Anda di halaman 1dari 3

Hampir Nihilnya Korupsi di Finlandia

M. Arief Fakhruddin
D IV Akuntansi Kurikulum Khusus BPKP, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan Email: muhd.arief@gmail.com Abstrak Finlandia merupakan Negara kecil yang sangat maju dalam hal perekonomiannya. Kemajuan perekonomian di Finlandia berbanding lurus dengan pemberantasan korupsi, hampir mendekati nihil. Faktor penyebab hampir tidak adanya kasus korupsi di Finlandia, selain kultur birokrasi yang baik, juga dukungan factor budaya masyarakat Finlandia. Kata Kunci Korupsi, jujur, Finlandia,

I.

Pendahuluan Finlandia, negara kecil yang sangat makmur, Administrasi ditekankan untuk memajukan perilaku yang baik dalam organisasi publik. Prinsip-prinsip yang melandasinya antara lain, menekankan pejabat untuk bertindak adil dan melaksanakan pekerjaannya, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sementara UU Hukum Pidana, mengatur aspek pidananya. Terdapat beberapa factor yang menyebabkan mengapa rating Finlandia dalam pemberantasan korupsi berada pada ranking atas yang akan dibahas lebih lanjut. II. Pembahasan Korupsi adalah kejahatan yang tersembunyi, statistic ataupun indeks mengenai korupsi, biasanya hanya sebagai refleksi atas kasus-kasus yang muncul ke public ataupun mendapatkan perhatian dari pemerintah dan tidak mencerminkan lingkup korupsi di sebuah Negara. Finlandia secara konsisten, menempatkan negaranya pada posisi level atas dalam hal
2

luasnya

338.145 km

dengan jumlah penduduk

5.223.442 juta jiwa (2012) dan GDP nominal per kapita $51,588 (2008), negara republik ini

berbatasan langsung dengan Rusia, Norwegia dan Swedia. Sumber pendapatan negara di Skandinavia ini dari pengolahan hasil hutan dan perkayuan, industri elektronika, komunikasi, dan produksi

mesin-mesin berat. Salah satu produk komunikasi yang di kenal seantero dunia adalah ponsel Nokia. Nokia sendiri merupakan nama kota kecil di Finlandia. Finlandia menduduki peringkat atas dalam hal pemberantasan korupsi menurut Transparency International. Sejak tahun 2001, penilaian CPI Finlandia selalu berkutat di sekitar angka 9, atau sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa korupsi di Finlandia sangat minim, atau hampir tidak ada. Finlandia tidak mengenal Undang-Undang anti korupsi secara khusus seperti di Indonesia, akan tetapi ada dua Undang-Undang yang mengatur masalah korupsi di Finlandia, yaitu UU Prosedur Administrasi dan UU Hukum Pidana. UU Prosedur

pemberantasan korupsi meskipun tidak mengatur mengenai korupsi dalam Undang Undang khusus. Dalam UU Hukum Pidana Finlandia, terdapat

beberapa pasal mengenai korupsi, diantaranya adalah penyuapan aktif (pasal 16, pasal 13, 14 dan 14 (a) KUHP), suap pasif (pasal 40, bagian 1 - 4), penyuapan aktif dalam bisnis (pasal 30, pasal 7), dan penyuapan pasif dalam bisnis (bab 30, bagian 8). Kasus korupsi merupakan hal yang jarang ditemui Finlandia karena adanya konsistensi dalam

penyuap harus bisa menyuap pengambil kebijakan, dan sekaligus refendary. Selain itu, pejabat public harus

mengungkapkan apa yang dilakukan dan hasil dari pekerjaannya dengan transparan dan terbuka. Prinsip keterbukaan dan transparansi selalu diutamakan dalam hal birokrasi atau pemerintahan. Setiap keputusan dan kebijakan yang diambil harus

penegakan hukum. Setiap ada kasus korupsi, pasti akan diungkap secara luas oleh media dan menjadi perhatian masyarakat. Kultur birokrasi Finlandia tidak berbelit belit atau relative pendek, dengan tingkat kekuasaan yang cukup pada otonomi local. Struktur birokrasi seperti ini merupakan hasil dari proses panjang dan konsisten yang dimulai pada masa pemerintahan Swedia (1150-1809), dan terus berlanjut ketika

transparan dan bersedia dikritik oleh pejabat public lainnya maupun oleh masyarakat umum. Sistem Finlandia memiliki beberapa metode dalam pengawasan pengambilan keputusan.

Pengawasan tersebut dilakukan oleh Chancellor of Justice and the Parliamentary Ombudsman.

Kompetensi dan kewenangan institusi pengawasan tersebut diatur dalam konstitusi, baik Chancellor of Justice maupun the Parliamentary Ombudsman memastikan bahwa pengadilan hukum, otoritas lainnya, pejabat publik, pegawai pemerintah, dan lainnya melakukan tugas-tugas publik dan memenuhi kewajiban mereka. Dalam melaksanakan tugasnya, Chancellor of Justice and the Parliamentary

Finlandia dibawah kekuasaan Rusia (1809-1917) hingga akhirnya merdeka. Konsistensi ini

mengakibatkan kultur birokrasi yang ada dapat diterima dan didukung oleh masyarakat Finlandia. Dalam hal pengambilan keputusan,

Finlandia menerapkan refendary system, dalam system ini junior official menyiapkan bahan untuk pengambilan keputusan dari dirinya sendiri maupun untuk pertimbangan atasannya. Bahan yang disiapkan meliputi ringkasan dari materi, hukum yang berlaku, identifikasi keputusan dengan cara yang berbeda, dan menunjukkan keputusan apa yang akan diambil. Jika atasan memutuskan hal yang berbeda, persetujuan maupun penolakannya harus secara tertulis. Seorang menteri di Finlandia dapat membuat keputusan dengan pertimbangan politis yang bertentangan dengan usulan maupun proposal dari refendary, namun keputusan tersebut tidak sah jika refendary tidak menyetujui atau menandatangani keputusan tersebut. Dari sudut pandang korupsi, refendary system menuntut pekerjaan yang lebih berat, karena

Ombudsman juga mengawasi pelaksanaan hak-hak dasar manusia (HAM). Sistem pendidikan Finlandia juga secara tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan korupsi di Finlandia. Sistem pendidikan Finlandia diakui sebagai system pendidikan yang paling efektif di dunia, semua biaya pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, ditanggung oleh Negara. Sistem pendidikan Finlandia pun tidak mengenal kompetisi. Tidak ada peringkat atau ranking 1, ranking 2 dan seterusnya untuk siswa, guru maupun sekolah. Kerja sama sudah ditanamkan

semenjak pertama kali masuk ke bangku sekolah, bukan kompetisi. Kompetisi dianggap merupakan konsep yang destruktif untuk pendidikan karena fungsi pendidikan agar dapat membentuk siswa menjadi manusia yang lebih baik yang menghargai diri mereka sendiri dalam kehidupan tanpa berpikir bahwa mereka lebih pintar atau sebaliknya. Sistem pendidikan Finlandia bukanlah mengejar keunggulan akademis (excellence), tapi lebih berfokus pada kesetaraan kesempatan (equity). Selain hal tersebut diatas, homogenitas penduduk dan kultur budaya masyarakat Finlandia juga atau secara tidak langsung menjadi factor penghambat pertumbuhan korupsi. Finlandia adalah negara yang relatif homogen - pada 2010, hanya 4,6 persen penduduk Finlandia lahir di negara lain, dengan homogenitas tersebut, maka karakteristik, sifat dan budaya masyarakat Finlandia relative sama. Masyarakat Finlandia memiliki kultur hidup yang bersih dan sangat kondusif, terbiasa hidup sederhana dan seperlunya, tidak menyukai barang yang bukan miliknya serta sangat menghargai kejujuran. Prinsip-prinsip tersebut sudah ditanamkan semenjak pendidikan dasar, dengan tingkat equaty yang sama untuk setiap warga Negara. III. Kesimpulan Banyak factor dan penyebab mengapa Finlandia dapat secara konsisten hampir nihil dalam kasus korupsi. Diantaranya adalah budaya birokrasi, yang sistemnya sudah dibangun sejak beratus tahun lalu, system pendidikan yang mengutamakan

diminimalisir, jika memang tidak dapat dihilangkan sama sekali.

SUMBER REFERENSI [1] Etos Kerja Bangsa Finlandia http://trainingethos.blogspot.com [2] Corruption in Finland, http://en.wikipedia.org [3] Lupakan Amerika, Pendidikan di Finlandia yang Terbaik Sedunia, http://fannyrofalina.blogspot.jp [4] Corruption, http://oikeusministerio.fi [5] Ethical Standard of Public Services,

http://www.ekalawya.org [6] Transparency International, Index Corruption 2012,

Perception

http://www.ti.or.id/media/documents/2012/12/12/m/a /map_and_country_result_1.pdf

kesetaraan, penegakan supremasi hukum dan system birokrasi/pemerintahan yang baik, transparan dan terbuka, sekaligus adanya komitmen dari pemerintah, serta dukungan dari masyarakat agar korupsi dapat

Anda mungkin juga menyukai