PENDAHULUAN
Saat ini masyarakat diseluruh dunia sudah tidak asing dengan adanya produk
yang masuk ke negara mereka berupa barang impor dari negara lain, bahkan
masyrakat sekarang lebih memilih barang impor dari pada produk domestik yang
ada pada negara mereka masing-masing. Dimana hal ini dipicu karena adanya
Free Trade atau Perdagangan Bebas dimana suatu negara dengan negara lain bisa
bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa yang tidak bisa
diproduksi dalam negeri mereka sendiri. Seperti halnya Amerika, Amerika dikenal
sebagai negara maju dengan julukan sebagai negara Adidaya, masih belum
mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga Amerika juga melakukan
kerjasama perdagangan dengan negara yang ada dikawasan Amerika Utara yang
disebut dengan NAFTA atau North America Free Trade Area. Bukan hanya
Amerika yang melakukan Kerjasama perdagangan, tetapi berbagai negara yang
ada di Benua Asia dan Eropa juga melakukan Free Trade karena hal ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan dari masing-masing negara, seperti AEC (Asean
Economic Community), APEC (Asia Pasific Economic Cooperation), EFTA
(European Free Trade Area). Akan tetapi, dengan adanya Kerjasama Perdagangan
Internasional ini memberikan dampak yang negatif dan positif bagi masing-
masing negara sebagai pelaku dari adanya Free Trade. Indonesia sendiri
merupakan salah satu Negara yang melakukan kerjasama perdagangan
internasional dengan banyak organisasi ekonomi yang disebutkan di atas, untuk
itu dalam makalah yang kami buat ini akan membahas salah satu dari sekian
banyak Kerjasama Perdagangan Internasional tersebut, yaitu NAFTA atau North
America Free Trade Area dan juga dampak yang ditimbulkannya terhadap
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terbentuknya NAFTA?
2. Apa Tujuan dan Fungsi Dibentuknya NAFTA?
3. Apa saja perjanjian yang telah disepakati dalam NAFTA?
4. Apa saja ketentuan dan hambatan NAFTA terhadap pihak luar?
5. Bagaimana Hubungan dagang NAFTA dengan Indonesia?
6. Apa Saja Produk Yang Berpotensi Untuuk Diekspor?
Dari analisis secara historis setidaknya ada dua argumen yang dapat
diutarakan dengan pertanyaan diatas. Pertama, NAFTA merupakan exit strategy
dari Amerika Serikat dan Meksiko atas kegagalan putaran Uruguay. Kedua,
melalui NAFTA Amerika Serikat menunjukkan kelasnya sebagai salah satu aktor
kuat diantara Amerika dengan Kanada.
b. Ekspor
Dalam bidang ekspor, Indonesia sendiri merupakan pasar ekspor barang
terbesar ke-34 AS pada tahun 2018. Ekspor barang AS ke Indonesia
sendiri pada 2018 berjumlah $8.2 Milyar, atau naik 19,8% ($1.4 milyar)
dari 2017. Salah satu kategori ekspor terbesar AS ke Indonesia yaitu di
bidang pertanian yang nilainya menyentuh angka $3.1 milyar pada tahun
2018, ekspor lainnya meliputi pesawat, mesin, dan sejenisnya.
Dari data-data di atas dapat dilihat bahwa nilai ekspor dan nilai impor pertanian
Indonesia terhadap AS hampir sama besar nilainya. Hal ini dapat diartikan bahwa
sektor pertanian memiliki peranan dan dampak yang besar terhadap perdagangan
Indonesia dengan NAFTA. Dengan diberlakukannya regulasi tentang ketentuan
asal barang mungkin akan sedikit menghambat proses perdagangan antara
Indonesia-NAFTA, namun dengan nilai perdagangan yang cukup besar dan juga
status Indonesia sebagai salah satu pasar terbesar AS dalam bidang Ekspor
maupun Impor produk pertanian maka hal itu tentu tidak akan berdampak maupun
berpengaruh terlalu signifikan terhadap hubungan dagang Indonesia-NAFTA.
a. Bidang Perkebunan
Dikutip dari artikel yang ada pada situs google, Indonesia
menduduki peringkat 4 sebagai Negara terbesar penghasil kopi di dunia
dengan nilai produksi kurang lebih sebesar 600.000 ton per tahun atau
6,6% dari produksi kopi dunia. Dengan nilai produksi yang besar dan
kualitas produk yang dapat bersaing, tentu saja kopi dapat berpotensi
menjadi produk unggulan Indonesia untuk diekspor menuju Negara
anggota NAFTA khususnya Kanada. Kanada sendiri bisa menjadi tujuan
utama ekspor kopi Indonesia, disebutkan bahwa konsumsi kopi
masyarakat kanada pada rentang usia 18-79 tahun mencapai 71%, hal ini
tentu menjadi pasar yang menjanjikan bagi produk kopi Indonesia
sehinngga pada tahun 2018 Indonesian Trade Promotion Center (ITPC)
dan Konsul Jendral RI (KJRI) yang bekerja sama dengan Nusa Coffee
menyelenggarakan Indonesian Speciality Coffee: From Farm to Cup di
Vancouver, Kanada. Regulasi yang berlaku dalam NAFTA seperti
ketentuan asal barang (Rule of Origin) ataupun perlindungan impor produk
sensitif tentu akan sedikit berdampak dalam proses perdagangan ini namun
Indonesia bisa saja memanfaatkan hubungan baik multilateral dengan
kanada yang sama-sama tergabung dalam beberapa organisasi seperti
APEC, ASEAN, ARF, G20, dan juga WTO. Berbicara soal kualitas,
Indonesia memiliki beberapa jenis kopi unggulan yang sudah diakui oleh
dunia, diantaranya ada kopi gayo, kopi toraja, kopi kintamani, kopi flores,
kopi jawa, kopi lanang, dan kopi luwak sehingga hal ini tentu bisa menjadi
daya Tarik lain dari produk kopi ini.
b. Bidang Kerajinan Tangan
Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia.
Tidak kurang dari 85% bahan baku rotan dunia berasal dari
Indonesia. Sebagai tumbuhan rambat, rotan tergantung di rimbunnya
tegakan hutan. Karena sifat alaminya, rotan menjadi salah satu indikator
kesehatan ekologi hutan, tidak berlebihan kiranya jika rotan pun dikenal
sebagai green product. Bagi sebagian suku di Indonesia, seperti Dayak,
budidaya rotan secara sosio kultural merupakan bagian dari kehidupan
sehari-hari. Telah ratusan tahun rotan dibudidayakan dan dipelihara oleh
masyarakat secara tradisional. Dari para petani atau para pencari rotan di
dalam hutan, rotan kemudian diperdagangkan melalui pedagang
perantara. Hasil akhir dari alir perdagangan ini, rotan masuk dalam proses
produksi pembuatan mebel seperti kursi dan berbagai kerajinan tangan
lainnya. Di Kabupaten Katingan diperkirakan terdapat potensi rotan
sebesar 1.000 ton/bulan yang dapat dipanen, dari total lebih kurang 325
ribu hektar kawasan hutan dan kebun rotan yang diusahakan oleh
masyarakat. Namun merujuk pada SK Menteri Perdagangan nomor
35/2011 menyatakan bahwa rotan mentah dan setengah jadi tidak dapat
diekspor, sehingga yang boleh diekspor itu adalah rotan yang sudah
diubah menjadi produk tertentu seperti kursi, tikar, tas, dan sejenisnya.
Produk-produk kerajinan tangan seperti kursi ataupun tas dari rotan
mempunyai potensi ekspor yang menjanjikan karena dalam NAFTA
belum ada regulasi yang mengatur tentang impor produk kerajinan tangan
sehingga proses transaksi bisa lebih leluasa karena belum terikat dengan
regulasi yang jelas tentang impor produk ini.
BAB III
KESIMPULAN
https://windifuntravel.blogspot.com/2016/06/nafta-north-american-free-trade.html.
Diakses pada tanggal 30 september 2019
https://m.liputan6.com/bisnis/read/3534667/ri-genjot-ekspor-kopi-ke-kanada Diakses
pada 27 oktober 2019
www.mongabay.co.id/2013/11/27/ekonomi-konoditas-rotan-indonesia-menuju-
kebangkitan-atau-keterpurukan/amp Diakses pada 27 oktober 2019