Anda di halaman 1dari 12

Pengertian Teori Ketergantungan

Dalam belajar teori pembangunan pastinya dipelajari teori ketergantungan. Teori


ketergantungan dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya Andre Gunder Frunk, Fernando H.
Cardoso, Samir Amin, Paul Baran, Paul Prebisch dan Theotonio Dos Santos. Ahli ini memiliki
pandangan tersendiri mengenai teori ketergantungan
Teori dependensi berarti adanya ketergantungan dari satu pihak terhadap pihak lain
didasarkan pada factor-faktor tertentu. Lahirnya teori ini merupakan efek dari kapitalisme,
globalisasi, dan imperialisme moderen. Teori ini berkembang di Amerika Latin sekitar tahun
1960 yang berasal dari sejarah Keterbelakangan negara-negara Amerika Latin yang secara tidak
sengaja terkoneksi dengan sistem ekonomi dunia yang kapitalis, sehingga mereka menjadi
negara-negara pinggiran dari negara-negara kapitalis. Teori Dependensi lebih menitik beratkan
pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Teori ini mencermati
hubungan dan keterkaitan negara Dunia Ketiga dengan negara sentral di Barat sebagai hubungan
yang tak berimbang dan karenanya hanya menghasilkan akibat yang akan merugikan Dunia
Ketiga. Negara sentral di Barat selalu dan akan menindas negara Dunia Ketiga dengan selalu
berusaha menjaga aliran surplus ekonomi dari negara pinggiran ke negara sentral.
Dalam teori ketergantungan juga mencakup teori keterbelakangan (underdevelopment).
Menurut Andre Gunder Franks, Keadaan “underdeveloped” ialah ketika masyarakat itu kontak
dengan negara maju (developed) dan terjadi penjajahan dan ketergantungan.
Sedangkan Frank secara tegas menjelaskan mengenai pokok-pokok pikiran dari teori
underdevelopment, yaitu sebagai berikut:
Pertama, negara yang secara ekonomi maju tidak pernah underdeveloped meskipun mungkin
pernah mengalami underveloped . Bersamaan dengan tumbuhnya ekonomi kapitalis, negara
industri maju menyandarkan diri pada kekayaan sumber daya alam negara Dunia Ketiga.
Kedua, menumpuknya modal merupakan kekuatan pendorong (driving force) di balik proses ini.
Sebagai dampaknya adalah pedagang, produsen dan banker mencari keuntungan di Dunia
Ketiga.
Ketiga, pedagang, produsen, dan banker bertujuan mengakumulasikan modalnya di Dunia
Ketiga untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini menghasilkan surplus yang
banyak dinikmati oleh negara maju kapitalis (the core). Pemindahan surplus ke negara-negara
maju dimaksudkan untuk mempertahankan supaya sistem ekonomi Dunia Ketiga (periphery)
tetap berorientasi ke luar melalui ekspor komoditinya dan impor barang siap pakai. Maka
industrialisasi Dunia Ketiga akan tetap tergantung pada kekuatan luar (external forces) berupa
ketergantungan bidang teknologi.
Keempat, dinamika internal sistem ekonmi juga dikembangkan di antara Dunia Ketiga, yaitu
dengan memperkuat sistem ketergantungan. Upah diupayakan serendah mungkin. Pasar domestic
(internal market) dibatasi melalui cara pembelanjaan income di negara maju oleh kalangan elite
kaya di Dunia Ketiga. Polarisasi kekayaan yang dimiliki negara maju tidak dapat dihindarkan
sehingga elite domestk (domestic elites) hanya berperan sebagai junior partners. Pasar di negara
Dunia Ketiga tidak lebih dari perwujudan tuntutan elite setempat.
Kelima, kelompok kapitalis Dunia Ketiga yang mempunyai priviliged justru mengadakan
hubungan dengan kaum borjuasi di negara maju, sehingga dimungkinkan berkembangnya
negara-negara dengan sistem kolonial, neo-kolonial dan semi kolonial, sebagai perwujudan
bentuk kerja sama tersebut
Keenam, sistem kapitalis dunia merupakan hasil dari suatu sistem yang ingin mempertahankan
dominasinya atas Dunia Ketiga. Oleh sebab itu, otonomi penuh bagi Dunia Ketiga tidak akan
terwujud.
Ketujuh, Dunia Ketiga akan mengalami pembangunan ekonomi yang pesat, apabila hubunagnnya
dengan industri kapitalis mulai berkurang.

Namun teori ketergantungan secara garis besar bisa dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Teori Depensi Klasik
Teori ini digagas oleh Andre Gunder Frunk, yang menyatakan bahwa kapitalisme global
akan membuat ketergantungan masa lalu dan sekarang oleh karena itu negara yang tidak maju
dan berkembang harus memutuskan hubungan dengan negara maju supaya negara berkembang
bisa maju.
2) Teori Depensi Modern
Teori ini digagas oleh Fernando Henrigue Cardoso, teori ini menyatakan bahwa antara
negara yang satu dengan lainnya perlu kerjasama dengan melihat karakteristik histori dari daerah
tersebut.
Selain pandangan ke dua tokoh tersebut juga ada beberapa ahli yang menyatakan tentang
teori ketergantungan. Theontonio Dos Santos membagi tiga bentuk ketergantungan negara
ketiga, yaitu ketergantungan kolonial, ketergantungan finansial-industrial, ketergantungan
tekhnologi-industrial.
Sedangkan pendapat dari Raul Prebisch adalah negara-negara dibagi atas negara maju
(industri) dan terbelakang (pertanian), yang saling berdagang. Ada negara “pusat” dan negara
“pinggiran”. Hubungan pusat dan pinggiran tak seimbang, tidak saling menguntungkan
ekekploitasi

A. SEJARAH DAN ASUMSI DASAR TEORI DEPENDENSI (KETERGANTUNGAN)


Secara historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi
membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian Amerika Latin.
Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di
negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di negara tersebut. Karena faktor internal
itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam
keterbelakangan.
Paradigma inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi. Teori ini berpendapat
bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara-negara Dunia Ketiga bukan
disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih banyak ditentukan oleh faktor
eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu. Faktor luar yang paling menentukan keterbelakangan
negara Dunia Ketiga adalah adanya campur tangan dan dominasi negara maju pada laju
pembangunan di negara Dunia Ketiga. Dengan campur tangan tersebut, maka pembangunan di
negara Dunia Ketiga tidak berjalan dan berguna untuk menghilangkan keterbelakangan yang
sedang terjadi, namun semakin membawa kesengsaraan dan keterbelakangan. Keterbelakangan
jilid dua di negara Dunia Ketiga ini disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan oleh
campur tangan negara maju kepada negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan ingin berhasil,
maka ketergantungan ini harus diputus dan biarkan negara Dunia Ketiga melakukan roda
pembangunannya secara mandiri.
Ada dua hal utama dalam masalah pembangunan yang menjadi karakter kaum Marxis
Klasik. Pertama, negara pinggiran yang pra-kapitalis adalah kelompok negara yang tidak
dinamis dengan cara produksi Asia, tidak feodal dan dinamis seperti tempat lahirnya kapitalisme,
yaitu Eropa. Kedua, negara pinggiran akan maju ketika telah disentuh oleh negara pusat yang
membawa kapitalisme ke negara pinggiran tersebut. Ibaratnya, negara pinggiran adalah seorang
putri cantik yang sedang tertidur, ia akan bangun dan mengembangkan potensi kecantikannya
setelah disentuh oleh pangeran tampan. Pangeran itulah yang disebut dengan negara pusat
dengan ketampanan yang dimilikinya, yaitu kapitalisme. Pendapat inilah yang kemudian
dibantah oleh teori Dependensi.
Bantahan teori Dependensi atas pendapat kaum Marxis Klasik ini juga ada dua hal.
Pertama, negara pinggiran yang pra-kapitalis memiliki dinamika tersendiri yang berbeda dengan
dinamika negara kapitalis. Bila tidak mendapat sentuhan dari negara kapitalis yang telah maju,
mereka akan bergerak dengan sendirinya mencapai kemajuan yang diinginkannya. Kedua, justru
karena dominasi, sentuhan dan campur tangan negara maju terhadap negara Dunia Ketiga, maka
negara pra-kapitalis menjadi tidak pernah maju karena tergantung kepada negara maju tersebut.
Ketergantungan tersebut ada dalam format “neo-kolonialisme” yang diterapkan oleh negara maju
kepada negara Dunia Ketiga tanpa harus menghapuskan kedaulatan negara Dunia Ketiga, (Arief
Budiman, 2000:62-63).
Teori Dependensi kali pertama muncul di Amerika Latin. Pada awal kelahirannya, teori
ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan program yang dijalankan oleh ECLA (United
Nation Economic Commission for Latin Amerika) pada masa awal tahun 1960-an. Lembaga
tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mampu menggerakkan perekonomian di negara-negara
Amerika Latin dengan membawa percontohan teori Modernisasi yang telah terbukti berhasil di
Eropa.
Teori Dependensi juga lahir atas respon ilmiah terhadap pendapat kaum Marxis Klasik
tentang pembangunan yang dijalankan di negara maju dan berkembang. Aliran neo-marxisme
yang kemudian menopang keberadaan teori Dependensi ini.
Tentang imperialisme, kaum Marxis Klasik melihatnya dari sudut pandang negara maju
yang melakukannya sebagai bagian dari upaya manifestasi Kapitalisme Dewasa, sedangkan
kalangan Neo-Marxis melihatnya dari sudut pandang negara pinggiran yang terkena akibat
penjajahan. Dalam dua tahapan revolusi, Marxis Klasik berpendapat bahwa revolusi borjuis
harus lebih dahulu dilakukan baru kemudian revolusi proletar. Sedangkan Neo-Marxis
berpendapat bahwa kalangan borjuis di negara terbelakang pada dasarnya adalah alat atau
kepanjangan tangan dari imperialis di negara maju. Maka revolusi yang mereka lakukan tidak
akan membawa perubahan di negara pinggiran, terlebih lagi, revolusi tersebut tidak akan mampu
membebaskan kalangan proletar di negara berkembang dari eksploitasi kekuatan alat-alat
produksi kelompok borjuis di negara tersebut dan kaum borjuis di negara maju.

B. BEBERAPA TOKOH DARI TEORI DEPENDENSI (KETERGANTUNGAN)


Tokoh utama dari teori Dependensi adalah Theotonio Dos Santos dan Andre Gunder Frank.
Theotonio Dos Santos sendiri mendefinisikan bahwa ketergantungan adalah hubungan relasional
yang tidak imbang antara negara maju dan negara miskin dalam pembangunan di kedua
kelompok negara tersebut. Dia menjelaskan bahwa kemajuan negara Dunia Ketiga hanyalah
akibat dari ekspansi ekonomi negara maju dengan kapitalismenya. Jika terjadi sesuatu negatif di
negara maju, maka negara berkembang akan mendapat dampak negatifnya pula. Sedangkan jika
hal negatif terjadi di negara berkembang, maka belum tentu negara maju akan menerima dampak
tersebut. Sebuah hubungan yang tidak imbang. Artinya, positif-negatif dampak berkembang
pembangunan di negara maju akan dapat membawa dampak pada negara, (theotonio dos santos,
review, vol. 60, 231).
Dalam perkembangannya, teori Dependensi terbagi dua, yaitu Dependensi
Klasik yang diwakili oleh Andre Gunder Frank dan Theotonio Dos Santos, dan Dependensi
Baru yang diwakili oleh F.H. Cardoso.
Teori Ketergantungan yang dikembangkan pada akhir 1950an di bawah bimbingan
Direktur Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin, Raul Prebisch. Prebisch dan rekan-
rekannya di picu oleh kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi di negara-negara industri
maju tidak harus menyebabkan pertumbuhan di negara-negara miskin. Memang, studi
mereka menyarankan bahwa kegiatan ekonomi di negara-negara kaya sering menyebabkan
masalah ekonomi yang serius di negara-negara miskin. Kemungkinan seperti itu tidak
diprediksi oleh teori neoklasik, yang diasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi bermanfaat
bagi semua, bahkan jika tidak bermanfaat tidak selalu ditanggung bersama. Penjelasan awal
Prebisch untuk fenomena ini sangat jelas: negara-negara miskin mengekspor komoditas
primer ke negara-negara kaya yang kemudian diproduksi produk dari komoditas tersebut dan
mereka jual kembali ke negara-negara miskin.
Tiga masalah membuat kebijakan ini sulit untuk diikuti. Yang pertama adalah bahwa
pasar internal negara-negara miskin tidak cukup besar untuk mendukung skala ekonomi yang
digunakan oleh negara-negara kaya untuk menjaga harga rendah. Isu kedua menyangkut
akan politik negara-negara miskin untuk apakah transformasi menjadi produsen utama
produk itu mungkin atau diinginkan. Isu terakhir berkisar sejauh mana negara-negara miskin
sebenarnya memiliki kendali produk utama mereka, khususnya di bidang penjualan produk-
produk luar negeri. Hambatan-hambatan dengan kebijakan substitusi impor menyebabkan
orang lain berpikir sedikit lebih kreatif dan historis pada hubungan antara negara-negara
kaya dan miskin.
Pada titik ini teori ketergantungan itu dipandang sebagai sebuah cara yang mungkin
untuk menjelaskan kemiskinan terus-menerus dari negara-negara miskin. Pendekatan
neoklasik tradisional mengatakan hampir tidak ada pada pertanyaan ini kecuali untuk
menegaskan bahwa negara-negara miskin terlambat datang ke praktik-praktik ekonomi yang
padat dan begitu mereka mempelajari teknik-teknik ekonomi modern, maka kemiskinan akan
mulai mereda. Ketergantungan dapat didefinisikan sebagai suatu penjelasan tentang
pembangunan ekonomi suatu negara dalam hal pengaruh eksternal - politik, ekonomi, dan
budaya - pada kebijakan pembangunan nasional (Osvaldo Sunkel, "Kebijakan Pembangunan
Nasional dan Eksternal Ketergantungan di Amerika Latin," Jurnal Studi Pembangunan, Vol
6,. no. 1 Oktober 1969, hal 23).

1. Raul Prebisch : industri substitusi import. Menurutnya negara-negara terbelakang harus


melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor.
2. Perdebatan tentang imperialisme dan kolonialisme. Hal ini muncul untuk menjawab
pertanyaan tentang apa alasan bangsa-bangsa Eropa melakukan ekspansi dan menguasai negara-
negara lain secara politisi dan ekonomis. Ada tiga teori:
a. Teori God: Adanya misi menyebarkan agama.
b. Teori Glory: Kehausan akan kekuasaan dan kebesaran.
c. Teori Gospel: Motivasi demi keuntungan ekonomi.
Paul Baran: Sentuhan Yang Mematikan Dan Kretinisme. Baginya perkembangan
kapitalisme di negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di
negara pinggiran, system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang membuat orang
tetap kerdil.
Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari
tokoh-tokoh di atas, yakni:
1. Andre Guner Frank : Pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan hanya
dapat diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.
2. Theotonia De Santos : Membantah Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni :
a. Ketergantungan Kolonial: hubungan antar penjajah dan penduduk setempat bersifat
eksploitatif.
b. Ketergantungan Finansial- Industri: pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi
dalam bentuk kekuasaan financial-industri.
c. Ketergantungan Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap surplus industri dilakukan
melalui monopoli teknologi industri.

Enam bagian pokok dari teory independensi adalah :


1. Pendekatan Keseluruhan Melalui Pendekatan Kasus. Gejala ketergantungan dianalisis dengan
pendekatan keseluruhan yang memberi tekanan pada sisitem dunia. Ketergantungan adalah
akibat proses kapitalisme global, dimana negara pinggiran hanya sebagai pelengkap.
Keseluruhan dinamika dan mekanisme kapitalis dunia menjadi perhatian pendekatan ini.
2. Pakar Eksternal Melawan Internal. Para pengikut teori ketergantungan tidak sependapat
dalam penekanan terhadap dua faktor ini, ada yang beranggapan bahwa faktor eksternal lebih
ditekankan, seperti Frank Des Santos. Sebaliknya ada yang menekan factor internal yang
mempengaruhi/ menyebabkan ketergantungan, seperti Cordosa dan Faletto.
3. Analisis Ekonomi Melawan Analisi Sosiopolitik. Raul Plebiech memulainya dengan
memakai analisis ekonomi dan penyelesaian yang ditawarkanya juga bersifat ekonomi. AG
Frank seorang ekonom, dalam analisisnya memakai disiplin ilmu sosial lainya, terutama
sosiologi dan politik. Dengan demikian teori ketergantungan dimulai sebagai masalah ekonomi
kemudian berkembang menjadi analisis sosial politik dimana analisis ekonomi hanya merupakan
bagian dan pendekatan yang multi dan interdisipliner analisis sosiopolitik menekankan analisa
kelas, kelompok sosial dan peran pemerintah di negara pinggiran.
4. Kontradiksi Sektoral/Regional Melawan Kontradiksi Kelas. Salah satu kelompok penganut
ketergantungan sangat menekankan analisis tentang hubungan negara-negara pusat dengan
pinggiran ini merupakan analisis yang memakai kontradiksi regional. Tokohnya adalah AG
Frank. Sedangkan kelompok lainya menekankan analisis klas, seperti Cardoso.
5. Keterbelakangan Melawan Pembangunan. Teori ketergantungan sering disamakan dengan
teori tentang keterbelakangan dunia ketiga. Seperti dinyatakan oleh Frank. Para pemikir teori
ketergantungan yang lain seperti Dos Santos, Cardoso, Evans menyatakan bahwa ketergantungan
dan pembangunan bisa berjalan seiring. Yang perlu dijelaskan adalah sebab, sifat dan
keterbatasan dari pembangunan yang terjadi dalam konteks ketergantungan.
6. Voluntarisme Melawan Determinisme. Penganut marxis klasik melihat perkembangan sejarah
sebagai suatu yang deterministic. Masyarakat akan berkembang sesuai tahapan dari feodalisme
ke kapitalisme dan akan kepada sosialisme. Penganut Neo Marxis seperti Frank kemudian
mengubahnya melalui teori ketergantungan. Menurutnya kapitalisme negara-negara pusat
berbeda dengan kapitalisme negara pinggiran. Kapitalisme negara pinggiran adalah
keterbelakangan karena itu perlu di ubah menjadi negara sosialis melalui sebuah revolusi. Dalam
hal ini Frank adalah penganut teori voluntaristik.

C. KELEMAHAN DAN KEKUATAN TEORI KETERGANTUNGAN

Menurut Robert A. Packenham, teori ketesrgantungan itu memiliki kelemahan dan kekuatan.
Packenham menyebutkan ada 6 kelemahan dari teori ketergantungan, antara lain:
1. Menyalahkan hanya kapitalisme sebagai penyebab dari ketergantungan.
2. Konsep-konsep inti, termasuk konsep ketergantungan itu sendiri à kurang didefinisikan
secara jelas.
3. Hanya didefinisikan sebagai konsep dikotomi.
4. Sedikit sekali dibicarakan tentang proses yang memungkinkan sebuah negara dapat lepas
dari teori tersebut.
5. Selalu dianggap sebagai sesuatu yang negatif.
6. Kurang membahas dengan teori lain (otonomi).
Packenham juga mengatakan disamping kelemahan terdapat juga kekuatan dari teori
ketergantungan, kekuatannya antara lain:
1. Menekankan aspek internasional
2. Mempersoalkan akibat dari politik luar negeri.
3. Membahas proses internal dari perubahan di negara-negara pinggiran.
4. Menekankan pada kegiatan sektor swasta dalam hubungannya dengan kegiatan perusahaan-
perusahaan multinasional.
5. Membahas hubungan antar klas yang ada di dalam negeri.
6. Mempersoalkan bagaimana kekayaan nasional ini dibagikan antar klas-klas sosial, antar
daerah, dan antar negara.

Andre Gunder Frank adalah adalah seorang ahli ekonomi amerika, juga pelopor dari teori
ketergantungan/dependency theory mengungkapakan bahwa keterbelakangan bukanlah suatu
kondisi ilamiah dari sebuah masyarakat.bukan juga masyarakat itu kekurangan modal.
Keterbelakangan merupakan sebuah proses ekonomi, politik dan sosial yang terjadi akibat
globalisasi dari sistim kapitalisme. Sebagai pelopor kemunculan teori dependensi, Ia
menganggap bagaimana perkembangan dunia ketiga dalam hal ini negara-negara berkembang
yang tatanan ekonominya telah dihancurkan oleh negara dunia pertama selama masa kolonial.
Frank berpendapat bahwa proses yang sama pembangunan di metropolis Barat sekaligus
melanggengkan keterbelakangan di Dunia Ketiga negara-negara satelit. Kapitalis asing berkuasa
dengan cara bekerjasama dengan para elite politik dan para pengusah domistik tertentu dengan
mengorbankan kepentingan rakyat banyak. Roda perekonomian bergerak hanya untuk
menguntungkan kapitalis asing, elit politik dan segelintir pengusaha domistik saja. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa interaksi terjadi antara negara maju dengan negara miskin lebih bersifat
eksploitasi negara maju terhadap negara miskin. Oleh karena itu Frank beranggapan tidak ada
pembangunan dalam negara-negara yang berketergantungan tersebut sebagai dampak dari
adanya kerjasama seperti itu.

Asumsi dari teori dependency ini adalah dominasi perekonomian dunia oleh negara-negara pusat (core)
dan rekayasa eksploitasi yang dilakukan oleh mereka yang pada akhirnya justru menjadikan negara-
negara pinggiran ini semakin tergantung kepada negara pusat. Teori memberikan peringatan bahwa
interaksi antara negara maju dan miskin pada satu sisi menguntungkan tetapi disisi lain ternyata juga
membawa efek ketergantungan yang pada masa-masa sebelumnya belum pernah terfikir.
Teori ini juga menjelaskan kemampuan suatu perekonomian yang terbelakang (underdeveloped) sangat
susah untuk mencapai perekonomian yang modern. Menurut teori ini keadaan tersebut disebabkan
karena adanya perangkap ketergantungan dan dominasi dari perekonomian yang telah maju.
Masyarakat yang berdiam di wilayah perekonomian yang underdeveloped telah kehilangan
kemandiriannya dan menjadi kawasan pinggiran dari wilayah-wilayah yang telah maju
perekonomiannya. Contoh yang paling sering dikemukakan ialah hubungan negara-negara kawasan
utara dunia (negara-negara maju) dengan kawasan selatan (negara-negara sedang berkembang).

Definisi Ketergantungan menurut Dos Santos adalah dimana kehidupan ekonomi suatu negara tertentu
dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara lain. Negara tersebut
hanya berperan sebagai penerima akibat saja. Meski demikian, dimungkinkan bila negara pusat
berkembang maka negara pinggiran dapat ikut serta berkembang. Menurutnya ada 3 pola
ketergantungan yaitu :

Ketergantungan colonial ; capital financial dan perdagangan dibawah otoritas negarapenjajah dan
terdapat monopoli dalam perdagangan untuk kepentingan negara colonial

Ketergantungan financial industry : adanya hegemoni capital oleh negara kuat kepada negara
berkembang, akibat nya ekonomi domistik tergantung pada eksport

Ketergantungan teknologi industry : kehadiran multinasional corporation, adanya monopoli teknologi


oleh negara maju menyebabkan negara berkembang harus membayar sewa hak paten.

Hal-hal tersebut diatas dimana adanya surplus ekonomi dari negara berkembang kepada negara
maju mengakibatkan negara maju semakin meningkat perekonomiannya karena mendapat dukungan
dari negara-negara berkembang sebagai penyumbang. Meski demikian Santos beranggapan masih
ada kemungkinan negara pinggiran ini ikut berkembang bersama dengan negara pusat.

Pola hubungan antara negara pemberi akibat dan penerima akibat biasa dikenal dengan istilah :

Core vs Peryphery

Metropolitan vs Satelite

Developed countries vs backward countries

Developed countries vs underdeveloped countries


Mengenai utang luar negeri, Teori ketergantungan (dependensia) menyatakan bahwa bantuan
luar negeri digunakan oleh negara kaya untuk mempengaruhi hubungan domestik dan luar negeri
negara penerima bantuan, merangkul elit politik lokal di negara penerima bantuan untuk tujuan
komersil dan keamanan nasional. Kemudian, melalui jaringan internasional, keuangan
internasional dan struktur produksi, bantuan luar negeri ditujukan untuk mengeksploitasi sumber
daya alam negara penerima bantuan. Sehingga para penganut teori dependensia, menganggap
bahwa bantuan luar negeri dapat digunakan sebagai sebuah instrumen untuk perlindungan dan
ekspansi negara kaya ke negara miskin, sebuah sistem untuk mengekalkan ketergantungan.

Dari perspektif negara donor setidaknya ada dua hal penting yang dianggap memotivasi dan
melandasi bantuan luar negeri ke negara-negara debitor. Kedua hal tersebut adalah motivasi
politik (political motivation) dan motivasi ekonomi (economi motivation), dimana keduanya
mempunyai keterkaitan yang sangat erat yang satu dengan yang lainnya (Basri, 2003 : 101).
Motivasi pertama inilah yang kemudian menjadi acuan bagi AS untuk menguncurkan dana
bantuan dalam merekonstruksi kembali perekonomian Eropa Barat setelah hancur saat PD II, dan
program ini dikenal dengan nama Marshall Plan (Todaro,1985 : 89).

Bila kita melihat kondisi kehidupan ekonomi di Negara Indonesia dewasa ini, Indonesia
termasuk negara yang berketergantungan terhadap negara lain. Indonesia terlibat hutang yang
banyak kepada negara-negara maju, juga memiliki masalah dalam pengelolaan kekayaan alam.
Pengelolaan kekayaan alam yang buruk membuat bangsa Indonesia harus kehilangan pundi-
pundi penghasilan negara yang dapat mensejahterakan bangsanya lebih baik .Hal ini sebagai
akibat timbulnya perusahaan asing yang dibiarkan memperpanjang kontrak-kontrak pengelolaan
bahan tambang yang penting bagi negara. Akibat penguasan bahan-bahan tambang seperti emas
dan batu bara oleh bangsa-bangsa asing membuat bangsa ini kehilangan pendapatan yang sangat
besar. Rakyat Indonesia bekerja hanya sebagai tenaga kerja atau kuli , sedangkan orang asing
leluasa menarik keuntungan yang banyak. Dampak yang buruk dari kontrak-kontrak kerja dan
penguasaan kekayaan alam yang parah terjadi di Indonesia bagian Timur dimana rakyat setempat
masih belum dapat menikmati hasil yang cukup dari kekayaan alam yang dikontrakan kepada
negara-negara asing.

Meski bukanlah hal yang mungkin bagi bangsa ini terlepas dari kerjasama dengan bangsa lain,
namun sudah saatnya Indonesia mewaspadai perangkap hutang karena dapat dimungkinkan
terjadinya liberalisasi ekonomi yang semakin tidak terkontrol dan menambah peluang campur
tangan asing terhadap kebijakan dalam negeri Indonesia. Penyerapan hutang yang terus menerus
tanpa penggunaaan yang efektif hanya akan menambah beban negara dan kesengsaran bagi
rakyat. Begitupun dengan tingkah polah para pejabat negara yang senang korupsi sehingga
Indonesia termasuk negara yang terkorup di dunia, menambah buruk keadaan posisi keuangan
negara.

Referensi :

Frank, A. G. (1971). Capitalism and Underdevelopment in Latin America . London:


Penguin Books.

Ikbar, Y. (2002). Ekonomi politik internasional :Studi pengenalan umum. Bandung: Universitas
Padjajaran.

Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara tahun 2013

Todaro, P Micahel. (1998) Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga, Bina Aksara, Jakarta. 1998

Catatan Kuliah Sosiologi semester 2 (2014), Prof. DR. H. Endang Komara,M.Si.Program


Pascasarjana IPS, STKIP Pasundan Cimahi

Anda mungkin juga menyukai