Namun teori ketergantungan secara garis besar bisa dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Teori Depensi Klasik
Teori ini digagas oleh Andre Gunder Frunk, yang menyatakan bahwa kapitalisme global
akan membuat ketergantungan masa lalu dan sekarang oleh karena itu negara yang tidak maju
dan berkembang harus memutuskan hubungan dengan negara maju supaya negara berkembang
bisa maju.
2) Teori Depensi Modern
Teori ini digagas oleh Fernando Henrigue Cardoso, teori ini menyatakan bahwa antara
negara yang satu dengan lainnya perlu kerjasama dengan melihat karakteristik histori dari daerah
tersebut.
Selain pandangan ke dua tokoh tersebut juga ada beberapa ahli yang menyatakan tentang
teori ketergantungan. Theontonio Dos Santos membagi tiga bentuk ketergantungan negara
ketiga, yaitu ketergantungan kolonial, ketergantungan finansial-industrial, ketergantungan
tekhnologi-industrial.
Sedangkan pendapat dari Raul Prebisch adalah negara-negara dibagi atas negara maju
(industri) dan terbelakang (pertanian), yang saling berdagang. Ada negara “pusat” dan negara
“pinggiran”. Hubungan pusat dan pinggiran tak seimbang, tidak saling menguntungkan
ekekploitasi
Menurut Robert A. Packenham, teori ketesrgantungan itu memiliki kelemahan dan kekuatan.
Packenham menyebutkan ada 6 kelemahan dari teori ketergantungan, antara lain:
1. Menyalahkan hanya kapitalisme sebagai penyebab dari ketergantungan.
2. Konsep-konsep inti, termasuk konsep ketergantungan itu sendiri à kurang didefinisikan
secara jelas.
3. Hanya didefinisikan sebagai konsep dikotomi.
4. Sedikit sekali dibicarakan tentang proses yang memungkinkan sebuah negara dapat lepas
dari teori tersebut.
5. Selalu dianggap sebagai sesuatu yang negatif.
6. Kurang membahas dengan teori lain (otonomi).
Packenham juga mengatakan disamping kelemahan terdapat juga kekuatan dari teori
ketergantungan, kekuatannya antara lain:
1. Menekankan aspek internasional
2. Mempersoalkan akibat dari politik luar negeri.
3. Membahas proses internal dari perubahan di negara-negara pinggiran.
4. Menekankan pada kegiatan sektor swasta dalam hubungannya dengan kegiatan perusahaan-
perusahaan multinasional.
5. Membahas hubungan antar klas yang ada di dalam negeri.
6. Mempersoalkan bagaimana kekayaan nasional ini dibagikan antar klas-klas sosial, antar
daerah, dan antar negara.
Andre Gunder Frank adalah adalah seorang ahli ekonomi amerika, juga pelopor dari teori
ketergantungan/dependency theory mengungkapakan bahwa keterbelakangan bukanlah suatu
kondisi ilamiah dari sebuah masyarakat.bukan juga masyarakat itu kekurangan modal.
Keterbelakangan merupakan sebuah proses ekonomi, politik dan sosial yang terjadi akibat
globalisasi dari sistim kapitalisme. Sebagai pelopor kemunculan teori dependensi, Ia
menganggap bagaimana perkembangan dunia ketiga dalam hal ini negara-negara berkembang
yang tatanan ekonominya telah dihancurkan oleh negara dunia pertama selama masa kolonial.
Frank berpendapat bahwa proses yang sama pembangunan di metropolis Barat sekaligus
melanggengkan keterbelakangan di Dunia Ketiga negara-negara satelit. Kapitalis asing berkuasa
dengan cara bekerjasama dengan para elite politik dan para pengusah domistik tertentu dengan
mengorbankan kepentingan rakyat banyak. Roda perekonomian bergerak hanya untuk
menguntungkan kapitalis asing, elit politik dan segelintir pengusaha domistik saja. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa interaksi terjadi antara negara maju dengan negara miskin lebih bersifat
eksploitasi negara maju terhadap negara miskin. Oleh karena itu Frank beranggapan tidak ada
pembangunan dalam negara-negara yang berketergantungan tersebut sebagai dampak dari
adanya kerjasama seperti itu.
Asumsi dari teori dependency ini adalah dominasi perekonomian dunia oleh negara-negara pusat (core)
dan rekayasa eksploitasi yang dilakukan oleh mereka yang pada akhirnya justru menjadikan negara-
negara pinggiran ini semakin tergantung kepada negara pusat. Teori memberikan peringatan bahwa
interaksi antara negara maju dan miskin pada satu sisi menguntungkan tetapi disisi lain ternyata juga
membawa efek ketergantungan yang pada masa-masa sebelumnya belum pernah terfikir.
Teori ini juga menjelaskan kemampuan suatu perekonomian yang terbelakang (underdeveloped) sangat
susah untuk mencapai perekonomian yang modern. Menurut teori ini keadaan tersebut disebabkan
karena adanya perangkap ketergantungan dan dominasi dari perekonomian yang telah maju.
Masyarakat yang berdiam di wilayah perekonomian yang underdeveloped telah kehilangan
kemandiriannya dan menjadi kawasan pinggiran dari wilayah-wilayah yang telah maju
perekonomiannya. Contoh yang paling sering dikemukakan ialah hubungan negara-negara kawasan
utara dunia (negara-negara maju) dengan kawasan selatan (negara-negara sedang berkembang).
Definisi Ketergantungan menurut Dos Santos adalah dimana kehidupan ekonomi suatu negara tertentu
dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara lain. Negara tersebut
hanya berperan sebagai penerima akibat saja. Meski demikian, dimungkinkan bila negara pusat
berkembang maka negara pinggiran dapat ikut serta berkembang. Menurutnya ada 3 pola
ketergantungan yaitu :
Ketergantungan colonial ; capital financial dan perdagangan dibawah otoritas negarapenjajah dan
terdapat monopoli dalam perdagangan untuk kepentingan negara colonial
Ketergantungan financial industry : adanya hegemoni capital oleh negara kuat kepada negara
berkembang, akibat nya ekonomi domistik tergantung pada eksport
Hal-hal tersebut diatas dimana adanya surplus ekonomi dari negara berkembang kepada negara
maju mengakibatkan negara maju semakin meningkat perekonomiannya karena mendapat dukungan
dari negara-negara berkembang sebagai penyumbang. Meski demikian Santos beranggapan masih
ada kemungkinan negara pinggiran ini ikut berkembang bersama dengan negara pusat.
Pola hubungan antara negara pemberi akibat dan penerima akibat biasa dikenal dengan istilah :
Core vs Peryphery
Metropolitan vs Satelite
Dari perspektif negara donor setidaknya ada dua hal penting yang dianggap memotivasi dan
melandasi bantuan luar negeri ke negara-negara debitor. Kedua hal tersebut adalah motivasi
politik (political motivation) dan motivasi ekonomi (economi motivation), dimana keduanya
mempunyai keterkaitan yang sangat erat yang satu dengan yang lainnya (Basri, 2003 : 101).
Motivasi pertama inilah yang kemudian menjadi acuan bagi AS untuk menguncurkan dana
bantuan dalam merekonstruksi kembali perekonomian Eropa Barat setelah hancur saat PD II, dan
program ini dikenal dengan nama Marshall Plan (Todaro,1985 : 89).
Bila kita melihat kondisi kehidupan ekonomi di Negara Indonesia dewasa ini, Indonesia
termasuk negara yang berketergantungan terhadap negara lain. Indonesia terlibat hutang yang
banyak kepada negara-negara maju, juga memiliki masalah dalam pengelolaan kekayaan alam.
Pengelolaan kekayaan alam yang buruk membuat bangsa Indonesia harus kehilangan pundi-
pundi penghasilan negara yang dapat mensejahterakan bangsanya lebih baik .Hal ini sebagai
akibat timbulnya perusahaan asing yang dibiarkan memperpanjang kontrak-kontrak pengelolaan
bahan tambang yang penting bagi negara. Akibat penguasan bahan-bahan tambang seperti emas
dan batu bara oleh bangsa-bangsa asing membuat bangsa ini kehilangan pendapatan yang sangat
besar. Rakyat Indonesia bekerja hanya sebagai tenaga kerja atau kuli , sedangkan orang asing
leluasa menarik keuntungan yang banyak. Dampak yang buruk dari kontrak-kontrak kerja dan
penguasaan kekayaan alam yang parah terjadi di Indonesia bagian Timur dimana rakyat setempat
masih belum dapat menikmati hasil yang cukup dari kekayaan alam yang dikontrakan kepada
negara-negara asing.
Meski bukanlah hal yang mungkin bagi bangsa ini terlepas dari kerjasama dengan bangsa lain,
namun sudah saatnya Indonesia mewaspadai perangkap hutang karena dapat dimungkinkan
terjadinya liberalisasi ekonomi yang semakin tidak terkontrol dan menambah peluang campur
tangan asing terhadap kebijakan dalam negeri Indonesia. Penyerapan hutang yang terus menerus
tanpa penggunaaan yang efektif hanya akan menambah beban negara dan kesengsaran bagi
rakyat. Begitupun dengan tingkah polah para pejabat negara yang senang korupsi sehingga
Indonesia termasuk negara yang terkorup di dunia, menambah buruk keadaan posisi keuangan
negara.
Referensi :
Ikbar, Y. (2002). Ekonomi politik internasional :Studi pengenalan umum. Bandung: Universitas
Padjajaran.
Todaro, P Micahel. (1998) Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga, Bina Aksara, Jakarta. 1998