Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH PENGANTAR ILMU PEMERINTAHAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Pemerintahan dengan dosen pengampu Bapak Drs. H. T. Syahrul Johan, M.Si.

Disusun Oleh :
Fahrul Rossy
31.0951
Kelas I-5

PRODI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL


FAKULTAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2021
1. DEFINISI ILMU PEMERINTAHAN (BEBERAPA PENDAPAT)
Menurut D. G. A. Van Poelje :
Debestuurskunde leert, hoe men de openbare dienst het beste inricht en leidt.
Maksudnya, ilmu pemerintahan mengajarkan bagaimana dinas umum disusun dan
dipimpin dengan sebaik-baiknya

Menurut U. Rosenthal :
De bestuurswetenschap is de wetenschap die zich uitsluitend bezighoudt met de studie
van interneen externe werking van de structuren en prosessen.
Maksudnya, ilmu pemerintahan adalah ilmu yang menggeluti studi tentang
penunjukkan cara kerja ke dalam dan ke luar struktur dan proses pemerintahan umum.

Menuut W. S. Sayre :
Government is best as the organized agency of the state, expressing and exercising its
authority.
Maksudnya pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah sebagai organisasi dari
negara, yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya.

Menurut R. Mac Iver :


Government is the organization of men under authority ... how men can be governed.
Bagi Mac Iver, ilmu pemerintahan adalah sebuah ilmu tentang bagaimana manusia-
manusia dapat diperintah.

Menurut Merriam :
Tujuan pemerintah meliputi external security, internal order, justice, general welfare
dan freedom.

Menurut Dr. H. Inu Kencana Syafiie, M.Si. :


Pemerintahan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana cara melakukan
pengurusan badan eksekutif. Pengaturan badan legislatif, kepemimpinan, dan juga
koordinasi pemerintahan baik pusat dengan daerah, mau pun rakyat dengan
pemerintahannya dalam setiap peristiwa dan gejala pemerintahan.
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pemerintahan
merupakan sebuah ilmu yang menjelaskan tentang metode mengatur, menguasai, dan
mengelola sebuah negara.

2a. OBJEK ILMU PEMERINTAHAN


Objek adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan, sehingga dengan demikian
objek merupakan apa yang akan diamati, diteliti, dipelajari, dan dibahas. Objek sendiri
terbagi menjadi objek material dan objek formal.
Objek material dari suatu disiplin ilmu dapat sama dengan objek material ilmu
pengetahuan lain karena bersifat umum dan merupakan topik yang dibahas secara global
tentang pokok persoalan.
Sedangkan objek formal bersifat khusus dan spesifik karena merupakan perhatian
suatu disiplin ilmu pengetahuan. Objek formal berbeda pada masing-masing ilmu karena
perbedaan sudut pandang yaitu meninjau sasaran hanya dari satu sudut pandang dengan
caranya yang khas dan khusus.

Gambar diatas menunjukkan pertumpangtindihan ilmu-ilmu kenegaraan, dimana


negara merupakan objek material ilmu-ilmu kenegaraan termasuk ilmu pemerintahan
didalamnya.
Adapun objek formal dari Ilmu Pemerintahan ialah hubungan pemerintahan dengan
sub-subnya (baik hubungan antara pusat dengan daerah, hubungan antara yang memerintah
dan yang diperintah, hubungan antar lembaga dan hubungan antar departemen), sudah tentu
didalalamnya termasuk pembahasan output pemerintahan sebagai fungsi-fungsi, sistem-
sistem, aktifitas/kegiatan, gejala/perbuatan dan peristiwa-peristiwa pemerintahan serta
kelompok elit pemerintahan yang berkuasa.
2b. PENDEKATAN DISIPLIN ILMU
Dalam penerapannya ilmu dapat dibedakan menjadi :
1. Ilmu murni (pure science) ;
2. Ilmu praktis (applied science) ;
3. Campuran
Yang dimaksud dengan ilmu murni adalah ilmu itu hanya murni bermanfaat untuk
ilmu itu sendiri dan berorientasi pada teoritisasi, dalam arti ilmu pengetahuan murni tersebut
terutama bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak
yaitu untuk mempertinggi mutunya.
Yang dimaksud dengan ilmu praktis adalah ilmu itu praktis langsung yang diterapkan
kepada masyarakat karena ilmu itu sendiri bertujuan untuk mempergunakan hal ikhwal ilmu
pengetahuan tersebut, dalam masyarakat banyak. Serta dilaksanakan untuk membantu
masyarakat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
Yang dimaksud dengan campuran dalam hal ini adalah suatu ilmu selain termasuk
ilmu murni juga merupakan ilmu terapan yang praktis dan langsung dapat dipergunakan
dalam kehidupan masyarakat umum.
Sedangkan dalam hal fungsi kerjanya ilmu juga dapat dibedakan atas sebagai berikut
ini :
1. Ilmu Teoritis Rasional ;
2. Ilmu Empiris Praktis ;
3. Ilmu Teoritis Empiris ;
Yang dimaksud dengan ilmu teoritis rasional adalah ilmu yang memakai cara berpikir
dengan sangat dominan, deduktif, dan mempergunakan silogisme, misalnya dogmatis hukum.
Yang dimaksud dengan ilmu empiris praktis adalah ilmu yang menganalisa secara
induktif saja, misalnya dalam pekerjaan-pekerjaan sosial atau dalam mewujudkan
kesejahteraan umum dalam masyarakat.
Yang dimaksud dengan ilmu teoritis empiris adalah ilmu yang memakai cara
gabungan berpikir induktif-deduktif atau sebaliknya juga berpikir deduktif-induktif, misalnya
ilmu pemerintahan.
Jadi, dari uraian uraian di atas jelas bahwa ilmu pemerintahan termasuk ilmu teoritis
empiris. Disamping itu ilmu pemerintahan juga termasuk ilmu praktis atau ilmu terapan
karena akan langsung dapat diterapkan kepada masyarakat. Oleh karena itulah kader-kader
pamongpraja dipersiapkan dan dibekali ilmu pemerintahan ini.
Ilmu pemerintahan juga termasuk suatu ilmu sosial dan merupakan ilmu pengetahuan
yang non-eksakta dan non-kerohanian. Perbedaan tersebut bukanlah pembedaan mengenai
metode, akan tetapi menyangkut pembedaan isi dan cara kerja. Inilah yang membedakan ilmu
pemerintahan dengan ilmu-ilmu eksakta seperti ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu kimia,
ilmu hewan, dan ilmu tumbuh-tumbuhan serta lainnya.
Pengertian ilmu pemerintahan dibedakan dengan ilmu kerohanian, tetapi cabang ilmu
pemerintahan salah satunya adalah etika pemerintahan, yang menghubungkan ilmu
pemerintahan dengan ilmu kerohanian. Hal ini karena adanya pemikiran bahwa harus sangat
dihindari penguasa yang merasa ingin mempertahankan kekuasaannya dengan meniru pola
dan cara pengelolaan kekuasaan yang pernah dipraktikkan oleh ahli-ahli strategi dan
arsitektur pemerintahan. Juga harus dicegah usaha yang menunjukkan bahwa dalam praktek
kekuasaan yang nyata tidak ada hubungan antara kekuasaan dengan moralitas. Jadi pemikiran
ini menolak pemerintahan yang bersifat sekuler.

2C. PENDEKATAN PARADIGMA


Paradigma adalah corak berpikir seseorang atau sekelompok orang. Berikut
disampaikan beberapa paradigma ilmu pemerintahan dalam dimensi ruang.
1. Ilmu Pemerintahan sebagai Cabang Ilmu Filsafat
Filosof kenegaraan Plato berkata bahwa kebenaran sebagai realitas yang
sesungguhnya, seharusnya mengikuti kenyataan. Jadi bila kita menafsirkan teori ini,
terjadinya penindasan, perkosaan, perampokan dan lain-lain, hal tersebut seharusnya tidak
terjadi.
Dalam benak Plato tersimpan pemikiran yang bersumber dari pengalaman
menyaksikan gurunya Socrates dipaksa minum racun. Ia lalu berkepastian bahwa pemerintah
yang berkuasa adalah buruk, karena baginya gurunya adalah orang yang paling bijak, jujur,
dan baik. Lalu keluarlah teori-teori besarnya tentang negara ideal.
Paradigma ini kemudian bergeser ke arah yang lebih rasionalistis, karena munculnya
pertanyaan-pertanyaan antara lain : “Apakah kecerdasan dalam alam itu berasal dari
Tuhan ?”, “Apakah pengaturan alam raya yang tertib ini diatur oleh Tuhan ?”, “Mengapa
Tuhan memisahkan diri dari kehidupan ?”, “Mengapa Tuhan menciptakan keburukan ?”.
Plato sendiri sebenarnya sadar bahwa alam pikirannya tidak dapat direalisasikan
dalam politik pemerintahan. Dalam perjalanan masa yang panjang ini seketika saja
masyarakat dapat mempertahankan diri dalam pemerintahan yang adil.
Muridnya Aristoteles berpendapat bahwa kebenaran itu subjektif sifatnya, karena
kebenaran itu benar bagi pihak lain tetapi tidak benar bagi pihak lain, karena pendapat
dipengaruhi dan berbeda pada berbagai dimensi ruang dan waktu. Itulah sebabnya Aristoteles
dalam pemikirannya menyetujui perbudakan dan merendahkan arti kaum wanita.
Dalam suatu sistem pemerintahan, Artistoteles mendukung adanya segelintir
masyarakat yang dianggap sebagai budak belian, karena dianggapnya sejalan dengan garis
hukum alam, dan dia bahkan percaya kerendahan martabat wanita dibandingkan kaum laki-
laki. Ini tentu saja dipengaruhi budaya yang berlaku pada waktu itu.
Pada kesempatan lain Aristoteles berpendapat bahwa kemiskinan adalah bapaknya
revolusi, atau dia mengatakan bahwa barang siapa yang sudah merenungi dalam-dalam seni
memerintah manusia, pasti yakin bahwa nasib suatu imperium tergantung pendidikan
generasi penerusnya.
Aristoteles tampak semakin sekuler karena berusaha memisahkan perenungan
kerohanian yang transedental dengan keduniawian, Tuhan baginya muncul karena intelektual
manusia belaka, bila alam semesta bermula dari Tuhan, maka awalnya dapat diusut dengan
mengetahui Tuhan itu sendiri, tetapi karena kita tidak dapat menjelaskan akar-akar misterius
dan rasionalitas manusia, maka ahli-ahli agama mengandaikan bahwa mengenal sesuatu yang
rasional adalah sudah mengenal Tuhan, sehingga rasionalitas alam menjadi serba mistik
karena mencampuradukan alam dengan Tuhan.
Penguasa Macedonia Alexander Yang Agung, juga pernah menjadi murid Aristoteles,
tetapi kemudian walaupun pernah membiayai kehidupan Aristoteles, akhirnya menjadi
penentang gurunya. Untunglah sang penguasa ini lebih dulu meninggal dunia ketimbang
gurunya yang telah melarikan diri.
Inilah perjalanan paradigma ilmu pemerintahan dari kajian ilmu filsafati, yang
dimulai dari pemikiran theokrasi kemudian menuju rasionalitas.

2. Ilmu Pemerintahan Mengacu kepada Al-Qur’an


Di Saudi Arabia, Nabi Muhammad SAW memerintahkan agar ilmu pemerintahan
mengacu pada Al-Qur’an. Meskipun di tengah-tengah budaya Arab yang keras, Nabi
Muhammad SAW dan para sahabat beliau terutama para pemimpin pemerintahan,
menyiarkan Islam dengan lemah lembut, kecuali bila mereka tertindas barulah diperintahkan
untuk berperang, sekarang yang perlu ditegaskan adalah batas kata tertindas tersebut karena
Islam mempunyai acuan kebenaran pada Al-Qur’an yang berasal dari Allah.
Batas keburukan dan kebaikan dalam Islam adalah Al-Qur’an. Dengan demikian ilmu
pemerintahan juga mengacu kepada kitab suci dibicarakan dengan terinci. Terhadap
kebenaran agama Islam sendiri, mampu untuk menantang agar mempergunakan logika untuk
menguji kebenaran Al-Qur’an itu sendiri. Hal ini supaya tidak terjadi keragu-raguan dan
keterpaksaan dalam memahaminya.
Pada masa pemerintahan Islam Madinah di zaman Nabi Muhammad SAW terlihat
perumpamaan surga yang turun ke dunia, sebagai contoh kita lihat bagaimana seorang
perempuan cantik dan kaya berjalan jauh malam hari tanpa pengawalan, dapat selamat tanpa
dirampok dan diperkosa, ini hanya karna disiplin dari dalam yang didasari iman Islam pada
saat itu yang begitu tingginya.

3. Ilmu Pemerintahan sebagai Suatu Seni


Pendapat bahwa pemerintahan hanyalah suatu seni, dapat ditolerir karena maksudnya
adalah seni vokal (bagaimana kemampuan menggerakkan orang-orang dalam kharismatis
retorika, administrator dan kekuasaan kepemimpinan), atau seni sastra (bagaimana
kemampuan menciptakan, mengkarsakan dan merasakan surat-surat keputusan yang
berpengaruh, atau juga bagaimana kemampuan mendalangi bawahan serta mengatur lakon
yang harus dimiliki pemerintah sebagai penguasa).
Jadi bila seseorang telah menjadi aparat pemerintah maka yang bersangkutan dituntut
untuk memiliki seni memerintah itu sendiri, seperti kemampuan dan kemahiran cara
menyuruh pihak lain mengerjakan tugas-tugas, memiliki cita rasa yang tinggi dalam
pembangunan segala sektor, mempunyai penampilan yang khas sebagai penguasa yang
menjadi sentral perhatian, panutan dan kebanggaan sehingga cenderung bagaikan main
drama, dimana teaternya adalah lembaga tempat yang bersangkutan bekerja dan lakonnya
adalah penyelenggaraan pemerintahannya sendiri.

4. Ilmu Pemerintahan sebagai Cabang Ilmu Politik


Hampirdiseluruhdarataneropa (kontinental) terutama diNegeriBelanda,
menganggapbahwailmupemerintahanbersumberdanberasaldariilmupolitik,
kemudianberkembangperlahan-lahanmenjadidisiplinilmu yang berdirisendiri.
Sebagaisuatudisiplinilmu yang mulaiberdirisendiri,ilmupemerintahantelah pula
diajarkanpadaberbagaiperguruantinggi di berbagai Negara Eropaseperti :
1.  Sekolah Tinggi EkonomiBelanda di Rotterdam
2.  Universitas R.K. di Nijmegen
3.  Sekolah Tinggi Ekonomi R.K. di Tilburg
4.  LembagaPendidikanKepegawaian di Jerman
5.  LembagaAkademiInternasional di Den Haag
Jadimunculnyadisiplinilmupemerintahan di Eropa yang bersumberdariilmupolitik,
dimulaidariadanyaanggapanbahwameningkatnyaperhatianberbagaipihakakanisi, bentuk, efek,
danfaktorpemerintahanbertitikberatpadapengambilankebijaksanaanpemerintah yang
berusahauntukmenganalisamasalahkebijaksanaanpemerintahantersebutsebagaibagiandariberb
agai proses dalamilmupolitik.
Jalinaninimengakibatkantimbulnyaanggapanbahwailmupemerintahandipandangsepen
uhnyasebagaibagiandariilmupolitik.
Pengalokasianruanglingkupaktivitasilmupemerintahantelahmemungkinkannyamelewatibanya
kbatasan, sampaipadapenggabunganjurusandanfakultas yang
berbeda,untukkepentinganilmupemerintahanitusendiri.

5. Ilmu Pemerintahan sebagai Ilmu Pemerintahan


Ilmupemerintahanmerupakanilmuterapankarenamengutamakansegipenggunaandalam
praktik, yaituhubunganantara yang memerintah (penguasa) dengan yang diperintah
(rakyat).Dalamhaliniharusdibedakanantararakyat, masyarakat,danpenduduk. Rakyat
lebihdiartikansebagaikeseluruhandariwargadarisuatu Negara yang
mempunyaihakpilih..Masyarakatadalah yang
harusdibinadandilayaniolehadministrasisetempat.
Sedangkanpendudukadalahpenghunidaripadanegeritertentu yang harusdiinventarisir.
Walaupunilmupemerintahanbagisebagianorangmasihmerupakanembriodalamilmupen
getahuan, bagaimanapunjugapadagilirannyaakanmenjadidisiplinilmupengetahuan yang
berdirisendirikarnakebutuhanakanadanyailmupemerintahanitusendiri yang menuntut
eksistensinya.
Pendapat yang mengatakanbahwailmupemerintahan,
hanyalahmerupakancabangdarisuatudisiplinilmu, sertaanggapan yang
menumpangtindihkanilmuadministrasinegara, ilmuhukumtatanegara,
ilmupolitik,danilmunegarasendiri denganilmupemerintahan,
padagilirannyajugaakantergeserolehperkembanganilmupemerintahanitusendiri.

Ilmu-ilmutersebutdiatasyaitumasing-masingilmupemerintahan, ilmupolitik,
ilmuhukumtatanegara,
ilmuadministrasinegara,danilmunegaraitusendiridinamakandengansebutanilmu-
ilmukenegaraan, karenamemiliki  objek material yang samayaitunegara. Sedangkan yang
memebedakanmasing-masingdisiplinilmutersebutdiatas adalahobjekformalnya.
Khususuntukilmupemerintahanobjekformalnyaadalahhubungan-hubunganpemerintahan, yang
terdiridarigejaladanperistiwapemerintahan.

3. TEORI PEMERINTAHAN
Ilmu pemerintahan adalah sebuah cabang ilmu dari kajian ilmu politik. Sampai saat
ini masih terdapat beberapa perdebatan mengenai ilmu pemerintahan dan ilmu politik. Kajian
utama kepemimpinan pemerintahan adalah kebijakan pemerintahan (publik policy). Pada
intinya membuat suatu kebijakan pemerintahan merupakan suatu studi tentang proses
kebijakan itu sendiri karena kebijakan publik merupakan decision making (memilih dan
menilai informasi yang ada untuk memecahkan masalah). Pemerintahan merupakan suatu
ilmu dan seni, dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan karena pemerintahan sudah
memenuhi syaratsyarat ilmu pengetahuan seperti dapat dipelajari dan diajarkan, memiliki
objek baik material maupun formal, bersifat universal dan sistematis serta spesifik (khas).1
Dan menurut Surya Ningrat, pemerintahan adalah sekelompok individu yang
memiliki wewenang tertentu untuk melaksanakan kekuasaan pemerintah adalah perbuatan
atau urusan atau memerintah.
Secara etimologi, maka pengertian pemerintahan adalah sebagai berikut:
1. Perintah berarti melakukan pekerjaan menyuruh (2 pihak yaitu yang memerintah dan yang
diperintah).
2. Pemerintah (Pe) berarti badan yang melakukan kekuasaan memerintah
3. Pemerintahan (akhiran an) berarti perbuatan, cara atau urusan dari badan yang memerintah
tersebut.
Berdasarkan aspek statistika, maka “pemerintah” adalah lembaga atau badan-badan
publik yang mempunyai fungsi untuk melakukan upaya mencapai tujuan negara. Sedangkan
dalam aspek dinamika maka pemerintahan adalah kegiatan dari lembaga atau badan-badan
publik tersebut dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan negara.

Dalam artian yang sempit, pemerintahan adalah meliputi kegiatan pemerintah yang
hanya menyangkut bidang eksekutif saja (kalau menurut teori van vollenhoven, hanya
meliputi “bestuur” saja). Sedangkan dalam arti luas, pemerintahan adalah meliputi seluruh
kegiatan pemerintah, baik menyangkut bidang legislatif, ekseksutif, maupun
yudikatif.memiliki tujuan untuk mewujudkan negara.
Menurut Budiarjo pemerintah adalah segala kegiatan yang terorganisir yang
bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan dasar Negara, rakyat atau
penduduk dan wilayah suatu Negara dan memiliki tujuan untuk mewujudkan Negara
berdasarkan konsep dasar Negara tersebut.
Pemerintah adalah organ yang berwenang memproses pelayanan public dan
kewajiban memperoleh pelayanan sipil bagi setiap orang yang melakukan hubungan
pemerintahan, sehingga setiap anggota masyarakat yang bersangkutan menerimanya pada
saat diperlukan sesuai dengan tuntutan yang diperintah. Menurut Muhadam Labolo
pemerintahan sesungguhnya merupakan upaya mengelola kehidupan bersama secara baik dan
benar guna mencapai tujuan yang disepakati atau diinginkan bersama. Pemerintahan dapat
ditinjau dari sejumlah aspek penting seperti kegiatan (dinamika), struktur fungsional, maupun
tugas dan kewenangan.
Tujuan utama dibentuk pemerintahan adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban
didalam masyarakat sehingga bisa menjalankan kehidupan secara wajar. Dan pemerintah
modern pada hakekatnya adalah pelayanan masyarakat, menciptakan kondisi yang
memungkinkan setiap masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi
kemajuan bersama.

4. PEMERINTAHAN YANG BAIK (REINVENTING GOVERNMENT)


Reinventing government diartikan sebagai pembangunan birokrasi yang berdasarkan
prinsip wirausaha yaitu membiasakan organisasi-organisasi pemerintahan untuk terus
memperbaharui dan meningkatkan kualitasnya secara berkelanjutan.
Istilah Reinventing Government bermakna lembaga sektor pemerintah yang
berkebiasaan entrepreneural, dengan memanfaatkan Sumber Daya yang ada namun
menggunakannya dengan cara yang baru guna mencapai Efisiensi dan Efektifitas.
Reinventing government memberikan solusi bagi organisasi-organisasi pemerintah
yang tidak lagi produktif dan hanya dapat menghabiskan anggaran negara untuk menjadi
suatu organisasi yang mau mengubah seluruh sistem di dalamnya dan menjadikannya suatu
organisasi yang hidup mandiri, penuh dengan inovasi dan kreativitas, produktif dan mau
terus-menerus meningkatkan kualitas kerja serta menjadi bagian yang penting bagi
masyarakat.
Reinventing menciptakan organisasi-organisasi dan sistem publik yang terbiasa
memperbarui, yang secara berkelanjutan, memperbaiki kualitasnya tanpa harus memperoleh
dorongan dari luar. Dengan demikian, reinventing berarti menciptakan sektor publik yang
memiliki dorongan dari dalam untuk memperbaiki apa yang disebut dengan “sistem yang
memperbarui kembali secara sendiri”. Dengan kata lain, reinventing menjadikan pemerintah
siap menghadapi tantangan-tantangan yang mungkin tidak dapat diantisipasi.
Disamping itu, reinventing tidak hanya memperbaiki keefektifan pemerintah sekarang
ini, tetapi juga dapat membangun organisasi-organisasi yang mampu memperbaiki
keefektifannya di masa mendatang pada waktu lingkungan organisasi mengalami perubahan.
Oleh karena itu sangat baik apabila pemerintah daerah menggunakan sepuluh prinsip
reinventing government untuk lebih memberdayakan aparaturnya. Dengan kesepuluh prinsip
reinventing government diharapkan aparatur pemerintah daerah dapat:
1. Responsif terhadap kebutuhan masyarakat sehingga dapat menciptakan hubungan yang
harmonis antara birokrasi dengan masyarakat.
2. Memberdayakan masyarakat di dalam pembangunan pemerintah daerah.
3. Antisipatif sehingga meminimalisir timbulnya masalah yang lebih kompleks dan meluas
baik dalam proses pemerintahan maupun dalam halkemasyarakatan.
4. Kreatif dan inovatif sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakatdalam
pemerintahan dan pembangunan.
5. Mau terus berubah ke arah yang lebih baik dan senantiasa meningkatkankualitas
kinerjanya sehingga memberikan manfaat positif bagi organisasinya.
6. Berjiwa tangguh dan pantang menyerah sehingga dapat meningkatkanproduktivitas
organisasi pemerintahan daerah.
7. Menjadi birokrasi yang visioner, berorientasi pada pencapaian tujuanorganisasi.
8. Jujur, bersih, dan bebas KKN.
9. Kompetitif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
10. Berorientasi pasar dalam pelaksanaan proses pemerintahan.
Untuk itu, diperlukan reinventing government yang bermakna dalam pencarian format
birokrasi yang mempunyai kemampuan untuk memperbarui secara mandiri dan mempunyai
mentalitas wirausaha. Hal ini karena otonomi daerah dengan berbagai tujuan yang hendak
dicapai memerlukan birokrasi yang efisien, yang secara cepat mampu memperbarui diri dan
responsif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
5. DEFINISI KEKUASAAN DAN WEWENANG (AUTHORITY)
 Kekuasaan
Kekuasaan (Power) menurut pengertian umum diartikan sebagai cara untuk mencapai
hal yang diinginkan antara lain membagi sumber- sumber di antara kelompok-kelompok
dalam masyarakat. Definisi lain, kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok
manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa
sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang
mempunyai kekuasaan itu. Menurut Russel (1988) terdapat batasan umum dari kekuasaan
yaitu merupakan produk pengaruh yang diharapkan. Ketika seseorang ingin memperoleh
tujuan yang diinginkannya dan juga diinginkan oleh orang banyak, maka orang tersebut harus
memiliki kekuasan yang besar. Faktor pendorong yang menimbulkan keinginan berkuasa
antara lain faktor eksplisit dan implisit yang berupa dorongan untuk memperoleh kekuasaan.
Faktor eksplisit dari dalam diri seseorang, sedangkan faktor implisit adalah faktor dari luar
yang mempengaruhi seseorang untuk berkuasa.
Kekuasaan dapat dikatakan melekat pada jabatan ataupun pada diri orang tersebut,
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Position Power, kekuasaan yang melekat pada posisi seseorang dalam sebuah
organisasi.
2. Personal Power, kekuasaan yang berada pada pribadi orang tersebut sebagai
hubungan sosialnya.
Contoh dari kekuasaan yaitu Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi
juga harus tunduk pada Undang-Undang (objek dari kekuasaan).

 Wewenang (Authority)
Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang
lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Banyak
orang memahami bahwa authority/otoritas atau dalam bahasa Indonesia berarti wewenang
adalah sebuah bentuk kekuasaan seseorang atas diri orang lain. Pada waktu seseorang
memiliki otoritas, misalnya di dalam lingkup pekerjaan tertentu, maka kekuasaan menjadi
mutlak miliknya. Baik itu kekuasaan untuk mengatur, mengontrol atau memutuskan sesuatu.
Kewenangan biasanya dihubungkan dengan kekuasaan. Penggunaan kewenangan secara
bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi. Kewenangan digunakan untuk
mencapai tujuan pihak yang berwenang. Karena itu, kewenangan biasanya dikaitkan dengan
suatu kekuasaan. wewenang (authority) merupakan hak untuk memerintah (dalam organisasi
formal maupun non formal) yang dimiliki oleh seseorang untuk bertindak atau tidak
bertindak. Wewenang harus disertai dengan tanggung jawab yang sama. Mendelegasikan
wewenang kepada orang lain tidak berarti keluar dari tanggung jawab. Akuntabilitas masih
melekat pada orang yang memiliki otoritas tertinggi.

6. PEMERINTAH YANG BERTANGGUNGJAWAB


Pemerintah bertanggungjawab merupakan tema penting yang selalu menjadi fokus
perhatian dalam proses pemerintahan, karena dalam era keterbukaan sekarang ini hampir
semua aktivitas pemerintah selalu dikaitkan dengan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari
menguatnya pola hubungan “subjek-subjek” yang memposisikan kedua belah pihak saling
berhubungkan. Proses kerja pemerintah hampir selalu dinilai oleh masyarakat. Oleh sebab
itu, tanggung jawab pemerintah tidak hanya sebatas menjalankan aturan semata, namun
harus diikuti dengan penguatan aspek etik sebagai  kewajiban moral dan kehendak bebas
(free choice) yakni niat baik yang secara akumulatif akan menentukan pemenuhan janji
yang pada akhirnya membentuk dan menentukan kualitas kepercayaan masyarakat
terhadap aktualisasi tanggungjawab pemerintah.
 Dimensi Tanggungjawab
1. Berani bertanggungjawab
2. Tidak menyalahkan orang lain
3. Tidak menghindar
4. Tidak berkilah
5. Rendah hati dan jujur
6. Sabar, tegar, dan tangguh dalam menerima akibat dan mencari jalan keluar
7. Bentuk tanggungjawab pada dimensi pertumbuhan jiwa
8. Aktualisasi diri kepada hidup dan kehidupan
 Mengapa Pemerintahan harus Bertanggungjawab
Setiap orang yang berbuat tidak baik kepada orang lain, termasuk perbuatan
tidak baik yang dilakukan oleh pemerintah haruslah dipertanggung jawabkan secara
hukum maupun secara politik. Apabila, tanggung tersebut masuk ke dalam ranah
hukum, maka tanggung jawab pemerintah seperti itu disebut sebagai tanggung jawab
hukum.
Bahwa pemerintah harus bertanggung jawab secara hukum kepada rakyatnya
muncul dalam dua teori sebagai berikut:
a. Teori hukum umum, yang menyatakan bahwa setiap orang, termasuk
pemerintah, harus mempertanggung jawabkan setiap tindakannya, baik karena
kesalahan atau tanpa kesalahan (strict liability). Dari teori ini selanjutnya muncul
tanggung jawab hukum berupa tanggung jawab pidana, perdata, dan administrasi
negara. Tanggung jawab hukum dari pemerintah seperti ini dilakukan di depan badan
pengadilan.
b. Teori demokrasi, yang menyatakan bahwa setiap yang memerintah harus
mempertanggung jawabkan tindakanya kepada yang diperintah, karena kekuasaan
yang memerintah tersebut berasal dari yang diperintahnya (rakyatnya). Dari teori ini
muncul tanggung jawab yang berakibat kepada “pemakzulan” (impeachment).
Tanggung jawab pemerintah secara politis ini dilakukan di depan parlemen dengan
atay tanpa keikutsertaan badan-badan lain.
Terdapat juga suatu tanggung jawab selain tanggung jawab pribadi dari pihak
eksekutif, termasuk tanggung jawab presiden dan atau perdana menteri, berupa
tanggung jawab secara pidana, perdata dan tata usaha negara, pada waktu yang
bersamaan berlaku juga tanggung jawab tanggung jawab kolektif dari para eksekutif
tersebut. Yang dimaksud dengan tanggung jawab kolektif dalam hal ini adalah
tanggung jawab bersama atas setiap tindakan dan kebijaksanaan yang dilakukan oleh
salah satu atau lebih dari para eksekutif tersebut. Misalnya tanggung jawab bersama
di antara semua mentri bersama dengan perdana mentri atau presiden, atas tindakan
atau kebijaksanaan yang dilakukan oleh salah satu atau lebih dari mentri dan atau
perdana mentri atau presiden tersebut.
Doktrin tanggung jawab kolektif ini pada perinsipnya berlaku di berbagai
negara dengan berbagai variasinya, tetapi biasanya dijalankan dengan cara-cara
sebagai berikut :
a. Perdana menteri atau presiden secara kolektif bertanggung jawab kepada
parlemen untuk kebijaksanaan nasional di negara tersebut. Kebijaksanaan tersebut
dapat diubah oleh pemerintahan selanjutnya yang dipilih oleh umum berikutnya.
b. Jika perdana menteri atau presiden meninggal atau meletakan jabatanya maka
semua susunan cabinet dapat dirubah oleh penggantinya, meskipun struktur
perimbangan kekuatan kekuasaan partai-partai di parlemen masih seperti semula.
c. Meskipun seorang mentri juga bertanggung jawab secara pribadi terhadap
kebijaksanaan yang telah diambilnya, tetapi biasanya pemerintah secara bersama-
sama akan membela mentri tersebut . maka dalam hal ini doktrin tanggung jawab
kolektif dapat menjadi cara untuk mempertahankan mentri yang tidak kompeten atau
tidak popular.
d. Karena ada kemungkinan para mentri berasal dari partai yang berbeda-
beda,sehingga timbul potensi untuk saling berbeda pendapat satu sama lain. Tetapi
adab politik mengharuskan bahwa antar satu mentri dengan yang lainya tidak boleh
saling mengkeritik secara terbuka.
e. Dalam doktrin tanggung jawab secara kolektif melekat prinsip menjaga
kerhasiaan. Jika misalnya satu putusan diambil oleh pemerintah, bagaimana
perdebatan dari pihak anggota cabinet dalam proses pengambilan putusan tidak boleh
diketahui oleh publik. Karenanya, segala dokumentasi, isi perdebatan, proses
pengambilan keputusan, da nisi percakapan dan komunikasi antar departemen
pemerintah merupakan rahasia negara yang tidak boleh dibuka untuk umum, kecuali
jika seluruh anggota cabinet atau perdana mentri atau presiden menyetujuinya untuk
diekspos.
f. Kebijaksanaan cabinet yang telah diputuskan dianggap keputusan bersama,
sehingga mentri yang mungkin tidak setuju, tidak boleh menampakan
ketidaksetujuanya kepada pejabat manapun atau kepada public. Karena itu, doktrin
tanggung jawab secara kolektif dapat berarti kepatuhan secara kolektif kepada
perdana mentri atau presiden.
Salah satu prinsip negara hukum adalah asas legalitas, yang mengandung
makna bahwa setiap tindakan hukum pemerintahan harus berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau setiap tindakan hukum pemerintahan harus
berdasarkan pada kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.
Dengan bersandar pada asas legalitas itulah pemerintah melakukan berbagai tindakan
hukum. Karena pada setiap tindakan hukum itu mengandung makna pengunaan
kewenangan, maka di dalamnya tersirat adanya kewajiban pertanggung jawaban,
sesuai dengan prinsip “geen bevoegedheidzonder verantwoordelijkheid.”
Tanggung jawab pemerintah terhadap warga negara atau pihak ketiga dianut
oleh hampir semua negara yang berdasarkan atas hukum. Sekedar contoh berikut ini
dapat disebutkan beberapa negara yang secara tegas memberikan beban tanggung
jawab kepada pemerintah, berdasarkan yurisprudensi maupun ketentuan hukum
positifnya. Berdasarkan yurisprudensi Conseil d’Etat, pemerintah atau negara
dibebani membayar ganti rugi kepada seseorang rakyat atau warga negara yang
menjadi korban pelaksanaan tugas administratif.
Tindakan hukum pemerintahan itu selanjutnya dituangkan dalam dan
dipergunakan beberapa instrument hukum kebijaksanaan seperti peraturan perundang-
undangan (reegling), peraturan kebijakan (beleidsregel), dan keputusan (beschikking).
Di samping itu, pemerintah juga sering menggunakan instrumen hukum keperdataan
seperti perjanjian dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan. Setiap pengunaan
wewenang dan penerapan instrument hukum oleh pejabat pemerintahan pasti
menimbulkan akibat hukum, karena memang dimaksudkan untuk menciptakan
hubungan hukum dan akibat hukum. Hubungan hukum ini ada yang bersifat intern
(interne rechtsbetrekking), yakni hubungan di dalam hal hubungan hukum ekstern,
akibat hukum yang ditimbulkannya ada yang bersifat umum, dalam arti mengenai
setiap warga negara, dan akibat hukum yang bersifat khusus, yakni mengenai
seseorang atau badan hukum perdata tertentu

Anda mungkin juga menyukai