihak
dalam perjanjian yang melibatkan anggota yang memiliki tingkat keberagaman yang tinggi.
Perjanjian liberalisasi perdagangan juga mengalami hambatan ketika dihadapkan pada
tekanan politik domestik yang menekan untuk melakukan proteksi dagang. Produser dan pekerja
domestik memiliki kepentingan individu untuk mengurangi kompetisi. Kepentingan ini membuat
mereka bekerja dengan menjaga pasar tetap tertutup dari kompetitor luar.
. Isu-isu inilah yang juga turut menghambat pembentukan FTAA. Selain itu, FTAA juga
mengalami hambatan dalam menjaga implementasi dari FTAA. Perjanjian multilateral dan liberalisasi
perdagangan multilateral sering mengalami deadlock. Oleh karena itu, dengan gaya perekonomian
yang berbeda antara utara dan selatan dimana selatan cenderung skeptis terhadap liberalisasi,
menjadikan masa depan FTAA ini tidak dapat diprediksi secara pasti.

Anda mungkin juga menyukai