Anda di halaman 1dari 280

EVALUASI PELAKSANAAN KTP ELEKTRONIK (KTP-EL)

DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL


KOTA CILEGON TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

ALFI SYAHRIYANTI

NIM 6661110742

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG 2017
ABSTRAK

Alfi Syahriyanti. NIM. 6661110742. Skripsi. Evaluasi Pelaksanaan KTP


Elektronik (KTP-el) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Cilegon Tahun 2015. Pembimbing I: Maulana Yusuf, S.IP., M.Si dan
Pembimbing II: Riny Handayani, M.Si

Kata Kunci : Evaluasi Kebijakan, KTP-el, Cilegon

Tahun 2011 Kota Cilegon merupakan salah satu dari 197 Kota/Kabupaten yang
telah melaksanakan program KTP-el, pada pelaksanaannya Disdukcapil Kota
Cilegon masih mengalami banyak kendala yaitu masih kurang memadainya
blangko KTP-el, masih ditemukannya data ganda, banyaknya data biometrik
menyebabkan KTP-elnya tidak bisa dicetak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Cilegon Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan teori kriteria evaluasi
Dunn (2012:728), yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas,
dan ketepatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
teknik deskriptif, dalam pemilihan informan menggunakan metode purposive.
Adapun teknik yang peneliti gunakan adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisa data lapangan Miles dan
Huberman. Komponen dalam analisis data diantaranya, reduksi data, display data,
pengelompokkan data dan penyimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa program KTP-el yang sudah dicapai masih belum maksimal,
dimana masih banyaknya ketidaksesuaian NIK di Kartu Keluarga dengan di
KTP-el, kemudian sering terjadinya kekosongan blangko KTP-el menyebabkan
pelayanan menjadi terlambat dan banyaknya data duplicated record karena belum
adanya pengecekan biometrik di Kecamatan. Adapun saran dalam penelitian ini
yaitu perlunya dilakukannya sosialiasasi secara komprehensif dan perlunya
ditambahkan aplikasi untuk cek biometrik di kecamatan supaya lebih efektif dan
efisien.
ABSTRACT

Alfi Syahriyanti. NIM. 6661110742. Research. Evaluation of Electronic Identity


Card (KTP-el) in the Department of Population and Civil Registration Cilegon
2015. Advisor I: Maulana Yusuf, S.IP., M.Si and Advisor II: Riny Handayani,
M.Si

Keywords: Evaluation of Policy, KTP-el, Cilegon

In 2011 Cilegon is one of 197 Cities / Regencies which has been implementing the
program ID-el, in practice Disdukcapil Cilegon still has many obstacles are still
inadequate blank KTP-el, duplicate data, and unable to be printed because of the
number of biometric data. The purpose of this research was to find out the the
Evaluation of KTP-el in the Department of Population and Civil Registration
Cilegon Year 2015. This study used Dunn (2012: 728) evaluation criteria theory of
the effectiveness, efficiency, adequacy, flattening, responsiveness, and accuracy.
The method used is qualitative method with descriptive techniques, so in choosing
informants used purposive method. Besides, the techniques that researcher used
were interview, observation and documentation. Analysis of the data used was the
analysis the field of data by Miles and Huberman. Components in the data analysis
were data reduction, data display, data collecting and verification. Based on the
results of this study of the program KTP-el that has been achieved is still not
maximal, where there are many incompatibilities between NIK in Family Card
(KK) and KTP-el, and the frequent vacancy of blank KTP-el causing the overdue
service, and a lot of data duplicated record because there is no biometric checks in
the District. The suggestions in this study is the need to do a comprehensive
socialization and the need for added applications for biometric checks in the
district in order to more effectively and efficiently.
“ Tuhan membiarkan semua

terjadi dengan satu alasan.

Semua itu adalah proses belajar

Dan kamu harus melewati

setiap tingkatannya”.

- Mike Tyson

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Bapak dan mamah tercinta

Yang selalu menjadi semangat saya dan yang selalu

mendo’akan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Evaluasi Pelaksanaan KTP Elektronik (KTP-el) di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015” dengan baik.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Strata I
(Satu) Pada program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,


oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai
perbaikan dan untuk menambah wawasan dimasa yang akan datang. .

Ucapan terima kasih peneliti ucapkan kepada pihak yang telah


memberikan pengajaran, bantuan serta dorongan dalam upaya menyelesaikan
penelitian ini. Untuk itu penulis sampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, M.Pd sebagai Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa .
3. Ibu Rahmawati, S.Sos, M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga sebagai Dosen
Pembimbing Akademik yang selalu memberikan masukan motivasi dari
awal perkuliahan.
4. Bapak Iman Mukroman, M. Ikom sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si sebagai Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

i
6. Ibu Listyaningsih, S.Sos, M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
7. Bapak Riswanda, Ph.D sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
8. Bapak Maulana Yusuf, S.Ip, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I yang
selalu memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Ibu Rini Handayani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu
membantu dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
10. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis
dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
11. Bapak Joko Purwanto, MM sebagai Camat Citangkil dan atasan di Kantor
Kecamatan Citangkil yang telah memberikan motivasi dalam penelitian
ini.
12. Bapak Drs.H.Suadilah, M.Si sebagai Kasi Bidang Tata Pemerintahan
selaku atasan peneliti yang senantiasa memberikan ijin dan motivasi
kepada peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.
13. Bapak dan Ibu Pegawai di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Cilegon.
14. Kedua orang tua tercinta Bapak Habibullah dan Ibu Neti Herawati yang
selalu sabar dan telah menjadi motivasi terbesar dalam perjalanan hidupku,
terimakasih atas do’a serta motivasi yang tiada hentinya selalu diberikan
untukku.
15. Seluruh keluarga tersayang Nurhayati, Althaf Ghiffari, Alya Salsabiela,
Alfan Nur Iman yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
16. Rekan-rekan di Kantor Kecamatan Citangkil Teh Novi, Teh Nenty, Euis
yang tidak pernah lelah mengingatkan peneliti.

ii
17. Sahabat Perjuangan Magda Lena, Putri Permatasari, Anis Yuliana, Vergi
Putri Gayatri, Rizki Septi Nurafifah, Lailatul Aliya, Mursi dan Iwan yang
selalu memberikan motivasi.
18. Teman-teman seperjuangan kelas B Administrasi Negara angkatan
2011yang saling mendukung.
19. Teman-teman angkatan 2011 Adminitrasi Negara tahun 2011 yang
memberikan kesan selama perkuliahan.

Selain itu peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu peneliti memohon untuk kritik dan saran yang membangun.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Cilegon, Maret 2016

Alfi Syahriyanti

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii


DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 16
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................ 17
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................ 18
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 18
1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................. 18
1.6.1 Manfaat Teoritis ........................................................................ 18
1.6.2 Manfaat Praktis ......................................................................... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR


2.1 Landasan Teori .................................................................................... 20
2.1.1 Kebijakan Publik ....................................................................... 20
2.1.2 Evaluasi Kebijakan Publik ........................................................ 26
2.1.3 Evaluasi Implementasi Kebijakan ............................................. 29

iv
2.1.4 Model Evaluasi Kebijakan ........................................................ 33
2.1.5 Konsep E-Government .............................................................. 40
2.1.6 Konsep Administrasi Kependudukan ....................................... 43
2.1.7 Konsep KTP-el (Kartu Tanda Penduduk Elektronik)................ 45
2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 65
2.3 Kerangka Berfikir .............................................................................. 68
2.4 Asumsi Dasar ..................................................................................... 72

BAB III METODELOGI PENELITIAN


3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ....................................................... 73
3.2 Instrumen Penelitian ............................................................................ 73
3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................. 74
3.4 Variabel Penelitian .............................................................................. 74
3.4.1 Definisi Konsep .......................................................................... 74
3.4.2 Definisi Operasional ................................................................... 75
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 79
3.6 Informan Penelitian ............................................................................. 81
3.7 Teknik Analisis dan Uji Keabsahan Data ........................................... 83
3.7.1 Teknik Analisis Data .................................................................. 83
3.7.2 Uji Keabsahan Data .................................................................... 86
3.1 Jadwal Penelitian ................................................................................. 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................. 90
4.1.1 Gambaran Umum Kota Cilegon .................................................... 90
4.1.2 Gambaran Umum DKCS Kota Cilegon ........................................ 96
4.2 Deskripsi Data ...................................................................................... 112
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 112
4.2.2 Data Informan ................................................................................ 114
4.3 Penyajian Data ..................................................................................... 115
4.4 Pembahasan Hasil Penelitin ................................................................. 144

v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 160
5.2 Saran .................................................................................................... 162

DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Penerbitan KTP di Cilegon ........... 9

Tabel 1.2 Laporan Perekaman KTP-el di Kota Cilegon Tahun 2012

s/d 2015........................................................................................... 9

Tabel 2.1 Pendekatan-pendekatan dalam Evaluasi Kebijakan ..................... 30

Tabel 2.2 Kriteria Evaluasi Kebijakan menurut Dunn .................................. 34

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 65

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara .................................................................... 77

Tabel 3.2 Daftar Informan Penelitian ............................................................ 82

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian .......................................................................... 89

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, Luas Daerah dan Kepadatannya Di Kota

Cilegon Tahun 2015 ....................................................................... 93

Tabel 4.2 Jumlah Keluarga dan Penduduk berdasar Jenis Kelamin Kota

Cilegon Tahun 2015 ....................................................................... 94

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pekerjaan Kota Cilegon

Tahun 2015 .................................................................................... 95

Tabel 4.4 Tujuan dan Sasaran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Cilegon .................................................................................. 97

Tabel 4.5 Data Informan Penelitian ............................................................... 114

Tabel 4.6 Capaian Perekaman KTP-el Di Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Cilegon ............................................................ 146

vii
Tabel 4.7 Laporan Perekaman KTP-el Oktober 2016 Di Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon ............................ 152

Tabel 4.8 Hasil Temuan Lapangan ................................................................ 155

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kebijakan Sebagai Proses .................................................... 24

Gambar 2.2 Proses Kebijakan yang Ideal ............................................... 25

Gambar 2.3 Sekuensi Implementasi Kebijakan ...................................... 26

Gambar 2.4 Skema Kerangka Berfikir .................................................... 71

Gambar 3.1 Komponen dan Analisis Data (Interactive Model) .............. 84

Gambar 4.1 Mobil pelayanan keliling Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Cilegon ................................................... 124

Gambar 4.2 Surat Keterangan Pengganti KTP-el .................................... 125

Gambar 4.3 Sosialisasi yang dilakukan DKCS ........................................ 134

Gambar 4.4 Pelayanan Keliling di Kecamatan Pulomerak ...................... 139

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Matriks Wawancara


Lampiran 2 Dokumentasi Wawancara
Lampiran 3 Membercheck
Lampiran 4 Peraturan Presiden RI Nomor 26 Tahun 2009 Tentang
Penerapan Kartu Tanda Penduduk berbasis Nomor Induk
Kependudukan Secara Nasional
Lampiran 5 Peraturan Presiden RI Nomor 126 Tahun 2012 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden RI Nomor 26
Tahun 2009 Tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk
berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional
Lampiran 6 Surat Edaran Kemendagri Nomor 471.13/10231/Dukcapil
Tentang Format Surat Keterangan sebagai Pengganti KTP-el
Lampiran 7 Surat Edaran Kemendagri Nomor 470/296/SJ Tentang KTP
Elektronik (KTP-el) Berlaku Seumur Hidup
Lampiran 8 Surat Edaran Kemendagri Nomor 471/1768/SJ Tentang
Percepatan Penerbitan KTP-el dan Akta Kelahiran
Lampiran 9 Surat Edaran Kemendagri Nomor 471.13/5216/Dukcapil.Ses
Tentang Proses Penunggalan Hasil Perekaman KTP-el
Lampiran 10 Laporan Pelaksanaan Perekaman dan Pencetakan KTP-el
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon
Lampiran 11 Surat Penelitian
Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup

x
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penduduk merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu negara. Hal ini

dikarenakan penduduk adalah salah satu dari unsur-unsur negara yang berperan

sebagai sekaligus sasaran pembangunan. Maju mundurnya suatu negara secara

tidak langsung bergantung kepada sumber daya manusia yang dimiliki dalam hal

ini penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

tertinggi urutan keempat yaitu sebanyak 253.609.643 jiwa setelah Amerika

Serikat. Negara indonesia merupakan negara bagian Asia Tenggara yang memiliki

jumlah penduduk paling besar dibandingkan dengan negara-negara lainnya di

Asia Tenggara. Jumlah tersebut akan semakin meningkat mengingat tingkat

kelahiran yang cukup tinggi di Indonesia.

Indonesia merupakan negara berkembang dengan penguasaan teknologi

yang masih rendah, sehingga perlu meningkatkan pengetahuan dan penguasaan

teknologi terhadap segala bidang terutama berkaitan dengan pelayanan kepada

masyarakat. Melakukan pengaturan terhadap jumlah penduduk yang besar

tidaklah mudah, diperlukan suatu pengaturan yang komprehensif agar data

mengenai penduduk bersifat valid dan dapat digunakan oleh pemerintah sebagai

dasar untuk membuat suatu keputusan atau kebijakan. Berdasarkan hal tersebut

maka dibuat suatu sistem yang mengatur mengenai kependudukan yang dikenal

dengan administrasi kependudukan.

1
2

Administrasi kependudukan menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan Pasal 1 ayat (1) adalah rangkaian kegiatan

penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan

melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi

administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik

dan sektor lain. Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan

dapat memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti pelayanan publik

serta perlindungan yang berkenaan dengan dokumen kependudukan, tanpa adanya

perlakuan yang diskriminatif.

Penyelenggaraan administrasi kependudukan bertujuan untuk mewujudkan

tertib administrasi kependudukan secara nasional dan terpadu. Tertibnya database

kependudukan akan membangun database kependudukan yang akurat ditingkat

kabupaten/kota, provinsi dan pusat yang mana tersambung (online) dengan

provinsi dan pusat menggunakan SIAK (Sistem Infomasi Administrasi

Kependudukan). Dalam UU RI No. 24 Tahun 2013 disebutkan bahwa Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan atau yang disingkat SIAK adalah sistem

informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat

penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan.

Tertib dalam penerbitan NIK (Nomor Induk Penduduk) yaitu setiap

penduduk wajib memiliki NIK. NIK wajib dicantumkan pada setiap dokumen

kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, SIM, NPWP dan penerbitan

dokumen lainnya. Dalam rangka mewujudkan kepemilikan 1 (satu) KTP untuk 1


3

(satu) penduduk, maka dari itu diperlukan sistem keamanan/pengendalian dari sisi

administrasi ataupun teknologi informasi dengan melakukan verifikasi dan

validasi dalam sistem database kependudukan. Kemudian tertibnya dokumen

kependudukan dimaksudkan agar tidak adanya dokumen kependudukan yang

ganda dan pemalsuan data. Salah satu bentuk dokumen kependudukan yang

penting di Indonesia adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, melakukan berbagai upaya dalam

mewujudkan tertib administrasi kependudukan dengan memanfaatkan

perkembangan teknologi sebagai solusi mengatasi masalah kependudukan. Sistem

pemerintahan sekarang ini sudah mulai diintegrasikan dalam suatu teknologi yang

dapat dikendalikan dari pusat pemerintahan. Dengan adanya Pelaksanaan e-

government yang telah diterapkan di Indonesia dengan Intruksi Presiden

No.3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government.

Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri selaku pihak yang

berkewajiban dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan administrasi

kependudukan pada tahun 2006 membuat suatu program strategis nasional yaitu

KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan atau yang sekarang disebut KTP

elektronik (KTP-el) sebagai salah satu langkah pencapaian e-government untuk

mengatasi problematika kependudukan terutama pencatatan dan kependudukan,

KTP ganda, pemalsuan KTP yang diharapkan akan mendukung terciptanya

keakuratan data penduduk. KTP-el bertujuan untuk memberlakukan data

kependudukan secara nasional. Sehingga seorang warga hanya memiliki satu KTP

yang berlaku di wilayah administratif manapun di Indonesia.


4

KTP-el merupakan dokumen kependudukan yang memuat sistem

keamanan/ pengendalian baik dari administrasi maupun teknologi informasi

dengan berbasis pada database administrasi kependudukan. KTP-el sebagai kartu

identitas penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dilengkapi

dengan rekaman elektronik yang berisi biodata, foto, sidik jari, iris mata dan tanda

tangan penduduk. KTP-el merupakan sebuah inovasi yang dilakukan pemerintah

yang bertujuan untuk mewujudkan kepemilikan satu KTP satu penduduk.

Pembuatan KTP elektronik juga memanfaatkan teknologi informasi yaitu

menggunakan sistem pengamanan biometric, seperti fingerpint (sidik jari) dan

pemindai mata. Selain itu, untuk mendukung pembuatan KTP elektronik ini

diperlukan alat-alat seperti komputer, signature pad, kamera, dan lain-lain. Data

penduduk yang telah terekam secara digital kemudian akan dikirimkan melalui

jaringan internet kepada pemerintah pusat dan disimpan dalam satu database

nasional. Di masa mendatang database tersebut dapat diakses oleh masyarakat

untuk mengurus surat perijinan, pembukaan rekening bank, dan fasilitas

pelayanan publik lainnya. (Sumber : Draft Materi sosialisasi pelaksanaan KTP-el

oleh DKCS Kota Cilegon Tahun 2015)

Implementasi KTP-el secara nasional merupakan hal yang penting dalam

penataan sistem administrasi kependudukan sesuai dengan amanat Undang –

Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Pelaksanaan

KTP-el yang dilaksanakan merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat dan

mendukung akurasi terbangunnya database kependudukan yang terintegrasi di


5

seluruh kabupaten/kota, provinsi maupun database kependudukan secara

nasional.

Berdasarkan Peraturan Presiden RI No.26 Tahun 2009 tentang

Pelaksanaan Kartu Tanda Penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan secara

nasional bahwa Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi penduduk

sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang berlaku di seluruh

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Nomor Induk

Kependudukan (NIK) adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau

khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk

Indonesia. Penduduk wajib KTP adalah warga negara Indonesia yang telah

berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah kawin secara sah.

Dengan kepemilikan KTP, seseorang dapat mengurus berbagai perijinan seperti

pembuatan SIM, STNK, dan sebagainya. KTP-el memuat kode keamanan (sidik

jari) dan rekaman elektonik (chip). Chip bermanfaat sebagai alat penyimpan data

elektronik penduduk yang diperlukan, data yang termuat dalam chip dapat dibaca

secara elektronik dengan alat tertentu (Reader). (Sumber : Draft Materi sosialisasi

pelaksanaan KTP-el oleh Disdukcapil Kota Cilegon 2015)

Program KTP-el dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP

konvensional di Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih

dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis data terpadu yang

menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi

peluang penduduk yang ingin berbuat curang terhadap negara dengan

menggandakan KTP-nya. Beberapa diantaranya digunakan untuk menghindari


6

pajak, memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat di seluruh kota,

mengamankan korupsi serta menyembunyikan identitas (misalnya oleh para

teroris).

KTP-el menjadi sangat penting dikarenakan dalam beberapa tahun terakhir

ini, masyarakat Indonesia dihadapkan pada beberapa permasalahan yang berkaitan

dengan lemahnya sistem Administrasi Kependudukan di Indonesia. Diantara

masalah tersebut adalah mulai dari orang yang meninggal yang masih

mendapatkan hak suara ataupun kepemilikan KTP ganda yang menyebabkan

permasalahan pada kepemilikan hak suara ganda dalam pemilu. Jumlah KTP

palsu yang sangat besar dapat dipastikan bahwa dengan menggunakan KTP

manual pemerintah sering mengalami kecolongan dalam mengawasi penggunaan

KTP manual, karena KTP manual dapat dibuat dengan mudah dimana saja,

apalagi jika memiliki orang dalam disebuah instansi kecamatan.

Sejauh ini program KTP-el sudah dilaksanakan hampir di seluruh

Indonesia. Di Provinsi Banten , pada tahun 2011 telah dilakukan perekaman KTP-

el di 3 (tiga) daerah yaitu Kota Cilegon, Kota Tangerang dan Kabupaten Serang.

Dan 5 (lima) daerah kota/kabupaten lainnya mulai melaksanakan program KTP-el

pada tahun 2012 yaitu Kabupaten Tangerang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten

Lebak , Kota Tangerang Selatan dan Kota Serang. Kepala Biro Pemerintahan

Provinsi Banten, Anwar Sulaeman mengatakan, capaian target perekaman KTP-el

Banten masuk peringkat enam nasional dari 33 Provinsi. Sementara progres

capaian perekaman KTP-el hingga Oktober 2012 mencapai 81,81 persen atau

sebanyak 3.588.535 jiwa dari total 4.386.638 jiwa wajib KTP-el di provinsi
7

tersebut. (http://indonesiarayanews .com/read/2012/10/25/ 27504/news-nusantara-

10-25-2012-15-16-realisasi-KTP-EL-banten-capai-81-81 persen).

Kota Cilegon merupakan kota industri , banyak penduduk yang melakukan

pindah datang sehingga jumlah penduduk terus mengalami peningkatan, namun

tidak sedikit juga yang mengurus poses pindah dengan benar atau bahkan tidak

mengurus surat pindah dari tempat asal. Dikarenakan sebelum tahun 2013

Disdukcapil Cilegon masih menggunakan SIAK dengan sistem offline sehingga

tidak dipungkiri disdukcapil masih kecolongan dalam penerbitan Kartu Keluarga

dan KTP padahal Tahun 2011 sudah mulai diterapkannya KTP-el di hampir

semua daerah , tentu hal seperti akan mempengaruhi keakuratan database

kependudukan di Disdukcapil Kota Cilegon.

Pada tahun 2011 Kota Cilegon sebagai salah satu dari 197 kota/kabupaten

yang telah melaksanakan program KTP-el dengan melalui tahap-tahap sebagai

berikut : (1) Pemutakhiran data penduduk, dan (2) Penerbitan NIK . Di Kota

Cilegon melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Program KTP-el telah

dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 di 7 (Tujuh) kecamatan yaitu Cibeber,

Cilegon, Pulomerak, Ciwandan, Jombang, Grogol, Purwakarta. Sedangkan satu

kecamatan yaitu Kecamatan Citangkil baru bisa melaksanakan program KTP-el

pada bulan Desember 2011 karena terjadi kesalahan teknis yaitu server KTP-el

nya tertukar dengan Jawa Timur. Perekaman KTP-el dilakukan secara masal

dalam kurun waktu kurang lebih 6 (enam) bulan. Dan juga ada beberapa server

mobile yang melakukan perekaman KTP-el di sekolah-sekolah bagi siswa yang

sudah berumur 17 tahun, server mobile ini melakukan perekaman KTP-el di


8

sekolah-sekolah sampai akhir tahun 2012. (Wawancara dengan Bapak Parko

Prahima, Pelaksana Bidang Kependudukan, 23 Oktober 2015, pukul 14.25 WIB

di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon).

Pada Perpres No.26 Tahun 2009 pasal 10 disebutkan bahwa Pelaksanaan

KTP-el paling lambat akhir tahun 2011. Dan kemudian pada Perpres No.35/2010

tentang perubahan atas Perpres 26/2009 bahwa Pelaksanaan KTP-el paling lambat

akhir tahun 2012. Dan pada Perpres No.112 Tahun 2015 Pasal 10 tentang

perubahan keempat atas Perpres No.26 Tahun 2009 disebutkan bahwa KTP non

elektronik tetap berlaku bagi penduduk yang belum mendapatkan KTP-el sampai

dengan paling lambat tanggal 31 Desember 2014, namun kenyataannya tidak

demikian karena sampai pada saat ini masih banyak yang menggunakan KTP non

elektronik karena belum mendapatkan KTP-el.

Pada awalnya pencetakan KTP-el ini dilakukan oleh pusat , namun

program ini tidak berjalan dengan baik dan muncul berbagai masalah seperti

kesalahan cetak KTP-el yang tidak sesuai sehingga KTP-el yang sudah jadi dan

sudah didistribusikan ke daerah dikembalikan lagi ke pusat , sehingga program

ini sempat dihentikan dan kembali pada KTP non elektronik atau KTP manual.

Namun , banyak KTP-el yang tidak tercetak karena terjadi kesalahan biometrik

pada saat perekaman. Maka dari itu tidak sedikit masyarakat yang telah

melakukan perekaman tetapi tidak mendapatkan KTP-el nya.

Tahun 2014 menjadi tahun transisi program KTP-el berdasarkan Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2013 terkait pencetakan dokumen dan personalisasi

KTP-el oleh pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. Dan pemerintah Kota
9

Cilegon melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon mulai

melakukan pencetakan dan personalisasi KTP-el pada bulan Januari Tahun 2015.

Dan juga KTP-el yang dicetak oleh daerah telah memberlakukan KTP-el seumur

hidup. Salah satu urgensi pemberlakuan KTP-el seumur hidup yaitu untuk

penghematan anggaran negara. Setalah dihitung oleh tim perumus ada

penghematan sebesar Rp. 4 Triliun pertahun. Selain soal penghematan, perubahan

masa berlaku KTP-el seumur hidup ini sebagai upaya penyederhanaan. Sehingga

masyarakat tidak perlu lagi memperpanjang tiap 5 (lima) tahun.

Berikut ini adalah jumlah penduduk serta jumlah penerbitan KTP di Kota

Cilegon, yaitu pada tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1
Jumlah Penduduk dan Jumlah Penerbitan KTP di Kota Cilegon

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah KTP


2011 431.936 262.680
2012 441.787 273.287
2013 429.751 264.741
2014 436.450 290.852
2015 438.348 256.800
(Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon, 2015)

Berdasarkan data di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dari tahun ke

tahun jumlah penduduk Kota Cilegon selalu bertambah begitu juga dengan

penerbitan dokumen KTP mengalami peningkatan. Namun pada Tahun 2013

jumlah penduduk dan penerbitan KTP mengalami penurunan, hal ini dikarenakan

adanya integrasi perekaman KTP-el terhadap data hasil pelayanan. Di Tahun 2014

kepemilikan KTP-el meningkat kembali, hal ini dikarenakan jumlah penduduk

yang meningkat di Tahun 2014 dan karena kembali diterbitkannya KTP non
10

elektronik karena program KTP-el yang sempat dihentikan oleh pusat. Dan pada

tahun 2015, pencetakan KTP-el dilanjutkan , sehingga terjadi penurunan

kepemilikan KTP-el di Kota Cilegon.

Pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon telah berjalan kurang lebih 4

(empat) tahun, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Cilegon , capaian realisasi program KTP-el yaitu dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2
Laporan Perekaman KTP-el di Kota Cilegon
Tahun 2013 s/d 2015

HASIL CAPAIAN HASIL CAPAIAN HASIL CAPAIAN


WAJIB KTP WAJIB KTP WAJIB KTP
PEREKAMAN REKAMAN PEREKAMAN REKAMAN PEREKAMAN REKAMAN
KECAMATAN DESEMBER DESEMBER DESEMBER
DESEMBER KTP-EL DESEMBER KTP-EL DESEMBER KTP-EL
2013 2014 2015
2013 2013 2014 2014 2015 2015
CIBEBER 36.698 26.434 72,0% 36.589 28.557 78,0% 38.955 29.589 76,0%
CILEGON 33.429 27.352 81,8% 33.088 27.867 84,2% 34.726 30.068 86,6%
PULOMERAK 38.026 27.535 72,4% 37.510 27.841 74,2% 39.041 29.589 75,8%
CIWANDAN 34.038 28.341 83,3% 33.888 28.341 83,6% 35.164 29.406 83,6%
JOMBANG 48.638 37.266 76,6% 47.897 37.527 78,3% 47.814 40.162 84,0%
GROGOL 30.147 24.363 80,8% 29.769 24.525 82,4% 30.116 25.664 85,2%
PURWAKARTA 30.964 24.646 79,6% 30.400 24.780 81,5% 30.583 27.553 90,1%
CITANGKIL 49.729 41.898 84,3% 49.497 42.246 85,4% 51.683 44.769 86,6%
JUMLAH 301.669 237.835 78,8% 298.638 241.684 80,9% 308.082 256.800 83,4%

(Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon, 2015)

Berdasarkan data di atas, peneliti menyimpulkan bahwa antusiasme

penduduk cukup tinggi dalam pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon ini.

Tiap tahunnya hasil capaian perekaman KTP-el telah mengalami peningkatan.

Berdasarkan data tersebut sebanyak 16,6% atau sebanyak 51.282 penduduk belum

melakukan perekaman KTP-el. Hasil capaian rekaman KTP-el tersebut masih


11

bersifat sementara, tentunya akan semakin bertambah mengingat jumlah

penduduk wajib KTP yang setiap harinya terus bertambah.

Dalam Pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Cilegon, meskipun pemerintah daerah telah melaksanakan program ini

tersebut dengan semaksimal mungkin, tetapi berdasarkan observasi awal yang

peneliti dapatkan di lapangan dan berdasarkan wawancara awal yang peneliti

lakukan, terjadi beberapa permasalahan dalam Pelaksanaan KTP-el yang menjadi

kendala bagi pemerintah, yaitu :

Pertama, kurang memadainya blangko KTP-el serta jaringan sering

mengalami gangguan. Blangko KTP-el merupakan bahan baku utama dalam

pencetakan KTP-el. Tidak ada blangko berarti KTP-el tidak bisa dicetak. Hal

tersebut berkaitan dengan hasil yang akan dicapai dari program KTP-el, tentu saja

hal ini menjadi penghambat untuk mencapai hasil yang maksimal.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, total blangko yang

diterima dari pusat pada tahun 2015 yang dilakukan secara bertahap yaitu

sebanyak 33.284 keping, tidak sesuainya dengan rencana distribusi blangko yang

diminta oleh dinas yaitu sebanyak 54.347 keping. Jumlah blangko yang diterima

tidak mencukupi sehingga banyak KTP-el yang belum tercetak karena kehabisan

blangko, melihat antusiasme penduduk yang terus meningkat tiap harinya

dibutuhkan banyak blangko dan ribbon untuk penerbitan KTP-el di Disdukcapil

Kota Cilegon. (Sumber : Laporan Pelaksanaan Perekaman dan Pencetakan KTP-el

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Desemer 2015).


12

Pada awal bulan Juni sampai akhir Agustus 2015, tidak adanya pencetakan

KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dikarenakan blangko dan

ribbon kosong. Kualitas blangko dan ribbon yang kurang baik juga menjadi

masalah , karena seringkali terjadi kecacatan dalam pencetakan KTP-el sehingga

harus dicetak ulang. Bahan baku seperti blangko dan ribbon masih disediakan

oleh pusat, pencetakan KTP-el di daerah masih sangat tergantung pada pengadaan

di pusat. Sehingga apabila dipusat kosong, maka di daerahpun tidak akan

mendapat blangko. (Wawancara dengan bapak Parko Prahima , Pelaksana Bidang

Kependudukan, 22 Juli 2016, pukul 16.00 WIB, di Kantor Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon).

Selain permasalahan blangko dan ribbon , permasalahan lainnya yaitu

jaringan atau server KTP-el di dinas maupun di kecamatan-kecamatan yang sering

trouble juga menghambat warga yang ingin melakukan perekaman, sehingga

dialihkan ke dinas untuk melakukan perekaman. Sedangkan di dinas hanya ada

dua alat yang dipakai untuk perekaman, sehingga banyak warga yang mengantri

untuk melakukan perekaman. Jaringan yang sering trouble pun menghambat

dalam proses pencetakan KTP-el di Disdukcapil Kota Cilegon. Masalah-masalah

tersebut mengakibatkan pelayanan pembuatan KTP-el baik di Dinas maupun di

Kecamatan-kecamatan menjadi terlambat, sehingga melebihi dari batas waktu

pengambilan yang harusnya paling lambat 14 hari kerja namun kenyataanya lebih

dari 14 hari kerja.

Kedua, Nomor Induk Kependudukan tidak terdaftar di SIAK (Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan). Atau biasa disebut dengan istilah “data


13

tidur” menjadi kendala dalam pelaksanaan KTP-el di Kecamatan - kecamatan.

SIAK merupakan sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi

kependudukan di tingkat penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu

kesatuan supaya terciptanya database yang akurat secara nasional.

Karena NIK nya tidak muncul , warga tidak bisa melakukan perekaman

pada saat itu juga. Dan untuk pengembalian data tidur petugas kecamatan tidak

bisa memastikan kapan warga tersebut bisa perekaman KTP-el, karena terkadang

operator di dinas yang mengerjakan tidak ada ditempat sehingga berkas-berkas

dari 7 (tujuh) Kecamatan yang ada di Cilegon menumpuk di dinas. (Wawancara

dengan Bu Nunung , Operator Kecamatan Ciwandan, 29 Juli 2016, pukul 11.00

WIB, di Kantor Kecamatan Ciwandan).

Istilah “data tidur” tersebut merupakan indikasi dari data ganda yang mana

tercatat dalam database memiliki NIK lebih dari satu yang mungkin berada di

daerah-daerah lain. KTP-el merupakan single identity number yang artinya hanya

ada satu NIK untuk satu orang penduduk. Apabila memiliki NIK lebih dari satu

indikasi ganda maka oleh kementrian akan di nonaktifkan sementara datanya.

Ketiga, masalah SDM yang masih harus ditingkatkan lagi kemampuannya.

Setelah peneliti melakukan observasi awal, peneliti menemukan bahwa sebelum

diterapkannya program KTP-el di Kota Cilegon, hanya sekali dilakukan bintek

untuk para operator KTP-el di Kota Cilegon karena waktu yang tidak

memungkinkan, dalam bintek tersebut operator hanya diberitahu penggunaan alat

perekaman KTP-el sambil berjalannya waktu. Tidak sedikit pula operator-


14

operator dipindah tugaskan dan kemudian diganti dengan petugas operator yang

baru tanpa adanya bintek atau pelatihan lagi. Untuk terus meningkatkan kualitas

para operator , diperlukan bintek tidak hanya sekali karena sistem dan informasi

yang selalu update.

Hampir semua operator KTP-el maupun SIAK se-Kota Cilegon masih

non-PNS sehingga dari sisi kesejahteraan akan mempengaruhi kinerja para

operator. Dan juga tidak dibekali dengan bintek yang cukup sehingga masih

banyak yang belum paham baik dalam pelaksanaan KTP-el maupun dalam

mengakses SIAK. Sebelum diterapkannya SIAK versi 5.7 , operator-operator

SIAK masih dengan mudahnya meng-input data penduduk. Itu merupakan salah

satu penyebab mengapa banyaknya data ganda di Kota Cilegon.

Keempat, terjadinya kesalahan biometrik menjadi kendala dalam

pencetakan KTP-el di Kota Cilegon. Bahwa NIK yang diajukan dalam

permohonan pembuatan KTP-el tidak bisa dicetak KTP-el nya. Dalam hal ini

warga yang bersangkutan harus datang langsung ke Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil untuk melakukan pengecekan biometrik supaya diketahui

permasalahannya. Karena biometrik disebabkan oleh beberapa faktor seperti

Adjudicate record, Duplicated record, Enroll failureat central dan Sent for

enrollment. (Wawancara dengan Bu Nenty, Operator Citangkil, 29 Juli 2016,

pukul 09.00 WIB, di Kantor Kecamatan Citangkil)

Permasalahan duplicated record merupakan yang paling sering terjadi.

Duplicate record merupakan situasi dimana seseorang telah melakukan

perekaman KTP-el lebih dari satu kali dengan NIK yang berbeda. Setelah
15

dilakukan observasi yang dilakukan peneliti, bahwa di tingkat kecamatan untuk

pelaksanaan perekaman KTP-el tidak dilengkapi dengan pengecekan biometrik

seperti yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon.

Sehingga tidak dapat diketahui apakah seseorang sudah pernah melakukan

perekaman KTP-el atau belum, karena ketika seorang warga ditanya apakah sudah

pernah perekaman KTP-el atau belum, kebanyakan dari mereka menjawab belum.

padahal sebelumnya mungkin sudah pernah didaerah lain atau dengan NIK yang

berbeda yang akhirnya menyebabkan duplicated record.

Kelima, masih belum tertibnya dokumen, NIK, dan database dalam

penyelenggaraan administrasi kependudukan di Kota Cilegon. Program KTP-el

merupakan salah satu upaya untuk menertibkan administrasi kependudukan.

Belum tertibnya dokumen yaitu masih banyaknya masyarakat yang tidak

mengikuti prosedur dalam penerbitan KTP-el. Dalam observasi awal yang

dilakukan peneliti, peneliti menemukan tidak sedikit penduduk yang masih

memiliki Kartu Keluarga(KK) dengan tanda tangan camat, padahal kartu keluarga

tersebut sudah tidak berlaku. Kartu Keluarga (KK) merupakan dasar dalam

pembuatan KTP-el. Dan tidak sedikit masyarakat yang ingin mengajukan

permohonan KTP-el tetapi kartu keluarganya tidak diperbaharui, baik untuk

perubahan status, alamat, maupun pekerjaan. Ketika KTP-el nya sudah diterbitkan

dan kartu keluarga tidak tidak diperbaharui ini akan menjadi masalah ketika akan

mengurus kepentingan seperti pelayanan perijinan, perbankan maupun BPJS

karena adanya perbedaan data antara KTP-el dan kartu keluarga.


16

Belum tertibnya database kependudukan, dalam mewujudkan 1(satu) KTP

untuk 1 (satu) identitas. Semenjak diberlakukannya KTP-el di Kota Cilegon,

tentunya administrasi kependudukan menjadi lebih tertib dan data ganda pun

berkurang. Namun masih terdapat sekitar 10.000 data ganda yang tercatat oleh

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon. (Wawancara dengan Bu

Nuriyana, ADB Kota Cilegon, 30 Maret 2016, pukul 15.00 WIB).

Oleh karena permasalahan-permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “EVALUASI PELAKSANAAN KTP

ELEKTRONIK (KTP-EL) DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN

PENCATATAN SIPIL KOTA CILEGON TAHUN 2015”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mencoba

mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dalam Pelaksanaan program KTP-el

di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon. Identifikasi masalah

dalam penelitian ini yaitu :

1. Blangko KTP-el yang tidak memadai, sering habisnya ribbon serta

jaringan trouble, menyebabkan pelayanan pembuatan KTP-el menjadi

terlambat.

2. NIK yang tidak terdaftar di SIAK atau biasa disebut dengan istilah

“data tidur” menghambat proses perekaman KTP-el di Kota Cilegon.


17

3. Bintek yang belum cukup menyebabkan masih belum pahamnya

SDM dalam pelaksanaan KTP-el baik dalam penggunaan alat

perekaman maupun SIAK.

4. Banyaknya data biometrik menyebabkan KTP-el nya tidak bisa

dicetak.

5. Masih belum tertibnya dokumen, NIK, dan database kependudukan.

Masih terdapat sekitar 10.000 data ganda semenjak diberlakukan

KTP-el di Kota Cilegon.

1.3 Pembatasan Masalah

Peneliti menyadari bahwa permasalahan dalam Pelaksanaan KTP-el sangat

kompleks. Peneliti menyadari memiliki keterbatasan dalam kemampuan berfikir,

oleh karena itu peneliti membatasi dalam penelitiannya pada Evaluasi

Pelaksanaan KTP Elektronik (KTP-el) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Cilegon Tahun 2015.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan permasalahan di atas, maka rumusan masalahnya

yaitu Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan KTP Elektronik (KTP-el) di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015?


18

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Evaluasi Pelaksanaan KTP-el

di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang penulis harapkan dalam penelitian yang berjudul Evaluasi

Pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil)

Kota Cilegon Tahun 2015, ini adalah :

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang

dilaksanakan sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi

pengembangan ilmu administrasi negara.

2. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti

maupun mahasiswa lain untuk melakukan penelitian secara

lebih mendalam mengenai evaluasi pelaksanaan KTP-el di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan skripsi dan

sebagai sarana Pelaksanaan ilmu pengetahun yang selama ini

didapat dalam perkuliahan dikelas.


19

2. Bagi Instansi

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan memberikan

masukan bagi instansi terkait untuk lebih maksimal lagi

dalam pelaksanaan program KTP-el.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam kepemilikan

dokumen.

\
20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kebijakan Publik

Kata kebijakan atau policy dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana

dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak (tentang

pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan prinsip dan garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Kebijakan menurut Islamy dalam Suandi (2010:12) bahwa kebijakan harus

dibedakan dengan kebijaksanaan. Policy diterjemahkan sebagai kebijakan yang

berbeda artinya dengan wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian

kebijaksanaan memerlukan pertimbangan-pertimbangan lebih jauh lagi,

sedangkan kebijakan mencakup aturan-aturan yang ada didalamnya.

Kebijakan menurut Anderson dalam Islamy (2009:17) adalah :

“A purposive course of action followed by an actor or set of actors in


dealing with a problem or matter of concern” (serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang
pelaku atau kelompok pelaku guna memecahkan masalah).

20
21

Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson ini menurut Winarno

(2007:18) dianggap lebih tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang

sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan.

Selain itu konsep ini juga membedakan secara tegas antara kebijakan (policy)

dengan keputusan (decision) yang mengandung arti pemilihan berbagai alternatif

yang ada.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dipaparkan dapat disimpulkan

bahwa kebijakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan guna memecahkan

masalah dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun pengertian kebijakan publik menurut Friedrick dalam Agustino

(2008:7) adalah :

“Serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang , kelompok atau


pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-
hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap
pelaksanaan usulan kebijaksaaan tersebut dalam angka mencapai tujuan
tertentu”.

Sedangkan kebijakan publik menurut Dye dalam Agustino (2008:7) adalah :

“Kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk


dikerjakan atau tidak dikerjakan”. (Public policy is whatever government
choose to do or not to do).

Berdasarkan definisi di atas bahwa dapat dipahami bahwa kebijakan

publik merupakan suatu pilihan atau tindakan yang menghasilkan suatu keputusan
22

yang diambil oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk kepentingan masyarakat.

Definisi lain kebijakan publik menurut Lasweel dan Kaplan dalam

Nugroho (2012:119) adalah :

“Kebijakan publik adalah suatu program yang diproyeksikan dengan


tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu”. (a
projected program of goals, values, and practices).

Terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan kebijakan publik sebagai

tidakan yang diambil oleh pemerintah dalam merespon suatu masalah publik.

Begitupun menurut David Easton dalam Agustino (2009:19) memberikan definisi

kebijakan publik sebagai “the autorative allocation of values for the ehole

society”. Definisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik otoritas dalam sistem

politik (pemerintah) yang secara sah dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya

dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu

diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai. Hal ini disebabkan karena

pemerintah termasuk ke dalam “athorities in a political system” yaitu para

penguasa dalam sistem politik yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-

hari dan mempunyai tanggung jawab dalam suatu masalah tertentu dimana pada

suatu titik mereka diminta untuk mengambil keputusan dikemudian hari.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dipaparkan dapat disimpulkan

bahwa kebijakan publik merupakan suatu keputusan yang diambil oleh

pemerintah dari berbagai pilihan yang ada untuk dilakukan atau tidak dilakukan

oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan


23

masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik. Dengan melalui tiga

kegiatan pokok yaitu perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan dengan

tujuan menciptakan kesejahteraan bagi orang banyak. Kebijakan untuk melakukan

sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-ketentuan atau peraturan perundang-

undangan yang dibuat pemerintah sehingga bersifat mengikat dan memaksa.

Adapun proses kebijakan yang ideal dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1
Proses Kebijakan yang Ideal
Proses Kebijakan

Evaluasi
Kebijakan
Proses Politik

Isu Kebijakan Formulasi Implementasi Kinerja


(Agenda Kebijakan Kebijakan Kebijakan
Pemerintah)

Input Proses Output

Sumber : Nugroho, 2012:533

Berdasarkan gambar 2.1 dapat dipahami sebuah proses kebijakan, bahwa

kebijakan berawal dari sebuah isu kebijakan yang menjadi agenda pemerintah,

kemudian masuk kedalam tahap perumusan kebijakan, menurut Nugroho

(2012:539) mendefinisikan perumusan kebijakan publik sebagai inti dari

kebijakan publik, karena disini dirumuskan batas-batas kebijakan itu sendiri.

Proses selanjutnya yaitu pelaksanaan kebijakan atau implementasi kebijakan.

Menurut Nugroho (2012:674) implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah


24

cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih tidak kurang.

Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua langkah yang ada, yaitu

langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi

kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Secara umum

dapat digambarkan sebagai berikut :

Kebijakan Publik

Kebijakan Publik Program


Penjelas

Proyek

Kegiatan

Pemanfaat (beneficiaries)

Gambar 2.2
Sekuensi Implementasi Kebijakan
Sumber : Nugroho, 2012:675

Berdasarkan gambar 2.2 dapat diketahui turunan dari kebijakan publik,

dimulai dari program-program, kemudian diturunkan kembali menjadi proyek-

proyek, dan akhirnya diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Ketiganya

merupakan bagian dari sebuah implementasi kebijakan.


25

2.1.2 Evaluasi Kebijakan Publik

Evaluasi kebijakan publik menurut Dunn dalam Agustino (2008:185)

mengungkapkan secara sederhana evaluasi kebijakan berkenaan dengan produksi

informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat-manfaat hasil kebijakan.

Adapun pengertian evaluasi kebijakan publik menurut lester dan stewart

dalam Agustino (2008:185) yaitu :

“Evaluasi ditujukan untuk melihat sebagian-sebagian kegagalan suatu


kebijakan dan untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah dirumuskan
dan dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan”.

Berdasarkan beberapa definisi evaluasi kebijakan publik oleh para ahli di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi ditujukan untuk menilai sejauh

mana keefektifan kebijakan publik agar dapat dipertanggungjawabkan. Evaluasi

juga diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.

Selain itu definisi lain mengenai evaluasi kebijakan publik seperti yang

diungkapkan oleh islamy bahwa :

“Evaluasi kebijakan merupakan suatu aktivitas untuk melakukan penilaian


terhadap akibat-akibat atau dampak kebijakan dari berbagai program-
program pemerintah. Pada studi evaluasi kebijakan telah dibedakan antara
akibat-akibat dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan dengan
dilaksanakannya suatu kebijakan. Adapun yang dimaksud dengan evaluasi
kebijakan ialah dari apa-apa yang telah dihasilkan dengan adanya program
proses perumusan kebijakan pemerintah”.
Sedangkan menurut Anderson dalam Soekarno (2003:149)

mengungkapkan bahwa :

“Evaluasi kebijakan adalah lebih dari sekedar proses teknis atau analitis,
melainkan juga merupakan proses politis dan selanjutnya evaluasi
kebijakan itu menunjukkan bahwa meskipun evaluasi itu dimaksudkan
26

dengan tujuan yang tidak memihak dan objektif akan menjadi suatu politis
atau kegiatan politik dengan terjadinya pengaruh terhadap alokasi sumber-
sumber daya dalam masyarakat”.
Dan menurut Dye dalam Parson (2008:351) mengatakan bahwa :

“Evaluasi kebijakan adalah pemeriksaan yang objektif, sistematis dan


empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap
targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai”.

Berdasarkan beberapa definisi evaluasi kebijakan publik di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa evaluasi mempunyai peranan yang sangat penting,

dengan evaluasi maka suatu program atau kebijakan dapat diketahui

kelemahannya dengan membandingkan tujuan dan sasaran dengan pencapaian

target selain itu untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.

Pengertian lain menurut Nugroho dalam bukunya yang berjudul “Public

Policy” (2012:723) bahwa evaluasi merupakan penilaian pencapaian kinerja dari

implementasi. Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan “selesai dilaksanakan”

dengan dua pengertian “selesai”, yaitu pengertian waktu (mencapai/melewati

“tenggang waktu”) dan (2) pengertian kerja (pekerjaan tuntas).

Ada tiga fungsi dari evaluasi kebijakan, pertama evaluasi kebijakan harus

memberi informasi yang valid dan dipercaya mengenai kinerja kebijakan. Kinerja

kebijakan yang dinilai dalam evaluasi kebijakan melingkupi: (1) Seberapa jauh

kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan kebijakan/

program. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan mengungkapkan seberapa jauh tujuan-

tujuan tertentu telah dicapai. (2) Apakah tindakan yang ditempuh oleh

implementing agencies sudah benar-benar efektif, responsif, akuntabel dan adil.


27

Dalam bagian ini evaluasi kebijakan harus juga memerhatikan persoalan-

persoalan hak azazi manusia ketika kebijakan itu dilaksanakan. (3) Bagaimana

efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri.

Kedua, evaluasi kebijakan berfungsi memberi sumbangan pada klarifikasi

dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.

Pemilihan nilai dalam mencapai tujuan dan target, sejatinya tidak didasari oleh

kepentingan-kepentingan nilai dari kelompok/golongan/partai tertentu.

Ketiga, evaluasi kebijakan berfungsi juga untuk memberi sumbangan pada

aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk bagi perumusan

masalah maupun pada rekomendasi kebijakan.

Berdasarkan definisi evaluasi kebijakan publik menurut Nugroho yang

telah dipaparkan di atas, bahwa yang dimaksud dengan evaluasi kebijakan publik

adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengetahui hasil atau pencapaian dari

sebuah kebijakan yang telah diimplementasikan, apakah kebijakan tersebut

berhasil atau bahkan sebaliknya.

2.1.3 Evaluasi Implementasi Kebijakan

Dunn dalam Nugroho (2012:731) mengembangkan tiga pendekatan

evaluasi implementasi kebijakan, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal dan

evaluasi keputusan teoritis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1

sebagai berikut :
28

Tabel 2.1
Pendekatan-pendekatan dalam evaluasi kebijakan versi Dunn

Bentuk-bentuk
Pendekatan Tujuan Asumsi
utama
Menggunakan metode Ukuran manfaat Eksperimentasi
deskriptif untuk atau nilai terbukti sosial, Akuntansi
Evaluasi menghasilkan dengan sistem sosial,
Semu informasi valid sendirinya atau Pemeriksaan sosial,
tentang hasil tidak Sintesis riset dan
kebijakan. kontroversial. praktik.
Menggunakan metode Tujuan dan Evaluasi
deskriptif untuk sasaran perkembangan,
menghasilkan pengambil Evaluasi
informasi yang kebijakan dan eksperimental,
terpercaya dan valid administrator Evaluasi proses
Evaluasi mengenai hasil yang secara resmi retrospektif,
Formal kebijakan secara diumumkan Evaluasi hasil
formal diumumkan merupakan retrospektif.
sebagai tujuan ukuran yang tepat
program kebijakan. dari manfaat atau
nilai.
Menggunakan metode Tujuan dan Penilaian tentang
deskriptif untuk sasaran dari dapat atau tidaknya
menghasilkan berbagai pelaku dievaluasi, Analisis
informasi yang yang diumumkan utilitas multiatribut.
Evaluasi terpercaya dan valid secara formal
Keputusan mengenai hasil ataupun diam-
Teoritis kebijakan yang secara diam merupakan
eksplisit diinginkan ukuran yang tepat
oleh berbagai pelaku dari manfaat atau
kebijakan. nilai.
Sumber : Nugroho, 2012:731

Berdasarkan pendekatan evaluasi implementasi kebijakan menurut Dunn

pada tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga pendekatan evaluasi

implementasi kebijakan , yaitu evaluasi semu, evaluasi formal, dan evaluasi

keputusan teoritis.

Sedangkan Lester dan Steward dalam Nugroho (2012:733)

mengelompokkan evaluasi implementasi kebijakan menjadi tiga yaitu :


29

“Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan proses


implementasi; evaluasi impak, yaitu evaluasi berkenaan dengan hasil
dan/atau pengaruh dari implementasi kebijakan; evaluasi kebijakan, yaitu
apakah benar hasil yang dicapai mencerminkan tujuan yang dikehendaki;
dan evaluasi meta-evaluasi yang berkenaan dengan evaluasi berbagai
implementasi kebijakan yang ada untuk menemukan kesamaan-kesamaan
tertentu”.

Berdasarkan definisi evaluasi implementasi kebijakan menurut Lester dan

Steward dalam Nugroho (2012:733) dapat dipahami bahwa evaluasi proses yaitu

berkaitan dengan proses pelaksanaan kebijakan. Evaluasi impak berkaitan dengan

pengaruh dari implementasi kebijakan. Evaluasi kebijakan berkaitan dengan hasil

implementasi sesuai dengan tujuan. Evaluasi meta-evaluasi berkaitan dengan

berbagai implementasi kebijakan untuk mencari kesamaan.

Adapun evaluasi implementasi kebijakan menurut Anderson dalam

Nugroho (2012:734) membagi evaluasi implementasi kebijakan menjadi tiga,

yaitu :

“Pertama, evaluasi kebijakan publik yang dipahami sebagai kegiatan


fungsional yang selalu melekat pada setiap kebijakan publik. Kedua,
evaluasi yang memfokuskan pada bekerjanya kebijakan. Ketiga, evaluasi
sistematis untuk mengukur kebijakan atau mengukur kebijakan atau
mengukur pencapaian dibanding target yang ditetapkan”.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi

implementasi kebijakan merupakan kegiatan yang selalu melekat pada kebijakan

publik untuk mengukur pencapaian dengan target yang telah ditentukan.

Sedangkan menurut Effendi dalam Nugroho (2012:741), tujuan evaluasi

implementasi kebijakan publik adalah untuk mengetahui variasi dalam indikator-

indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan pokok, yaitu:
30

a. Bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik ? Jawabannya


berkenaan dengan kinerja implementasi publik (variasi dari outcome)
terhadap variabel independen tertentu.
b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu? Jawabannya
berkenaan dengan faktor kebijakan itu sendiri, organisasi
implementasi kebijakan, dan lingkungan implementasi kebijakan yang
memengaruhi variasi outcome implementasi kebijakan.
c. Bagaimana strategi meningkatkan kinerja implementasi kebijakan
publik? Pertanyaan ini berkenaan dengan “tugas” pengevaluasi untuk
memilih variabel-variabel yang dapat diubah.
Namun demikian, ada beberapa hal yang dapat dipergunakan sebagai

panduan pokok, yaitu :

1. Terdapat perbedaan tipis antara evaluasi kebijakan dan analisis


kebijakan. Namun demikian, terdapat satu perbedaan pokok, yaitu
analisis kebijakan biasanya diperuntukkan bagi lingkungan pengambil
kebijakan untuk tujuan formulasi atau penyempurnaan kebijakan,
sementara evaluasi dapat dilakukan oleh internal ataupun eksternal
pengambil kebijakan.
2. Evaluasi kebijakan yang baik harus mempunyai beberapa syarat pokok
yaitu :
a. Tujuannya menemukan hal-hal yang strategis untuk
meningkatkan kinerja kebijakan.
b. Yang bersangkutan harus mampu mengambil jarak dari pembuat
kebijakan, pelaksana kebijakan, dan target kebijakan.
c. Prosedur evaluasi harus dapat dipertanggungjawabkan secara
metodologi.
3. Evaluator haruslah individu atau lembaga yang mempunyai karakter
profesional, dalam arti menguasai kecakapan keilmuan, metodologi,
dan dalam beretika.
4. Evaluasi dilaksanakan tidak dalam suasana permusuhan atau
kebencian.
Berdasarkan definisi di atas, dapat diketahui bahwa tujuan dari evaluasi

implementasi kebijakan adalah untuk mengetahui pencapaian berdasar indikator-

indikator kinerja yaitu (1) Bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik?

(2) faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu ? (3) Bagaimana strategi

meningkatkan kinerja implementasi kebijakan publik?.


31

2.1.4 Model Evaluasi Kebijakan

Menurut Dunn dalam Nugroho (2012:728), istilah evaluasi dapat

disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan

penilaian (assesment). Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai

nilai atau manfaat hasil kebijakan. Evaluasi memberi informasi yang valid dan

dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai,

dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik; evaluasi memberi

sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari

pemilihan tujuan dan target; dan evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi

metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan

rekomendasi.

Jadi, meskipun berkenaan dengan keseluruhan proses kebijakan, evaluasi

kebijakan lebih berkenaan pada kinerja dari kebijakan, khususnya pada

implementasi kebijakan publik . evaluasi pada “perumusan” dilakukan pada sisi

post-tindakan, yaitu lebih pada “proses” perumusan daripada muatan kebijakan

yang biasanya “hanya” menilai apakah prosesnya sudah sesuai dengan prosedur

yang sudah disepakati. Secara umum, Dunn menggambarkan kriteria-kriteria

evaluasi kebijakan publik sebagai berikut :


32

Tabel 2.2
Kriteria Evaluasi Kebijakan Menurut Dunn

Tipe Kriteria Pertanyaan


Apakah hasil yang diinginkan telah
Efektivitas
dicapai?
Seberapa banyak usaha diperlukan untuk
Efisiensi
mencapai hasil yang diinginkan?

Seberapa jauh pancapaian hasil yang


Kecukupan
diinginkan memecahkan masalah?
Apakah biaya manfaat didistribusikan
Perataan dengan merata kepada kelompok-
kelompok yang berbeda?
Apakah hasil kebijakan memuaskan
Responsivitas kebutuhan, preferensi , atau nilai
kelompok-kelompok tertentu?
Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan
Ketepatan
benar-benar berguna atau bernilai?
Sumber : Nugroho, 2012:729

Berdasarkan model evaluasi kebijakan menurut Dunn , dapat disimpulkan

bahwa evaluasi berkenaan dengan keseluruhan proses kebijakan. Dan evaluasi

kebijakan berkenaan dengan kinerja dari sebuah kebijakan. Khususnya pada

implementasi kebijakan publik, serta evaluasi kebijakan publik dilakukan untuk

menilai pencapaian dari sebuah kebijakan yang telah diimplementasikan.

Sementara itu, House dalam Nugroho (2012:733) membuat taksonomi

evaluasi yang cukup berbeda, yang membagi model evaluasi menjadi :

1. Model sistem, dengan indikator utama adalah efisiensi.


2. Model perilaku, dengan indikator utama adalah produktivitas dan
akuntabilitas.
3. Model formulasi keputusan, dengan indikator utama adalah keefektifan
dan keterjagaan kualitas.
4. Model tujuan-bebas (goal free), dengan indikator utama adalah pilihan
pengguna dan manfaat sosial.
5. Model kekritisan seni (art criticism) dengan indikator utama adalah
standar yang semakin baik dan kesadaran yang semakin meningkat.
33

6. Model review profesional, dengan indikator utama adalah penerimaan


profesional.
7. Model kuasi-legal (quasi-legal), dengan indikator utama adalah
resolusi.
8. Model studi kasus, dengan indikator utama adalah pemahaman atas
diversitas.
Ada pula pemilihan evaluasi sesuai dengan teknik evaluasinya, yaitu :

1. Evaluasi komparatif, yaitu membandingkan implementasi kebijakan


(proses dan hasilnya) dengan implementasi kebijakan yang sama atau
berlainan, di satu tempat yang sama atau berlainan.
2. Evaluasi historikal, yaitu membuat evaluasi kebijakan berdasarkan
rentang sejarah munculnya kebijakan-kebijakan tersebut.
3. Evaluasi laboratorium atau eksperimental, yaitu evaluasi namun
menggunakan eksperimen yang diletakkan dalam sejenis
laboratorium.
4. Evaluasi ad hock, yaitu evaluasi yang dilakukan secara mendadak
dalam waktu segera untuk mendapatkan gambar pada saat itu (snap
shot).
Sedangkan menurut Anderson dalam Nugroho (2012: 734) membagi

evaluasi (implementasi) kebijakan publik menjadi tiga. Tipe pertama, evaluasi

kebijakan publik yang dipahami sebagai kegiatan fungsional yang selalu melekat

pada setiap kebijakan publik. Kedua, evaluasi yang memfokuskan pada

bekerjanya kebijakan. Ketiga, evaluasi sistematis untuk mengukur kebijakan atau

mengukur pencapaian dibanding target yang ditetapkan.

Adapun menurut Wibawa,dkk dalam Nugroho (2012:734) bahwa evaluasi

kebijakan publik memiliki empat fungsi, yaitu :

1. Eksplanasi
Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat
dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antarberbagai
dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator dapat
mengidentifikasi masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung
keberhasilan atau kegagalan kebijakan.
2. Kepatuhan
34

Melalui evaluasi dapat diketahui apabila tindakan yang dilakukan oleh


para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan
standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
3. Audit
Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai ke
tangan kelompok sasaran kebijkan, atau justru ada kebocoran atau
penyimpangan.
4. Akunting
Dengan evaluasi ini dapat diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari
kebijakan tersebut.

Pada model evaluasi yang dipaparkan oleh Wibawa, dkk dapat dipahami

bahwa evaluasi kebijakan publik memiliki empat fungsi. Diantaranya eksplanasi

yaitu dari evaluasi ini dapat mengidentifikasi masalahserta faktor-faktor

pendukung keberhasilan atau kegagalan. Fungsi kepatuhan bahwa apakah

tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Fungsi

audit yaitu dapat mengetahui hasil dari program/ kebijakan tersebut tepat pada

kelompok sasaran atau tidak. Dan terakhir fungsi akunting, bahwa dapat diketahui

apa saja dampak sosial-ekonomi dar kebijakan tersebut.

Sementara itu Bingham dan Felbinger dalam Nugroho (2012:735)

membagi evaluasi kebijakan menjadi empat jenis, yaitu :

1. Evaluasi proses, yang fokus pada bagaimana proses implementasi


suatu kebijakan.
2. Evaluasi impak, yang fokus pada hasil akhir suatu kebijakan.
3. Evaluasi kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan yang
direncanakan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.
4. Meta-evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil atau
temuan dari berbagai kebijakan yang terkait.
Pada model Bingham dan Felbinger ini, dapat dipahami bahwa terdapat

empat jenis evaluasi kebijakan. Diantaranya, evaluasi proses yang berkaitan

dengan proses implementasi suatu kebijakan. Kemudian evaluasi impak yang

hanya dilihat dari hasil akhir (output) suatu kebijakan. Berikutnya evaluasi
35

kebijakan yang dilakukan dengan membandingkan hasil (ouput) kebijakan dengan

tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya, meta-evaluasi berkaitan dengan

berbagai hasil dari berbagai kebijakan terkait.

Adapun menurut Howlet an Ramesh dalam Nugroho (2012:735)

mengelompokkan evaluasi menjadi tiga, yaitu :

1. Evaluasi administratif, yang berkenaan dengan evaluasi sisi


administratif-anggaran, efisiensi, biaya-dari proses kebijakan didalam
pemerintah yang berkenaan dengan :
a. Effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang
dikembangkan oleh kebijakan.
b. Performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari
program yang dikembangkan oleh kebijakan.
c. Adequacy of performance evaluation atau effectiveness evaluation,
yang menilai apakah program dijalankan sebagaimana yang sudah
ditetapkan.
d. Efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan memberikan
penilaian tentang keefektifan biaya tersebut.
e. Process evaluations, yang menilai metode yang dipergunkan oleh
organisasi untuk melaksanakan program.
2. Evaluasi judisial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu keabsahan
hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk kemungkinan
pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika, aturan
administrasi negara, hingga hak asasi manusia.
3. Evaluasi politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen
politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan.
Pada model Howlet dan Ramesh yang telah dipaparkan di atas, dapat

dipahami bahwa terdapat tiga jenis evaluasi. Pertama, evaluasi administratif yaitu

yang berkenaan dengan evaluasi sisi administratif-anggaran, efisiensi, biaya-dari

proses kebijakan didalam pemerintah. Kedua, evaluasi judisial yang berkenaan

dengan isu keabsahan hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk

kemungkinan pelanggaran terhadap konstitusi, sistem hukum, etika, aturan

administrasi negara, hingga hak asasi manusia. Ketiga, evaluasi politik, berkenaan
36

untuk menilai sejauh mana penerimaan konstituen politik terhadap kebijakan yang

diimplementasikan.

Berbeda dengan Suchman dalam Nugroho (2012:734) di sisi lain lebih

masuk ke sisi praktis dengan mengemukakan enam langkah dalam evaluasi

kebijakan, yaitu :

1. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi.


2. Analisis terhadap masalah.
3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan.
4. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi.
5. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari
kegiatan tersebut atau karena penyebab lain.
6. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.
Berdasarkan model evaluasi Suchman , dapat dipahami bahwa untuk

melakukan evaluasi dari suatu kebijakan harus melalui beberapa tahapan.

Tahapan-tahapan tersebut ialah pertama, tujuan dari suatu kebijakan/program

tersebut harus diidentifikasi masalah-masalahnya, kemudian dilakukan analisis,

selanjutnya dilakukan deskripsi dan standarisasi kegiatan, berikutnya dilakukan

pengukuran apakah ada perubahan yang terjadi, dan menentukan apakah

perubahan yang rejadi, merupakan akibat dari program/kebijakan tersebut atau

karena penyebab lainnya. Dan yang terakhir dibutuhkan beberapa indikator untuk

menentukan keberadaan suatu dampak.

Dalam penelitian yang berjudul Evaluasi Program KTP-el (Kartu Tanda

Penduduk Elektronik) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon

Tahun 2015, penulis menggunakan teori Dunn, dengan enam kriteria dalam

evaluasi kebijakan yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas

serta ketepatan. Alasan penulis menggunakan teori tersebut, karena dari beberapa
37

permasalahan yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah. Masalah-

masalah tersebut sesuai dengan indikator-indikator tahapan evaluasi kebijakan

menurut Dunn.

2.1.5 Konsep e-Government

Inisiatif Pelaksanaan e-government di Indonesia yang diperkenalkan

melalui Instruksi Presiden No.6 Tahun 2001 tentang telematika (Telekomunikasi,

Media, dan Informatika) yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus

menggunakan teknologi untuk mendukung Good Governance dan percepatan

proses demokrasi. Melalui proses tersebut, pemerintah dapat mengoptimalkan

sekat-sekat organisasi dan birokrasi. Serta membentuk jaringan sistem manajemen

dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara

terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik

yang harus disediakan oleh pemerintah.

Dalam Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan e-Government , e-Government tersebut merupakan upaya untuk

mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan)

elektronika dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan

efisien. Pengertian umum e-Government (electronic government) adalah

“Penyelenggaraan pemerintah berbasis elektronik (teknologi informasi dan

komunikasi) untuk meningkatkan kinerja pemerintah dalam hubungannya dengan

masyarakat, komunitas bisnis, dan kelompok terkait lainnya menuju good

governance”.
38

Menurut Heeks dan Djunaedi (2002:49), e-Government diartikan sebagai

pemanfaatan ICT untuk mendukung pemerintahan yang baik (good governnce).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa e-Government mencakup :

1. e-Administration : untuk memperbaiki proses pemerintahan dengan


menghemat biaya, dengan mengelola kinerja, dengan membangun koneksi
strategis dalam pemerintahan sendiri, dan dengan menciptakan
pemberdayaan;
2. e-Citizen & e-Service : menghubungkan warga masyarakat dengan
pemerintah, dengan cara berbicara dengan warga dan mendukung demokrasi,
dan dengan meningkatkan layanan publik;
3. e-Society : membangun interaksi di luar pemerintah dengan bekerja secara
baik dengan pihak bisnis, dengan mengembangkan masyarakat, dengan
membangun kerjasama dengan pemerintah, dan dengan membangun
masyarakat madani.

Menurut Indrajit (2005:18) paling tidak ada 6 (enam) komponen penting

yang harus diperhatikan dalam Pelaksanaan e-Government , diantaranya :

1. Content Development, menyangkut pengembangan aplikasi (perangkat


lunak), pemilihan standar teknis, penggunaan bahasa pemrograman,
spesifikasi sistem basis data, kesepakatan user interface, dan lain sebagainya;
2. Competency Building, menyangkut pengadaan SDM pelatihan dan
pengembangan kompetensi maupun keahlian seluruh jajaran sumber daya
manusia di berbagai lini pemerintahan;
3. Connectivity , menyangkut ketersediaan infrastruktur komunikasi dan
teknologi di lokasi e-Government diterapkan;
4. Cyber Laws, menyangkut keberadaan kerangka dan perangkat hukum yang
yang telah diberlakukan terkait dengan seluk beluk aktivitas e-Government;
5. Citizen interfaces, menyangkut pengadaan SDM dan pengembangan berbagai
kanal akses (multi acces chanel) yang dapat dipergunakan oleh seluruh
masyarakat atau stakeholder e-Government dimana saja dan kapan saja
mereka inginkan.
6. Capital, menyangkut permodalan proyek e-Government terutama yang
berkaitan dengan biaya setelah proyek selesai dilakukan seperti untuk
keperluan pemeliharaan dan perkembangan, disini tim harus memikirkan
jenis-jenis pendapatan yang mungkin untuk diterapkan di pemerintahan.
39

Berdasarkan Keputusan Menteri dan Informatika bahwa objek layanan

aplikasi e-Government dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

1. Government to Government (Pemerintah untuk Pemerintah)


Aplikasi e-Government dalam kategori ini menangani masalah dalam layanan
antar instansi pemerintah dan/ antar negara. Berbagai layanan dapat diberikan
oleh satu instansi pemerintah pada instansi oemerintah yang lain sesuai
dengan tugas dan fungsi instansi tersebut atau sesuai dengan kebutuhan
koordinasi antar instansi. Pada umumnya aplikasi jenis Government to
Government bekerja di atas satu jaringan data yang disebut sebagai internet
yaitu jaringan data yang digunakan untuk keperluan internal instansi
pemerintah. Beberapa contoh aplikasi Government to Government antara lain:
a. Koordinasi dan konsolidasi anggaran;
b. Koordinasi kepegawaian;
c. Koordinasi kegiatan bidang ekonomi ;
d. Koordinasi kegiatan bidang politik dan keamanan.
2. Government to Citizen (Pemerintah untuk Masyarakat)
Aplikasi e-Government dalam kategori ini menangani masalah yang berkaitan
dengan layanan masyarakat luas, baik warga negara Indonesia maupun warga
negara asing. Beberapa contoh aplikasi Government to Citizen antara lain :
a. Kependudukan;
b. Keimigrasian;
c. Akta nikah.
3. Government to Business (Pemerintah untuk Pihak Bisnis)
Aplikasi e-Government dalam kategori ini menangani masalah yang berkaitan
dengan layanan pada sektor usaha. Sektor usaha pada umumnya dapat berupa
berbagai jenis dan bentuk usaha komersial baik nasional maupun asing.
Beberapa contoh aplikasi Government to Business diantaranya :
a. Pembayaran pajak;
b. Perijinan usaha;
c. Pengadaan barang dan jasa (e-procerement).

Dari beberapa definisi e-Government di atas, maka e-Government

merupaka pemanfaatan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi

secara online dengan menggunakan internet atau perangkat lainnya yang dikelola

oleh pemerintah untuk menginformasikan kepada masyarakat, pihak bisnis, dan


40

semua pihak-pihak pemerintah lainnya untuk meningkatkan efiseinsi, efektifitas,

transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan

publik.

2.1.6 Konsep Administrasi Kependudukan

Peristiwa kependudukan, antara lain perubahan alamat, pindah datang,

serta perubahan status orang asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap dan

peristiwa penting, antara lain kelahiran, kematian, perkawinan dan perceraian,

termasuk pengangkatan, pengakuan dan pengesahan anak, serta perubahan status

kewarganegaraan, dan peristiwa penting lainnya yang dialami oleh seseorang

harus dilaporkan. Untuk itu, setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting

memerlukan bukti sah untuk dilakukan pengadministrasian dan pencatatan sesuai

dengan ketentuan undang-undang.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2006 bahwa

Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban

dalampenerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk,

pencatatan sipil, pelayanan informasi penduduk, pendayagunaan hasil untuk

pelayanan publik dan sektor lain. Administrasi kependudukan yang berintikan

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil pada hakikatnya merupakan

pengakuan negara terhadap hak penduduk dalam dimensi publik dan perdata.

Menurut Sudjarwo (2004:24) bahwa pelayanan administrasi kependudukan

adalah pelayanan dibidang kependudukan yang diberikan oleh aparat pemerintah


41

dan non pemerintah dari tingkat pusat sampai ketingkat desa atau kelurahan, RW,

RT. Misalnya pengurusan izin nikah, KTP, KK serta surat keterangan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 bahwa pemerintah

Kabupaten/Kota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan

administrasi kependudukan antara lain pengelolaan dan penyajian data

kependudukan skala kabupaten/kota yang dilakukan bupati/walikota. Dan Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten/kota berkewajiban antara lain

memberikan pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, dan

menerbitkan dokumen kependudukan. Adapun tujuan dari administrasi

kependudukan yaitu :

1. Tertib dalam database kependudukan


a. Terbangunnya database kependudukan yang akurat ditingkat
kabupaten/kota, provinsi dan pusat.
b. Database kependudukan kabupaten/kota tersambung online
dengan provinsi dan pusat menggunakan SIAK (Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan)
2. Tertib dalam penerbitan NIK
3. Tertibnya dokumen kependudukan (KK, KTP, Akta Catatan Sipil, dll)

Administrasi kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan dapat

diselenggarakan sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi negara. Dari

sisi kepentingan penduduk, administrasi kependudukan memberikan pemenuhan

hak-hak administratif, seperti pelayanan publik serta perlindungan yang

berkenaan dengan dokumen kependudukan, tanpa adanya perlakuan diskriminatif.

Administrasi kependudukan diarahkan untuk :


42

1. Memenuhi hak asasi setiap orang dibidang administrasi kependudukan


tanpa adanya diskriminasi dengan dengan pelayanan publik yang
profesional;
2. Meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajibannya untuk berperan
serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan;
3. Memenuhi data statistik secara nasional mengenai peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting;
4. Mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan
secara nasional, regional, serta lokal;
5. Perumusan kebijakan dan perencanaan mendukung pembangunan
sistem administrasi kependudukan.

2.1.7 Konsep KTP Elektronik (KTP-el)

KTP Elektronik (KTP-el) adalah Kartu Tanda Penduduk yang dibuat

secara elektronik, dalam artian baik dari segi fisik maupun penggunaannya

berfungsi secara komputerisasi. KTP-el atau KTP Elektronik adalah dokumen

kependudukan yang memuat sistem keamanan pengendalian baik dari sisi

administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database

kependudukan nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP

yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas

tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup.

Nomor NIK yang ada di KTP-el nantinya akan dijadikan dasar dalam

penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen

identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk.


43

Autentikasi Kartu Identitas (e-ID) biasanya menggunakan biometrik yaitu

verifikasi dan validasi sistem melalui pengenalan karakteristik fisik atau tingkah

laku manusia. Ada banyak jenis pengamanan dengan cara ini, antara lain sidik jari

(fingerprint), retina mata, DNA, bentuk wajah, dan bentuk gigi. Pada KTP-el,

yang digunakan adalah sidik jari.

Struktur KTP-el terdiri dari sembilan layer yang akan meningkatkan

pengamanan dari KTP konvensional. Chip ditanam di antara plastik putih dan

transparan pada dua layer teratas (dilihat dari depan). Chip ini memiliki antena

didalamnya yang akan mengeluarkan gelombang jika digesek. Gelombang inilah

yang akan dikenali oleh alat pendeteksi KTP-el sehingga dapat diketahui apakah

KTP tersebut berada di tangan orang yang benar atau tidak. Untuk menciptakan

KTP-el dengan sembilan layer, tahap pembuatannya cukup banyak, diantaranya:

1. Hole punching, yaitu melubangi kartu sebagai tempat meletakkan chip

2. Pick and pressure, yaitu menempatkan chip di kartu

3. Implanter, yaitu pemasangan antenna (pola melingkar berulang

menyerupai spiral)

4. Printing, yaitu pencetakan kartu

5. Spot welding, yaitu pengepresan kartu dengan aliran listrik

6. Laminating, yaitu penutupan kartu dengan plastik pengaman

KTP-el dilindungi dengan keamanan pencetakan seperti relief text,

microtext, filter image, invisible ink dan warna yang berpendar di bawah sinar

ultra violet serta anti copy design.Penyimpanan data di dalam chip sesuai dengan
44

standar internasional NISTIR 7123 dan Machine Readable Travel Documents

ICAO 9303 serta EU Passport Specification 2006. Bentuk KTP elektronik sesuai

dengan ISO 7810 dengan form factor ukuran kartu kredit yaitu 53,98 mm x 85,60

mm. Adapun dasar hukum dalam pelaksanaan KTP-el adalah :

1. UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan


2. UU No. 52 thn 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
3. PP No. 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006
4. Perpres No. 25 tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil

Adapun tujuan Pelaksanaan KTP-el yaitu :

1. Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen


kependudukan.
2. Memberikan perlindungan status hak sipil setiap penduduk.
3. Merupakan bentuk pengakuan Negara bagi setiap penduduk.

Manfaat Pelaksanaan KTP-el dengan biometric dan chip berbasis NIK


diantaranya :

1. Identifikasi jati diri, data dalam KTP-el benar-benar menunjukkan

identitas diri pemegang KTP-el. Mencegah terjadinya pemalsuan dokumen

maupun dokumen ganda serta mempunyai pengamanan data yang dapat

diandalkan

2. Untuk mendukung terwujudnya database kependudukan yg akurat,

khususnya yg berkaitan dengan data penduduk wajib KTP yang identik

dengan DPT Pemilu yg selama ini sering bermasalah tidak akan terjadi
45

lagi, sehingga semua warga negara Indonesia yang berhak memilih

terjamin hak pilihnya;

3. Dapat mendukung peningkatan keamanan negara sebagai dampak positif

dari tertutupnya peluang KTP ganda & KTP palsu, dimana selama ini

para pelaku kriminal termasuk teroris selalu menggunakan KTP ganda dan

KTP palsu;

4. Bahwa KTP-el merupakan KTP Nasional yang sudah memenuhi semua

ketentuan yang diatur dalam UU No. 23 Thn 2006 & Perpres No.26

Thn 2009 dan Perpres No. 35 Thn 2010. Dengan demikian

mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari Lembaga

Pemerintah dan Swasta, karena tidak lagi memerlukan KTP setempat.

Salah satu sifat dari KTP elektronik yang harus dipahami oleh penduduk

adalah tidak bisa digandakan, adapun beberapa hal yang harus diketahui adalah :

1. Penduduk bisa membuat KTP elektronik bila telah melakukan perekaman

KTP elektronik, dimana melalui beberapa tahapan antara lain :

a. Perekaman Foto;

b. Perekaman Sidik Jari (10 Jari Tangan)

c. Perekaman Irish Mata

d. Perekaman Tanda Tangan

2. Walaupun perekaman bisa dilakukan kecamatan bahkan kelurahan, namun

pencetakan KTP elektronik merupakan kewenangan Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon, oleh karena itu untuk KTP elektronik,

peran Dinas dalam pembuatan KTP elektronik sangat erat.


46

3. Penduduk yang telah melakukan perekaman KTP elektronik atau telah

memiliki KTP elektronik akan memiliki Nomor Induk Kependudukan

(NIK) yang bersifat tunggal, tidak bisa berubah dan berlaku seumur hidup

4. Penduduk dimungkinkan memiliki NIK lebih dari satu, hal ini merupakan

imbas Pelaksanaan KTP konvensional (sebelum KTP elektronik

diberlakukan)

5. Apabila penduduk memiliki lebih dari satu NIK, maka yang dapat dilakukan

pencetakan KTP elektroniknya adalah NIK yang pertama kali dilakukan

perekaman KTP elektronik.

6. Apabila penduduk melakukan perekaman lebih dari satu kali dengan NIK

yang berbeda, maka NIK KTP elektronik yang bukan pertama akan bersifat

“Duplicate Record”, hal ini dipastikan NIK penduduk tersebut tidak akan

tercetak KTP elektroniknya.

7. Apabila dalam proses pembuatan KTP elektronik, penduduk telah diketahui

NIK KTP elektroniknya berada di daerah lain (di luar domisili tempat yang

ditinggali saat ini), maka harus melakukan proses perpindahan di daerah

asal terlebih dahulu.

8. Operator KTP elektronik dapat melakukan pemeriksaan (apakah sudah

melakukan perekaman atau belum) dengan menggunakan iris mata dan sidik

jari penduduk, sehingga dapat dilakukan verifikasi, penduduk berapa kali

melakukan perekaman, dimana saja penduduk melakukan perekaman,

sehingga penyelewengan terkait duplikat data bisa dipastikan tidak ada.


47

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian “Evaluasi Pelaksanaan KTP Elektronik

(KTP-el) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota

Cilegon Tahun 2015”. Peneliti melakukan peninjauan terhadap penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya, baik berupa jurnal, skripsi maupun tesis, yang terkait

dengan tema yang diambil dalam penelitian ini. Dasar atau acuan yang berupa

teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya

merupakan hal yang sangat perlu dan dapat disajikan sebagai data pendukung.

Walaupun fokus dan masalahnya tidak sama persis, tetapi sangat membantu

peneliti dalam menentukan sumber-sumber pemecahan masalah penelitian ini.

Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu yang peneliti baca, dapat

dilihat melalui tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

N
Item Mira Hasanawati Destiani Afriana Alfi Syahriyanti
o
1 Judul Implementasi e- Faktor-faktor yang Evaluasi
KTP Di mempengaruhi Pelaksanaan KTP
Kecamatan Baros Program Nasional Elektronik (KTP-
Kabupaten Serang e-KTP Di el) di Dinas
Kelurahan Ancol, Kependudukan
Kecamatan dan Pencatatan
Pademangan, Sipil Kota Cilegon
Jakarta Utara

2 Tahun 2012 2012 2015


48

3 Tujuan Mengetahui Mengetahui faktor- Mengetahui


Penelitian implementasi faktor yang evaluasi KTP-el di
peraturan mempengaruhi Dinas
pemerintah program nasional e- Kependudukan
tentang KTP Di Kelurahan dan Pencatatan
Pelaksanaan KTP Ancol, Kecamatan Sipil Kota Cilegon
berbasis Nomor Pademangan,
Induk Jakarta Utara
Kependudukan
secara nasional.

4 Teori Model Model Evaluasi


implementasi implementasi Van implementasi
kebijakan George Meter dan Van kebijakan menurut
C. Edward III , Horn, terdapat Willian Dunn,
mengacu pada enam hal dalam kriterianya yaitu :
empat faktor membentuk 1. Efektivitas
yaitu: hubungan antara 2. Efisiensi
1. Sumber daya kebijakan dan 3. Kecukupan
2. Komunikasi implementasi, yaitu
4. Perataan
3. Disposisi :
1. Ukuran dan 5. Responsivitas
(sikap) 6. Ketepatan
tujuan
4. Struktur
kebijakan
birokrasi
2. Sumber-
sumber
kebijakan
3. Ciri-ciri atau
sifat instansi
pelaksana
4. Komunikasi
antar
organisasi
terkait dan
kegiatan
pelasanaan
5. Sikap para
pelaksana
6. Lingkungan
ekonomi,
sosial, dan
politik
49

5 Metode Kualitatif Positivis Kualitatif


Deskriptif Deskriptif Deskriptif

6 Kesimpula 1. Kemampuan Berdasarkan 6 -


n sumber daya (enam) faktor yang
pegawai yang memengaruhi
implementasi
menangani e-
kebijakan yang
KTP kurang dikemukakan oleh
optimal dan Van meter dan Van
kurang siap Horn, setidaknya
2. Kurangnya terdapat 4(empat)
fasilitas dalam faktor yang
Pelaksanaan memengaruhi
implementasi
e-KTP di
program nasional e-
Kecamatan KTP di Kelurahan
Baros Ancol yaitu faktor
3. Koordinasi ukuran dan tujuan
dan kebijakan, sumber-
komunikasi sumber kebijakan,
antara komunikasi antar
organisasi terkait
pemerintah dan kegiatan
Dinas pelaksanaan, serta
Kependuduka lingkungan sosial.
n dan
Pencatatan
Sipil dengan
Kecamatan
Baros tidak
bberjalan
dengan baik
4. Adanya
ketidakdisipli
nan yang
dilakukan
pegawai
operatordalam
pelaksanaan
e-KTP
50

7 Persamaan meneliti tataran Meneliti tataran Meneliti hasil


pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan
program e-KTP program e-KTP. program KTP-el
dengan metode dengan lokus
kualitatif suatu wilayah
deskriptif. kerja Dinas
Kependudukan
dan Pencatatan
Sipil, metode
kualitatif
deskriptif.
8 Perbedaan Teori yang Teori yang Menjelaskan hasil
digunakan digunakan pelaksanaan
Implementasi implementasi, lebih program KTP-el
terfokus pada dengan teori
faktor-faktor yang evaluasi William
memengaruhi Dunn
pelaksanaan
program e-KTP.
9 Kritik Belum ada Belum ada
Sumber : Peneliti, 2015

2.3 Kerangka Berfikir

Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiyono, 2009:92) mengemukakan bahwa

seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun

kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran merupakan

penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan. Untuk

menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, diperlukan

sebuah kerangka konsep atau model penelitian.

Kerangka berfikir juga merupakan alur berfikir dalam penelitian, untuk

mendeskripsikan dengan apa adanya sesuai temuan yang peneliti dapatkan di

lapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Evaluasi
51

Pelaksanaan KTP Elekronik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Cilegon.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih belum optimalnya pelaksanaan

KTP-el di Disdukcapil Kota Cilegon sehingga hasil yang dicapai belum

maksimal. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, hal tersebut dikarenakan

masih adanya hambatan hambatan dalam pelaksanaan KTP-el ini.

Dalam penelitian tentang Evaluasi Program KTP-el di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015, peneliti

menggunakan model evaluasi kriteria Dunn. Adapun dalam penelitian ini

mengacu pada enam kriteria evaluasi Dunn dalam Nugroho (2012:729), yang

berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan suatu program atau kebijakan,

diantaranya (1) Efektivitas, yaitu mengenai apakah hasil yang diinginkan dari

suatu kebijakan telah dicapai atau sebaliknya, (2) Efisiensi, yaitu mengenai

sebarapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan, (3)

Kecukupan, yaitu mengenai seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan

dalam memecahkan masalah, (4) Perataan, yaitu mengenai apakah biaya manfaat

didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok yang berbeda, (5)

Responsivitas, yaitu mengenai apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan,

preferensi, atau nilai kelompok-kelompok tertentu, dan (6) Ketepatan, yaitu

mengenai apakah hasil yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai.

Untuk menggambarkan evaluasi dari pelaksanaan KTP-el peneliti harus

mencari data dan informasi yang mendukung bagi penelitian tentang evaluasi
52

program KTP-el ini. Selain itu peneliti juga melakukan observasi dan wawancara

dengan informan maupun pihak terkait.

Apabila permasalahan-permasalahan dalam penelitian evaluasi

Pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon

tahun 2015, yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, setelah dikaitkan

dengan enam kriteria evaluasi menurut Dunn, tidak mendukung satu sama lain,

maka kemungkinan tidak berhasilnya suatu program dapat terjadi, dan sebaliknya

apabila keenam tipe kriteria saling berkaitan satu sama lain, maka kemungkinan

keberhasilan program bisa terjadi. Sedangkan tujuan dari penelitian yang berjudul

evaluasi Pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Cilegon Tahun 2015 ini adalah untuk menilai program KTP-el di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015. Berikut adalah

skema kerangka berfikir dalam penelitian ini :


53

Identifikasi masalah :

1. Blangko KTP-el yang tidak memadai dan sering habisnya ribbon


serta jaringan trouble, menyebabkan pelayanan pembuatan KTP-
el menjadi terlambat.
2. NIK yang tidak terdaftar di SIAK atau biasa disebut dengan
istilah “data tidur” menghambat proses perekaman KTP-el di
Kota Cilegon.
3. Bintek yang belum cukup menyebabkan masih belum pahamnya
SDM dalam pelaksanaan KTP-el baik dalam penggunaan alat
perekaman maupun SIAK.
4. Banyaknya data biometrik menyebabkan KTP-el nya tidak bisa
dicetak.
5. Masih belum tertibnya dokumen, NIK, dan database
kependudukan. Masih terdapat sekitar 10.000 data ganda
semenjak diberlakukan KTP-el di Kota Cilegon

Model Evaluasi Kebijakan Dunn


1. Efektivitas
2. Efisiensi
3. Kecukupan
4. Perataam
5. Responsivitas
6. Ketepatan

Hasil:
Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Cilegon Tahun 2015

Gambar 2.3

Skema Kerangka Berfikir

Sumber: Peneliti, 2016


54

2.4 Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan kajian

pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Berdasarkan

pada kerangka berfikir yang telah dipaparkan di atas, peneliti telah melakukan

observasi awal terhadap objek penelitian beserta data yang mendukung, maka

peneliti dapat berasumsi bahwa Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015 belum berjalan

optimal, hal ini dilihat berdasarkan masih adanya permasalahan-permasalahan

dalam penyelenggaraan program KTP-el dalam upaya meningkatkan tertib

administrasi kependudukan.
55

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu berusaha

mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai Evaluasi Pelaksanaan

KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon. Dalam arti

luas, metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan

terorganisir untuk menyelidiki masalah yang ada dengan maksud mendapatkan

informasi untuk digunakan sebagai solusi atas permasalahan yang ada.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Evaluasi

Pelaksanaan KTP Elektronik (KTP-el) di Dinas Kependudukan Kota Cilegon

Tahun 2015 adalah metode penelitian kualitatif. Dimana peneliti adalah sebagai

instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive,

teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi.

3.2 Instrumen Penelitian

Penelitian tentang Evaluasi Pelaksanaan KTP Elektronik (KTP-el) di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015 ini

menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen

55
56

penelitian adalah peneliti sendiri. menurut Moleong (2010:168) kedudukan

peneliti dalam kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus sebagai perencana, pelaksana,

pengumpulan data dan pada hasilnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu menjelaskan locus yang akan dilaksanakan,

termasuk menjelaskan tempat, serta alasan memilihnya. Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil (Disdukcapil), Kota Cilegon dipilih sebagai locus penelitian

didasarkan pada permasalahan - permasalahan yang muncul, sebagaimana telah

dipaparkan pada latar belakang masalah yaitu terkait belum maksimalnya

pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Cilegon, hasil yang dicapai belum mencapai target , dan sarana

prasarana yang masih jauh dari memadai menjadi kendala dalam mencapai hasil

yang diinginkan.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai

konsep dari variable yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan

kerangka teori yang akan digunakan. Adapun definsi konsep dalam penelitian

yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015” yaitu :


57

1. Evaluasi Kebijakan

Menurut Dunn dalam Nugroho (2012:728), istilah evaluasi dapat

disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan

penilaian (assesment). Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai

nilai atau manfaat hasil kebijakan. Evaluasi memberi informasi yang valid dan

dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai,

dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik; evaluasi memberi

sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari

pemilihan tujuan dan target; dan evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi

metode-metode analisis kebijakan lainnya.

2. KTP-el (KTP Elektronik)

Kartu Tanda Penduduk elektronik atau electronic-KTP (KTP-el) adalah

Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dibuat secara elektronik, dalam artian baik

dari segi fisik maupun penggunaannya berfungsi secara komputerisasi. KTP-el

atau KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem

keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi

dengan berbasis pada database kependudukan nasional.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian

dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel dalam penelitian ini

yaitu “Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Cilegon Tahun 2015”. Pada observasi awal ditemukan masalah mendasar
58

yaitu belum optimalnya pelaksanaan program KTP-el dalam upaya meningkatkan

tertib administrasi kependudukan. Oleh karena itu, untuk melihat lebih jauh lagi

diperlukan evaluasi kebijakan untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan

dalam pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon dengan menggunakan 6

(enam) kriteria Dunn dalam Nugroho (2012:729), adapun kriteria evaluasinya

adalah :

1. Efektivitas, yaitu mengenai apakah hasil yang diinginkan dari suatu


kebijakan telah dicapai atau sebaliknya.
2. Efisiensi, yaitu mengenai sebarapa banyak usaha yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
3. Kecukupan, yaitu mengenai seberapa jauh pencapaian hasil yang
diinginkan dalam memecahkan masalah.
4. Perataan, yaitu mengenai apakah biaya manfaat didistribusikan dengan
merata kepada kelompok-kelompok yang berbeda.
5. Responsivitas, yaitu mengenai apakah hasil kebijakan memuaskan
kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok tertentu.
6. Ketepatan, yaitu mengenai apakah hasil yang diinginkan benar-benar
berguna atau bernilai.

Peneliti menggunakan teori evaluasi dari William Dunn tersebut, karena

paling tepat untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah penelitian. berikut

adalah pedoman wawancara berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian

ini, yaitu :
59

Tabel 3.1
Pedoman Wawancara
Tipe
No. Kisi-Kisi Pertanyaan Informan
Kriteria
1 Efektivitas Apakah hasil pencapaian dari Kepala Dinas
pelaksanaan program KTP-el di Kependudukan
Dinas Kependudukan dan Pencatatan
dan Pencatatan
Sipil Kota Cilegon mencapai target
Sipil,
di Tahun 2015 ? Kepala bidang
Pelayanan
Apakah semenjak diterapkannya Pendaftaran
program KTP-el di Kota Cilegon, Penduduk,
administrasi kependudukan sudah Administrator
menjadi lebih tertib ? Database

Apa saja kendala/hambatan dalam


mencapai tujuan dari pelaksanaan
program KTP-el di Kota Cilegon?

2 Efisiensi Upaya apa saja yang dilakukan Kepala Dinas


dalam menangani kendala/hambatan Kependudukan
dalam pelaksanaan program KTP-el dan Pencatatan
di Kota Cilegon? Sipil,
Kepala bidang
Efisiensi apa saja yang dilakukan Pelayanan
dalam kebijakan KTP-el ini? Pendaftaran
Penduduk,
Apakah ada kesulitan dalam
pembuatan KTP-el di Kota Cilegon?
3 Kecukupan Apakah sarana dan prasarana dalam Kepala Dinas
pelaksanaan program KTP-el di Kota Kependudukan
Cilegon sudah memadai? dan Pencatatan
Sipil,
Apakah SDM dalam pelaksanaan
program KTP-el ini diberikan Kepala bidang
pelatihan/bintek yang cukup? Kependudukan,
Administrator
Apakah hasil yang diinginkan dalam Database,
program KTP-el di Cilegon sudah pelaksana bidang
memenuhi kebutuhan masyarakat?
60

data dan
kependudukan,
Operator,
masyarakat.
4 Perataan Apakah sosialisasi program KTP-el Kepala Dinas
yang telah dilakukan dengan sudah Kependudukan
optimal? dan Pencatatan
Sipil,
Adakah masyarakat yang sulit Kepala bidang
dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el Kependudukan,
ini ? Adminitrator
Database,
Bagaimana koordinasi yang Operator
dilakukan dengan pihak kecamatan
dan kelurahan serta RT dan RW
dalam pelaksanaan program KTP-el
di Kota Cilegon?

5 Responsivit Bagaimana tanggapan masyarakat Kepala bidang


terhadap program KTP-el di Kota Kependudukan,
as Cilegon? Adminitrator
Database,
Apa harapan setelah diterapkannya pelaksana bidang
KTP-el di Kota Cilegon? data dan
kependudukan,
masyarakat.
6 Ketepatan Bagaimana dampak positif yang Kepala Dinas
ditimbulkan dari pelaksanaan Kependudukan
program KTP-el di Kota Cilegon? dan Pencatatan
Sipil,
Kepala bidang
Apakah program KTP-el ini sudah Kependudukan,
tepat dalam mengatasi permasalahan Administrator
identitas penduduk? Database,
pelaksana bidang
Adakah perubahan signifikan yang data dan
didapat masyarakat setelah kependudukan,
diterapkannya program KTP-el di masyarakat.
Kota Cilegon?
61

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti merupakan

kombinasi dari beberapa teknik, yaitu :

a. Wawancara

Moleong (2010:168) menjelaskan bahwa wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan yang ada dilakukan oleh

dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan,

dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

yang diajukan. Dalam wawancara yang dilakukan, yang menjadi

pewawancara ialah peneliti sendiri, dan yang berlaku sebagai

terwawancara ialah setiap pihak yang menjadi objek dalam penelitian ini.

Proses wawancara ini dilakukan dengan peneliti mengajukan pertanyaan-

pertanyaan terkait dengan tema penelitian terhadap objek penelitian yang

memberikan jawaban dan informasi terkait dengan penelitian tersebut.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian kualitatif yaitu

wawancara mendalam dimana peneliti melakukan tanya jawab dengan

informan tanpa batas sehingga peneliti memperoleh informasi sebanyak-

banyaknya. Adapun jenis wawancara yang dilakukan yaitu wawancara tak

berstuktur, dimana pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu,

tetapi disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari informan

sehingga pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti percakapan sehari-hari.

Adapun pertanyaan tetapi hanya poin-poin pokok saja yang akan

dipertanyakan dan dikembangkan.


62

b. Observasi

Dalam penelitian mengenai Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon peneliti melakukan

observasi partisipan yaitu aktifitas peneliti yang dilakukan dengan cara

terjun langsung kelapangan dan ikut terlibat dengan subjek kegiatan

penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan baik berupa tulisan atau catatan,

gambar dan rekaman suara yang penting yang sangat erat hubungannya

dengan objek penelitian. Dalam penelitian Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015,

peneliti melakukan pendokumentasian, seperti merekam dan menulis

percakapan pada saat wawancara dan dokumentasi lainnya berupa foto.

Selanjutnya sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi

atas data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung dari

infroman penelitian. Dalam hal ini data primer diambil melalui wawancara

(interview). Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data-data dan

dokumen-dokumen yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3.6 Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan informan atau narasumber

untuk memperoleh data yang diperlukan secara kongkrit. Pemilihan informan


63

dalam penelitian mengenai Evaluasi Program KTP-el di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Cilegon, menggunakan teknik purposive, yaitu teknik

pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu

ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan. Pada teknik ini , peneliti sudah mengetahui siapa informan yang akan

diwawancara untuk mendapatkan informasi.

Informan tersebut terbagi ke dalam dua kriteria informan yakni, key

informan dan secondary informan. Key informan merupakan pihak yang

mempunyai kewenangan secara langsung dalam pelaksanaan program KTP-el di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon. Sedangkan secondary

informan adalah informan yang tidak terlibat secara langsung namun memiliki

pengetahuan atau informasi terkait program tersebut.

Sesuai dengan fokus penelitian, maka yang dijadikan informan atau

narasumber dalam penelitian “Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015” , dapat dilihat

melalui tabel 3.2 Berikut :


64

Tabel 3.2
Daftar Informan Penelitian

No Kode
Informan Peran/Fungsi Informan
. Informan
1 Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran I1 Pelaksana kebijakan
Penduduk Disdukcapil Kota Cilegon KTP-el
2 Administrator Database (ADB) Kota I2 Pengolah Data dan
Cilegon informasi kependudukan
di dinas
3 Kasi Pendataan Penduduk Disdukcapil I3 Pelaksana kebijakan
Kota Cilegon KTP-el
4 Operator se-Kota Cilegon Pelaksana kebijakan
a. Operator Bidang Pengelolaan I4-1 KTP-el di Kota Cilegon
Informasi Adm. Kependudukan
Disdukcapil I4-2
b. Operator Kecamatan Cilegon I4-3
c. Operator Kecamatan Jombang I4-4
d. Operator Kecamatan Grogol I4-5
e. Operator Kecamatan Pulomerak I4-6
f. Operator Kecamatan Purwakarta I4-7
g. Operator Kecamatan Ciwandan I4-8
h. Operator Kecamatan Cibeber I4-9
i. Operator Kecamatan Cilegon
4 Masyarakat I5 Sasaran Kebijakan
5 Kepala Dinas Kependudukan dan I6 Penanggung jawab dan
Pencatatan Sipil Kota Cilegon pengawas di Disdukcapil
dalam kebijakan KTP-el
(Sumber : Peneliti, 2015)

Berdasarkan pengertian key informan dan secondary informan, peneliti

menetapkan Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk, Bidang

Pengelolaan sistem informasi Adm. Kependudukan, Administrator Database

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon serta Operator se-Kota

Cilegon sebagai Key Informan karena terlibat secara langsung dalam pelaksanaan
65

program KTP-el di Kota Cilegon. Sedangkan Masyarakat dan Kepala Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon menjadi Secondary Informan.

Masyarakat merupakan obyek atau sasaran dari kebijakan KTP-el yang

mendapatkan pelayanan publik. Sedangkan Kepala Disdukcapil merupakan

Penanggung jawab serta pengawas dalam segala kegiatan di dinas.

3.7 Teknik Analisis dan Uji Keabsahan Data

3.7.1 Teknik Analisis Data

Dalam Penelitian Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015 peneliti menggunakan teknik

analisis data model miles dan Huberman, dimana analisis data dalam penelitian

kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah

melakukan analisis terhadap jawaban dari narasumber yang diwawancarai, bila

jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis belum memuaskan, maka peneliti

akan mengajukan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang

kredibel.

Miles dan Huberman (1992:16) mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Dalam prosesnya,

penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles

dan Huberman (2007:15-21), yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan


66

tiga kegiatan penting, diantaranya : reduksi data (data reduction), penyajian data

(data display), dana verifikasi (verification) jika digambarkan maka proses

tersebut akan nampak seperti berikut ini :

Gambar 3.1
Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
Sumber : Miles dan Huberman, 2007:18

Berdasarkan komponen analisis data pada gambar 3.1, dapat dipahami

Pertama, kegiatan reduksi data, pada tahap ini terfokus pada pemilihan,

penyederhanaan dan tranformasi data kasar dari catatan lapangan. Dalam proses

ini dipilih data yang relevan dengan fokus penelitian. Proses reduksi ini dilakukan

secara bertahap selama dan sesudah pengumpulan data sampai laporan hasil.

Reduksi data dilakukan dengan cara membuat ringkasan data, menelusuri tema

terbesar dan membuat kerangka penyajian data.

Kedua, penyajian data dalam kegiatan ini peneliti menyusun kembali data

berdasarkan klarifikasi dan masing-masing topik dipisahkan. Kemudian topik

yang sama disimpan dalam satu tempat, masing-masing tempat diberi kode, hal ini
67

dikarenakan agar tidak terjadi ketimpangan data yang telah dijaring. Pada tahap

ini data disajikan dalam kesatuan tema yang terkhusus pada permasalahan yang

dituangkan dalam pertanyaan penelitian.

Ketiga, data yang dikelompokkan yang sesuai dengan topik-topik

kemudian diteliti kembali dengan cermat, mana data yang sudah lengkap dan

mana data yang belum lengkap dan masih memerlukan data tambahan, kegiatan

ini dilakukan selama penelitian berlangsung.

Keempat, setelah data dianggap cukup dan dianggap telah sampai pada

titik jenuh, maka kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah menyusun laporan

hingga pada akhir pembuatan kesimpulan.

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian mengenai evaluasi program

KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015,

menggunakan teknik analisis data Miles dan Huberman. Teknik analisis data

dalam penelitian ini dilakukan dengan empat langkah, yaitu pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hal ini digunakan sebagai

alat untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis data yang didapat dari hasil

penelitian lapangan dan mendapatkan kesimpulan mengenai penelitian yang

dilakukan oleh peneliti.

3.7.2 Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian evaluasi pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015, peneliti menggunakan uji

keabsahan data sebagai berikut:


68

1. Triangulasi

Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara

terhadap objek penelitian (Moleong, 2004:330). Menurut Sugiyono

(2005:105) triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber, dengan berbagai cara dan dengan berbagai waktu.

Triangulasi menurut Paton dalam Moleong (2004:330) berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu infromasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan

yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi peneliti

dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat biasa, kalangan

yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

mempunyai keterkaitan.
69

Dalam penelitian yang berjudul Evaluasi Program KTP-el di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015, menggunakan

dua teknik triangulasi untuk menguji keabsahan data dari hasil penelitian

lapangan. Berikut adalah teknik triangulasi pendekatan yang digunakan oleh

peneliti, diantaranya :

a. Triangulasi sumber, dapat dilakukan dengan mengecek data yang

sudah diperoleh dari berbagai sumber. Data dari berbagai sumber

tersebut kemudian dipilah dan dipilih dan disajikan dalam bentuk

tabel matriks. Data dari sumber yang berbeda dideskripsikan,

dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, berbeda dan mana

yang lebih spesifik.

b. Triangulasi teknik, dapat dilakukan dengan melakukan cek data

dari berbagai macam teknik pengumpulan data. Misalnya dengan

menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan

dokumentasi. Data dari ketiga teknik tersebut dibandingkan,

adakah konsistensi, jika berbeda maka dapat dijadikan catatan dan

dilakukan pengecekan selanjutnya mengapa data bisa berbeda

(Fuad dan Nugroho, 2014:19-20).

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam menguji keabsahan data,

peneliti menggunakan dua teknik triangulasi. Pertama menggunakan teknik

triangulasi sumber, peneliti memperoleh informasi dari sudut pandang pihak

pelaksana dan masyarakat. Sedangkan kedua menggunakan teknik triangulasi

teknik, peneliti melakukan cek data dari berbagai sumber, yaitu wawancara,
70

observasi, dan studi dokumentasi. Hal ini dijadikan dasar oleh peneliti, untuk

mengetahui apakah data yang didapatka ada perbedaan atau tidak. Apabila

terdapat perbedaan, maka selanjutnya peneliti melakukan pengecekan ulang

dilapangan.

2. Membercheck

Membercheck, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data

tersebut valid, sehingga data tersebut bersifat kredibel.

3.8 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian paparan waktu penelitian dalam melakukan tahapan-

tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Adapun tahapan-tahapan

dalam penelitian mengenai Evaluasi Program KTP-EL di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon, Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 3.3

berikut :
71

Tabel 3.3
Waktu Penelitian

Tahun
2015 2016 2017
No. Kegiatan
Jan-
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Agst Sept Okt Nov Des Feb Mar
Pengajuan
1
Judul
2 Observasi
3 Awal
Bab I
Pendahuluan
Bab II
4 Deskripsi Teori
5 Bab III Metode
6 Seminar
Penelitian
7 Proposal
Revisi Proposal
Pengumpulan
8 Data di
9 lapangan
Reduksi Data
10 Penyajian Data
11 Verifikasi Data
Mengecek data
12 dan
13 membercheck
Bab IV
14 Pembahasan
Bab V
Peneutup
Sidang Hasil
15 Penelitian
(Sumber : Peneliti,2017)
72

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1 Deskripsi Lokasi penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian

yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum

Kota Cilegon, gambaran umum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Cilegon. Hal tersebut akan dijelaskan dibawah ini:

4.1.1 Gambaran Umum Kota Cilegon

Cilegon merupakan wilayah bekas kewedanan ( Wilayah kerja pembantu

Bupati KDH Serang Wilayah Cilegon), yang meliputi 3 (tiga) Kecamatan yaitu

Cilegon, Bojonegara dan Pulomerak. Berdasarkan Pasal 27 ayat (4) UU No.5

Tahun 1974 tentang Pokok Pokok Pemerintah di Daerah, Cilegon kiranya sudah

memenuhi persyaratan untuk dibentuk menjadi Kota Administratif. Tentang

ditetapkannya dan disahkannya UU No.15 Tahun 1999 tanggal 27 April 1999

tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya

Daerah Tingkat II Cilegon, status Kota Administratif Cilegon berubah menjadi

Kotamadya Cilegon.

Kota Cilegon mempunyai luas 175,50 km 2, dengan jumlah penduduk

sebanyak 438.348 jiwa pada tahun 2015.

Batas-batas wilayah Kota Cilegon terdiri dari :

72
73

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bojonegara Kab. Serang

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kramatwatu Kab.

Serang

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Anyer dan Kecamatan

Mancak Kab. Serang

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda

Secara Administratif Kota Cilegon terdiri dari 8 Kecamatan dan 43

Kelurahan dengan pembagian sebagai berikut :

a. Kecamatan Cibeber, terdiri dari kelurahan Cibeber, Kedaleman,

Karang Asem, Kalitimbang, Bulakan dan Cikerai.

b. Kecamatan Cilegon, terdiri dari Kelurahan Bagendung, Ciwedus,

Bendungan, Ketileng dan Ciwaduk.

c. Kecamatan Pulomerak, terdiri dari Kelurahan Tamansari, Lebakgede,

Mekarsari dan Suralaya.

d. Kecamatan Ciwandan, terdiri dari Kelurahan Banjar Negara, Tegal

Ratu, Kubangsari, Gunung Sugih, Kepuh dan Randakari.

e. Kecamatan Jombang, terdiri dari Kelurahan Sukmajaya, Jombng

Wetan, Masigit, Panggung Rawi dan Gedong Dalem.

f. Kecamatan Grogol, terdiri dari Kelurahan Kotasari, Grogol, Rawa

Arum dan Gerem.

g. Kecamatan Purwakarta, terdiri dari Kelurahan Ramanuju, Kotabumi,

Kebondalem, Purwakarta, Tegal Bunder dan Pabean.


74

h. Kecamatan Citangkil, terdiri dari Kelurahan Warnasari, Dringo, Lebak

Denok, Taman Baru, Kebonsari, Samangraya dan Citangkil.

Adapun visi dan misi Kota Cilegon 2016-2021 , sebagai berikut :

1) Visi

“Terwujudnya Kota Cilegon yang Unggul dan Sejahtera Berbasis

Industri Perdagangan dan Jasa”

2) Misi

a. Memantapkan perekonomian daerah .

b. Memantapkan lingkungan kota yang asri dan lestari.

c. Memantapkan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan

kesejahteraan sosial.

d. Memantapkan pelayanan sarana dan prasarana kota.

e. Memantapkan tata kelola pemerintahan.

Sebagai kota yang bercirikan kota industri, perdagangan dan jasa, Kota

Cilegon ditunjang oleh keberadaan industri berskala besar hingga industri

kecil/menengah, baik yang bergerak di bidang industri logam, kimia, agro kimia

dan insustri aneka.

Adapun jumlah penduduk dan luas desa di Kota Cilegon, dapat dilihat

melalui tabel 4.1 berikut :


75

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk, Luas Daerah dan Kepadatannya
Di Kota Cilegon Tahun 2015

Luas
Penduduk Kepadatan
Wilayah
No. Kecamatan
(Jiwa) (Km2) (Jiwa/Km2)
1 Cibeber 55.359 21.49 2.576
2 Cilegon 48.064 9.15 5.253
3 Pulomerak 54.990 19.86 2.768
4 Ciwandan 5.339 51.85 970.8
5 Jombang 68.469 11.55 5.928
6 Gerogol 43.188 23.43 1.843
7 Purwakarta 42.630 15.29 2.788
8 Citangkil 75.309 22.98 3.277
Total Kab/Kota 438.348 175.60 2.496
(Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Cilegon, 2015)

Berdasarkan data pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

Kota Cilegon Tahun 2015 sebanyak 438.348 jiwa. Adapun Rasio Kepadatan

penduduk Kota Cilegon pada tahun 2015 menunjukkan angka 2.496 jiwa/km 2

yang artinya tiap kilometer persegi wilayah Kota Cilegon di huni oleh 2.496 jiwa.

Kecamatan Jombang merupakan Kecamatan terpadat dengan jumlah 5.298

jiwa/Km2, dan paling sedikit adalah Kecamatan Ciwandan yaitu 970.8 jiwa/Km 2.

Adapun jumlah penduduk Kota Cilegon berdasarkan jenis kelamin, dapat

dilihat pada tabel 4.2 berikut :


76

Tabel 4.2
Jumlah Keluarga dan Penduduk berdasar Jenis Kelamin
Kota Cilegon Tahun 2015

Penduduk
No. Kecamatan Keluarga
Laki-
Perempuan Jumlah
Laki
1 Cibeber 14.629 28.319 27.040 55.359
2 Cilegon 13.411 24.592 23.472 48.064
3 Pulomerak 16.334 28.150 26.840 54.990
4 Ciwandan 14.441 26.191 24.148 50.339
5 Jombang 18.527 35.006 33.463 68.469
6 Gerogol 12.535 22.226 20.962 43.188
7 Purwakarta 12.202 21.878 20.752 42.630
8 Citangkil 20.756 38.611 36.698 75.309
Total Kab/Kota 122.805 224.973 213.375 438.348
(Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Cilegon, 2015)

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah keluarga di Kota Cilegon

sebanyak 122.805 keluarga yang tersebar di 8 (delapan) kecamatan. Kecamatan

Citangkil memiliki jumlah keluarga terbesar sebesar 20.756 keluarga dan jumlah

keluarga terkecil berada di Kecamatan Purwakarta sebesar 12.202 Keluarga.

Adapun jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 224.973 jiwa dan

jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 213.375 jiwa.

Berdasarkan jumlah tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kota

Cilegon yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan

jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan.

Penduduk Kota Cilegon, apabila dilihat dari segi mata pencahariannya,

memiliki beberapa jenis mata pencaharian yang dijadikan sumber untuk mencari
77

penghasilan. Untuk mengatahui jumlah penduduk Kota Cilegon menurut tingkat

pekerjaan Tahun 2015 , sebagai berikut :

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pekerjaan
Kota Cilegon Tahun 2015

Kecamatan
Pekerjaan Jumlah
Cibeber Cilegon Pulomerak Ciwandan Jombang Gerogol Purwakarta Citangkil
PNS 840 788 337 346 951 554 589 1.050 5455
TNI / POLRI 112 87 158 6 162 109 300 160 1094
Perdagangan 353 177 566 196 1.109 183 288 360 3232
Petani
456 109 348 435 259 538 288 182 2615
Pekebun
Karyawan 6.551 6.704 5.591 4.624 7.169 6.202 6.507 10.333 53681
Buruh Harian
3993 2634 3987 4777 2960 2428 2733 5313 28825
Lepas
Dosen 26 15 6 4 21 9 21 26 128
Guru 440 404 176 286 433 273 355 588 2955
Wiraswasta 3.946 5.139 4.639 2.857 7.731 2.932 2.555 4.052 33851

(Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Cilegon, 2015)

Berdasarkan data pada tabel 4.3, dapat diketahui bahwa penduduk di Kota

Cilegon paling banyak bekerja sebagai karyawan sebanyak 53.681 jiwa. Karena

Kota Cilegon merupakan Kota industri , sehingga banyak berdiri perusahaan-

perusaan yang menyerap tenaga pekerjaan. Sehingga jumlah tersebut paling

(paling banyak) dibandingkan pekerjaan lainnya, yang diikuti dengan Buruh

harian lepas, Wiraswasta, PNS, Perdagangan, Guru, Petani Pekebun serta

TNI/POLRI.
78

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

(Disdukcapil) Kota Cilegon

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cilegon

yang dikepalai seorang Kepala Dinas yang bertanggungjawab kepada walikota

dan pelaksana kebijakan pemerintah Kota Cilegon dibidang kependudukan.

4.1.2.1 Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Cilegon

Visi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon

“Pelayanan Prima dan Tertib Administrasi Kependudukan untuk

mewujudkan Kepuasan Masyarakat dalam memperoleh Dokumen”.

Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil menetapkan misi sebagai pernyataan

komprehenshif pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta sasaran dan

tujuan yang hendak dicapai. Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Cilegon adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan Kualitas SDM, Sarana dan Prasarana Administrasi

Kependudukan dan Penatausahaan Perkantoran.

2. Meningkatkan Pelayanan Pendaftaran penduduk.

3. Meningkatkan pelayanan akta-akta pencatatan sipil.

4. Meningkatkan pengolahan data dan informasi kependudukan.


79

Tabel 4.4
Tujuan dan Sasaran Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Cilegon

Tujuan Sasaran
a. Meningkatkan 1. Meningkatkan mutu sumber daya aparatur
pelayanan pendaftaran 2. Meningkatkan sarana dan prasarana
penduduk 3. Penatausahaan pendaftaran penduduk
b. Meningkatkan 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana
Penyelenggaraan pelayanan akta-akta capil
pelayanan akta-akta 2. Melaksanakan penyuluhan secara kontinu baik
catatan sipil melalui media maupun penyuluhan langsung

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan


pentingnya memiliki akta-akta capil
4. Meningkatkan pelayanan akta-akta capil kepada
masyarakat
5. Terlaksananya penerbitan akta-akta capil

6. Terlaksananya penataan buku register akta-akta


capil dan data pendukung penerbitan akta-akta capil
c. Meningkatkan 1. Terlaksananya pemeliharaan Jaringan Komunikasi
Kualitas Databse SIAK
Kependudukan 2. Tersedianya database Kependudukan Kota Cilegon
3. Tersedianya laporan kependudukan
4. Tersedianya SDM tim pengelola data SIAK yang
handal
5. Tersedianya sarana dan prasarana SIAK
6. Terlaksananya pengarsipan data kependudukan
(Sumber: Profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon 2015)
80

4.1.2.2 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan


Pencatatan Sipil Kota Cilegon

Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Walikota Cilegon No.63 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Cilegon mempunyai kedudukan unsur pelaksana urusan pemerintah daerah

di pimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan

bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah mempunyai tugas

pokok dan fungsi.

A. Tugas Pokok

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon mempunyai

tugas membantu Walikota dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah

di bidang kependudukan yang menjadi kewenangan daerah, dan tugas

pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.

B. Fungsi

Dinas dalam melaksanakan tugas, menyelenggarakan fungsi;

1. pelayanan pendaftaran penduduk; 



2. pelayanan pencatatan sipil;
3. pengumpulan data kependudukan;
4. pemanfaatan dan penyajian database kependudukan Daerah;dan
5. penyusunan profile kependudukan Daerah.

Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan menuju Good Governance. Untuk


81

mencapai kinerja pelayanan serta dalam menunjang faktor keberhasilan visi

dan misi dinas seperti diharapkan mempunyai Susunan Organisasi yang

terdiri dari ;

1. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon

berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris

Daerah. Dalam hal ini Kepala Dinas memiliki tugas membantu Walikota

dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang administrasi

kependudukan dan pencatatan sipil yang menjadi kewenangan daerah, dan

tugas pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah. Dalam hal ini

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon memiliki

tugas pokok yakni sebagai berikut:

Memimpin, merumuskan dan mengkoordinasikan sasaran kegiatan

dinas, melakukan pembinaan dan pengarahan kegiatan dinas serta

menyelenggarakan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan dinas agar

terlaksana dengan baik, efektif dan efisien sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Kemudian Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Cilegon memiliki fungsi yang mana sebagai berikut:

a. Perumusan perencanaan kebijakan teknis operasional dan

administratif di bidang kependudukan dan catatan sipil;


82

b. Penyelenggaraan, pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan

operasional dan adminitratif di bidang kependudukan dan pencatatan

sipil;

c. Penyelenggaraan pembinaan aparatur pada dinas;

d. Pembinaan dan pengendalian tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas di

lingkungan dinas;

e. Pengkoordinasian di bidang kependudukan dan catatan sipil dengan

instansi terkait;

f. Penyelenggaraan pelaporan pertanggung jawaban (akuntabilitas) dan

kinerja dinas.

2. Sekretariat

Sekretariat di pimpin oleh seorang Sektretaris berkedudukan dibawah

dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Dalam hal ini Sekretariat Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon memiliki tugas pokok

yakni sebagai berikut:

Memimpin dan melaksanakan tugas lingkup Sub Bagian Perencanaan,

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, dan Sub Bagian Keuangan, baik

pelayanan teknis maupun administratif dan koordinasi tugas Bidang-Bidang

secara terpadu sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mendukung

kelancaran pelaksanaan tugas.

Kemudian Sekretariat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Cilegon memiliki fungsi yang mana sebagai berikut :


83

a. Penyelenggaraan program, kegiatan, dan pengendalian anggaran pada

Sekretariat;

b. Pengkoordinasian penyusunan program kerja dan kegiatan Dinas;

c. Penghimpunan rencana Kerja Dinas;

d. Penyelenggaraan visi dan misi Dinas;

e. Penyelenggaraan pengelolaan urusan administrasi umum,

kepegawaian, dan keuangan Dinas;

f. Penyelenggaraan pengelolaan rumah tangga dan perlengkapan Dinas;

g. Pengkoordinasian dan pembinaan tugas-tugas Sub Bagian pada

Sekretariat;

h. Pengkoordinasian dan sinkronisasi tugas, program, dan kegiatan tiap-

tiap Bidang pada Dinas;

i. Penyusunan laporan pertanggungjawaban (akuntabilitas) dan Kinerja

Dinas;

j. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Sekretariat.

3. Sub Bagian Perencanaan

Sub Bagian Perencanaan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Dalam hal

ini Sub Bagian Perencanaan memiliki Tugas Pokok, sebagai berikut:

Merencanakan dan mengontrol kegiatan penyusunan perencanaan,

memberi petunjuk dan membagi tugas serta membimbing bawahan,

memeriksa dan mengoreksi hasil kerja bawahan, melakukan koordinasi,


84

konsultasi, dan kerjasama dengan instansi terkait, sesuai dengan peraturan dan

ketentuan yang berlaku sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas, dan membuat

laporan Sub Bagian Perencanaan sehingga berhasil guna dan berdaya guna,

efektif dan efisien dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kemudian Sub Bagian Perencanaan juga memiliki fungsi yang mana

sebagai berikut:

a. Pelaksanaan penyusunan perencanaan Sub Bagian Perencanaan;

b. Pelaksanaan penyusunan visi dan misi dinas;

c. Pelaksanaan penghimpunan rencana kerja Sekretariat dan bidang-

bidang;

d. Pelaksanaan perencanaan, pengkoordinasian dan evaluasi program

dan kegiatan Dinas;

e. Pelaksanaan pengelolaan bahan referensi kegiatan Dinas;

f. Penyusunan rencana strategis Dinas;

g. Pengumpulan, pengelolaan data dan penyusunan laporan hasil

kegiatan Dinas;

h. Penyusunan laporan akuntabilitas dan Kinerja Dinas;

i. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi / pihak terkait di bidang

program dan evaluasi;

j. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Sub Bagian Perencanaan.


85

4. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala

Sub Bagian berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab Kepada

Sekretaris. Dalam Hal ini Sub Bagian Umum dan Kepegawaian memiliki

tugas pokok sebagai berikut:

Merencanakan dan mengontrol kegiatan administrasi umum,

kerumahtanggaan dan administrasi kepegawaian, memberi petunjuk dan

membagi tugas serta membimbing bawahan , memeriksa dan mengoreksi

hasil kerja bawahan, dan membuat laporan Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian sehingga berhasil guna dan berdaya guna, efektif dan efisien,

dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kemudian Sub Bagian Umum dan Kepegawaian memiliki fungsi yang

mana sebagai berikut:

a. Pelaksanaan penyusunan perencanaan Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian;

b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum dan tata usaha Dinas;

c. Pelaksanaan pengelolaan adminitrasi kepegawaian Dinas;

d. Pelaksanaan pengelolaan kerumahtanggaan Dinas;

e. Penyusunan rencana kebutuhan peralatan dan perlengkapan Dinas;

f. Pelaksanaan pengadaan peralatan dan perlengkapan Dinas;

g. Pelaksanaan pengindustrian barang keperluan Dinas;

h. Pelaksanaan pemeliharaan dan pemenfaatan barang inventaris Dinas;


86

i. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/pihak terkait di bidang umum

dan kepegawaian;

j. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian.

5. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Dalam hal

ini Sub Bagian Keuangan memiliki tugas pokok sebagai berikut:

Merencanakan dan mengontrol kegiatan administrasi keuangan,

memberi petunjuk dan membagi tugas serta membimbing bawahan,

memeriksa dan mengoreksi hasil kerja bawahan dan membuat laporan Sub

Bagian Keuangan sehingga berhasil guna dan berdaya guna , efektif dan

efisien, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kemudian Sub Bagian Keuangan juga memiliki fungsi yang mana

sebagai berikut:

a. Pelaksanaan penyusunan perencanaan Sub Bagian Keuangan;

b. Penyusanan anggaran belanja langsung dan tidak langsung ;

c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi gaji pegawai Dinas;

d. Penyusunan surat pertanggungjawaban (SPJ) Dinas;

e. Penyusunan alur kas keuangan Dinas;

f. Pelaksanaan administrasi keuangan Dinas;

g. Penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan Dinas;


87

h. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi / pihak yang terkait di bidang

keuangan;

i. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Sub Bagian Keuangan.

6. Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk

Bidang Kependudukan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang

berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Dalam

hal ini Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk mempunyai tugas memimpin

dan melaksanakan tugas lingkup Seksi Identitas Penduduk, Seksi Pindah

Datang Penduduk, dan Seksi Pendataan Penduduk, sesuai prosedur serta

ketentuan yang berlaku untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas. Dan

memiliki tugas pokok sebagai berikut:

Memimpin, merencanakan, penyusunan program dan pengendalian

anggaran Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk, mengkoordinir,

menyelenggarakan dan mengawasi serta mengevaluasi kegiatan Bidang

Pelayanan Pendaftaran Penduduk, membagi tugas dan mengatur serta

memberi petunjuk kegiatan Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk kepada

bawahan dan memberi laporan kepada pimpinan sehingga kegiatan dapat

berjalan dengan baik, efektif dan efisien dan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Kemudian Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk memiliki fungsi

yang mana sebagai berikut:


88

a. Penyelenggaraan program, kegiatan dan pengendalian anggaran pada

Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk;

b. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis Bidang Pelayanan

Pendaftaran Penduduk;

c. Pengkoordinasian dan pembinaan kegiatan tiap-tiap Seksi pada

Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk;

d. Penyelenggaraan Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk;

e. Penyelenggaraan pengendalian dan pengawasan di Bidang Pelayanan

Pendaftaran Penduduk;

f. Penyelenggaraan koordinasi dengan instansi/ pihak terkait

kependudukan;

g. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Bidang Pelayanan

Pendaftaran Penduduk.

7. Seksi Identitas Penduduk

Seksi Identitas Penduduk dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang

Pelayanan Pendaftaran Penduduk. Dalam Hal ini Seksi Identitas Penduduk

memiliki tugas pokok sebagai berikut:

Merencanakan dan mengontrol kegiatan Seksi Identitas Penduduk,

memberi petunjuk dan membagi tugas serta membimbing bawahan,

memeriksa dan mengoreksi hasil kerja bawahan, dan membuat laporan Seksi
89

Identitas Penduduk, sehingga berhasil guna dan berdaya guna, efektif dan

efisien, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kemudian Seksi Pendaftaran Penduduk memiliki fungsi yang mana

sebagai berikut:

a. Pelaksanaan penyusunan perencanaan Seksi Identitas Penduduk;

b. Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Identitas Penduduk;

c. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data pada

Seksi Identitas Penduduk;

d. Penyiapan bahan pelayanan penyelenggaraan di Bidang Pelayanan

Pendaftaran Penduduk;

e. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan di Bidang Pendaftaran

Penduduk;

f. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pengendalian di Bidang

Pelayanan Pendaftaran Penduduk;

g. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/ pihak terkait di Bidang

Pelayanan Pendaftaran Penduduk;

h. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Seksi Identitas Penduduk.

8. Seksi Pindah Datang Penduduk

Seksi Pindah Datang Penduduk dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang

Pelayanan Pendaftaran Penduduk. Dalam hal ini Seksi Pindah Datang

Penduduk memiliki tugas pokok sebagai berikut:


90

Merencanakan dan mengontrol kegiatan Seksi Pindah Datang

Penduduk, memberi petunjuk dan membagi tugas serta membimbing

bawahan, memeriksa dan mengoreksi hasil Kerja bawahan, dan membuat

laporan Seksi Pindah Datang Penduduk, sehingga berhasil guna dan berdaya

guna, efektif dan efisien dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kemudian Seksi Pindah Datang Penduduk fungsi yang mana sebagai

berikut:

a. Pelaksanaan penyusunan perencanaan Seksi Pengawasan Pindah

Datang Penduduk;

b. Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Pindah Datang Penduduk;

c. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data pada

Seksi Pindah Datang Penduduk;

d. Penyiapan bahan pelayanan penyelenggaraan di Bidang Pindah

Datang Penduduk;

e. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan di Bidang Pindah Datang

Penduduk;

f. Pelaksanaan kegiatan di Bidang Pindah Datang Penduduk;

g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan Seksi Pindah Datang

Penduduk.

9. Seksi Pendataan Penduduk

Seksi Pendataan Penduduk dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang

bertangggung jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran


91

Penduduk. Dalam hal ini Seksi Pendataan Penduduk memiliki tugas pokok

sebagai berikut:

Merencanakan dan mengontrol kegiatan Seksi Pendataan Penduduk,

memberi petunjuk dan membagi tugas serta membimbing bawahan,

memeriksa dan mengoreksi hasil Kerja bawahan, dan membuat laporan Seksi

Pendataan Penduduk, sehingga berhasil guna dan berdaya guna, efektif dan

efisien dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kemudian Seksi Pendataan Penduduk memiliki fungsi sebagai

berikut:

h. Pelaksanaan penyusunan perencanaan Seksi Pendataan Penduduk;

i. Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Pendataan Penduduk;

j. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data pada

Seksi Pendataan Penduduk;

k. Penyiapan bahan pelayanan penyelenggaraan di Bidang Pelayanan

Pendaftaran Penduduk;

l. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan di Bidang Pelayanan

Pendaftaran Penduduk;

m. Pelaksanaan kegiatan di Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk;

n. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan Seksi Pendataan

Penduduk.
92

10. Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil

Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil di pimpin oleh seorang kepala

bidang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

Dalam hal ini Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil memiliki tugas pokok

sebagai berikut:

Memimpin, merencanakan penyusunan program dan pengendalian

anggaran Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil, mengkoordinir,

menyelenggarakan, dan mengawasi serta mengevaluasi kegiatan Bidang

Pelayanan Pencatatan Sipil, membagi tugas dan mengatur serta memberi

petunjuk kegiatan Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil kepada bawahan dan

memberikan laporan kepada pimpinan sehingga dapat berjalan dengan baik,

efektif dan efisien dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kemudian Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil memiliki fungsi yang

mana sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan program, kegiatan dan pengendalian anggaran pada

Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil;

b. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis Bidang Pelayanan

Pencatatan Sipil;

c. Pengkoordinasian dan pembinaan kegiatan tiap-tiap Seksi pada

Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil;

d. Penyelenggaran Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil;

e. Penyelenggaraan Pengendalian dan pengawasan di Bidang Pelayanan

Pencatatan Sipil;
93

f. Penyelenggaraan koordinasi dengan instansi/pihak terkait di Bidang

Pelayanan Pencatatan Sipil;

g. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Bidang Pelayanan Pencatatan

Sipil.

11. Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan

Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan di pimpin

oleh seorang kepala bidang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas. Dalam hal ini Bidang Data dan Informasi

Kependudukan memiliki tugas pokok sebagai berikut:

Memimpin, merencanakan penyusunan program dan pengendalian

anggaran Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan,

mengkoordinir, menyelenggarakan, dan mengawasi serta mengevaluasi

kegiatan Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan kepada

bawahan, dan memberikan laporan kepada pimpinan sehingga kegiatan dapat

berjalan baik, efektif dan efisien dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kemudian Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan

memiliki fungsi yang mana sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan program, kegiatan, dan pengendalian anggaran pada

Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan;

b. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis Bidang Pengelolaan

Informasi Administrasi Kependudukan;


94

c. Pengkoordinasian dan pembinaan kegiatan tiap-tiap Seksi pada

Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan;

d. Penyelenggaran Bidang Pendataan dan Informasi Kependudukan:

e. Penyelenggaraan pengendalian dan pengawasan di Bidang

Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan;

f. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Bidang Pengelolaan

Informasi Administrasi Kependudukan.

12. Bidang Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan

Bidang Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan di pimpin oleh

seorang kepala bidang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas. Dalam hal ini Bidang Pemanfaatan Data dan Inovasi

Pelayanan n memiliki tugas pokok sebagai berikut:

Memimpin, merencanakan penyusunan program dan pengendalian

anggaran Bidang Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan, mengkoordinir,

menyelenggarakan, dan mengawasi serta mengevaluasi kegiatan Bidang

Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan kepada bawahan, dan memberikan

laporan kepada pimpinan sehingga kegiatan dapat berjalan baik, efektif dan

efisien dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kemudian Bidang Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan memiliki

fungsi yang mana sebagai berikut:

g. Penyelenggaraan program, kegiatan, dan pengendalian anggaran pada

Bidang Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan;


95

h. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis Bidang Pemanfaatan

Data dan Inovasi Pelayanan;

i. Pengkoordinasian dan pembinaan kegiatan tiap-tiap Seksi pada

Bidang Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan;

j. Penyelenggaraan pengendalian dan pengawasan di Bidang

Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan;

k. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Bidang Pemanfaatan Data

dan Inovasi Pelayanan.


96
97

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang telah didapatkan

dari hasil penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, penelitian mengenai evaluasi

Pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon,

peneliti menggunakan teori evaluasi kebijakan menurut William Dunn . Teori

tersebut menjabarkan dengan 6 (enam) kriteria yang perlu diperhatikan dalam

mengevaluasi suatu kebijakan. Adapun 6 (enam) kriteria tersebut meliputi

efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif, yang

terbentuk dari kata dan kalimat hasil wawancara, hasil observasi lapangan, dan

dokumentasi. Sumber data utama dicatat dalam catatan tertulis, atau melalui alat

perekam yang peneliti gunakan selama proses wawancara berlangsung.

Selain berupa kata-kata, peneliti juga menggunakan data-data dan

dokumentasi yang ada di lapangan, dokumentasi tersebut bermacam-macam

bentuknya. Adapun dokumentasi yang peneliti ambil yaitu profil Kota Cilegon,

profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, data laporan-laporan pencapaian

KTP-el, petunjuk teknis pelaksanaan KTP-el dan Perwal No.63 tentang

pembentukan organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon.

Selain itu bentuk data lainnya berupa foto-foto lapangan dimana foto-foto terebut

merupakan foto kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan KTP-el

di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon.


98

Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, analisis data dalam

penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles

and Huberman, dimana dikemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi

data (data reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi (conclusion

drawing/ verifying).

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mereduksi data, yaitu

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya. Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan

reduksi data, peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu:

a. Kode Q1,2,3, dan seterusnya menandakan daftar urut pertanyaan.

b. Kode I1,2,3, dan seterusnya menandakan daftar urut informan.

Langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data (data display).

Dalam penelitian kualitatif penyajian data biasanya dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Namun

yang paling sering digunakan dan juga dilakukan peneliti untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif ialah dengan teks yang bersifat naratif.

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan (verification). Kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,


99

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.

4.2.2 Data Informan

Penelitian mengenai Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon dalam penentuan informan,

peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Adapun informan-informan yang peneliti tentukan merupakan orang-orang

yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Para informan tersebut adalah pihak-pihak yang terkait, terlibat langsung dan turut

berpartisipasi dalam pelaksanaan program KTP-el di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Cilegon. Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah

18 (delapan belas) orang, di antaranya adalah:


100

Tabel 4.5
Daftar Informan Penelitian

No. Kode Nama Informan Keterangan


Informan
1 I1 Drs. Kusmajaya Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran
Penduduk Disdukcapil Cilegon
2 I2 Nuriyana Administrator Database (ADB)
Disdukcapil Cilegon
3 I3 Parko Prahima, S.SI, Kasi Pendataan Penduduk
M.Si
4 I4-1 Yayat Pelaksana di Bidang Pengelolaan
Informasi Adm. Kependudukan
5 I4-2 Ma’ruf Operator Kecamatan Pulomerak
6 I4-3 Sahlawi Operator Kecamatan Grogol
7 I4-4 Iyus Yusya Operator Kecamatan Purwakarta
8 I4-5 Nunung Lesmana Operator Kecamatan Ciwandan
9 I4-6 Ernita Yurika Operator Kecamatan Jombang
10 I4-7 Aam Riani Operator Kecamatan Cilegon
11 I4-8 Ukon Furkoni Operator Kecamatan Cibeber
12 I4-9 Nenty Rillya Operator Kecamatan Citangkil
13 I5-1 Masayu Azka L. Masyarakat
14 I5-2 Wina Maryamul H. Masyarakat
15 I5-3 Leonardo Masyarakat
16 I5-4 Wawi Masyarakat
17 I5-5 Nuraeni Masyarakat
18 I6 H. Soleh, SE Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota
Cilegon
Sumber : Peneliti (2017)
101

4.3 Penyajian Data

Pembahasan pada penyajian data merupakan hasil analisis dan fakta yang

peneliti temukan di lapangan, serta disesuaikan dengan teori yang digunakan

dalam penelitian. Dalam penelitian mengenai “Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Cilegon Tahun

2015”, teori yang digunakan adalah teori evaluasi implementasi menurut Dunn,

Dunn dalam Nugroho (2012:729) menyebutkan 6 (enam) tipe kriteria evaluasi

kebijakan, diantaranya : efektivitas, efisiensi, responsivitas, kecukupan, perataan

dan ketepatan. Tujuan dari penetapan teori ini yaitu untuk mengevaluasi

sejauhmana dampak atau manfaat yang dirasakan atas kebijakan tersebut. Adapun

pembahasan yang dapat peneliti paparkan, yaitu sebagai berikut :

1) Kriteria Efektivitas

Efektivitas berkenaan dengan apakah suatu program mencapai hasil

(akibat) yang diharapkan (maksimal), atau tercapainya suatu tujuan dari

diadakannya tindakan. Dalam penelitian ini “Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015” berupa

pencapaian target pelaksanaan KTP-el, dan hambatan-hambatan dalam

pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon.

Berikut temuan di lapangan:

Pencapaian target dalam meningkatkan tertib administrasi kependudukan

dapat menjadi tolak ukur efektivitas dari pelaksanaan KTP-el di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon, terhadap hasil (akibat) yang

diharapkan. Sudah sejauh mana Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
102

Cilegon sebagai pelaksana program KTP-el dalam meningkatkan tertib

administrasi kependudukan, dalam upaya pelaksanaan program KTP-el secara

maksimal.

Pada temuan di lapangan, pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon, memiliki hasil atau pencapaian yang sudah

mencapai target, namun masih banyaknya hambatan dalam pelaksanaannya. Hal

ini dapat tercermin dari pernyataan I1, beliau mengatakan sebagai berikut :

“Mengenai target tidak bisa mencapai 100% karena Lampid


(laporan lahir mati pindah datang) yang berubah-ubah setiap
detiknya, sehingga tidak bisa mencapai target. Namun capaian
KTP-el di Kota Cilegon terus bertambah”.

Dari penyataan di atas, dapat diketahui bahwa pada temuan di lapangan,

hasil yang dicapai dari program KTP-el di Kota Cilegon cukup optimal. Setiap

kebijakan mempunyai pencapaian target yang ingin dicapai, dan seberapa besar

perubahan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan KTP-el ini. setiap perubahan

pasti menginginkan kearah yang lebih baik , begitu pula efektivitas dalam

pelaksanaan KTP Elektronik.

Disdukcapil selaku penyelenggara pelaksanaan KTP-el tingkat

pemerintahan kota/kabupaten terus melakukan upaya untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Persentase pencapaian KTP-el tidak bisa mencapai 100%, hal ini

dikarenakan oleh lampid yang berubah-ubah. Laporan kelahiran kematian pindah

datang selalu berubah setiap detiknya, tentu hal ini mempengaruhi jumlah

persentase pencapaian perekaman KTP-el d Disdukcapil Kota Cilegon.


103

Adapun hasil yang hendak dicapai bukan saja hanya target pencapaian

perekaman semata, melainkan seberapa besar perubahan yang telah dirasakan.

Peningkatan tertibnya administrasi kependudukan merupakan salah satu tujuan

dilaksanakannya kebijakan ini, setelah diterapkannya KTP-el di Disdukcapil Kota

Cilegon bahwa masih belum tercapainya tertib administrasi kependudukan di

Kota Cilegon, hal ini diungkapkan oleh I1 sebagai berikut :

“Masih belum tercapainya tertib NIK, database, tertib dokumen


karena faktor lampid yang berubah-ubah dan juga karena kesadaran
dan konsistensi penduduk yang masih rendah. Masih belumnya
tertib dokumen meliputi tidak melengkapi berkas, kemudian tidak
melaporkan kepindahan dan sebagainya”.

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa setelah

diterapkannya KTP-el di Disdukcapil Cilegon masih belum tercapainya tertib

administrasi kependudukan yang meliputi, tertib NIK, tertib database dan tertib

dokumen. Masih banyaknya ketidaksesuaian NIK KTP-el dengan NIK yang ada

di Kartu Keluarga. Sehingga masih banyaknya data yang perlu dirapihkan. Masih

belum tertibnya dokumen dikarenakan kesadaran dan konsistensi penduduk yang

masih rendah dalam melengkapi dokumen kependudukan seperti tidak adanya

data pendukung untuk perubahan nama , tanggal ataupun status. Sehingga dapat

diketahui bahwa belum adanya perubahan yang besar dalam penertiban

administrasi kependudukan, untuk saat ini masih membutuhkan waktu supaya

kedepannya database kependudukan benar-benar tertata dengan baik dan benar-

benar valid.
104

Sesuai dengan data yang peneliti dapatkan, capaian realisasi KTP-el terus

mengalami peningkatan walaupun sulit untuk mencapai target 100%. Walaupun

demikian, namun masih banyaknya kendala-kendala yang menghambat

terlaksananya program KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Cilegon untuk mencapai hasil maksimal. Seperti yang diungkapkan I3 sebagai

berikut :

“Ada banyak kendala dalam pelaksanaan KTP-el di Cilegon ini,


yang pertama kurangnya informasi, kurangnya sosialisasi yang
menyebabkan tidak adanya pemahaman tentang fungsi dari KTP-el
tidak hanya di kalangan menengah kebawah, namun di lapisan
menengah keatas masih banyak yang belum paham mengenai KTP
elektronik ini. Kendala lainnya yaitu ketersediaan blangko yang
sering kosong , sekarang lancar tapi tidak tahu untuk kedepannya.
Kendala lainnya yaitu koordinasi lintas sektoral, dalam hal ini
misalkan disdukcapil dengan samsat, imigrasi, perbankan dan
lainnya terkadang data yang diambil berbeda dengan BPJS, tidak
tahu BPJS ngambilnya dari mana. Ada juga di perbankan mereka
mengklaim mengambil data dari kementerian , tapi data yang di
DKCS dengan Bank BRI itu beda”.
Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa dalam

pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon

masih mengalami banyak kendala. Adapun kendala yang ditemui diantaranya

adalah (1) Sarana dan prasarana yang belum memadai yaitu blangko dan ribbon

yang sering kosong, serta jaringan yang sering trouble. Sering habisnya blangko

tentu saja sangat menghambat dalam pelaksanaan KTP-el ini, karena dalam SOP

untuk pembuatan KTP-el maksimal 14 (empat belas) hari kerja, namun karena

keadaan blangko yang belum stabil saat ini butuh waktu berbulan-bulan untuk

pembuatan KTP-el. Peralatan juga masih kurang , program KTP-el ini mulai

diterapkan sejak tahun 2011 dan sekarang tahun 2016 sudah banyak peralatan
105

untuk perekaman yang sering eror atau tidak berfungsi baik yang di Kecamatan

maupun di Dinas dan untuk pembetulan di pusat memerlukan waktu yang lama.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2009

bahwa untuk pengadaan blangko KTP-el dari pusat dengan anggaran APBN, dan

Kota ataupun Kabupaten tidak melakukan pengadaan sendiri untuk ketersediaan

blangko. Sehingga kalau di Pusat tidak ada blangko , di daerahpun ketersediaan

blangko kosong. Berbeda dengan pengadaan ribbon, awalnya memang ribbon

masuk dalam pengadaan pusat, namun saat ini ribbon sudah bisa pengadaan

sendiri dengan APBD.

(2) Masih kurangnya informasi dan pemahaman tentang fungsi KTP-el

sendiri, bukan saja hanya dari lapisan masyarakat menengah kebawah namun juga

lapisan menengah keatas masih banyak yang belum paham. Hal ini menyebabkan

adanya perekaman KTP-el dengan NIK yang berbeda sehingga terjadi duplicated

record. Karena di tingkat Kecamatan belum bisa untuk melakukan pengecekan

biometrik sehingga duplicated record sulit untuk dihindari. (3) Koordinasi lintas

sektoral seperti dengan perbankan, BPJS, samsat yang mana data yang dimiliki

mereka dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mengalami perbedaan.

Hal ini terjadi karena data yang mereka akses bukan langsung dari Disdukcapil

secara langsung melainkan dari pusat, dan data tersebut baru melakukan update

tiap 3 bulan sekali. Sehingga menjadi masalah ketika KTP-el yang sudah dirubah

melalui Disdukcapil tetapi data diperbankan masih belum di update.

Mengenai hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program KTP-el,

diutarakan juga oleh I4-1 sebagai berikut :


106

“Kendala pertama yaitu SDM (Sumber Daya Manusia) yang masih


kurang dalam keahlian mengenai KTP-el, masih banyak yang
belum tahu baik operator maupun bagian pelayanan di tingkat
kecamatan. Membedakan yang mana KTP-el yang mana KTP
reguler masih ada yang belum tahu, ada yang sudah KTP-el tapi
disuruh ke dinas untuk cek biometrik padahal sudah jelas itu NIK
KTP-el. Kedua pada saat pertama diterapkannya KTP-el setelah
pemutakhiran data perekaman KTP-el dilakukan tahun 2011,
banyaknya perubahan tanggal lahir saat perekaman sehingga NIK
ikut berubah , dan aplikasi database dari Kementrian belum siap
waktu itu, padahal peraturannya NIK itu tidak boleh dirubah. Tapi
kenyataannya waktu itu NIK bisa dirubah dengan perubahan
tanggal lahir. Dan tahun 2013 NIK sudah dikunci dari pusat,
walupun merubah tanggal lahir NIK tidak akan berubah.
Kendalanya dari pertama perekaman yang sudah KTP-el waktu
perekaman masal, ternyata NIK nya berubah dan melakukan
perekaman lagi atau pengajuan yaitu dampaknya tidak bisa dicetak
dan menjadi duplicated record. Kemudian kendala dalam
pencetakan biasanya gangguan dari pusat , kemudian yang
perekaman menggunakan kontak lens tidak akan pernah bisa
dicetak”.
Berdasarkan pernyataan di atas, yang menyatakan bahwa kendala lainnya

yaitu SDM (Sumber Daya Manusia). Adapun SDM dalam pelaksanaan program

KTP-el adalah petugas pelayanan dari Kelurahan, Kecamatan dan Dinas serta para

Operator pelaksana di tingkat Kecamatan dan di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Cilegon. Secara kualitas masih kurang dalam keahlian

mengenai program KTP-el. Seperti yang telah disebutkan bahwa dalam

pelaksanaan KTP-el ini melibatkan banyak pihak mulai dari tingkatan yang paling

dekat dengan masyarakat yaitu RT/RW sampai dengan tingkat penyelenggara

yaitu Disdukcapil bahwa masih minimnya informasi yang mereka pahami

mengenai pelaksanaan KTP-el ini, SDM yang berkualitas akan menghasilkan

hasil yang maksimal.


107

Berdasarkan uraian di atas mengenai kriteria efektivitas dalam pelaksanaan

KTP-el di Disdukcapil Kota Cilegon sebagaimana yang dimaksud dalam

pelaksanaannya, secara umum dikatakan belum efektif karena belum adanya

perubahan yang besar dalam upaya mewujudkan tertib adminitrasi kependudukan.

2) Kriteria Efisiensi

Efisiensi merupakan salah satu bentuk kriteria di dalam proses evaluasi

kebijakan. Efisiensi disini merupakan seberapa banyak usaha yang dilakukan

dalam mencapai hasil yang diinginkan. Efisiensi biasanya ditentukan melalui

perhitungan biaya unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektifitas

tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efisien.

Efisiensi dalam penelitian mengenai “Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015”,

berkenaan dengan usaha apa saja yang dilakukan oleh pihak Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Cilegon sebagai penyelenggara program KTP-el tingkat

Kabupaten/Kota. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis mengenai efisiensi

program KTP-el dari sisi kemudahan dan ketepatan waktu pembuatan KTP-el .

Berdasarkan temuan lapangan usaha yang dilakukan oleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Cilegon seperti diutarakan I1 sebagai berikut:

“Adapun upaya yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan


Sipil Cilegon yaitu dengan memanfaatkan sarana prasarana yang ada
dengan maksimal, kemudian memanfaatkan SDM yang ada melalui
bintek, program pelatihan, pengawasan, dan terus melakukan
sosialisasi baik kegiatan , maupun menjadi narasumber untuk
menginformasikan sadar KTP-el . dan juga kami telah melakukan
108

pelayanan keliling dalam rangka jemput bola dalam pelaksanaan KTP-


el”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas menegaskan bahwa, Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon sebagai pelaksana program

KTP-el yaitu telah melakukan pelayanan keliling atau jemput bola ke kecamatan-

kecamatan. Hal ini dilakukan supaya untuk menjangkau masyarakat yang sulit

dijangkau dan untuk percepatan hasil yang maksimal dalam program KTP-el

sesuai dengan surat edaran dari Kemendagri. Berikut ini adalah mobil milik

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon yang digunakan untuk

pelayanan keliling sebagai berikut :

Gambar 4.1
Mobil pelayanan keliling Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Cilegon
Dalam mobil pelayanan keliling tersebut, terdapat 3 (tiga) perangkat

komputer untuk melakukan perekaman KTP-el , pencetakan KK dan pencetakan

akte kelahiran. Tahun 2016 pelayanan keliling hanya dilakukan di salah satu

kelurahan perwakilan di tiap kecamatan, namun untuk tahun 2017 Disdukcapil

akan melakukan pelayanan keliling di 43 kelurahan yang ada di Kota Cilegon. Hal
109

tersebut tentu sangat disambut dengan baik oleh masyarakat, karena antusias yang

sangat besar karena pelayanan langsung sangat memudahkan masyarakat dalam

pembuatan KTP-el.

Sering habisnya blangko KTP-el tentu menyebabkan terlambatnya

pencetakan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon

sehingga kebutuhan masyarakat tidak dapat terpenuhi. Berikut adalah pernyataan

yang diutarakan oleh I6 sebagai berikut :

“Untuk mengatasi kekosongan blangko , kami memberikan informasi


dan melakukan sosialisasi bahwa blangko kosong dan untuk
sementara sebagai pengganti kami menerbitkan Surat Keterangan
Pengganti KTP-el”.

Berdasarkan pernyataan di atas, menerangkan bahwa untuk mengatasi

kekosongan blangko KTP-el pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Cilegon mengeluarkan “Surat Keterangan Penggantian KTP-el”. Surat keterangan

tersebut ditandatangani oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Cilegon yang berlaku selama 6 (enam) bulan, dan pada surat keterangan

tersebut bahwa dapat digunakan untuk kepentingan Pemilu, Pemilukada,

perbankan, Imigrasi, Kepolisisan, Asuransi, BPJS, Pernikahan dan lainnya.

Adapun surat keterangan tersebut seperti gambar berikut:


110

Gambar 4.2
Surat Keterangan pengganti KTP-el
Sesuai dengan surat edaran dari Kemendagri No.471.13/10231/Dukcapil

bahwa bagi yang telah perekaman KTP-el dan belum mendapatkan fisik KTP-el

nya boleh diterbitkannya surat keterangan tersebut supaya bisa digunakan untuk

pengganti KTP-el. Walaupun masyarakat telah diberikan surat keterangan

pengganti KTP-el tersebut dan Disdukcapil telah mengedarkan surat mengenai

penggunaan surat keterangan tersebut , masih ada saja instansi swasta atau

perbankan yang menyulitkan masyarakat dengan meminta fisik KTP-el. Seperti di

Bank Mandiri , Bank BJB yang menolak surat keterangan tersebut , hal seperti ini

seharusnya tidak terjadi apabila koordinasi yang dilakukan lintas sektoral berjalan

dengan baik.

Dan juga untuk membaca chip yang terdapat didalam kartu KTP-el

dibutuhkan alat pembaca KTP-el yaitu Card Reader. Namun saat ini Card Reader

baru Disdukcapil yang menggunakannya, instansi swasta dan perbankan yang ada

di Cilegon belum memilikinya. Padahal Kemendagri sudah mengedarkan surat ke


111

seluruh instansi , swasta maupun perbankan untuk melakukan pengadaan Card

Reader. Supaya tidak hanya melihat data yang diakses saja melainkan untuk

memastikan apakah data yang ada didatabase sama dengan dalam Chip KTP-el

tidak lain untuk mencegah pemalsuan KTP-el.

Pernyataan berikutnya mengenai usaha-usaha yang dilakukan dalam

penyelenggaraan program KTP-el yang diutarakan I3 sebagai berikut :

“Yang pertama melakukan sosialisasi secara komprehensif dan


berkesinambungan, komprehensif dalam artian kita selalu melakukan
update-update tentang peraturan perundangan, seperti adanya instruksi
bahwa pembuatan KTP-el tidak perlu melalui RT, RW. Itu kan
update-update yang kita dapatkan dari pusat untuk diterapkan di
daerah. Secara berkesinambungan artinya selalu kita melakukan
sosialisasi itu terus menerus. Tetapi tidak hanya melalui sosialisasi
saja karena kita terkendala anggaran, maka dari itu kita memanfaatkan
aparat-aparat di kelurahan dan kecamatan untuk melakukan
pembinaan dalam rangka pelayanan-pelayanan langsung. Upaya
lainnya yaitu dengan pelayanan keliling, kita akan melakukan jemput
bola”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa usaha-usaha yang

dilakukan dalam pelaksanaan program KTP-el adalah dengan melakukan

sosialisasi secara komprehensif dan berkesinambungan artinya selalu dilakukan

terus menerus mengenai update peraturan perundang-undangan yang didapatkan

dari pusat untuk diterapkan daerah. Seperti intruksi dari Kemendagri yang baru

dalam upaya percepatan pencapaian perekaman KTP-el dilakukan

penyederhanaan prosedur bahwa untuk pembuatan KTP-el tidak perlu lagi

pengantar RT, RW dan kelurahan cukup membawa fotocopy keluarga dengan

catatan bahwa Kartu Keluarga sudah update dan sudah tidak ada kesalahan atau

perubahan.
112

Namun kenyataannya dalam pelaksanaan dan sosialisasi intruksi tersebut

di Kota Cilegon mengalami pro dan kontra, karena petugas pelayanan di

kecamatan-kecamatan menolak pembuatan KTP-el apabila tidak ada pengantar

dari kelurahan. Apabila intruksi tersebut dapat berjalan dengan baik, mayarakat

tidak perlu minta pengantar dari RT, RW dan kelurahan sehingga dapat

memudahkan masyarakat untuk menghemat biaya dan waktu yang dikeluarkan.

Berikut adalah pernyataan mengenai efisiensi dalam program KTP-el yang

diutarakan Oleh I1 :

“Jelas dengan adanya KTP-el bisa meningkatkan efisiensi anggaran di


pusat, karena sudah berlaku seumur hidup, tetapi kalau ada perubahan
tetap saja harus diganti KTP-el nya”.
Berdasarkan pernyataan di atas, menegaskan bahwa dengan berlakunya

KTP-el seumur hidup tentu meningkatkan efisiensi anggaran dipusat. Berdasarkan

surat edaran Mendagri Nomor 470/295/SJ yang dikeluarkan 29 Januari 2016

Isinya menyebutkan sesuai Undang-undang nomor 24 tahun 2013 pasal 64 ayat

(7) huruf a mengamanatkan KTP elektronik warga negara Indonesia masa

berlakunya seumur hidup. Selanjutnya KTP elektronik yang sudah diterbitkan

sebelum UU tersebut ditetapkan berlaku seumur hidup.

Salah satu urgensi pemberlakuan KTP-el seumur hidup untuk

penghematan anggaran 4 triliun pertahunnya. Selain soal penghematan, perubahan

masa berlaku KTP-el seumur hidup ini sebagai upaya penyederhanaan, sehingga

masyarakat tidak perlu lagi memperpanjang tiap 5 (lima) tahun. Dan sudah

banyaknya KTP-el di tangan masyarakat yang masih mencantumkan masa


113

berlakunya, tidak menjadi masalah karena itu termasuk sudah berlaku seumur

hidup.

Berikut adalah pernyataan mengenai prosedur dan pelayanan dalam

pembuatan KTP-el di Kota Cilegon , diutarakan oleh I5-4 sebagai berikut:

“Prosedurnya yang terlalu panjang menurut saya, karena harus minta


pengantar dari RT RW Kelurahan baru ke Kecamatan. Dan saat saya
mau mengambil KTP-el di Kecamatan ternyata belum jadi katanya
KTP-el nya tidak bisa dicetak, disuruh ke dinas buat cek biometrik”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa informan memiliki

kesulitan dalam pembuatan KTP-el. Masyarakat yang dulu sudah pernah

melakukan perekaman belum tentu KTP-el nya bisa dicetak. Hal ini dikarenakan

adanya perbedaan NIK KTP-el dengan NIK yang ada di dalam Kartu Keluarga

saat ini. Terjadi demikian sebenarnya karena ulah operator yang masih belum

paham dengan NIK KTP-el. NIK yang tidak bisa dicetak KTP-el nya padahal

sudah pernah melakukan perekaman yang bersangkutan harus datang ke Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon untuk melakukan pengecekan

biometrik. Pengecekan biometrik dilakukan dengan sidik jari atau iris mata,

nantinya akan muncul NIK mana yang KTP-el dan ada dimana.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa kekosongan blangko

menyebabkan terlambatnya pencetakan sehingga pela

yanan pun menjadi terlambat. Seperti yang diutarakan oleh I5-3 sebagai berikut :

“Saya buat tanggal 4 dan sekarang tanggal 17 untuk pengambilan ,


baru kartu keluarga saja yang sudah jadi, KTP-el nya belum jadi
karena katanya balngko baru ada tahun 2017. Jadi hanya dikasih surat
keterangan untuk mengurus keperluan-keperluan yang berlaku untuk 6
(enam) bulan kedepan”.
114

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pembuatan KTP-el

melebihi batas waktu pengambilan yang harusnya 2 (dua) minggu tetapi berbulan-

bulan tidak belum juga mendapatkan KTP-elnya, nyatanya karena kehabisan

blangko masyarakat hanya diberikan surat keterangan pengganti KTP-el yang

diterbitkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon.

Pada keseluruhan pernyataan dari berbagai informan, dapat disimpulkan

bahwa efisiensi terkait dengan pelaksanaan KTP-el untuk saat ini masih belum

efisien karena masih belum berjalan dengan baik intruksi dari kemendagri

mengenai penyederhanaan dalam pembuatan KTP-el dan juga dari segi waktu

dalam pembuatan KTP-el ini memakan waktu berbulan-bulan karena kendala

kekosongan blangko. Selain itu, saat ini bagi yang baru melakukan perekaman

KTP-el, akan membutuhkan waktu yang lama karena data perekaman baru bisa

masuk ke pusat setelah paling lama 3-5 bulan, hal ini dikarenakan bahwa semakin

banyak yang sudah memiliki KTP-el maka semakin lama pula untuk

memverifikasi data hasil perekaman.

3) Kriteria Kecukupan

Kecukupan berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas

memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya

masalah. Kriteria kecukupan disini merupakan suatu nilai dari seberapa jauhnya

pencapaian dari sebuah hasil yang diinginkan. Dalam hal ini hasil yang diinginkan

merupakan kesesuaian proses pelaksanaan KTP-el dengan kepuasan dan tingkat

kebutuhan masyarakat.
115

Adapun implementasi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tentu

mengharapkan suatu perubahan yang lebih baik sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan. Adapun perubahan yang ingin dicapai dari pelaksanaan KTP-el ini,

hasilnya dapat memuaskan masyarakat dan pemerintah.

Kecukupan berkenaan dengan sejauh mana kebijakan tersebut dalam

pencapaian target, dapat menurunkan jumlah data penduduk ganda di Kota

Cilegon. Untuk mencapai target tentunya dibutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai dalam pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon ini.

Adapun temuan lapangan yang dipaparkan oleh I1 sebagai berikut:

“Belum memadainya sarana prasarana menjadi kendala , terutama


untuk blangko dan ribbon yang masih disediakan oleh pusat”.

Pernyataan hampir sama diutarakan oleh I4-3 sebagai berikut :

“Kalau menurut saya, sarana dan prasarana dalam pelaksanaan KTP-el


di Kota Cilegon ini belum memadai karena yah seperti kendala-
kendala yang tadi disebutkan blangko KTP-el terbatas, sedangkan
antusias masyarakat cukup tinggi. Kemudian juga untuk pengecekan
biometrik hanya bisa dilakukan di DKCS, padahal harusnya di
kecamatan juga ada supaya untuk menghindari “duplicated record”
atau perekaman lebih dari sekali”.

Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa masih

kurang memadainya sarana dan prasarana penunjang dalam pelaksanaan KTP-el

di Kota Cilegon, perlu penambahan sedikit karena peralatan yang rusak untuk

diperbaiki dipusat membutuhkan waktu yang lama. Sebagaimana berdasar Perpres

Nomor 26 Tahun 2009 pengadaan blangko KTP-el disediakan oleh pusat , dan

untuk pemeliharaan perangkat keras menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi

dan pemerintah kota. Namun blangko yang diterima Disdukcapil belum cukup

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Cilegon karena pusat


116

memberikan blangko sesuai jumlah data perekaman yang masuk sedangkan di

Kota Cilegon ini beberapa daerah seperti di Kelurahan Kebonsari, Tamanbaru,

Deringo, Citangkil, Tegal Ratu, Kepuh, Kebondalem, Tegal Bunder. Cibeber, dan

Kelurahan Rawa Arum telah melakukan pemekaran RT sehingga banyak

mayarakat yang mengganti KTP-el nya sesuai perubahan tersebut. Sehingga hasil

yang diinginkan masih belum sesuai dengan harapan dan tingkat kebutuhan

masyarakat.

Kemudian untuk meningkatkan kualitas SDM diperlukan pelatihan dan

bintek yang cukup. Hal ini akan menunjang dalam pelaksanaan KTP-el yang

maksimal, berikut pernyataan yang diutarakan oleh I1 :

“Tentu saja operator diberikan bintek, kalau tidak dilakukan bintek


tidak akan bisa operasional. Ada bintek oleh Kementerian Dalam
Negeri, provinsi, dan oleh disdukcapil. Namun operator yang sudah di
bintek sering dipindah tugas atau rolling diganti dengan orang baru
tentu menjadi terhambat sehingga kurang maksimal”.

Pernyataan di atas menegaskan bahwa, operator telah diberikan bintek oleh

kemendagri, provinsi dan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Cilegon. Namun operator-operator yang telah diberikan bintek kebanyakan dari

mereka dimutasi atau dipindah tugaskan dan diganti dengan operator yang baru

sehingga dalam peLaksanaan KTP-el ini kurang maksimal.

Pernyataan berbeda yang diutarakan oleh I4-1 sebagai berikut :

“Kalau untuk bintek, Kota Cilegon belum pernah melakukan bintek


untuk operator mengenai pelaksanaan KTP-el, adapun waktu itu yang
diadakan oleh provinsi. Kalau SIAK ada setiap tahunnya, karena
SIAK kan dasar nya juga dalam melakukan verifikasi data”.
117

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa Dinas

Kependudukan belum pernah mengadakan bintek mengenai program KTP-el,

adapun waktu itu yang mengadakan dari tingkat Provinsi yang diadakan di Hotel

Sukma Cilegon pada tahun 2011. Sedangkan untuk SIAK diadakan bintek setiap

tahunnya namun terkadang sekali dalam setahun pun tidak terlaksana.

Pernyataan yang mendukung diungkapkan oleh I2 sebagai berikut:

“Bintek harusnya dilakukan tiap tahun , tapi pelaksanaannya


tergantung dari PPTK nya . PPTK nya nggak jalan bintek juga tidak
berjalan. Tapi kita berkoordinasi dengan operator kecamatan cukup
lancar”.

Pernyataan di atas menerangkan bahwa, seharusnya bintek memang

dilakukan setiap tahun. Namun pelaksanaan bintek sendiri tergantung dari PPTK.

Namun berdasar pernyataan tersebut walaupun bintek belum terlaksana,

koordinasi yang dilakukan oleh dinas dengan kecamatan cukup lancar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, peneliti dapat dapat

menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan KTP-el ini belum dapat memuaskan

kebutuhan masyarakat dimana masih kurang memadainya sarana dan prasarana

dalam pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon diperlukan penambahan sedikit

supaya pelayanan dalam pembuatan KTP-el bisa lebih maksimal. Dan juga

diperlukan bintek setiap tahunnya baik mengenai KTP-el dan SIAK supaya

kualitas SDM lebih meningkat dan lebih menguasai mengenai program KTP-el

baik dalam pengetahuan ataupun dalam pengoperasiannya karena bintek yang

dilakukan sekali tiap tahunnya masih belum cukup untuk meningkatkan kualitas

SDM.
118

4) Kriteria Perataan

Perataan berkaitan dengan bagaimana suatu kebijakan yang dibuat dan

dilaksanakan dapat terdistribusikan pelayanannya atas dasar kriteria kesamaan

manfaat yang diberikan. Pada proses pelaksanaan KTP-el, pihak pemerintah

harusnya dapat melaksanakan dengan adil tanpa adanya perbedaan diskriminasi.

Dalam penelitian tentang “Evaluasi Program KTP-el di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015”, perataan

berkenaan dengan pendistribusian sosialisasi dalam pelaksanaan program KTP-el

oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon kepada masyarakat,

dengan memperhatikan elemen-elemen masyarakat sebagai objek, apakah

masyarakat sudah tahu dan paham dari dilaksanakannya program KTP-el ini dan

apakah sosialisasi mengenai KTP-el sudah dilakukan seacara merata. berikut ini

pernyataan mengenai sosialisasi KTP-el yang diutarakan oleh I1 :

“Sosialisasi sudah berjalan namun belum optimal, setiap tahun Dinas


Kependudukan dan Pencatatan Sipil Cilegon melakukan sosialisasi di
8 (delapan) Kecamatan tetapi pesertanya tidak mencakup semua.
Belum maksimal karena terkendala anggaran yang terbatas untuk
sosialisasi. Sosialisasi yang dilakukan tidak hanya melalui tatap muka,
tetapi juga melalui radio, media cetak, papan umbul”.

Pelaksanaan program KTP-el oleh Disdukcapil Kota Cilegon berdasarkan

keteranagn di atas, dapat diketahui bahwa memang sosialisasi telah dilakukan

secara di 8 (delapan) kecamatan sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam

pelaksanaannya.

Tetapi pada praktiknya belum optimal, masih banyak yang tidak

mengetahui mengenai pelaksanaan dan fungsi dari KTP-el. Juga dikarenakan

pesertanya tidak mencakup semua karena terbatas paling banyak hanya 60 peserta
119

disetiap sosialisasi, tediri dari perwakilan-perwakilan RT, RW, Kelurahan dan

Kecamatan saja sehingga penyampaiannya kurang maksimal. Perwakilan-

perwakilan RT yang mengikuti sosialisasi merupakan rekomendasi dari kelurahan

dan kecamatan, jumlah RT di Kota Cilegon +1400 dan Disdukcapil menginginkan

peserta yang belum pernah mengikuti sosialisasi namun tidak demikian perwakian

RT yang diundang yang sudah pernah mendapatkan sosialisasi. Sosialisasi yang

telah disampaikan oleh Disdukcapil kepada peserta tidak disampaikan dengan

baik kepada masyarakatnya.

Dan juga sosialisasi yang dilakukan juga terkendala anggaran yang

terbatas sehingga hasil juga belum optimal. Selain sosialisasi yang dilakukan di

Kecamatan secara tatap muka, juga dilakukan melalui radio dan media cetak.

Berikut ini adalah salah satu kegiatan sosialisasi mengenai KTP-el yang dilakukan

oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Cilegon:

Gambar 4.3

Sosialisai yang dilakukan DKCS


120

Adapun kendala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon

dalam mensosialisasikan program KTP-el ini yaitu masih adanya daerah yang

cukup sulit dijangkau dan yang mana kesadaran penduduknya akan kepemilikan

dokumen seperti KTP-el masih cukup rendah. Berikut adalah pernyataan yang

diungkapkan oleh I3 :

“Masih banyak daerah yang sulit dijangkau di Kota Cilegon ini,


masyarakat yang merasa tidak membutuhkan KTP-el seperti di daerah
Cipala, Gunung Batur, Batu lawang daerah-daerah gunung disana.
Mereka terkendala transportasi dan juga ekonomi, untuk turun ke
bawah saja mengeluarkan Rp.50.000 untuk bulak balik belum lagi
kalau KTP-el tidak bisa dicetak karena biometrik harus ke DKCS.
Saya pikir kalo Kecamatan Citangkil, Jombang, Cilegon sangat
antusias sekali”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa di Kota Cilegon ini

masih adanya daerah yang agak sulit dijangkau untuk pelaksanaan program KTP-

el ini, yaitu beberapa daerah di Kecamatan Pulomerak karena disana secara

geografis terdiri dari beberapa gunung-gunung yang menjadi tempat pemukiman

penduduk. Faktor ekonomi juga ternyata menjadi kendala masyarakat, lokasi

kantor kelurahan, kecamatan serta Disdukcapil yang berada dipusat kota terbilang

cukup jauh dan membutuhkan biaya yang membuat mereka enggan untuk datang.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh I4-2 sebagai berikut:

“Masih banyak penduduk yang masih sulit untuk dijangkau karena


Kecamatan Pulomerak ini terdapat gunung-gunung. Di Kecamatan
sendiri masih kurangnya sarana untuk melakukan perekaman secara
mobile , sebenarnya sudah pernah meminta ke DKCS sarana untuk
perekaman mobile di daerah pegunungan, tetapi belum di respon.
Adapun daerahnya meliputi Gunung Batur I , Gunung Batur II,
Ciporong, Tembulung, Lebakgede, Cipala, Suralaya. Pinginnya sih
kesana , tetapi transportasi dan sarana prasana belum mendukung”.
121

Berdasarkan hasil wawancara di atas, menerangkan bahwa memang masih

adanya daerah yang agak sulit dijangkau seperti Gunung Batur I, Gunung Batur II,

Ciporong, Tembulung, Lebakgede, Cipala dan Suralaya. Faktor ekonomi yang

rendah, kesadaran akan kepemilikin KTP-el yang masih rendah serta jalan yang

kurang baik menjadi kendala masyarakat di Kecamatan Pulomerak untuk datang

ke Kecamatan dalam pembuatan KTP-el. Perlu dilakukannya jemput bola yaitu

pelayanan mobile dari Kecamatan namun sarana untuk pelayanan mobile belum

memadai. Dalam pencapaian tujuan kebijakan yang telah dicanangkan oleh

pemerintah, diperlukan sosialisasi penuh oleh pemerintah itu sendiri kepada

masyarakat luas. Oleh karena itu peran serta pemerintah di bawahnya, baik

kecamatan, kelurahan, RT/RW sangat diperlukan untuk membantu

mensosialisasikan kebijakan ini, hal ini mengingat guna pembangunan yang

merata.

5) Kriteria Responsivitas

Kriteria responsivitas menurut Dunn dalam Nugroho (2012:317),

berhubungan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan,

preferensi atau nilai-nilai kelompok mayarakat tertentu. Kriteria responsivitas

adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya

efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan masih gagal jika belum menanggapi

kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu

kebijakan.
122

Pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon diharapkan mampu menjadi respon

pemerintah agar proses pelaksanaan yang sudah ada ini bisa lebih maksimal,

memberikan hasil yang baik serta memberikan kemudahan terhadap kebutuhan

masyarakat. Responsivitas dalam penelitian “Evaluasi Program KTP-el di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015” berkenaan

dengan partisipasi dan tanggapan dari masyarakat terhadap pelaksanaan program

KTP-el. Berikut ini adalah pernyataan mengenai tanggapan mengenai

diterapkannya program KTP-el yang diutarakan I4-8 sebagai berikut :

“Menurut saya bagus, karena dengan adanya KTP-el ini nantinya


tidak adalagi KTP ganda atau data ganda , sehingga data penduduk
benar-benar valid”.

Hasil wawancara dengan informan di atas, bahwa dari pelaksanaan KTP-el

di Kota Cilegon mendapatkan respon yang baik dari masyarakat yang pada

dasarnya mereka mendukung pelaksanaan program tersebut. Karena dibandingkan

KTP non elektronik yang tidak dilengkapi sistem keamanan, KTP-el yang

dilengkapi dengan biometrik tentunya lebih baik sehingga tidak ada KTP ganda

nantinya dan juga data akan menjadi lebih valid. Berikut pernyataan yang

mendukung diutarakan juga oleh I4-7 sebagai berikut :

“Kalau menurut saya bagus juga dengan diterapkannya KTP-el , kita


lebih tertib tidak bisa memiliki KTP lebih dari satu, karena apabila ada
NIK lebih dari satu akan ketahuan. Intinya penduduk menjadi lebih
tertib dalam administrasi kependudukan, dan berkependudukan di satu
wilayah saja”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan

diterapkannya program KTP-el menuju tertib administrasi kependudukan.

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program KTP-el ditunjukkan dengan


123

antusiasme masyarakat dalam pembuatan KTP-el di Kota Cilegon. Peran aktif

masyarakat akan mendukung diterapkannya KTP-el di Kota Cilegon. Berikut ini

adalah pernyataan mengenai partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan KTP-el di

Kota Cilegon, seperti yang diutarakan I3 sebagai berikut :

“Hal itu terbagi dua, yang pertama kalangan menengah keatas yaitu
penduduk yang antusias sekali dengan diterapkannya KTP-el ini.
Yang kedua kalangan menengah kebawah, ini yang kita pikirkan
mereka yang rasa ingin tahunya kurang mengenai diterapkannya KTP-
el. Kurangnya informasi mengenai perekaman, fungsi dari KTP-el itu.
Contohnya ada ibu rumah tangga dia tidak melakukan perekaman ,
“untuk apa perekaman toh saya dirumah aja” kata dia, ternyata suatu
saat anaknya melamar TNI dan diminta fotocopy KTP-el orang
tuanya. Disaat itu dia menyesal karena deadline nya tidak cukup. Hal-
hal seperti ini membutuhkan sosialisasi secara menyeluruh, tetapi
tidak dari aparat saja melainkan dari seluruh lapisan masyarakat dari
tingkatan RT, RW, kelurahan bahkan masyarakatpun bisa
mensosialisasikan melalui media sosial atau media lainnya”.

Berdasarkan kutipan wawancara di atas, diketahui bahwa ada dua kategori

antusiasme masyarakat dalam pelaksanaan program KTP-el. Pertama yaitu

kalangan menengah keatas yang antusias sekali dengan diterapkannya KTP-el.

Kedua yaitu kalangan menengah kebawah yang mana mereka yang rasa ingin

tahunya masih kurang dan kesadaran akan kepemilikian KTP-el nya masih

rendah. Masih kurangnya informasi mengenai perekaman dan fungsi dari KTP-el

sendiri, dari pernyataan di atas juga menjelaskan bahwa sosialisasi bukan hanya

dari aparat pemerintah saja melainkan seluruh lapisan masyarakat melalui media

sosial maupun media lainnya.

Pernyataan lain juga diutarakan oleh I4-2 sebagai berikut :

“Masyarakat Kecamatan Pulomerak sangat antusias apabila ada


pelayanan langsung dari DKCS, tetapi kalau tidak ada pelayanan
keliling dan harus datang untuk mengurus sendiri di Kecamatan agak
sulit karena kesadaran penduduk di Kecamatan Pulomerak akan
124

kepemilikan KTP-el masih rendah padahal untuk pembuatan KTP-el


di Kecamatanpun gratis atau tidak dipungut biaya. Di Kota Cilegon,
Kecamatan Pulomerak yang capaian KTP-el nya paling rendah yaitu
baru 75%”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa masyarakat di

Kecamatan Pulomerak sangat antusias dalam pembuatan KTP-el apabila ada

pelayanan keliling dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon.

Karena pelayanan keliling yang diadakan hanya satu hari pembuatan KTP-el bisa

langsung selesai, maka dari itu masyarakat sangat antusias sekali apabila ada

pelayanan keliling dari dinas, bisa kita lihat pada gambar berikut ini pelayanan

keliling yang diadakan di Kecamatan Pulomerak :

Gambar 4.4
Pelayanan Keliling di Kecamatan Pulomerak

Sedangkan untuk pembuatan KTP-el atau mengurus sendiri di Kecamatan

Pulomerak, masyarakat agak sulit karena kesadaran penduduk yang masih rendah.

Padahal di Kecamatan pun tidak dipungut biaya sama sekali, teteapi pelayanan
125

pembuatan KTP-el di Kecamatan Pulomerak terlihat sepi seperti dilihat pada

gambar dibawah:

Gambar 4.5

Pelayanan pembuatan KTP-el di Kecamatan Pulomerak.

Pernyataan berbeda diutarakan oleh I4-9 sebagai berikut:

“Program KTP-el ini kan baru dimulai lagi pada januari 2015 lalu,
baru sekarang ini masyarakat antusias untuk melakukan perekaman
KTP-el, karena adanya informasi yang menyatakan bahwa paling
lambat perekaman KTP-el 30 September 2016. Jadi masyarakat
berbondong-bondong datang ke kecamatan untuk perekaman”.

Dari kutipan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa antusiasme

masyarakat dalam pembuatan KTP-el baru ketika ada intruksi dari kemendagri

bahwa untuk perekaman KTP-el paling lambat 30 September 2016. Dengan di

edarkannya instruksi tersebut baik melalui media cetak atau media sosial,

masyarakat baru antusias untuk melakukan perekaman KTP-el.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai kriteria responsivitas dalam

pelaksanaan KTP-el di Disdukcapil Kota Cilegon bahwa hasil dan ketanggapan

dalam pelaksanaan ini dinilai cukup baik. Respon baik dari masyarakat dan
126

pemerintah pada dasarnya mendukung program ini, dengan harapan kedepannya

dapat terus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

kepemilikan dokumen kependudukan melalui kecamatan.

6) Kriteria Ketepatan

Ketepatan merujuk pada nilai dari tujuan program kebijakan dan kuatnya

asumsi yang melandasi tujuan-tujuan kebijakan. Mengacu pada standar

operasional pelaksanaannya apakah pembagian peran dan tanggung jawab dalam

pelaksanaan KTP-el di Disdukcapil Kota Cilegon telah disosialisasikan, tepat

tujuan dan manfaat, dapat membawa dampak perubahan terhadap masyarakat dan

pemerintah.

Perintah yang diberikan kepada implementor harus konsisten, jelas dan

tepat antara tujuan dan manfaat karena perintah yang berubahubah akan

membingungkan pelaksana kebijakan, sehingga tujuan dari kebijakan KTP-el

tidak akan tercapai.

Pada temuan lapangan seperti yang diutarakan oleh I4-1 sebagai berikut:

“Dengan adanya KTP-el semua terlayani seperti pengurusan asuransi,


perbankan dan lainnya. Semua instansi memanfaatkan KTP-el,
sekarang kan berbasis KTP-el, kalau bukan KTP-el tidak mau
melayani seperti BPJS, perbankan dan lainnya”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa program KTP-el

memberikan manfaat kepada masyarakat. Dengan diterapkannya program KTP-el

masyarakat menjadi lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan publik. Karena


127

saat ini untuk pelayanan BPJS, asuransi, perbankan ataupun pelayanan publik

lainnya sudah berbasis KTP-el. Namun pada praktiknya tidak sedikit yang masih

menggunakan KTP manual mendapatkan penolakan pelayanan di perbankan . Hal

tersebut sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2013 Pasal 10

disebutkan bahwa KTP non elektronik tetap berlaku bagi penduduk yang belum

mendapatkan KTP-el sampai dengan paling lambat tanggal 31 Desember 2014.

Pernyataan hampir sama juga diutarakan oleh I4-9 sebagai berikut:

“Beberapa dampak setelah diterapkannya KTP-el ini yaitu


kedepannya tidak ada lagi data ganda , satu NIK untuk satu penduduk.
sehingga dengan KTP-el tunggal tentunya dapat meminimalisir
terjadinya penipuan dan lainnya. Dengan adanya KTP-el juga
meudahkan kita untuk mendapatkan pelayanan publik baik perbankan,
rumah sakit dan pelayanan publik lainnya”.
Berdasarkan kutipan wawancara dengan informan tersebut, dapat diketahui

bahwa mengenai perubahan setelah diterapkannya program KTP-el ini banyak

sekali dampak yang dirasakan sekalipun pelaksanaannya belum 100%. Satu NIK

KTP untuk satu penduduk dan dengan dilengkapi biometrik dalam chip KTP-el

sehingga tidak bisa digandakan. Dengan adanya KTP-el juga akan meminimalisir

terjadinya penipuan dan kriminalitas lainnya. Dampak lainnya yaitu membuat

database menjadi lebih akurat dengan NIK tunggal tersebut, walaupun saat ini

masih ditemukannya data ganda karena itu masih perlu dirapihkan dengan

berdasarkan NIK KTP-el sehingga nantinya kedepan tidak ada lagi ditemukan

data ganda.

Program KTP-el merupakan kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh

Indonesia, kebijakan ini dibuat dengan dilatarbelakangi oleh beberapa


128

permasalahan identitas penduduk yaitu seperti banyaknya jumlah data ganda

sehingga database menjadi tidak akurat. Berikut ini tanggapan informan

mengenai program KTP-el diutarakan oleh I3 :

“Kalau masalah tepat atau tidaknya kita masih belum bisa jawab
sekarang, karena sekarang ini sedang ruet-ruetnya jadi ada masanya
ketika Pelaksanaan yang baru pertama kali diterapkan masih
membereskan permasalahan-permasalahan kemarin , 2-3 tahun
kedepan kita baru bisa merasakan. Karena sekarang masih bnyaknya
data ganda, tetapi semakin kesini kan semakin sedikit”.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa memang dengan

dilaksanaknnya KTP-el belum mampu menekan jumlah data ganda di Disdukcapil

Kota Cilegon, namun seiring berjalannya waktu semakin kesini semakin sedikit.

Dan berdasar pernyataan informan di atas, butuh waktu 2-3 tahun lagi untuk

melihat tepat atau tidaknya dari dilaksanakannya program KTP-el di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon. Akan tetapi kontribusi dari

pelaksanaan KTP-el memberikan dampak yang baik bagi penataan dan

administrasi kependudukan.

Berdasarkan pada seluruh pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa

program KTP-el memberikan dampak yang baik bagi masyarakat, pemerintah,

perbankan ataupun perusahaan swasta lainnya. Beberapa dampaknya yaitu NIK

KTP-el tidak bisa digandakan atau dipalsukan sehingga meminimalisir terjadinya

penipuan dan juga database menjadi lebih akurat sehingga data yang akurat dapat

digunakan untuk kepentingan pembangunan dan juga dalam pemilu dan

pemilukada.
129

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Langkah selanjutnya dalam proses analisis data adalah melakukan kegiatan

interpretasi hasil penelitian. Interpretasi hasil penelitian merupakan penafsiran

terhadap hasil akhir. Dalam melakukan pengujian data dengan teori dan konsep

ahli, sehingga bisa mengembangkan teori, atau bahkan menemukan teori baru,

serta mendeskripsikan hasil data dari hasil data dan fakta di lapangan. Peneliti

dalam hal ini menghubungkan temuan hasil penelitian dilapangan dengan dasar

operasional yang telah ditetapkan sejak awal, dalam hal ini adalah teori evaluasi

kebijakan yang dikemukakan oleh William Dunn.

Ada enam kriteria yang dapat mengevaluasi suatu kebijakan, dapat

dikatakan berhasil atau tidaknya dalam proses pelaksanaannya. Adapun kriteria

terssebut meliputi kriteria efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas

dan ketepatan. Adapun temuan yang didapatkan dalam penelitian mengenai

Evaluasi Pelaksanaan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Cilegon Tahun 2015 , adalah sebagai berikut:

Pertama, efektivitas berkaitan erat dengan tingkat keberhasilan suatu

aktivitas, sehingga suatu kegiatan akan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut

mempunyai pengaruh yang besar terhadap sasaran kebijakan publik yang telah

ditetapkan sebelumnya. Setiap kebijakan mempunyai pencapaian target yang

ingin dicapai. Adapun perubahan yang ingin dicapai dari pelaksanaan program

KTP-el, harapan pemerintah menginginkan suatu perubahan yang lebih baik


130

menuju tertib adminitrasi kependudukan sehingga mampu mewujudkan database

kependudukan yang valid dan akurat.

Berdasarkan hasil penelitian, pencapaian target pelaksanaan perekaman

KTP-el sudah mendekati target yang diharapkan. Namun perubahan yang hendak

dicapai belum bisa dirasakan, yaitu belum tertibnya administrasi kependudukan

ditunjukkan dengan masih banyak ditemukannya data ganda, adanya

ketidaksesuaian Nomor Induk Kependudukan KTP-el dengan NIK dalam Kartu

Keluarga, sebagaimana pelaksanaan KTP-el ini untuk mewujudkan satu NIK

untuk satu penduduk. Saat ini Disdukcapil masih membutuhkan waktu supaya

pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon bisa benar-benar efektif, kendati masih

banyak data-data kependudukan yang perlu dirapihkan.

Adapun dalam pelaksanaannya, program KTP-el ini masih mengalami

hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya yaitu masih kurang memadainya

sarana dan prasarana di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan juga di

kecamatan-kecamatan. Alat perekaman sering mengalami error atau tidak

berfungsi seperti saat awal-awal baru dilaksanakannya program ini, di tiap

kecamatan kebanyakan alat pemindai mata yang sering mengalami error. Pada

awalnya di tiap kecamatan memiliki dua set alat perekaman tetapi saat ini hanya

tinggal satu, karena sudah banyak yang tidak berfungsi lagi. Kemudian hambatan

lainnya yaitu ketersediaan blangko KTP-el yang sering kehabisan bukan hanya

seminggu dua minggu tetapi bahkan sampai berbulan-bulan, penyediaan blangko

sebagaimana sesuai dengan Perpres No.26 Tahun 2009 disediakan oleh pusat

yang dilakukan secara bertahap. Dalam pengadaan blangko KTP-el Kemendagri


131

tidak menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, blangko yang diberikan hanya

sesuai data perekaman yang masuk ke pusat sedangkan blangko yang dibutuhkan

lebih dari itu, di Kota Cilegon ini membutuhkan banyak blangko karena beberapa

daerah melakukan perubahan dan pemekaran RT. KTP-el merupakan kebutuhan

dasar masyarakat dalam pengurusan segala hal untuk mendapatkan pelayanan

publik, maka dari itu kurang memadainya ketersediaan blangko menyebabkan

pelayanan menjadi terlambat sehingga masyarakat kesulitan untuk mendapatkan

pelayanan publik. Kemudian dalam mengimplementasikan suatu kebijakan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan, harus adanya koordinasi yang baik dengan

stakeholder seperti instansi swasta, BPJS, asuransi serta perbankan. Koordinasi

yang dilakukan disdukcapil dengan stakeholder masih belum terkoodinasi secara

langsung, seperti di perbankan data yang mereka akses sering sekali mengalami

perbedaan dengan Disdukcapil, karena mereka langsung terkoordinasi dengan

pusat sehingga data yang mereka akses update tiap 3 bulan sekali. Sehingga

masyarakat yang sudah memiliki KTP-el yang telah diperbaharui, namun dalam

database perbankan datanya belum ter-update sehingga menjadi kendala.

Kedua, efisiensi merupakan salah satu bentuk kriteria didalam proses

evaluasi pelaksanaan KTP-el di Disdukcapil Kota Cilegon. Efisiensi disini

merupakan seberapa banyak usaha yang dilakukan dalam mencapai hasil yang

diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian, Disdukcapil selaku pelaksana dalam

upaya percepatan pencapaian perekaman KTP-el memberikan kemudahan kepada

masyarakat dengan mengadakan pelayanan keliling atau jemput bola yang

dilakukan di tiap kecamatan, kegiatan tersebut disambut baik oleh masyarakat.


132

Kemudian dalam prosedur pembuatan KTP-el di Kota Cilegon sebelumnya

harus ada pengantar dari RT, RW dan kelurahan tetapi saat ini sesuai dengan surat

edaran dari Kemendagri bernomor 471/1768/SJ dalam surat tersebut Mendagri

menegaskan, seiring dengan semakin tertatanya database kependudukan di

seluruh Indonesia, maka dalam pelayanan perekaman, penerbitan, dan

penggantian KTP-el yang rusak dan tidak merubah elemen data kependudukan,

perlu penyederhanaan prosedur. Cukup dengan menunjukkan fotokopi Kartu

Keluarga tanpa surat pengantar dari RT, RW dan Kelurahan/Kecamatan. Namun

dalam praktiknya mengalami pro dan kontra karena masih belum sesuai dengan

instruksi yang telah ditetapkan kemendagri, untuk pembuatan KTP-el di

kecamatan masih perlu pengantar dari RT/RW dan kelurahan. Kebijakan yang

dibuat oleh kemendagri dalam penyederhanaan prosedur pembuatan KTP-el di

Kota Cilegon belum terlaksana dengan baik.

Pada temuan di lapangan, mengenai kriteria efisiensi yang berkenaan

dengan ketepatan waktu dalam pembuatan KTP-el, dapat diketahui bahwa

program KTP-el belum efisien. Karena kekosongan blangko di Disdukcapil

pembuatan KTP-el tidak tepat waktu yaitu lebih dari 14 hari kerja, padahal sesuai

SOP pelayanan pembuatan KTP-el paling lambat adalah 14 hari kerja. Untuk

mengatasi kekosongan blangko tersebut Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Cilegon mengeluarkan Surat Keterangan Pengganti KTP-el, surat

tersebut hanya bisa dibuat untuk NIK yang sudah KTP-el atau berstatus “Print

Ready Record” atau sudah siap cetak. Surat tersebut ditandatangani oleh Kepala

Dinas, dan disitu tertulis bahwa surat keterangan tersebut sebagai pengganti KTP-
133

el sehingga bisa digunakan untuk mengurus kepentingan seperti BPJS, perbankan

dan lainnya. Walaupun dalam surat keterangan tersebut tertulis dapat digunakan

untuk pelayanan publik selayaknya KTP-el, namun ada saja yang menolak surat

tersebut dan tetap meminta KTP-elnya . Dan juga saat ini sudah 95% penduduk di

Indonesia sudah melakukan perekam KTP-el, sehingga semakin banyak yang

rekam semakin lama pula untuk proses penunggalan hasil perekaman KTP-el.

Artinya yang baru melakukan perekaman membutuhkan waktu yang lama untuk

bisa dilakukan pencetakan KTP-el nya.

Ketiga, kecukupan merupakan salah satu bentuk kriteria pula dalam proses

evaluasi pelasanaan KTP-el di Disdukcapil Kota Cilegon. Dalam hal ini hasil

yang diinginkan merupakan kesesuaian proses pelaksanaan KTP-el dengan

kepuasan dan tingkat kebutuhan masyarakat. Kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah biasanya mengharapkan suatu perubahan yang lebih baik dan dapat

memuaskan bagi pelaksananya maupun dengan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian, adanya pelaksanaan KTP-el belum dapat

memuaskan kebutuhan masyarakat

Kriteria Kecukupan yaitu berkaitan dengan kemampuan program KTP-el

dalam menekan jumlah data ganda dan berkaitan dengan kecukupan akan sarana

dan prasarana dalam pelaksanaan program KTP-el. pada temuan di lapangan,

program KTP-el sedikit demi sedikit mengurangi jumlah data ganda. Hanya saja

masih butuh waktu, karena masih banyak data yang perlu dirapihkan sehingga

dapat mewujudkan tertib NIK, tertib, database serta tertib dokumen.


134

Kecukupan juga berkenaan dengan sejauh mana kebijakan tersebut dalam

pencapaian target, dapat menurunkan jumlah data penduduk ganda di Kota

Cilegon. Untuk mencapai target tentunya dibutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai dalam pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon ini. Permasalahan

blangko kosong, peralatan perekaman yang sudah mulai kurang berfungsi, serta

kualitas SDM yang perlu ditingkatkan menyebabkan hasil yang diinginkan dalam

program KTP-el ini menjadi kurang optimal.

Keempat, perataan berkaitan dengan bagaimana suatu kebijakan yang

dibuat dan dilaksanakan dapat terdistribusikan pelayanannya atas dasar kesamaan

manfaat yang diberikan. Pada proses pelaksanaan KTP-el oleh Disdukcapil Kota

Cilegon, pihak pemerintah harusnya dapat melaksanakan dengan adil tanpa

adanya perbedaan diskriminasi sehingga proses pelaksanaan KTP-el dalam upaya

penertiban administrasi kependudukan dapat dirasakan oleh semua masyarakat.

Kebijakan pemerintah berupaya untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kebijakan

terdapat beberapa jenis manfaat sebagai dampak positif yang dihasilkan oelh

pengimplementasian kebijakan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, adapun dalam pelaksanaannya sosialisasi

yang telah dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil selaku

pelaksana dalam program KTP sudah dilakukan di delapan kecamatan namun

belum mencakup semua karena pesertanya terbatas 60 orang. Disdukcapil

menginginkan peserta hadir adalah yang belum pernah mengikuti sosialisasi

namun tidak demikian perwakian RT yang diundang yang sudah pernah

mendapatkan sosialisasi. Sosialisasi yang telah disampaikan oleh Disdukcapil


135

kepada peserta tidak disampaikan dengan baik kepada masyarakatnya. Maka dari

itulah masih banyak masyarakat yang belum benar-benar memahami program

KTP-el tersebut. Berdasarkan keterangan informan bahwa pihak pelaksana sangat

penting perannya guna pelaksanaan program KTP-el. Dalam sosialisasi tersebut

dinas juga terkendala anggaran yang terbatas. Sebuah program kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah sudah semestinya didukung oelh sumber dana yang cukup,

karena kebijakan tidakan akan berjalan dengan baik anggaran tidak memadai.

Selain dari pada itu, berdasarkan hasil penelitian jumlah penduduk yang

belum melakukan perekaman sebanyak 37.808 jiwa pada Oktober 2016. jumlah

tersebut akan selalu berubah karena bersifat dinamis dan jumlah wajib KTP akan

terus bertambah. Ada beberapa faktor penyebab bagi yang belum melakukan

perekaman yaitu mereka yang masih belum membutuhkan KTP-el, faktor lainnya

yakni belum sempat melakukan perekaman KTP-el karena bekerja di luar kota

ataupun di luar negeri, padahal untuk di luar kota (luar domisili) bisa melakukan

perekaman ditempat ia menetap. Faktor lainnya masyarakat lanjut usia juga belum

perekaman karena keterbatasan dan tidak mampu untuk datang ke kecamatan atau

dinas sehingga harus dilakukan pelayanan mobile atau pelayanan perekaman

KTP-el di rumah masyarakat.

Kelima, responsivitas berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan

dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok

masyarakat tertentu. Proses pelaksanaan KTP-el ini diharapkan mampu menjadi

respon pemerintah agar hasil yang telah dicapai dapat lebih maksimal,
136

memberikan hasil yang baik, memberikan kemudahan terhadap kebutuhan

masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan KTP-el di Disdukcapil Kota

Cilegon mendapatkan respon yang baik. Dengan adanya instruksi dari

Kemendagri mengenai bahwa perekaman KTP-el paling lambat 30 September

2016 masyarakat datang ke kecamatan dan dinas untuk melakukan perekaman

KTP-el. Sebelum adanya instruksi tersebut pelayanan pembuatan KTP-el baik di

Kecamatan dan dinas tidak terlalu ramai, dan setelah beredarnya intruksi tersebut

antrian untuk perekaman KTP-el cukup banyak. Karena masih banyak yang

belum melakukan perekaman KTP-el sehingga Kemendagri memperpanjang

waktu perekaman sampai dengan pertengahan tahun 2017.

Antusiasme masyarakat yang cukup tinggi tidak diimbangi dengan sarana

prasarana yang memadai seperti blangko kosong. Masyarakat mengeluhkan

pemerintah mengistruksikan masyarakat untuk melakukan perekaman tetapi

blangko kosong sehingga tidak sedikit yang merasa kecewa.

Keenam, pada kriteria keenam yaitu ketepatan , kriteria ini berkenaan

dengan apakah suatu kebijakan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Pada

temuan di lapangan program KTP-el memberikan dampak yang baik bukan saja

untuk masyarakat, namun juga untuk memberikan data yang valid yang mana

digunakan untuk keperluan pemilu atau rencana pembangunan kedepannya.

Berdasarkan pada temuan lapangan, masyarakat mengungkapkan bahwa

program KTP-el ini akan memimalisir kriminalitas seperti penipuan. Karena satu
137

NIK KTP-el untuk satu penduduk, sehingga tidak bisa digandakan dan database

menjadi lebih akurat. Dan juga pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Cilegon telah melakukan kerjasama dengan beberapa instansi lainnya seperti

BPJS dan perbankan supaya dengan KTP-el masyarakat lebih mudah untuk

mendapatkan pelayanan publik.

Berikut ini adalah matriks hasil temuan lapangan dalam penelitian

mengenai “Evaluasi Program KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Cilegon Tahun 2015” :

Tabel 4.6 Hasil Temuan Lapangan

No. Kriteria Hasil Temuan


1. Efektivitas 1. Terget dalam pelaksanaan KTP-el di Kota
Cilegon, tidak bisa mencapai 100% karena
faktor lampid yang berubah setiap waktu.
2. Belum tercapainya tertib administrasi
kependudukan, meliputi masih belum tertib
NIK, masih adanya data ganda atau memiliki
NIK lebih dari satu. Masih belum tertibnya
dokumen, yaitu ketidaksesuaian antara NIK di
KTP-el dengan NIK yang ada di Kartu Keluarga
(KK).
3. Koordinasi lintas sektoral antara DKCS Kota
Cilegon dengan instansi lainnya mengenai
database KTP-el belum berjalan dengan baik.
4. Tidak adanya pengecekan biometrik di tingkat
kecamatan menyebabkan duplicated record atau
138

perekaman KTP-el lebih dari satu kali dengan


NIK berbeda
2. Efisiensi 1. Disdukcapil melakukan pelayanan keliling tahun
2016 di Kelurahan dan Kecamatan dalam upaya
untuk mempercepat mencapai hasil yang
maksimal.
2. Disdukcapil juga melakukan pelayanan mobile
untuk warga yang tidak bisa datang ke
kecamatan untuk perekaman KTP-el karena
sakit atau cacat, namun diperlukan surat
tembusan dari kelurahan dan kecamatan.
3. Sering habisnya blangko, membuat pelayanan
menjadi terlambat yang mana jika sesuai SOP
pembuatan dokumen kependudukan KTP-el 14
hari kerja. Namun sekarang untuk membuat
KTP-el membutuhkan waktu berbulan-bulan.
4. KTP-el yang masih ada masa berlakunya sudah
menjadi KTP-el seumur hidup, namun nyatanya
masih banyak masyakarat di Kota Cilegon yang
belum tahu dan tetap megajukan permohon
KTP-el untuk diganti seumur hidup ke
kecamatan dan dinas.
5. Saat ini bagi yang baru melakukan perekaman
KTP-el, akan membutuhkan waktu 3-5 bulan
karena terjadi gangguan pada server KTP-el, dan
semakin banyak yang sudah memiliki KTP-el
maka semakin lama pula untuk proses
penunggalan hasil perekaman KTP-el.
139

3. Kecukupan 1. Dengan adanya KTP-el seiring berjalannya


waktu, data ganda di Kota Cilegon ini akan
semakin berkurang.
2. Kurang memadainya blangko KTP-el padahal
antusiasme masyarakat kota Cilegon cukup
tinggi.
3. Banyak peralatan untuk perekaman yang
mengalami kerusakan menyebabkan perekaman
menjadi terhambat.
4. Printer Fargo550 atau alat cetak KTP-el saat ini
hanya ada 4 yang bisa digunakan, karena 3 alat
rusak.
5. SDM dalam pelakasaan porgram KTP-el di Kota
Cilegon dari tingkat kelurahan, kecamatan dan
dinas masih kurang secara kualitas sehingga
diperlukan bintek secara terus menerus.
4. Perataan 1. Setiap tahunnya Disdukcapil Kota Cilegon
selalu mengadakan kegiatan sosialisasi program
KTP-el di 8 Kecamatan, namun pesertanya
terbatas 60 orang sehingga hasil belum optimal.
2. Masih adanya daerah yang agak sulit dijangkau,
yang mana disana kesadaran akan kepemilikan
dokumen kependudukan seperti KTP-el masih
rendah. Seperti daerah di gunung-gunung yang
berada di Kecamatan Pulomerak dan Grogol.
5. Responsivitas 1. Masyarakat merespon dengan baik, bahwa KTP-
el lebih baik dari KTP manual sehingga KTP
tidak bisa digandakan.
2. Masyarakat di Kecamatan Pulomerak sangat
antusias apabila ada pelayanan keliling dari
140

Disdukcapil, tetapi kalau untuk mengurus


sendiri di Kecamatan agak sulit karena
kesadaran penduduk di Kecamatan Pulomerak
akan kepemilikan KTP-el masih rendah.
3. Adanya instruksi dari Kemendagri bahwa paling
lambat perekaman KTP-el 30 September,
masyarakat baru antusias datang ke kecamatan
untuk melakukan perekaman.
6. Ketepatan 1. Adanya KTP-el membuat database menjadi
lebih akurat dengan NIK tunggal tersebut,
walaupun saat ini masih ditemukannya data
ganda karena itu masih perlu dirapihkan dengan
berdasarkan NIK KTP-el sehingga nantinya
kedepan tidak ada lagi ditemukan data ganda.
141

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian mengenai “Evaluasi Pelaksanaan KTP Elektronik (KTP-el) di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon Tahun 2015”,

berdasarkan teori evaluasi kebijakan William Dunn dapat disimpulkan bahwa

program KTP-el ini belum efektif sehingga hasil belum maksimal karena belum

mencapai tujuan administrasi kependudukan, yaitu:

1. Program KTP-el yang diterapkan oleh Disdukcapil Kota Cilegon masih

belum efektif, dikarenakan masih banyak mengalami kendala sehingga

belum tercapainya tertib administrasi kependudukan.

2. Program ini masih belum efisien dikarenakan membutuhkan waktu

yang lama bagi yang baru melakukan perekaman KTP-el. Semakin

banyak yang melakukan perekaman KTP-el semakin lama proses

penunggalan hasil perekaman KTP-el.

3. Masih belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat secara merata karena

Disdukcapil Kota Cilegon sering kehabisan blangko KTP-el, dimana

pusat hanya memberikan blangko sesuai data perekaman yang masuk

ke pusat padahal Kota Cilegon memerlukan banyak blangko karena

beberapa daerah melakukan pemekaran RT seperti Kelurahan

Kebonsari, Tamanbaru, Cibeber, Rawa Arum, Kepuh, Tegal Ratu,

Samangraya, Kebon Dalem, Tegal Bunder.


142

4. Program KTP-el yang telah diterapkan di Disdukcapil Kota Cilegon

sudah tepat, karena seiring berjalannya waktu jumlah data ganda akan

semakin sedikit sehingga database menjadi benar-benar valid namun

untuk saat ini masih banyak data yang perlu dirapihkan, dan nantinya

database yang akurat dapat mewujudkan pembangunan yang tepat

sasaran di Kota Cilegon

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan KTP

Elektronik (KTP-el) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon

Tahun 2015”, maka peneliti dapat memberikan saran untuk perbaikan kebijakan

berikutnya agar lebih baik. Adapun saran-saran tersebut yaitu

1. Perlunya dilakukan sosialisasi secara terus menerus supaya dapat

mencakup semua lapisan masyarakat, sehingga dapat mewujudkan

tertib NIK, tertib database dan tertib dokumen.

2. Perlunya dilakukan bimbingan teknis (bintek) operator dan petugas

pelayanan setiap tahunnya supaya dapat meningkatkan kualitas SDM

karena dampak dari rotasi atau mutasi pegawai operator yang sudah

dibintek dipindahtugaskan.

3. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil perlu melakukan

penambahan sarana dan prasarana. Seperti alat printer cetak KTP-el

supaya setiap kecamatan masing-masing punya dan bisa melakukan


143

pencetakan di kecamatan sehingga operator tidak bolak balik ke dinas

untuk mencetak KTP-el namun tetap dikontrol oleh dinas.

4. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil perlu menambahkan

aplikasi di bagian perekaman supaya dapat melakukan pengecekan

biometrik di kecamatan sehingga dapat menghindari data “duplicated

record” dan masyarakat tidak perlu ke dinas.


DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI.

.2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Indrajit, Richardus Eko dkk. 2005. E-Government In Action: Ragam Kasus


Implementasi Sukses di Berbagai Dunia. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu


Sosial. Jakarta : DIA Fisip Universitas Indonesia.

Miles, Mathew dan Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif (Buku
Sumber Tentang Metode-Metode Baru). Jakarta : Universitas
Indonesia (UI-Press).

Nugroho, R. 2012. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.


Jakarta : Gramedia.

Parson, W. 2008. Public Policy, Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.
Jakarta : Prenada Media Group.

Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Suandi, I Wayan. 2010. Eksistensi Kebijakan Publik dan Hukum Dalam


Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Bali Universitas Udayana.

Sudjarwo. 2004. Buku Pintar Kependudukan. Penerbit: PT. Grasindo.

Soekarno SD. 2003. Public Policy. Surabaya : Airlangga University Press.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R dan D.


Bandung : Alfabeta.

DOKUMEN LAIN :

Dokumen Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon. Laporan


Pelaksanaan Perekaman dan Pencetakan KTP-el. Tahun 2015.
Dokumen Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon. Materi
Sosialisasi Pelaksanaan KTP-el . Tahun 2015.

Dokumen Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon. Himpunan


Peraturan Pelaksanaan e-KTP. Tahun 2012.

Instruksi Presiden No.6 Tahun 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi, Media,


dan Informatika).

Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e-Government.

Peraturan Presiden RI No.26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda


Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional.

SUMBER LAIN :

http://banten.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/51, ( Diakses pada Tanggal 11


November 2015).

http://indonesiarayanews .com/read/2012/10/25/ 27504/news-nusantara-10-25-


2012-15-16-realisasi-e-ktp-banten-capai-81-81 persen, (Diakses pada
Tanggal 13 November 2015)

https://riyandarmawan.wordpress.com/2013/03/20/pengertian-e-government,
(Diakses pada Tanggal 13 November 2015).

http://www.e-ktp.com/2011/06/hello-world, (Diakses pada Tanggal 20 Desember


2015).
MATRIKS HASIL WAWANCARA

Efektivitas

Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan KTP-el

Q1 Apakah hasil yang dicapai dalam pelaksanaan KTP-el di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cilegon mencapai target di

I Tahun 2015?

“Mengenai target tidak bisa mencapai 100% karena Lampid (laporan lahir

mati pindah datang) yang berubah-ubah setiap detiknya, sehingga tidak


I1
bisa mencapai target. Namun capaian KTP-el di Kota Cilegon terus

bertambah”.

“Target yang dicapai memang belum 100% tapi sudah mencapai target

dari Kemendagri yang hampir mencapai 90% di bulan oktober 2016.


I2
Karena pelayanan terus berjalan dan jumlah wajib KTP-el semakin

bertambah dan lampid yang berubah sehingga tidak bisa mencapai 100%”.

“Target di tahun 2015 sudah mencapai 86% dan saat ini telah mencapai

I6 95% masih sekitar 5% atau sekitar 20.000 masyarakat belum melakukan

perekaman KTP-el”.

Q2 Apakah semenjak diterapkannya program KTP-el di Kota Cilegon,

I administrasi kependudukan sudah menjadi lebih tertib ?

“Masih belum tercapainya tertib NIK, database, tertib dokumen karena

faktor lampid yang berubah-ubah dan juga karena kesadaran dan

I1 konsistensi penduduk yang masih rendah. Masih belumnya tertib dokumen

meliputi tidak melengkapi berkas, kemudian tidak melaporkan kepindahan

dan sebagainya”.
“Hampir, karena dibilang sudah juga belum. Karena masih banyak data

yang harus dirapihkan mulai dari penyesuaian NIK di KTP-el dengan NIK

I2 di kartu keluarga, masih banyak penyimpangan. Kemudian

ketidakpahaman warga akan NIK yang dia gunakan sesuai KTP-el itu

kan,makanya banyak dilakukan pengecekan biometrik”.

“Ya, dengan diterapkannya KTP-el akan mengarah pada tujuan , yaitu

tertibnya administrasi kependudukan. orang tidak bisa sembarangan

membuat KTP-el tanpa menggunakan sidik jari. Kalau dulu masih manual

orang bisa membuat KTP dimana saja bisa. Sekarang tentunya data

penduduk menjadi lebih tertib dan akurat. Kalau tertib NIK semua sudah

I6 tercapai, NIK semua penduduk sudah ada dalam kartu keluarga. Karena

kartu keluarga merupakan basis data untuk pembuatan KTP-el. Dengan

adanya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) tentu

database sudah menjadi lebih tertib, ditambah dengan adanya KTP-el

dapat mengurangi jumlah data ganda karena satu NIK satu penduduk,

kalau dulu kan bisa buat KTP dimana saja”.

Q3 Apa saja kendala/hambatan dalam mencapai tujuan dari pelaksanaan

I program KTP-el di Kota Cilegon?

“Kendalanya cukup banyak yaitu sarana prasarana masih belum memadai

seperti blangko dan ribon yang sering kosong, serta jaringan yang sering

trouble sehingga pelayanan menjadi terlambat. Dan kesadaran penduduk

I1 yang masih rendah untuk melakukan perekaman KTP-el dan untuk

perubahan dokumen kependudukan. ada enam faktor penyebab penduduk

belum melakukan perekaman KTP-el yaitu diantaranya seseorang memiliki

kartu identitas lebih dari satu, seseorang melakukan perpindahan ke daerah


lain tanpa melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, belum sempat

melakukan perekaman karena bekerja diluar kota atau luar negeri, dan

terakhir yaitu seseorang telah meninggal”.

“Kendalanya itu peralatan yang masih kurang dan banyak alat-alat yang

rusak saat ini beda dengan 2-3 tahun yang lalu. Kalau waktu itu keinginan

masyarakat untuk memilki KTP-el belum termotivasi, kalau sekarang kan

dengan adanya instruksi Kemendagri otomatis masyarakat berbondong-

bondong untuk perekaman KTP-el karena ada batas waktunya. Mereka

melakukan perekaman tapi sebenarnya belum paham dengan KTP-el


I2
sendiri. Ketersediaan blangko dan ribbon yang sering kosong juga otomatis

menghambat penerapan KTP-el. Kalau waktu ribbon belum boleh

melakukan pengadaan sendiri kalau sekarang sudah dari APBD. Kalau

blangko kan karena masih dari pusat jadi masih tergantung APBN. Kaya

sekarang sudah habis nih blangko nya , untuk sementara kita ganti dengan

surat keterangan pengganti KTP-el”.

“Yang menjadi kendala yaitu tidak adanya blangko KTP-el, kalau ada

blangko KTP-el semua terlayani dengan baik dan cepat. Ribbon yang

terbatas juga sempat menjadi kendala kami karena kebutuhan yang sangat

tinggi namun ribbon terbatas, tapi sekarang sudah bias dari APBD. Kalau

untuk SDM sekarang mereka semua menguasai , hanya kekurangan SDM


I6
saja yang seharusnya 3 orang sekarang dipegang satu orang. Kita tidak

bisa menambahkan begitu saja, karena itu kan dari pemerintah kota

khususnya BKD. Jadi untuk pelayanan ke masyarakat memang harus

ditambahkan SDM nya”.


“Ada banyak kendala dalam pelaksanaan KTP-el di Cilegon ini, yang

pertama kurangnya informasi, kurangnya sosialisasi yang menyebabkan

tidak adanya pemahaman tentang fungsi dari KTP-el tidak hanya di

kalangan menengah kebawah, namun di lapisan menengah keatas masih

banyak yang belum paham mengenai KTP elektronik ini. Kendala lainnya

yaitu ketersediaan blangko yang sering kosong , sekarang lancar tapi tidak
I3
tahu untuk kedepannya. Kendala lainnya yaitu koordinasi lintas sektoral,

dalam hal ini misalkan disdukcapil dengan samsat, imigrasi, perbankan

dan lainnya terkadang data yang diambil berbeda dengan BPJS, tidak tahu

BPJS ngambilnya dari mana. Ada juga di perbankan mereka mengklaim

mengambil data dari kementerian , tapi data yang di DKCS dengan Bank

BRI itu beda”.

“Kendala pertama yaitu SDM (Sumber Daya Manusia) yang masih kurang

dalam keahlian mengenai KTP-el, masih banyak yang belum tahu baik

operator maupun bagian pelayanan di tingkat kecamatan. Membedakan

yang mana KTP-el yang mana KTP reguler masih ada yang belum tahu,

ada yang sudah KTP-el tapi disuruh ke dinas untuk cek biometrik padahal

sudah jelas itu NIK KTP-el. Kedua pada saat pertama diterapkannya KTP-

I4-1 el setelah pemutakhiran data perekaman KTP-el dilakukan tahun 2011,

banyaknya perubahan tanggal lahir saat perekaman sehingga NIK ikut

berubah , dan aplikasi database dari Kementrian belum siap waktu itu,

padahal peraturannya NIK itu tidak boleh dirubah. Tapi kenyataannya

waktu itu NIK bisa dirubah dengan perubahan tanggal lahir. Dan tahun

2013 NIK sudah dikunci dari pusat, walupun merubah tanggal lahir NIK

tidak akan berubah. Kendalanya dari pertama perekaman yang sudah KTP-
el waktu perekaman masal, ternyata NIK nya berubah dan melakukan

perekaman lagi atau pengajuan yaitu dampaknya tidak bisa dicetak dan

menjadi duplicated record. Kemudian kendala dalam pencetakan biasanya

gangguan dari pusat , kemudian yang perekaman menggunakan kontak lens

tidak akan pernah bisa dicetak”.

“Kendalanya yaitu sering habisnya blangko dan ribon menghambat dalam

pencetakan KTP-el ini, jaringan yang sering trouble baik server KTP-el

I4-2 maupun jaringan SIAK nya apabila hujan lebat jaringan nya offline , dan

kesadaran penduduk Kecamatan Pulomerak yang masih rendah akan

kepemilikan KTP-el”.

“Kendalanya cukup banyak meliputi peralatan rekam yang sering error

atau tidak berfungsi , jaringan server yang sering offline bisa dari pusat

atau dari DKCS masalahnya. Sehingga menghambat pelaksanaan KTP-el


I4-3
ini karena harus diperbaiki dulu. Kendala lainya pada saat pencetakan

blangko dan ribon yang sering kosong , sehingga tidak bisa melakukan

pencetakan. Kalau lagi ada alhamdulilah lancar”.

“Kendala yang paling utama yaitu sering kosongnya balngko KTP-el

sehingga tidak bisa melakukan pencetakan, dan juga jaringan yang sering

offline menghambat dalam perekaman KTP-el. Kalau offline lokal biasanya

I4-4 yang mau perekaman kita alihkan ke DKCS, tetapi banyak yang tidak mau

karena jauh. Kendala lainnya yaitu “data tidur” yang mana data nya tdak

muncul didata SIAK sehingga tidak bisa langsung perekaman, kemudian

banyak yang membuat KTP-el tetapi tidak bisa dicetak karena biometrik”.

“Kendalanya itu jaringan SIAK maupun untuk perekaman yang sering


I4-5
offline sangat mengganggu perekaman menjadi terhambat, terkadang juga
peralatan tidak berfungsi seperti alat finger dan irish matanya. Kemudian

tidak sedikit masyarakat lupa sudah pernah perekaman KTP-el atau belum,

karena di Kecamatan tidak adanya aplikasi untuk pengecekan biometrik

sehingga sering sekali terjadi perekaman lebih dari satu kali dengan NIK

yang berbeda baik masih di Kota Cilegon maupun daerah asalnya”.

“Kendalanya peralatan untuk perekaman sering eror atau tidak berfungsi,

seperti irish mata nya dan untuk finger nya, kemudian jaringan yang sering

trouble juga menghambat perekaman. “Data tidur” juga menjadi kendala ,

karena banyak data yang tidak muncul karena adanya integrasi data dari

pusat, sehingga tidak bisa perekaman kalau datanya belum ditampilkan

oleh ADB (Administrator Database). Hal itu terjadi biasanya karena NIK
I4-6
nya lebih dari satu , karena itu dinonaktifkan sementara oleh Kemendagri.

Kendala lainnya yaitu banyaknya NIK yang biometrik atau KTP-el nya

tidak bisa dicetak biasanya disebabkan karena melakukan perekaman 2

(dua) kali dengan NIK yang berbeda atau NIK yag ada di KK bukan NIK

yang KTP-el sehingga yang bersangkutan harus melakukan cek biometrik

di DKCS karena di kecamatan belum bisa untuk cek biometrik”.

“Kendala cukup banyak yaitu ketika masyarakat banyak yang mau

perekaman KTP-el tetapi alat perekaman eror, jaringan offline , data

penduduknya “data tidur” , dan untuk pencetakan di DKCS printer untuk

mencetak nya hanya ada beberapa printer untuk 8 (delapan) kecamatan


I4-7
dan dinas , harusnya disediakan masing-masing untuk kecamatan supaya

tidak mengantri atau bergantian untuk pencetakan KTP-el supaya lebih

cepat. Kemudian untuk blangko KTP-el dan ribbon kadang lancar , kadang

kosong sehingga tidak bisa melakukan pencetakan KTP-el. Banyaknya data


penduduknya yang “data tidur” sehingga tidak bisa perekaman pada saat

itu juga, karena di dinas juga berkasnya menumpuk yang mengerjakan

hanya satu jadi kita tidak bisa menjanjikan kepada masyatakat kapan bisa

perekaman, ada yang mengerti atau maklum, ada juga yang marah-marah

karena sudah ijin kerja hanya untuk buat KTP-el. Hal-hal seperti itu yang

sulit untuk dijelaskan kepada masyarakat”.

“Kendala utama perekaman KTP-el itu jaringan yang sering offline dan

juga alat perekaman yang sudah tidak memungkinkan atau sering tidak

I4-8 berfungsi sehingga menjadi terhambat. Dan kendala utama dalam

pencetakan yaitu blangko KTP-el yang sering kosong dan printer untuk

mencetak tidak cukup untuk 8 (delapan) kecamatan”.

“Kendalanya cukup banyak, yaitu blangko KTP-el dan ribbon yang sering

kosong sehingga kami tidak bisa melakukan pencetakan , kemudian

peralatan untuk perekaman yang sering error serta jaringan server yang

kadang mengalami gangguan sehingga menghambat perekaman KTP-el.

Masyarakat juga terkadang lupa ketika ditanya sudah pernah perekaman

I4-9 KTP-el atau belum , sehingga banyak sekali KTP-el yang tidak bisa dicetak

karena duplicated record , karena di kecamatan belum adanya aplikasi

untuk melakukan pengecekan biometrik seperti yang di dinas. Padahal

kalau di Kecamatan bisa melakukan pengecekan biometrik akan

meminimalisir terjadinya duplicated record atau perekaman lebih dari

sekali”.
MATRIKS HASIL WAWANCARA

Efisiensi

Usaha yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan

Q4 Upaya apa saja yang dilakukan dalam menangani kendala/hambatan

I dalam pelaksanaan program KTP-el?

“Adapun upaya yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Cilegon yaitu dengan memanfaatkan sarana prasarana yangg ada dengan

maksimal, kemudian memanfaatkan SDM yang ada melalui bintek, program

I1 pelatihan, pengawasan, dan terus melakukan sosialisasi baik kegiatan ,

maupun menjadi narasumber untuk menginformasikan sadar KTP-el . dan

juga kami telah melakukan pelayanan keliling dalam rangka jemput bola

dalam pelaksanaan KTP-el”.

“Sekarang kita upaya nya dengan melakukan pelayanan keliling,

menjemput bola ke kecamatan-kecamatan. Terus juga bagi warga nya yang


I2
sakit, cacat, atau tidak mampu untuk datang ke kecamatan atau dinas kita

adakan pelayanan mobile”.

“Untuk mengatasi kekosongan blangko , kami memberikan informasi dan

I6 melakukan sosialisasi bahwa blangko kosong dan untuk sementara sebagai

pengganti kami menerbitkan Surat Keterangan Pengganti KTP-el”.

“Yang pertama melakukan sosialisasi secara komprehensif dan

berkesinabungan, komprehensif dalam artian kita selalu melakukan update-

I3 update tentang peraturan perundangan, seperti adanya instruksi bahwa

pembuatan KTP-el tidak perlu melalui RT, RW. Itu kan update-update yang

kita dapatkan dari pusat untuk diterapkan di daerah. Secara


berkesinambungan artinya selalu kita melakukan sosialisasi itu terus

menerus. Tetapi tidak hanya melalui sosialisasi saja karena kita terkendala

anggaran, maka dari itu kita memanfaatkan aparat-aparat di kelurahan

dan kecamatan untuk melakukan pembinaan dalam rangka pelayanan-

pelayanan langsung langsung. Upaya lainnya yaitu dengan pelayanan

keliling, kita akan melakukan jemput bola”.

“Upaya yang dilakukan kalau masalah jaringan kita hubungi Jarkomdat,

I4-1 dan kalau KTP-el tidak bisa dicetak harus cek biometrik di dinas, karena di

kecamatan belum bisa melakukan untuk pengecekan biometrik”.

“Kalau dari pihak kecamatan hanya bisa menghimbau masyarakat untuk

I4-2 melakukan perekaman bagi yang belum memiliki KTP-el melalui RT, RW,

kelurahan”

“Upaya yang dilakukan dari kecamatan terus koordinasi dengan pihak

DKCS , dan dari DKCS koordinasi dengan kemendagri. Dan juga terus
I4-3
mensosialisasikan ke lapisan-lapisan masyarakat supaya untuk melakukan

perekaman KTP-el bagi yang belum rekam”.

“Adapun yang dilakukan hanya mensosialisasikan ke kelurahan-kelurahan

I4-4 dan RT RW nya supaya menyampaikan ke masyarakat untuk melakukan

perekaman KTP-el di Cilegon”.

“Kita dari Kecamatan terus melakukan himbauan kepada aparatur dan


I4-5
masyarakat supaya untuk membuat KTP-el di kecamatan”.

“Adapun upaya yang dilakukan dengan terus menghimbau dan

I4-6 mensosialisasikan supaya bagi yang belum perekaman segera untuk

perekaman KTP-el, karena untuk jemput bola sarana tidak memadai”.


“Dari kecamatan kita selalu menghimbau masyarakat yang belum

I4-7 melakukan perekaman KTP-el supaya datang ke Kecamatan, dan untuk

kendala lainnya selalu dikonsultasikan kepada dinas”.

“Upaya yang dilakukan , terus mensosialisasikan ke RT dan RW nya dan


I4-8
juga kita jemput bola yaitu mengadakan perekaman KTP-el di kelurahan”.

“Upaya yang dilakukan Kecamatan Citangkil yaitu terus menghimbau

masyarakat melalui kelurahan, RW dan RT supaya segera datang ke


I4-9
kecamatan bagi yang belum memiliki KTP-el atau belum melakukan

perekaman”.

Q5 Apakah dengan adanya KTP-el ini bisa meningkatkan efisiensi?

“Jelas dengan adanya KTP-el bisa meningkatkan efisiensi anggaran di

pusat, karena sudah berlaku seumur hidup, tetapi kalau ada perubahan
I1
tetap saja harus diganti KTP-el nya”.

“Kami kurang tau untuk anggaran dari pusat untuk pengadaan blangko,

ribbon dan peralatannya, karena kami hanya menerima dalam bentuk

barang. Pastinya anggaran jauh lebih besar dibandingkan KTP manual,


I6
tetapi untuk jangka panjang KTP-el ini sudah berlaku seumur hidup jadi

cukup meningkatkan efisiensi”.

Q6 Apakah ada kesulitan dalam pembuatan KTP-el di Kota Cilegon?

“Kalau saya alhamdulilah lancar tidak ada kesulitan saat pembuatan KTP-
I5-1
el karena saya pindahan dari Kecamatan Cilegon dan sudah KTP-el jadi
saat pindah ke Kecamatan Citangkil tidak ada kesulitan”.

“Tidak ada kesulitan dalam pembuatan KTP-el di DKCS , tapi yah katanya
I5-2
jadinya agak lama”.

“Untuk prosedur pembuatan tidak ada kesulitan karena sebelumnya saya


I5-3
sudah KTP-el di Bekasi, jadi tinggal perubahan alamat Cilegon saja”.

“Bukan sulit sih, tapi agak ribet karena saya sudah pernah rekam tapi
I5-4
KTP-el nya tidak bisa dicetak karena biometrik”.

“Prosedurnya yang terlalu panjang menurut saya, karena harus minta

pengantar dari RT RW Kelurahan baru ke Kecamatan. Dan saat saya mau


I5-5
mengambil KTP-el di Kecamatan ternyata belum jadi katanya KTP-el nya

tidak bisa dicetak, disuruh ke dinas buat cek biometrik”.

Q7 Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan KTP-el di

I Kota Cilegon?

“Waktu itu kalau tidak salah kurang dari 2 (dua) minggu sudah jadi, kalau
I5-1
sekarang lama yah karena blangko nya kosong”.

“Saya buat tanggal 4 dan sekarang tanggal 17 untuk pengambilan , baru

kartu keluarga saja yang sudah jadi, KTP-el nya belum jadi karena katanya

I5-2 balngko baru ada tahun 2017. Jadi hanya dikasih surat keterangan untuk

mengurus keperluan-keperluan yang berlaku untuk 6 (enam) bulan

kedepan”.

“Waktu yang dijanjikan sebenarnya 2 (dua) minggu, tapi blangko KTP-el


I5-3
lagi kosong katanya jadinya kemungkinan tahun 2017 belum tau pastinya”.

“Dari kecamatan diberi waktu pengambilan 2 (dua) minggu, tetapi KTP-el


I5-4
saya tidak jadi-jadi sampai sekarang karena blangko juga kosong katanya
jadi tahun 2017”.

“Diberi waktu untuk pengambilan sebenarnya hanya 2 minggu, tapi


I5-5
katanya blangkonya lagi kosong jadi hanya diberi surat keterangan”.
MATRIKS HASIL WAWANCARA

Kecukupan

Q7 Apakah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program KTP-el di

I Kota Cilegon sudah memadai?

“Belum memadainya sarana prasarana menjadi kendala , terutama untuk


I1
blangko dan ribon yang masih disediakan oleh pusat”.

“Cukup memadai, tetapi perlu penambahan karena sekarang perbaikan ke


I2
pusatnya juga lama”.

“Kan di Kota Cilegon ini ada penambahan untuk program Kartu Identitas

Anak (KIA), ini perlu penambahan komputer dan alat cetak printer untuk
I6
KTP-el dan KIA. Mungkin tahun 2017 untuk pelaksanaan penambahan 2

(dua) set komputer dan printer”.

“Kalau sarana prasarana untuk saat ini hanya perlu penambahan sedikit,

I3 yang masih kurang itu masalah SDM di DKCS lebih sedikit dibandingkan

dengan kecamatan”.

“Masing-masing kecamatan sudah memiliki dua perangkat KTP-el dari

pusat, Cuma ada beberapa yang mengalami kerusakan, paling banyak yang
I4-1
rusak itu iris mata. Sidik jari ada dua yang belum kembali dari pusat sejak

tahun 2013”.

“Sarana dan prasarana masih belum memadai, di Kecamatan Pulomerak

sebenarnya ada 2 (dua) alat untuk perekaman KTP-el tapi yang satu rusak
I4-2
alat untuk iris matanya rusak. Kemudian alat untuk pencetakan KTP-el

yang terbatas di DKCS sehingga harus bergantian, ditambah lagi kalau


ketersediaan blangko yang kosong sampai berbulan-bulan membuat

pelayanan menjadi terlambat”.

“Cukup memadai , namun belum 100% “.


I4-3

“Kalau menurut saya, sarana dan prasarana dalam pelaksanaan KTP-el di

Kota Cilegon ini belum memadai karena yah seperti kendala-kendala yang

tadi disebutkan blangko KTP-el terbatas, sedangkan antusias masyarakat


I4-4
cukup tinggi. Kemudian juga untuk pengecekan biometrik hanya bisa

dilakukan di DKCS, padahal harusnya di kecamatan juga ada supaya untuk

menghindari “duplicated record” atau perekaman lebih dari sekali”.

“Kalau menurut saya, sarana dan prasarana dalam pelaksanaan KTP-el

ini masih kurang memadai. Peralatan yang sering error , waktu itu pernah

alat yang untuk tanda tangan rusak terua alat tersebut di bawa ke DKCS

untuk diperbaiki, sehingga di Kecamatan Ciwandan tidak bisa melakukan

I4-5 perekaman. Dan untuk warga yang ingin melakukan perekaman dialihkan

sementara ke DKCS, namun banyak masyarakat yang mengeluh karena

jarak dari Ciwandan ke Kantor DKCS lumayan jauh. Ditambah lagi

jaringan eror sampai seminggu baru diperbaiki. Sehingga menghambat

pelayanan”.

“Masih belum memadai, karena sering habisnya blangko dan ribon

menghambat dalam pecetakan. Setelah beberapa bulan tidak ada blangko,

ketika sudah ada sebaliknya ribon yang habis. Masyarakat kan tidak tahu
I4-6
menahu mengenai kosongnya blangko dan ribon, sehingga mereka

mengklaim bahwa pembuatan KTP-el itu lama dan sulit. Alat untuk

pencetakan di DKCS pun hanya ada 3 sehingga harus menunggu dan


bergantian untuk melakukan pencetakan KTP-el”.

“Sarana dan prasarana masih belum memadai, sebelumnya ada dua alat

perekaman di Kecamatan Cilegon tapi yang satu rusak jadi sekarang hanya

I4-7 satu dan itupun sering eror alatnya. Dan untuk pencetakan nya belum

memadai , saya pingin nya sih setiap kecamatan memiliki satu alat pencetak

KTP-el supaya tidak berebut”.

“Belum memadai, yang pertama ketersediaan blangko yang jauh dari

memadai sehingga sering kosong, dan juga alat atau printer pencetak KTP-
I4-8
el yang terbatas sehingga harus bergantian dengan 7 (tujuh) kecamatan

lainnya”.

“Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan KTP-el masih kurang

memadai, yaitu tadi blangko dan ribbon sering kosong, alat perekaman
I4-9
juga sudah mulai error, dan juga untuk pencetakan di DKCS hanya ada

beberapa printer , sehingga harus menunggu dan bergantian”.

Q9 Apakah SDM dalam pelaksanaan program KTP-el ini diberikan

I pelatihan/bintek yang cukup?

“Tentu saja operator diberikan bintek, kalau tidak dilakukan bintek tidak

akan bisa operasional. Ada bintek oleh Kementerian Dalam Negeri,

I1 provinsi, dan oleh disdukcapil. Namun operator yang sudah di bintek sering

dipindah tugas atau rolling diganti dengan orang baru tentu menjadi

terhambat sehingga kurang maksimal”.

“Bintek harusnya dilakukan tiap tahun , tapi pelaksanaannya tergantung

I2 dari PPTK nya . PPTK nya nggak jalan bintek juga tidak berjalan. Tapi

kita berkoordinasi dengan operator kecamatan cukup lancar”.


“Bintek pasti ada setiap tahunnya, dari pusat, provinsi dan kota”.
I3

“Kalau untuk bintek, Kota Cilegon belum pernah melakukan bintek untuk

operator mengenai pelaksanaan KTP-el, adapun waktu itu yang diadakan


I4-1
oleh provinsi. Kalau SIAK ada setiap tahunnya, karena SIAK kan dasar nya

juga dalam melakukan verifikasi data”.

“Pernah diberikan bintek mengenai pelaksanaan KTP-el tingkat kota yang


I4-2
di adakan di Hotel Cilegon pada tahun 2014”.

“Tentu saja pernah diberikan bintek untuk para operator yang diadakan

I4-3 oleh DKCS , kalau tidak salah waktu itu dilakukan di Hotel Sukma

Cilegon”.

“Kalau saya kebetulan baru satu tahun , jadi untuk KTP-el tidak pernah
I4-4
mengikuti binteknya”.

“Kalau saya kebetulan baru setahun disini, jadi belum pernah ikut bintek
I4-5
KTP-el di Cilegon”.

“Setiap ada program baru pastinya operator di bintek , dan untuk

pelaksanaan KTP-el ini sudah diberikan bintek sejak 2011 saat perekaman
I4-6
masal. Karena percontohan penerapan KTP-el itu kan Kota Cilegon

awalnya”.

“Kalau seinget saya untuk SIAK setiap tahun diadakan bintek karena selalu

di upgrade ke versi baru, dan KTP-el hanya sekali diadakan di hotel sukma

I4-7 tahun 2011 itupun hanya materi, prakteknya langsung di Kecamatan

masing-masing didampingi dengan pembimbing 2(dua) orang

Kemendagri”.
“Saya 2 (dua) kali mengikuti bintek pelaksanaan KTP-el yaitu di Hotel
I4-8
Sukma Cilegon dan Hotel City Cilegon”.

“Kalau untuk bintek mengenai pelaksanaan KTP-el saya belum pernah ikut,

I4-9 karena saya baru menjadi operator selama 2 tahun saya hanya pernah

mengikuti bintek SIAK versi 5 yang diadakan provinsi”.

Q10 Apakah hasil yang diinginkan dalam program KTP-el di Cilegon sudah

I memenuhi kebutuhan masyarakat?

“KTP-el merupakan kebutuhan dasar, namun sayangnya masih banyak

I1 yang belum melakukan perekaman KTP-el. Bila belum KTP-el nanti susah

untuk mendapatkan pelayanan publik lainnya”.

“Program KTP-el sudah memenuhi kebutuhan masyarakat terutama yang

mempunyai NIK itu sudah terpenuhi semua, kecuali yang masih memiliki

I6 Kartu Keluarga (KK) yang lama, datanya perlu di bangunkan atau

dimunculkan supaya KTP-el nya bisa diproses. Kami optimis dengan

pelayanan KTP-el, masyarakat juga antusias”.


MATRIKS HASIL WAWANCARA

Perataan

Perataan Sosialisasi

Q11 Apakah sosialisasi program KTP-el yang telah dilakukan sudah

I optimal?

“Sosialisasi sudah berjalan namun belum optimal, setiap tahun Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Cilegon melakukan sosialisasi di 8

(delapan) Kecamatan tetapi pesertanya tidak mencakup semua. Belum


I1
maksimal karena terkendala anggaran yang terbatas untuk sosialisasi.

Sosialisasi yang dilakukan tidak hanya melalui tatap muka, tetapi juga

melalui radio, media cetak, papan umbul”.

“Kita sudah sosialisasikan mengenai KTP-el di setiap kecamatan dan


I2
sudah merata se-Kota Cilegon”.

I6 “Untuk sosialisasi sudah kita lakukan secara merata, setiap tahunnya

melakukan 3 kali sosialisasi di 8 (delapan) kecamatan dan juga beberapa

kali melakukan pelayanan keliling untuk meningkatkan koordinasi dengan

dinas , dan juga RT RW koordinasi dengan dinas melalui kecamatan”.

Q12 Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el

I di Kota Cilegon ini ?

“Cukup banyak masyarakat yang sulit dijangkau ada beberapa daerah

yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el ini diantaranya daerah


I1
Cipala, Gunung batur, Grogol, pulomerak, maka dari itu diperlukan

pelayanan keliling”.
“Paling didaerah yang masih gunung-gunung seperti Cipala, Gunung

I2 Batur dan lainnya. Selain itu kan geografis yang lainnya mudah untuk

dijangkau”.

“Kalau dilihat dari hasil capaian KTP-el Kecamatan Pulomerak

merupakan Kecamatan dengan capaian paling kecil dibanding kecamatan

lainya, karena disana masih ada beberapa daerah gunung-gunung dan


I6
mereka masih belum butuh untuk untuk kepemilikan dokumen seperti KK

dan KTP. Mereka punya KK dan KTP tetapi yang cetakan lama yang masih

tandatangan Camat”.

“Masih banyak daerah yang sulit dijangkau di Kota Cilegon ini,

masyarakat yang merasa tidak membutuhkan KTP-el seperti di daerah

Cipala, Gunung Batur, Batu lawang daerah-daerah gunung disana. Mereka

I3 terkendala transportasi dan juga ekonomi, untuk turun ke bawah saja

mengeluarkan Rp.50.000 untuk bulak balik belum lagi kalau KTP-el tidak

bisa dicetak karena biometrik harus ke DKCS. Saya pikir kalo Kecamatan

Citangkil, Jombang, Cilegon sangat antusias sekali”.

“Masih ada beberapa daerah gunung-gunung seperti Cipala, Gunung

I4-1 Batur, Ciporong, Pasir Salam. Jadi untuk kesana haru pakai motor, dengan

melakukan pelayanan mobile”.

“Masih banyak penduduk yang masih sulit untuk dijangkau karena

Kecamatan Pulomerak ini terdapat gunung-gunung. Di Kecamatan sendiri

masih kurangnya sarana untuk melakukan perekaman secara mobile ,


I4-2
sebenarnya sudah pernah meminta ke DKCS sarana untuk perekaman

mobile di daerah pegunungan, tetapi belum di respon. Adupun daerahnya

meliputi Gunung Batur I , Gunung Batur II, Ciporong, Tembulung,


Lebakgede, Cipala, Suralaya. Pinginnya sih kesana , tetapi transportasi

dan sarana prasana belum mendukung”.

“Karena lokasi yang cukup strategis , tidak ada masyarakat yang sulit

I4-3 dijangkau dan juga hanya ada 4 (empat) kelurahan jumlah paling sedikit

dibandingkan dengan kecamatan lainnya”.

“Kalau untuk lokasi masih bisa terjangkau, paling kalau yang benar-benar

I4-4 sakit tidak bisa berjalan itu yang sulit untuk dijangkau sehingga harus

dilakukan jemput bola untuk perekaman”.

“Yang sulit dijangkau bukan hanya lokasi tapi kondisi yang kurang

memungkinkan untuk datang ke kecamatan seperti yang lansia, yang tidak

I4-5 bisa berjalan, dan struk jadi mereka belum memiliki KTP-el. Dan dari

lokasi yang sulit dijangkau yaitu daerah Kelurahan Banjarnegara dan

Gunung sugih”.

“Secara geografis Kecamatan Jombang berada di tengah kota jadi tidak

terlalu sulit untuk dijangkau, paling yang agak sulit dijangkau yang lansia

I4-6 sehingga tidak bisa datang ke kecamatan untuk perekaman. Yah memang

harusnya kita jemput bola, tetapi di kecamatan alat yang bisa dipakai

hanya satu”.

“Di Kecamatan Cilegon lokasinya cukup strategis jadi tidak terlalu sulit

I4-7 untuk dijangkau, paling hanya di sekitar Kelurahan Bagendung (TPU

sampah Cilegon) yang lumayan agak jauh”.

“Ada satu kelurahan yang agak sulit dijangkau , yaitu daerah yang

I4-8 berbatasan dengan Kebupaten Serang. Karena lokasinya lumayan jauh

sehingga kesadaran penduduk untuk membuat KTP-el masih rendah”.


“Kecamatan Citangkil memiliki lokasi yang cukup strategis sehingga tidak

I4-9 terlalu sulit, paling yang sulit dijangkau usia lansia yang yang tidak bisa

datang ke kecamatan untuk perekaman”.

Q13 Bagaimana koordinasi yang dilakukan dengan pihak kecamatan dan

I kelurahan serta RT dan RW dalam pelaksanaan program KTP-el di

Kota Cilegon?

“Koordinasi yang dilakukan dalam pelaksanaan KTP-el ini untuk

I1 perekaman dilakukan di Kecamatan dan untuk pencetakannya dilakukan di

Dinas Kependudukan Catatan Sipil Kota Cilegon”.

“Koordinasi yang dilakukan dengan Kecamatan juga kita lakukan tiap hari
I2
dengan melalui telepon, atau “spark” atau datang langsung”.

“Kami koordinasi dengan kecamatan melalui sosialisasi dengan RT RW

ibu-ibu PKK juga dengan Camat dan Lurah. Dan juga kami akan jemput
I6
bola dengan pelayanan keliling supaya hasil capaian KTP-el lebih

maksimal”.

“Sampai sejauh ini , kita harus selalu koordinasi dengan kemendagri

karena keterkaitannya dengan ketersediaan bangko. Tidak hanya dengan

I3 pusat karena proses pelaporanpun melalui provinsi berapa jumlah

perekaman, nerapa jumlah blangko yang habis dan lainnya”.

“Koordinasi dilakukan dari tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan”.


I4-1

“Koordinasi yang dilakukan dengan DKCS cukup baik, jika ada trouble

I4-2 mengenai perekaman , pencetakan KTP-el maupun database dalam SIAK

langsung dikonsultasikan dengan pihak DKCS”.


“Seperti yang tadi saya bilang , pihak kecamatan berkoordinasi dengan

I4-3 baik dengan DKCS untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam

pelaksanaan KTP-el ini”.

“Koordinasi yang dilakuakn dengan dinas cukup baik , karena kita terus

I4-4 komunikasi terkait masalah perekaman maupun mengenai pencetakan KTP-

el”.

“Kalau ada kendala kita koordinasi dengan pihak DKCS baik melalui via

I4-5 telpon maupun melalui “Spark” ( aplikasi chatting) yang difasilitasi oleh

DKCS”.

“untuk koordinasi dengan operator DKCS kita difasilitasi dengan adanya

I4-6 “Spark” atau semacam aplikasi chatting online , sehingga kalau ada

kendala bisa langsung menghubungi pihak DKCS”.

“Komunikasi antara operator kecamatan dan dinas terus berjalan dengan

I4-7 baik supaya bisa berkoordinasi dengan baik dalam pelaksanaan KTP-el di

Kota Cilegon ini”.

“Koordinasi yang dilakukan alhamdulilah lancar, sehingga apabila ada


I4-8
trouble kita langsung konsultasi dan menghubungi DKCS”.

“Koordinasi yang kami lakukan dengan dinas cukup baik, apabila ada

I4-9 kendala kami selalu menghubungi operator atau ADB DKCS melalui

“Spark” semacam aplikasi untuk chatting atau melalui Whatsapp”.

Q14 Apakah masyarakat Kota Cilegon telah merasakan manfaat dari

I dilaksanakannya program KTP-el secara merata?

“Belum merata terkait dengan lampid yang beubah-ubah, manfaatnya

I1 kaitannya dengan pelayanan publik, mulai 30 September 2016 untuk

pelayanan BPJS, asuransi, perbankan dan lainnya harus memiliki KTP-el.


Jadi nantinya yang belum KTP-el sulit untuk mengakses pelayanan publik”.

“Karena belum semua penduduk memiliki KTP-el jadi belum semuanya


I2
merasakan manfaat diterapkannya KTP-el”.
MATRIKS HASIL WAWANCARA

Responsivitas

Tanggapan setelah diterapkannya program KTP-el

Q15 Bagaimana tanggapan anda mengenai diterapkannya program KTP-el

I di Kota Cilegon?

“Program KTP-el yang telah diterapkan sudah bagus, dengan adanya

KTP-el semakin banyak penduduk yang mendapatkan pelayanan publik dan


I3
semakin meminimalisir penggandaan terkait dengan identitas KTP. Dan

terbangunnya database yang akurat”.

“Dengan diterapkannya KTP-el di Kota Cilegon tentu menjadi lebih efektif

I4-1 dan praktis dengan menggunakan data KTP-el itu kan satu NIK satu orang

untuk seumur hidup, walaupun pindah NIK nya tidak bisa berubah”.

“Menurut saya bagus, dengan diterapkannya KTP-el ini penduduk tidak


I4-2
bisa memiliki KTP lebih dari satu , meminimalisir data ganda”.

“Bagus, karena dengan diterapkannya KTP-el dapat meningkatkan

pelayanan publik di Kota Cilegon dan juga ada sistem keamanannya

I4-3 dibanding dengan KTP lama yang terbuat dr kertas yaitu didalam kartu

terdapat chips yang memuat data rekam seperti foto, ttd, sidik jari,

identitas”.

“Sangat bagus, karena dengan KTP-el ini masyarakat hanya bisa memiliki
I4-4
NIK tunggal yang tidak bisa dirubah”.

“Bagus, karena dengan diterapkannya KTP-el ini penduduk hanya memilki


I4-5
satu tidak bisa double NIK sehingga menjadi lebih efektif”.
“Dengan diterapkannya KTP-el di Kota Cilegon ini, tentunya menjadi lebih

tertib administrasi kependudukannya, database menjadi lebih akurat


I4-6
walaupun memang belum optimal. Jadi NIK yang sudah KTP-el tidak bisa

digandakan lagi”.

“Kalau menurut saya bagus juga dengan diterapkannya KTP-el , kita lebih

tertib tidak bisa memiliki KTP lebih dari satu, karena apabila ada NIK
I4-7
lebih dari satu akan ketahuan. Intinya penduduk menjadi lebih tertib dalam

administrasi kependudukan, dan berkependudukan di satu wilayah saja”.

“Menurut saya bagus, karena dengan adanya KTP-el ini nantinya tidak

I4-8 adalagi KTP ganda atau data ganda , sehingga data penduduk benar-benar

valid”.

“Menurut saya program KTP-el ini sangat bagus , karena dengan

diterapkannya KTP-el masyarakat hanya bisa memiliki satu NIK KTP-el


I4-9
sehingga tidak bisa digandakan , namun program ini masih belum

maksimal karena masih mengalami kendala”.

“Saya Cuma ibu rumah tangga biasa, jarang menggunakan KTP-el jadi

manfaatnya kurang dirasa, tetapi dengan diterapkannya KTP-el ini sistem


I5-1
sudah online jadi kalau mau pindah kemana ketahuan sehingga tidak bisa

digandakan”.

“Program KTP-el ini sangat bagus , dibandingkan dengan KTP lama yang
I5-2
dilaminating. Karena NIK KTP-el tidak bisa digandakan”.

“Lebih tertib yang sekarang terus untuk pengurusan ke Bank lebih cepat
I5-3
karena kan sudah online”.

“Dengan adanya KTP-el ini cukup bagus, karena sekarang sudah online
I5-4
jadi kalau kita mau pindah ketahuan”.
“Kayanya sih KTP-el lebih bagus karena adanya sidik jari jadi lebih
I5-5
aman”.

Q16 Bagaimana respon masyarakat terhadap dilaksanaknnaya program

I KTP-el di Kota Cilegon?

“Hal itu terbagi dua, yang pertama kalangan menengah keatas yaitu

penduduk yang antusias sekali dengan diterapkannya KTP-el ini. Yang

kedua kalangan menengah kebawah, ini yang kita pikirkan mereka yang

rasa ingin tahunya kurang mengenai diterapkannya KTP-el. Kurangnya

informasi mengenai perekaman, fungsi dari KTP-el itu. Contohnya ada ibu

rumah tangga dia tidak melakukan perekaman , “untuk apa perekaman toh

I3 saya dirumah aja” kata dia, ternyata suatu saat anaknya melamar TNI dan

diminta fotocopy KTP-el orang tuanya. Disaat itu dia menyesal karena

deadline nya tidak cukup. Hal-hal seperti ini membutuhkan sosialisasi

secara menyeluruh, tetapi tidak dari aparat saja melainkan dari seluruh

lapisan masyarakat dari tingkatan RT, RW, kelurahan bahkan

masyarakatpun bisa mensosialisasikan melalui media sosial atau media

lainnya”.

“Masyarakat Kota Cilegon antusiasnya sangat tinggi apalagi dibantu

I4-1 dengan pemberlakuan KIA (Kaartu Identitas Anak). Dengan adanya KIA

sekarang masyarakat berbondong-bondong untuk membuat KTP-el”.

“Masyarakat Kecamatan Pulomerak sangat antusias apabila ada

pelayanan langsung dari DKCS, tetapi kalau tidak ada pelayanan keliling

I4-2 dan harus datang untuk mengurus sendiri di Kecamatan agak sulit karena

kesadaran penduduk di Kecamatan Pulomerak akan kepemilikan KTP-el

masih rendah padahal untuk pembuatan KTP-el di Kecamatanpun gratis


atau tidak dipungut biaya. Di Kota Cilegon, Kecamatan Pulomerak yang

capaian KTP-el nya paling rendah yaitu baru 75%”.

“Masyarakat Kecamatan Gerogol sangat antusias dan mendukung dalam

I4-3 pelaksanaan KTP-el ini dan juga pembuatan KTP-el ini gratis atau tidak

dipungut biaya”.

“Masyarakat Kecamatan Purwakarta cukup antusias untuk membuat KTP-


I4-4
el”.

“Sebenarnya karena pada saat perekaman masal pada tahun 2011 tidak

I4-5 semua yang sudah melakukan perekaman KTP-el nya jadi, sehingga

menyebabkan menurunnya anstusias penduduk Kecamatan Ciwandan”.

“Masyarakat Kecamatan Jombang cukup antusias untuk perekaman KTP-

I4-6 el, mungkin hanya yang baru berusia 17 tahun masih banyak yang belum

rekam KTP-el”.

“Mengenai respon dari masyarakat sebenarnya sangat antusias, hanya saja

ada 2 (dua) kategori yaitu, pertama tanggapan mereka bagus apabila KTP-

el nya tidak bermasalah , yang kedua tanggapan mereka kurang bagus


I4-7
karena KTP-elnya bermasalah atau tidak bisa dicetak karena beberapa

alasan seperti biometrik sehingga yang bersangkutan harus ke DKCS ,

disitulah mereka merasa dipersulit dalam pembuatan KTP-el”.

“Masyarakat Cibeber cukup antusias dengan diterapkannya KTP-el ini”.


I4-8

“Program KTP-el ini kan baru dimulai lagi pada januari 2015 lalu, baru

sekarang ini masyarakat antusias untuk melakukan perekaman KTP-el,


I4-9
karena adanya informasi yang menyatakan bahwa paling lambat

perekaman KTP-el 30 September 2016. Jadi masyarakat berbondong-


bondong datang ke kecamatan untuk perekaman”.

Q17 Apa harapan anda setelah diterapkannya KTP-el di Kota Cilegon?

“Harapannya selaku pemerintah , data KTP-el ini digunakan oleh seluruh

I1 instansi pemerintah maupun swasta untuk perencanaan pembangunan

sehingga data valid dan sesuai dan juga untuk pemilu”.

“Harapannya kalau secara data dengan adanya KTP elektronik otomatis

NIK ketunggalan masing-masing warga sudah tercapai

I2 ketunggalannyaberarti tertib administrasinya tercapai. Mudah-mudahan

dengan NIK ketunggalan itu juga mengarah kepada pembuatan akte dan

KIA sesuai dengan NIK KTP elektroniknya”.

“Harapan semua penduduk di Kota Cilegon dapat memiliki KTP-el dan

administrasi kependudukan lainnya, jangan hanya datang pada saat yang


I6
mendesak atau saat butuh saja. Dan yang sudah punya KTP-el sudah

berlaku seumur hidup walaupun masih ada masa berlakunya”.

“Harapannya yang pertama pelayanan publik lebih prima, kemudian

pemanfaatan database itu lebih dioptimalkan. Kita uda punya sms

gateaway di sistem SIAK kita, gimana caranya ketika ada warga usia 17
I3
tahun kita kasih sms gateaway bahwasanya dia sudah sudah bisa

melakukan perekaman KTP-el”.

“Harapannya kalau semua sudah KTP-el , tidak ada lagi data ganda ,
I4-1
sehingga akurasi datanya tepat”.
“Aplikasi untuk pengecekan biometrik bisa diaplikasikan di tingkat

Kecamatan , supaya bisa mempermudah penduduk untuk pembuatan KTP-

el khususnya di Pulomerak ini apalagi yang usianya yang sudah rentan.


I4-2
Dan juga harapannya supaya kedepan KTP-el bisa menjadi kartu

multifungsi tidak hanya identitas penduduk saja sehingga nantinya kita

tidak perlu banyak kartu”.

“Mudah-mudahan kedepannya bisa lebih ditingkatkan lagi baik dari

jaringan, maupun ketersediaan blanko dan ribon sehingga masyarakat puas


I4-3
dengan pelayanan yang cepat dalam pembuatan KTP-el di Cilegon ini, dan

juga lebih tertib administrasi kependudukannya”.

“Harapan kedepan mudah-mudahan sarana dan prasarana bisa lebbih

I4-4 ditingkat, bisa melakukan cek biometrik dan pencetakan KTP-el di

Kecamatan supaya lebih efektif”.

“Harapannya supaya lebih baik lagi kedepannya tidak adanya kendala-

I4-5 kendala sehingga pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon menjadi lebih efektif

dan efisien”.

“Harapannya dengan adanya KTP-el kedepannya tidak ada lagi data

ganda, database lebih akurat dan tertib administrasi kependudukan.


I4-6
sehingga nantinya akan mudah untuk mendapatkan pelayanan publik baik

BPJS, Perbankan, rumah sakit dan instansi lainnya”.

“Harapannya kualitas baik sarana prasarana dan SDM lebih ditingkatkan

lagi, banyak KTP-el yang sudah dicetak namun ada cacatnya dibagian foto

I4-7 atau biodata ada yang kurang jelas, banyak masyarakat yang komplain

untuk dicetak ulang. Dan juga supaya nanti di kecamatan bisa pengecekan

biometrik sehingga masyarakat tidak perlu jauh-jauh untuk ke dinas”.


“Harapannya supaya di Kecamatan Cibeber ini bisa melakukan pencetakan

di Kecamatan supaya bisa menjadi lebih efektif dan efisien, dan juga
I4-8
supaya ditingkatkan lagi baik dari sarana dan prasarana dalam

pelaksanaan KTP-el ini”.

“Harapan saya selaku operator, perlu diadakan bintek setiap tahunnya

karena operator selalu berganti-ganti guna meningkatkan kualitas SDM,

kemuadian supaya lebih ditingkatkan lagi sarana dan prasarana dalam

I4-9 pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon , mudah-mudahan ke depannya nanti

bisa melakukan pencetakan dan pengecekan biometrik di tingkat

Kecamatan supaya lebih mempermudah masyarakat dan pelayanan

menjadi lebih cepat”.

“Harapan kedepan dengan adanya KTP-el ini supaya lebih dipermudah

I5-1 untuk mengurus segala hal, jadi tidak dipersulit untuk mendapatkan

pelayanan publiknya”.

“Harapannya kedepan ketersediaan blangko selalu ada, walaupun sudah

I5-2 dikasih surat keterangan tetap saja kami ingin KTP-el yang asli. Supaya

lebih mudah untuk dibawa , dibandingkan surat keterangan agak repot”.

“Harapan kedepan lebih tertib dan lancar dan lebih ditingkatkan lagi”.
I5-3

“Harapan saya kedepan semoga pembuatan KTP-el bisa lebih cepat dan
I5-4
blangko KTP-el selalu tersedia”.

“Harapan saya sebagai warga mudah-mudahan pembuatan KTP-el


I5-5
menjadi lebih cepat dan tidak ribet”.
MATRIKS HASIL WAWANCARA

Ketepatan

Dampak dari pelaksanaan program KTP-el

Q18 Bagaimana dampak positif yang ditimbulkan dari pelaksanaan

I program KTP-el di Kota Cilegon?

“Dampak positifnya KTP-el berlaku nasional, nantinya tidak adanya data


I1
ganda, untuk perbankan, BPJS dan pelayanan publik lainnya”.

“Dampaknya tentu menjad lebih tertib administrasi penduduknya, mulai

dari akte kelahiran, KIA (Kartu Identitas Penduduk), kemudian NIK yang
I2
KTP-el sesuai dengan KK, mengurangi data ganda juga. Itu semua

mengarah ke administrasi kependudukan”.

“Dampaknya, masyarakat secara administrasi kependudukan dimanfaatkan

I6 untuk BPJS , perbankan . ini mereka sudah memiliki administrasi yang

dibutuhkan oleh instansi, perbankan ataupun swasta”.

“Masyarakat semakin aware terkait dengan datanya, masyarakat semakin

I memahami bahwa NIK itu tidak bisa digandakan, kemudian masyarakat

untuk mendapatkan pelayanan publik menjadi lebih mudah”.

“Dengan adanya KTP-el semua terlayanai seperti pengurusan asuransi,

perbankan dan lainnya. Semua instansi memanfaatkan KTP-el, sekarang


I4-1
kan berbasis KTP-el, kalau bukan KTP-el tidak mau melayani seperti BPJS,

perbankan dan lainnya”.

“Dampak positifnya tentu saja membuat database menjadi lebih akurat

I4-2 dengan adanya KTP-el ini, karena data tunggal dan tidak bisa digandakan

atau dipalsukan. Dengan adanya KTP-el juga lebih menjadi efisien karena
sudah berlaku seumur hidup tidak perlu diperpanjang setiap 5 (lima) tahun

sekali, kecuali ada perubahan elemen data atau rusak dan hilang”.

“Dengan adanya KTP-el ini data kependudukan menjadi lebih valid, dan
I4-3
tentunya sedikit demi sedikit mengurangi data ganda penduduk”.

“Dampak setelah diterapkannya KTP-el ini tentu administrasi menjadi


I4-4
lebih tertib walaupun belum maksimal”.

“Yang tadinya punya KTP lebih dari satu, sekarang ketahuan sehingga

harus dihapus NIK yang satunya. Biasanya yang istrinya lebih dari satu ,
I4-5
sekarang kan tidak bisa digandakan sehingga harus memilih salah satu

mau tinggal di alamat yang mana”.

“Banyak dampak positifnya diantaranya dengan adanya KTP-el ini tentu

NIK tidak bisa digandakan dan dipalsukan, kalau dulu KTP manual sangat

mudah sekali untuk dibuat di Kecamatan karena tidak adanya keamanan


I4-6
sistem nya. Kalau sekarang akan terdeteksi apabila sudah punya KTP-el di

daerah lain. Kemudian administrasi menjadi lebih tertib walaupun belum

maksimal”.

“Dampaknya administrasi kependudukan menjadi lebih tertib, hanya ada

satu NIK KTP-el dan tidak bisa digandakan, karena sekarang juga

beberapa instansi seperti perbankan, BPJS dan lainnya yang

mengaharuskan KTP-el. Pengalaman saya dulu saya dulu saat masih KTP

I4-7 yang reguler atau manual, untuk mengganti tahun lahir dituakan atau

dimudakan tidak menggunakan data pendukung , dan ternyata itu untuk

hutang di bank kalau dulu ganti tanggal dan tahun lahir bisa ganti NIK

dengan input baru. kalau sekarang perubahan apapun harus menggunakan

data pendukung sehingga dokumen menjadi lebih tertib dan NIK juga tidak
bisa diganti”.

“Dengan adanya KTP-el sangat berdampak baik , semakin hari semakin

meminimalisir adanya KTP ganda karena sudah online seluruh Indonesia.


I4-8
Sehingga mengurangi juga bentuk kriminalitas seperti penipuan dan

lainnya”.

“Beberapa dampak setelah diterapkannya KTP-el ini yaitu kedepannya

tidak ada lagi data ganda , satu NIK untuk satu penduduk. sehingga dengan

KTP-el tunggal tentunya dapat meminimalisir terjadinya penipuan dan


I4-9
lainnya. Dengan adanya KTP-el juga meudahkan kita untuk mendapatkan

pelayanan publik baik perbankan , rumah sakit dan pelayanan publik

lainnya”.

“Dengan diterapkannya KTP-el bisa lebih mempermudah untuk pelayanan


I5-1
publik, seperti perbankan bisa langsung di scan KTP-el nya”.

“Dengan diterapkannya KTP-el ini sebenarnya data menjadi lebih akurat

I5-2 sehingga dapat mempermudah hal lainnya, tapi sayang blangko sering

kosong jadi menghambat”.

“Dampak positifnya sekarang jadi serba mudah untuk pengurusan apa-apa


I5-3
lebih cepat karena sudah online sekarang”.

“Pastinya dengan adanya KTP-el akan lebih mudah untuk mendapatkan


I5-4
pelayanan publik”.

“Dampaknya belum tahu karena saya baru mau buat KTP-el, mungkin

I5-5 menjadi lebih mudah”.


Q19 Apakah program KTP-el ini sudah tepat dalam mengatasi

I permasalahan identitas penduduk?

“Untuk mengenai tepat atau tidaknya bukan hanya Cilegon, tetapi secara
I1
nasional. KTP-el itu masalahnya sama di seluruh Indonesia”.

“Sudah tepat”.
I2

“Program KTP-el sudah tepat untuk mengatasi seperti data ganda, dan

I6 dengan adanya KTP-el mempermudah masyarakat dan instansi-instansi

seperti perbankan menggunakan KTP-el”.

“Kalau masalah tepat atau tidaknya kita masih belum bisa jawab sekarang,

karena sekarang ini sedang ruet-ruetnya jadi ada masanya ketika

penerapan yang baru pertama kali diterapkan masih memberekan


I3
permasasalah-permasalahan kemarin , 2- 3 tahun kedepan kita baru bisa

merasakan. Karena sekarang masih bnyaknya data ganda, tetapi semakin

kesini kan semakin sedikit”.

“Kalau menurut saya sudah tepat, karena KTP-el dilengkapi dengan

I4-1 biometrik sehingga tidak akan ada lagi KTP ganda disaat yang akan

datang”.

“Menurut saya sudah tepat apabila tujuannya untuk menertibkan

administrasi kependudukan, karena sedikit demi sedikit permasalahan

I4-2 seperti KTP ganda menjadi berkurang dengan adanya KTP-el ini. Mudah-

mudahan beberapa tahun lagi kita bisa merasakan, karena saat ini sedang

proses ruet nya”.

“Kalau menurut saya sudah tepat, karena KTP-el ini sistem berbasis online
I4-3
sehingga dapat mempermudah dalam pelayanan publik seperti BPJS, dan
perbankan”.

“Program KTP-el ini menurut saya sudah cukup tepat dalam mengatasi
I4-4
permasalahan identitas penduduk”.

“Menurut saya sudah tepat, waktu itu pernah ada data ganda setelah

dilakuakan cek biometrik ternyata dia sudah pernah memiliki KTP-el di


I4-5
daerah lain. Dengan begitu dia harus mengurus surat pindah dan hanya

memiliki satu KTP-el”.

“Program KTP-el ini sudah tepat untuk mengatasi permasalahan-

I4-6 permasalahan penduduk, tinggal dijalankan dan menunggu untuk beberapa

tahun kedepan untuk melihat hasil dari diterapkannya KTP-el”.

“Sudah tepat karena sedikit demi sedikit membuat administrasi


I4-7
kependudukan menjadi lebih tertib”.

“Sebenarnya kalau untuk permasalahan penduduk sudah cukup tepat,

I4-8 namun untuk kedepannya mudah-mudahan KTP-el inin bisa menjadi kartu

multifungsi sehingga cukup satu kartu untuk pelayanan publik”.

“Untuk saat ini masih belum bisa dikatakan tepat atau tidak, karena masih

I4-9 banyaknya kendala, mungkin nanti beberapa tahun lagi kita baru bisa

merasakannya”.

Q20 Adakah perubahan signifikan yang didapat masyarakat setelah

I diterapkannya program KTP-el di Kota Cilegon?

“Jelas ada perubahan KTP manual bisa dibuat dimana saja, namun KTP-el
I1
tidak bisa digandakan karena datnya tunggal”.

“Tentu ada perubahan yang cukup signifikan , karena dengan adanya KTP-
I2
el hanya ada satu NIK yang dipakai walaupun berpindah-pindah”.
LAMPIRAN

Gambar 1

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon

Gambar 2

Mobil Pelayanan Keliling

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon


Gambar 3

Wawancara peneliti dengan Bpk. H. Soleh, SE selaku Kepala Dinas


Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon

Gambar 4

Wawancara peneliti dengan Bpk. Drs. Kusmajaya selaku Kepala Bidang DKCS
Kota Cilegon
Gambar 5

Wawancara Peneliti dengan ibu Nuriyana selaku Administrator Database (ADB)


di DKCS Kota Cilegon

Gambar 6

Wawancara peneliti dengan Bpk. Parko Prahima selaku pelaksana di Bidang


Kependudukan
Gambar 7

Wawancara peneliti dengan ibu Ernita Yurika selaku Operator di Kantor


Kecamatan Jombang

Gambar 8

Wawancara peneliti dengan Bpk. Ma’ruf selaku Operator di Kantor Kecamatan


Pulomerak
Gambar 9

Wawancara peneliti dengan Bpk. Samlawi selaku Operator di Kantor Kecamatan


Grogol

Gambar 10

Wawancara peneliti dengan Ibu Nunung Lesmana selaku Operator di Kantor


Kecamatan Ciwandan
Gambar 11

Wawancara peneliti dengan Bpk. Ukon Furkoni selaku Operator di Kantor


Kecamatan Cibeber

Gambar 12

Wawancara peneliti dengan Ibu Aam Riani selaku Operator di Kantor Kecamatan
Cilegon
Gambar 12

Wawancara peneliti dengan Ibu Masayu Azka

Warga Kecamatan Cilegon

Gambar 13

Wawancara peneliti dengan Ibu Wina Maryamul

Warga Kecamatan Purwakarta


MEMBERCHECK

Nama : Drs. Kusmajaya (Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran


Penduduk )
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hari/Tanggal : Kamis, 1 September 2016
Tempat : Kantor Disdukcapil Kota Cilegon
Hasil wawancara :
Peneliti :Apakah pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon suda optimal?
Informan :Sudah optimal, dikatakan optimal relatif karena kita sudah melakukan
pelayanan keliling di kelurahan dan kecamatan.
Peneliti :Apakah di Disdukcapil sendiri pernah melakukan evaluasi terkait
pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Biasanya hampir tiap bulan kami melakukan rapar evaluasi mengenai
pelaksanaan KTP-el di Cilegon terkait hasil capaian yang telah dicapai,
kendala-kendalanya apa saja, alat yang rusak yang mana saja itu kami
data untuk kami laporkan kepada provinsi supaya ada tindak lanjut.
Peneliti :Apakah hasil pencapaian dari pelaksanaan KTP-el mencapai target di
tahun 2015?
Informan :Mengenai target tidak bisa mencapai 100% karena Lampid (laporan
lahir mati pindah datang) yang berubah-ubah setiap detiknya, sehingga
tidak bisa mencapai target. Namun capaian KTP-el di Kota Cilegon
terus bertambah.
Peneliti :Apakah hasil yang diinginkan dalam program KTP-el di Kota Ciegon
sudah memenuhi kebutuhan masyarakat?
Informan :KTP-el merupakan kebutuhan dasar, namun sayangnya masih banyak
yang belum melakukan perekaman KTP-el. Bila belum KTP-el nanti
susah untuk mendapatkan pelayanan publik lainnya.
Peneliti :Apakah setelah diterapkannya program KTP-el di Kota Cilegon, tujuan
dari administrasi kependudukan meliputi tertib NIK, tertib database dan
tertib dokumen sudah tercapai?
Informan :Masih belum tercapainya tertib NIK, database, tertib dokumen karena
faktor lampid yang berubah-ubah dan juga karena kesadaran dan
konsistensi penduduk yang masih rendah. Masih belumnya tertib
dokumen meliputi tidak melengkapi berkas, kemudian tidak
melaporkan kepindahan dan sebagainya.
Peneliti :Apa saja faktor pendukung terlaksananya program KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Banyak faktor pendukung terlaksananya KTP-el di Cilegon meliputi
sarana prasarana, kesadaran penduduk.
Peneliti :Apa saja faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan KTP-
el di Kota Cilegon?

Informan :Kendalanya cukup banyak yaitu sarana prasarana masih belum


memadai seperti blangko dan ribon yang sering kosong, serta jaringan
yang sering troble sehingga pelayanan menjadi terlambat. Dan
kesadaran penduduk yang masih rendah untuk melakukan perekaman
KTP-el dan untuk perubahan dokumen kependudukan. ada enam faktor
penyebab penduduk belum melakukan perekaman KTP-el yaitu
diantaranya seseorang memiliki kartu identitas lebih dari satu,
seseorang melakukan perpindahan ke daerah lain tanpa melalui Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil, belum sempat melakukan perekaman
karena bekerja diluar kota atau luar negeri, dan terakhir yaitu seseorang
telah meninggal.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit di jangkau dalam pelaksanaan KTP-el
ini?
Informan :Cukup banyak masyarakat yang sulit dijangkau ada beberapa daerah
yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el ini diantaranya daerah
Cipala, Gunung batur, Grogol, pulomerak, maka dari iru diperlukan
pelayanan keliling.
Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan DKCS dalam mengatasi kendala-
kendala dalam pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Adapun upaya yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Cilegon yaitu dengan memanfaatkan sarana prasarana yangg ada
dengan maksimal, kemudian memanfaatkan SDM yang ada melalui
bintek, program pelatihan, pengawasan, dan terus melakukan sosialisasi
baik kegiatan , maupun menjadi narasumber untuk menginformasikan
sadar KTP-el . dan juga kami telah melakukan pelayanan keliling dalam
rangka jemput bola dalam pelaksanaan KTP-el.
Peneliti :Bagaimana sosialisasi yang dilakukan oleh DKCS Kota Cilegon dalam
pelaksanaan KTP-el?
Informan :Sosialisasi sudah berjalan namun belum optimal, setiap tahun Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Cilegon melakukan sosialisasi di 8
(delapan) Kecamatan tetapi pesertanya tidak mencakup semua. Belum
maksimal karena terkendala anggaran yang terbatas untuk sosialisasi.
Sosialisasi yang dilakukan tidak hanya melalui tatap muka, tetapi juga
melalui radio, media cetak, papan umbul.
Peneliti :Bagaimana koordinasi yang dilakukan oleh DCKS Cilegon dengan
Kemendagri dalam pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Koordinasi yang dilakukan dinas dengan kemendagri cukup baik ,
karena apabila ada trouble ribon, blangko dan haringan kita langsung
konultasikan dengan kemendagri.
Peneliti :Bagaimana koordinasi yang dilakukan oleh DKCS dengan Kecamatan
dalam pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon?
Peneliti :Koordinasi yang dilakukan dalam pelaksanaan KTP-el ini untuk
perekaman dilakukan di Kecamatan dan untuk pencetakannya
dilakukan di Dinas Kependudukan Catatan Sipil Kota Cilegon.
Informan :Apakah Operator KTP-el diberikan bintek / pelatihan dalam
pelaksanaan KTP-el?
: Tentu
Peneliti
saja operator diberikan bintek, kalau tidak dilakukan bintek tidak akan bisa
operasional. Ada bintek oleh Kementerian Dalam Negeri, provinsi, dan
oleh disdukcapil. Namun operator yang sudah di bintek sering dipindah
tugas atau rolling diganti dengan orang baru tentu menjadi terhambat
sehingga kurang maksimal.
Informan :Apakah dengan adanya KTP-el bisa meningkatkan efisiensi anggaran?
Peneliti :Jelas dengan adanya KTP-el bisa meningkatkan efisiensi anggaran di
pusat, karena sudah berlaku seumur hidup, tetapi kalau ada perubahan
tetap saja harus diganti KTP-el nya.
Informan :Apakah Sarana dan Prasarana pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon
yang disediakan oleh pusat sudah memadai?
Peneliti :Belum memadainya sarana prasarana menjadi kendala , terutama untuk
blangko dan ribon yang masih disediakan oleh pusat.
Informan :Apakah masyarakat Kota Cilegon telah merasakan manfaat dari
dilaksanakannya program KTP-el secara merata?
Peneliti :Belum merata terkait dengan lampid yang beubah-ubah, manfaatnya
kaitannya dengan pelayanan publik, mulai 30 September 2016 untuk
pelayanan BPJS, asuransi, perbankan dan lainnya harus memiliki KTP-
el. Jadi nantinya yang belum KTP-el sulit untuk mengakses pelayanan
publik.
Informan :Apa saja dampak positif yang dirasakan masyarakat setelah
diterapkannya program KTP-el di Kota Cilegon?
Peneliti :Dampak positifnya KTP-el berlaku nasional, nantinya tidak adanya
data ganda, untuk perbankan, BPJS dan pelayanan publik lainnya.
Informan :Adakah perubahan signifikan yang didapat masyarakat setelah
memiliki KTP-el di Kota Cilegon?
Peneliti :Jelas ada perubahan KTP manual bisa dibuat dimana saja, namun KTP-
el tidak bisa digandakan karena datnya tunggal.
Informan :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan sudah tepat dalam
mengatasi permasalahan kependudukan di Kota Cilegon?
Peneliti :Untuk mengenai tepat atau tidaknya bukan hanya Cilegon, tetapi secara
nasional. KTP-el itu masalahnya sama di seluruh Indonesia.
Informan :Apa harapan anda selaku pemerintah setelah diterapkannya program
KTP-el di Kota cilegon?
Peneliti :Harapannya selaku pemerintah , data KTP-el ini digunakan oleh
seluruh instansi pemerintah maupun swasta untuk perencanaan
pembangunan sehingga data valid dan sesuai dan juga untuk pemilu.
MEMBERCHECK

Nama : Nuriyana (Administrator Database Disdukcapil Cilegon)


Jenis Kelamin : Perempuan
Hari/Tanggal : Senin, 17 Oktober 2016
Tempat : Kantor Disdukcapil Kota Cilegon
Hasil wawancara :
Peneliti :Apakah pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon telah berjalan
dengan optimal?
Informan :Sudah optimal, karena berdasarkan data kementerian semester II 2015
kita sudah melebihi target sudah mencapai 95 % tapi kalau berdasarkan
data penduduk karena penduduk itu kan bersifat dinamis ada pindah
datang mati lahir , kita hampir mencapai 85%. Jadi dianggap sudah
optimal lah penerapan KTP-el di Kota Cilegon ini.
Peneliti :Apakah hasil pencapaian program KTP-el di Kota Cilegon sudah
mencapai target di tahun 2015?
Informan :Target yang dicapai memang belum 100% tapi sudah mencapai target
dari Kemendagri yang mencapai 90%. Karena pelayanan terus berjalan
dan jumlah wajib KTP-el semakin bertambah dan lampid yang berubah
sehingga tidak bisa mencapai 100%.
Peneliti :Apakah setelah diterapkannya program KTP-el di Kota Cilegon, tujuan
dari administrasi kependudukan meliput tertib NIK, tertib database dan
tertib kependudukan sudah tercapai?
Informan :Hampir, karena dibilang sudah juga belum. Karena masih banyak data
yang harus dirapihkan mulai dari penyesuaian NIK di KTP-el dengan
NIK di kartu keluarga, masih banyak penyimpangan. Kemudian
ketidakpahaman warga akan NIK yang dia gunakan sesuai KTP-el itu
kan, makanya banyak dilakukan pengecekan biometrik.
Peneliti :Apakah jumlah data ganda di Kota Cilegon masih banyak? Ada
berapa?
Informan :Jumlah data ganda saya sudah lama tidak proses data ganda, cuma data
ganda itu pasti banyak akan ada 10.000an data ganda. Dengan adanya
KTP-el ini tentu data ganda berkurang.
Peneliti :Apa saja faktor-faktor yang mendukung terlaksananya program KTP-el
di Kota Cilegon ?
Informan :Sebelum dilakukan pelayanan keliling sudah tercapai , ditambah
dengan adanya pelayanan keliling lebih bagus. Faktor-faktornya yang
pasti dengan adanya perangkat KTP-el nya yang bagus , terus SDM nya
. Kita kan SDM nya masih kurang nih baik yang di dinas maupun
kecamatan, kan SDM mencakup keahliannya, pemahaman tentang KTP-
el, baik operatornya maupun di pelayanannya.
Peneliti :Apa saja faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
program KTP-el di Kota Cilegon ?
Informan :Pertama kalo dibilang sisi geografisnya nggak juga, sebenernya
peralatan yang masih kurang dan banyak alat-alat yang rusak saat ini
beda dengan 2-3 tahun yang lalu. Kalau waktu itu keinginan masyarakat
untuk memilki KTP-el belum termotivasi, kalau sekarang kan dengan
adanya instruksi Kemendagri otomatis masyarakat berbondong-bondong
untuk perekaman KTP-el karena ada batas waktunya. Mereka
melakukan perekaman tapi sebenarnya belum paham dengan KTP-el
sendiri. Ketersediaan blangko dan ribbon yang sering kosong juga
otomatis menghambat penerapan KTP-el. Kalau waktu ribbon belum
boleh melakukan pengadaan sendiri kalau sekarang sudah dari APBD.
Kalu blangko kan karena masih dari pusat jadi masih tergantung APBN.
Kaya sekarang sudah habis nih blangko nya , untuk sementara kita ganti
dengan surat keterangan pengganti KTP-el.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan perekaman
KTP-el ini?
Informan :Paling didaerah yang masih gunung-gunung seperti Cipala, Gunung
Batur dan lainnya. Selain itu kan geografis yang lainnya mudah untuk
dijangkau.
Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan DKCS dalam mengatasi kendala-
kendala dalam pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Sekarang kita upaya nya dengan melakukan pelayanan keliling ,
menjemput bola ke kecamatan-kecamatan. Terus juga bagi warga nya
yang sakit, cacat, atau tidak mampu untuk datang ke kecamatan atau
dinas kita adakan pelayanan mobile.
Peneliti :Apa saja penyebab KTP-el biometrik?
Informan :Biometrik itu sebenarnya panggilan, itu tadi ketidaktahuan warganya
NIK mana yang dia sudah rekam, NIK mana yang dipake di KK (Kartu
Keluarga) itu berbeda. Karena dulu proses data ganda pada saat
panggilan ada, terus ketika ada pembersihan data, namanya tidak ada di
database , akhirnya di input ulang sama temen-temen operator, padahal
itu tidak boleh di input ulang. Karena warga sudah merekam dengan
NIK yang lama akhirnya menjadi data ganda. Ketika warga sudah
dengan NIK “B” di KK (Kartu Kelurga) tapi dia merekam dengan NIK
“A” , akhirnya itulah harus dilakukan pengecekan biometrik. Biometrik
adalah hasil perekaman mata, sidik jari dan lainnya . Artinya
pengecekan biometrik itu pengecekan yang mana nih NIK yang KTP-el.
Peneliti :Bagaimana pendistribusian sosialisasi yang dilakukan oleh DKCS Kota
Cilegon dalam pelaksanaan KTP-el ? Apakah sudah merata ?
Informan :Kita sudah sosialisasikan mengenai KTP-el di setiap kecamatan dan
sudah merata se-Kota Cilegon.
Peneliti :Bagaimana Koordinasi yang dilakukan oleh DKCS Kota Cilegon
dengan Kemendagri dalam dilaksanakannya program KTP-el?
Informan :Koordinasi dengan Kemendagri kita lakukan tiap hari melalui telepon,
surat dan koordinasi langsung kesana , hampir tiap hari kita update.
Peneliti :Bagaimana Koordinasi yang dilakukan oleh DKCS dengan Kecamatan
yang ada di Cilegon dalam pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon ?
Peneliti :Koordinasi yang dilakukan dengan Kecamatan juga kita lakuakan tiap
hari dengan melalui telepon, atau “spark” atau datang langsung.
Informan :Apakah Operator KTP-el diberikan bintek / pelatihan khusus dalam
melaksanakan KTP-el?
Peneliti :Bintek harusnya dilakukan tiap tahun , tapi pelaksanaannya tergantung
dari PPTK nya . PPTK nya nggak jalan bintek juga tidak berjalan. Tapi
kan kita koordinasi dengan operator kecamatan cukup lancar.
Informan :Apakah sarana dan prasarana pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon
yang disediakan oleh pusat sudah memadai ?
Peneliti :Cukup memadai, tetapi perlu penambahan karena sekarang perbaikan
ke pusatnya juga lama.
Informan :Bagaimana untuk permintaan blangko dan ribbon ke pusat?
Peneliti :Kita langsung datang kesana dengan surat, permintaaan nya banyak
misal 5000 tapi dikasihnya 2000 tergantung dari sana, terus tergantung
jumlah KTP-el yang Print Ready Record (PRR). Kalau Print Ready
Record nya banyak bisanya sih dikasih banyak Cuma tergantung stok
dari pusatnya juga.
Informan :Bagaimana kualitas blangko dan ribbon yang disediakan oleh pusat?
Peneliti :Memang kalau di awal-awal dulu, kualitasnya bagus tapi agak kesini
kualitasnya kurang bagus tapi sepanjang ini sih masih bisa ditangani
dengan penurunan temperatur di printer pencetakan.
Informan :Ada berapa jumlah printer untuk mencetak KTP-el yang diberikan oleh
pusat?
Peneliti :Semuanya ada 7 (tujuh) printer untuk melakukan pencetakan KTP-el,
tetapi hanya 4 (empat) yang bisa digunakan karena yang 3 agak rusak.
Informan :Apakah masyarakat Kota Cilegon telah merasakan manfaat dari
dilaksanakannya program KTP-el secara merata?
Peneliti :Karena belum semua penduduk memiliki KTP-el jadi belum semuanya
merasakan manfaat diterapkannya KTP-el.
Informan :Apa saja dampak positif yang dirasakan masyarakat setelah
diterapkannya program KTP-el di Kota Cilegon ?
Peneliti :Tentu menjadi tertib administrasi penduduknya, mulai dari akte
kelahiran, KIA (Kartu Identitas Penduduk), kemudian NIK yang KTP-el
sesuai dengan KK, mengurangi data ganda juga. Itu semua mengarah ke
administrasi kependudukan.
Informan :Adakah perubahan signifikan yang didapat masyarakat setelah
diterapkannya program KTP-el di Kota Cilegon?
Peneliti :Tentu ada perubahan yang cukup signifikan , karena dengan adanya
KTP-el hanya ada satu NIK yang dipakai walaupun berpindah-pindah.
Informan :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan di Kota Cilegon ini
sudah tepat dalam mengatasi permasalahan penduduk di Kota Cilegon?
Peneliti :Sudah tepat.
Informan :Apa harapan anda selaku pemerintah setelah diterapkannya Program
KTP-el di Kota Cilegon ?
Peneliti :Harapannya kalau secara data dengan adanya KTP elektronik otomatis
NIK ketunggalan masing-masing warga sudah tercapai
ketunggalannyaberarti tertib administrasinya tercapai. Mudah-mudahan
dengan NIK ketunggalan itu juga mengarah kepada pembuatan akte dan
KIA sesuai dengan NIK KTP elektroniknya.
MEMBERCHECK

Nama : H. Soleh, SE (Kepala Disdukcapil Kota Cilegon)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Hari/Tanggal : Senin, 17 Oktober 2016

Tempat : Kantor Disdukcapil Kota Cilegon


Hasil wawancara :
Peneliti :Apakah pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon telah berjalan
dengan optimal?
Informan :Pelaksanaan pelayanan KTP-el di Kota Cilegon sudah berjalan dengan
optimal, dan saat ini hasilnya sudah 95% masyarakat yang telah
melakukan perekaman KTP-el. Namun untuk 5 % kedepan kita
terkendala dengan blangko belum ada dari Kemendagri nya. Sebagai
pengganti blangko KTP-el, surat keterangan pengganti KTP-el
(SUKET) telah diterbitkan yang bisa dipergunakan dengan sebaik-
baiknya.
Peneliti :Apakah hasil pencapaian program KTP-el di Kota Cilegon sudah
mencapai target di tahun 2015?
Informan :Target di tahun 2015 sudah mencapai 86% dan saat ini telah mencapai
95% masih sekitar 5% atau sekitar 20.000 masyarakat belum melakukan
perekaman KTP-el.
Peneliti :Apakah hasil yang diinginkan dalam program KTP-el di Kota Cilegon
sudah memenuhi kebutuhan masyarakat?
Informan :Program KTP-el sudah memenuhi kebutuhan masyarakat terutama
yang mempunyai NIK itu sudah terpenuhi semua, kecuali yang masih
memiliki Kartu Keluarga (KK) yang lama, datanya perlu di bangunkan
atau dimunculkan suapaya KTP-el nya bisa diproses. Kami optimis
dengan pelayanan KTP-el, masyarakat juga antusias.
Peneliti :Apakah setelah diterapkannya program KTP-el di Kota Cilegon, tujuan
dari administrasi kependudukan meliputi tertib NIK, tertib database dan
tertib dokumen sudah tercapai?
Informan :Ya, dengan diterapkannya KTP-el akan mengarah pada tujuan , yaitu
tertibnya administrasi kependudukan. orang tidak bisa sembarangan
membuat KTP-el tanpa menggunakan sidik jari. Kalau dulu masih
manual orang bisa membuat KTP dimana saja bisa. Sekarang tentunya
data penduduk menjadi lebih tertib dan akurat. Kalau tertib NIK semua
sudah tercapai, NIK semua penduduk sudah ada dalam kartu keluarga.
Karena kartu keluarga merupakan basis data untuk pembuatan KTP-el.
Dengan adanya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
tentu database sudah menjadi lebih tertib, ditambah dengan adanya
KTP-el dapat mengurangi jumlah data ganda karena satu NIK satu
penduduk, kalau dulu kan bisa buat KTP dimana saja.
Peneliti :Apa saja faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
program KTP-el di Kota Cilegon ?
Informan :Yang menjadi kendala yaitu tidak adanya blangko KTP-el, kalau ada
blangko KTP-el semua terlayani dengan baik dan cepat. Ribbon yang
terbatas juga sempat menjadi kendala kami karena kebutuhan yang
sangat tinggi namun ribbon terbatas, tapi sekarang sudah bias dari
APBD. Kalau untuk SDM sekarang mereka semua menguasai , hanya
kekurangan SDM saja yang seharusnya 3 orang sekarang dipegang satu
orang. Kita tidak bisa menambahkan begitu saja, karena itu kan dari
pemerintah kota khususnya BKD. Jadi untuk pelayanan ke masyarakat
memang harus ditambahkan SDM nya.
Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan DKCS dalam mengatasi kendala-
kendala dalam pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Untuk mengatasi kekosongan blangko , kami memberikan informasi
dan melakukan sosialisasi bahwa blangko kosong dan untuk sementara
sebagai pengganti kami menerbitkan Surat Keterangan Pengganti KTP-
el.
Peneliti :Bagaimana pendistribusian sosialisasi yang dilakukan oleh DKCS Kota
Cilegon dalam pelaksanaan KTP-el ? Apakah sudah merata ?
Informan :Untuk sosialisasi sudah kita lakukan secara merata, setiap tahunnya
melakukan 3 kali sosialisasi di 8 (delapan) kecamatan dan juga beberapa
kali melakukan pelayanan keliling untuk meningkatkan koordinasi
dengan dinas , dan juga RT RW koordinasi dengan dinas melalui
kecamatan.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan perekaman
KTP-el ini?
Informan :Kalau dilihat dari hasil capaian KTP-el Kecamatan Pulomerak
merupakan Kecamatan dengan capaian paling kecil dibanding
kecamatan lainya, karena disana masih ada beberapa daerah gunung-
gunung dan mereka masih belum butuh untuk untuk kepemilikan
dokumen seperti KK dan KTP. Mereka punya KK dan KTP tetapi yang
cetakan lama yang masih tandatangan Camat.
Peneliti :Bagaimana Koordinasi yang dilakukan oleh DKCS dengan Kecamatan
yang ada di Cilegon dalam pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon ?

Informan :Kami koordinasi dengan kecamatan melalui sosialisasi dengan RT RW


ibu-ibu PKK juga dengan Camat dan Lurah. Dan juga kami akan jemput
bola dengan pelayanan keliling supaya hasil capaian KTP-el lebih
maksimal.
Peneliti :Apakah sarana dan prasarana pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon
yang disediakan oleh pusat sudah memadai ?
Informan :Kan di Kota Cilegon ini ada penambahan untuk program Kartu
Identitas Anak (KIA), ini perlu penambahan komputer dan alat cetak
printer untuk KTP-el dan KIA. Mungkin tahun 2017 untuk pelaksanaan
penambahan 2 (dua) set komputer dan printer.
Peneliti :Apakah dengan adanya KTP-el bisa meningkatkan efisiensi?
Informan :Kami kurang tau untuk anggaran dari pusat untuk pengadaan blangko,
ribbon dan peralatannya, karena kami hanya menrima dalam bentuk
barang. Pastinya anggaran jauh lebih besar dibandingkan KTP manual,
tetapi untuk jangka panjang KTP-el ini sudah berlaku seumur hidup jadi
cukup meningkatkan efisiensi.
Peneliti :Apa saja dampak positif yang dirasakan masyarakat setelah
diterapkannya program KTP-el di Kota Cilegon ?
Peneliti :Dampak positifnya , masyarakat secara administrasi kependudukan
dimanfaatkan untuk BPJS , perbankan . ini mereka sudah memiliki
administrasi yang dibutuhkan oleh instansi, perbankan ataupun swasta.
Informan :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan di Kota Cilegon ini
sudah tepat dalam mengatasi permasalahan penduduk di Kota Cilegon ?
Peneliti :Program KTP-el sudah tepat untuk mengatasi seperti data ganda, dan
dengan adanya KTP-el mempermudah masyarakat dan instansi-instansi
seperti perbankan menggunakan KTP-el.
Informan :Apa harapan anda selaku pemerintah setelah diterapkannya Program
KTP-el di Kota Cilegon ?
Peneliti :Harapan semua penduduk di Kota Cilegon dapat memiliki KTP-el dan
administrasi kependudukan lainnya, jangan hanya datang pada saat yang
mendesak atau saat butuh saja. Dan yang sudah punya KTP-el sudah
berlaku seumur hidup walaupun masih ada masa berlakunya.
MEMBERCHECK

Nama : Parko Prahima, S.SI, M.Si (Kasi Pendataan Penduduk)


Jenis Kelamin : Laki-laki
Hari/Tanggal : Kamis, 1 September 2016
Tempat : Kantor Disdukcapil Kota Cilegon
Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda mengenai diterapkannya program KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Program KTP-el yang telah diterapkan sudah bagus, dengan adanya
KTP-el semakin banyak penduduk yang mendapatkan pelayanan publik
dan semakin meminimalisir penggandaan terkait dengan identitas KTP.
Dan terbangunnya database yang akurat.
Peneliti :Bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Hal itu terbagi dua, yang pertama kalangan menengah keatas yaitu
penduduk yang antusias sekali dengan diterapkannya KTP-el ini. Yang
kedua kalangan menengah kebawah, ini yang kita pikirkan mereka yang
rasa ingin tahunya kurang mengenai diterapkannya KTP-el. Kurangnya
informasi mengenai perekaman, fungsi dari KTP-el itu. Contohnya ada
ibu rumah tangga dia tidak melakukan perekaman , “untuk apa
perekaman toh saya dirumah aja” kata dia, ternyata suatu saat anaknya
melamar TNI dan diminta fotocopy KTP-el orang tuanya. Disaat itu dia
menyesal karena deadline nya tidak cukup. Hal-hal seperti ini
membutuhkan sosialisasi secara menyeluruh, tetapi tidak dari aparat saja
melainkan dari seluruh lapisan masyarakat dari tingkatan RT, RW,
kelurahan bahkan masyarakatpun bisa mensosialisasikan melalui media
sosial atau media lainnya.
Peneliti :Apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan KTP-el ini?
Informan :Ada banyak kendala dalam pelaksanaan KTP-el di Cilegon ini, yang
pertama kurangnya informasi, kurangnya sosialisasi yang menyebabkan
tidak adanya pemahaman tentang fungsi dari KTP-el tidak hanya di
kalangan menengah kebawah, namun di lapisan menengah keatas masih
banyak yang belum paham mengenai KTP elektronik ini. Kendala
lainnya yaitu ketersediaan blangko yang sering kosong , sekarang lancar
tapi tidak tahu untuk kedepannya. Kendala lainnya yaitu koordinasi
lintas sektoral, dalam hal ini misalkan disdukcapil dengan samsat,
imigrasi, perbankan dan lainnya terkadang data yang diambil berbeda
dengan BPJS, tidak tahu BPJS ngambilnya dari mana. Ada juga di
perbankan mereka mengklaim mengambil data dari kementerian , tapi
data yang di DKCS dengan Bank BRI itu beda.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el di
Kota Cilegon?
Informan :Masih banyak daerah yang sulit dijangkau di Kota Cilegon ini,
masyarakat yang merasa tidak membutuhkan KTP-el seperti di daerah
Cipala, Gunung Batur, Batu lawang daerah-daerah gunung disana.
Mereka terkendala transportasi dan juga ekonomi, untuk turun ke bawah
saja mengeluarkan Rp.50.000 untuk bulak balik belum lagi kalau KTP-
el tidak bisa dicetak karena biometrik harus ke DKCS. Saya pikir kalo
Kecamatan Citangkil, Jombang, Cilegon sangat antusias sekali.
Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
Informan :Yang pertama melakukan sosialisasi secara komprehensif dan
berkesinabungan, komprehensif dalam artian kita selalu melakukan
update-update tentang peraturan perundangan, seperti adanya instruksi
bahwa pembuatan KTP-el tidak perlu melalui RT, RW. Itu kan update-
update yang kita dapatkan dari pusat untuk diterapkan di daerah. Secara
berkesinambungan artinya selalu kita melakukan sosialisasi itu terus
menerus. Tetapi tidak hanya melalui sosialisasi saja karena kita
terkendala anggaran, maka dari itu kita memanfaatkan aparat-aparat di
kelurahan dan kecamatan untuk melakukan pembinaan dalam rangka
pelayanan-pelayanan langsung langsung. Upaya lainnya yaitu dengan
pelayanan keliling, kita akan melakukan jemput bola.
Peneliti :Apakah anda selaku operator pernah diberikan bintek / pelatihan
mengenai petunjuk pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Bintek pasti ada setiap tahunnya, dari pusat, provinsi dan kota.
Peneliti :Bagaimana koordinasi yang dilakukan DKCS dala pelaksanaan KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Sampai sejauh ini , kita harus selalu koordinasi dengan kemendagri
karena keterkaitannya dengan ketersediaan bangko. Tidak hanya dengan
pusat karena proses pelaporanpun melalui provinsi berapa jumlah
perekaman, nerapa jumlah blangko yang habis dan lainnya.
Peneliti :Apakah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan dan pencetakan KTP-
el di Kota Cilegon sudah cukup memadai?
Informan :kalau sarana prasarana untuk saat ini hanya perlu penambahan sedikit ,
yang masih kurang itu masalah SDM di DKCS lebih sedikit
dibandingkan dengan kecamatan.
Peneliti :Apa saja dampak positif setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Ya itu tadi, masyarakat semakain aware terkait dengan datanya,
masyarakat semakin memahami bahwa NIK itu tidak bisa digandakan,
kemudian masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik menjadi
lebih mudah.
Peneliti :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan ini sudah tepat dalam
mengatasi permasalahan penduduk di Kota Cilegon?
Informan :Kalau tepat kita masih belum bisa jawab sekarang, karena sekarang ini
sedang ruet-ruetnya jadi ada masanya ketika penerapan yang baru
pertama kali diterapkan masih memberekan permasasalah-permasalahan
kemarin , 2- 3 tahun kedepan kita baru bisa merasakan. Karena sekarang
masih banyaknya data ganda, tetapi semakin kesini kan semakin sedikit.
Peneliti :Apa harapan anda selaku operator setelah diterapkannya program KTP-
el di Kota Cilegon ini?
Informan :Harapannya yang pertama pelayanan publik lebih prima, kemudian
pemanfaatan database itu lebih dioptimalkan. Kita uda punya sms
gateaway di sistem SIAK kita, gimana caranya ketika ada warga usia 17
tahun kita kasih sms gateaway bahwasanya dia sudah sudah bisa
melakukan perekaman KTP-el.
MEMBERCHECK

Nama : Yayat
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hari/Tanggal : Senin, 17 Oktober 2016
Tempat : Kantor Disdukcapil Kota Cilegon
Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda mengenai diterapkannya program KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Dengan diterapkannya KTP-el di Kota Cilegon tentu menjadi lebih
efektif dan praktis dengan menggunakan data KTP-el itu kan satu NIK
satu orang untuk seumur hidup, walaupun pindah NIK nya tidak bisa
berubah.
Peneliti :Bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Masyarakat Kota Cilegon antusiasnya sangat tinggi apalagi dibantu
dengan pemberlakuan KIA (Kaartu Identitas Anak). Dengan adanya
KIA sekarang masyarakat berbondong-bondong untuk membuat KTP-
el.
Peneliti :Apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan KTP-el ini?
Informan :Kendala pertama yaitu SDM (Sumber Daya Manusia) yang masih
kurang dalam keahlian mengenai KTP-el, masih banyak yang belum
tahu baik operator maupun bagian pelayanan di tingkat kecamatan.
Membedakan yang mana KTP-el yang mana KTP reguler masih ada
yang belum tahu, ada yang sudah KTP-el tapi disuruh ke dinas untuk
cek biometrik padahal sudah jelas itu NIK KTP-el. Kedua pada saat
pertama diterapkannya KTP-el setelah pemutakhiran data perekaman
KTP-el dilakukan tahun 2011, banyaknya perubahan tanggal lahir saat
perekaman sehingga NIK ikut berubah , dan aplikasi database dari
Kementrian belum siap waktu itu, padahal peraturannya NIK itu tidak
boleh dirubah. Tapi kenyataannya waktu itu NIK bisa dirubah dengan
perubahan tanggal lahir. Dan tahun 2013 NIK sudah dikunci dari pusat,
walupun merubah tanggal lahir NIK tidak akan berubah.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el di
Kota Cilegon?
Informan :Masih ada beberapa daerah gunung-gunung seperti Cipala, Gunung
Batur, Ciporong, Pasir Salam. Jadi untuk kesana haru pakai motor,
dengan melakukan pelayanan mobile.
Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
Informan :Upaya yang dilakukan kalau masalah jaringan kita hubungi Jarkomdat,
dan kalau KTP-el tidak bisa dicetak haus cek biometrik di dinas, karena
di kecamatan belum bisa melakukan untuk pengecekan biometrik.
Peneliti :Apakah anda selaku operator pernah diberikan bintek / pelatihan
mengenai petunjuk pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Kalau untuk bintek, Kota Cilegon bernah melakukan bintek untuk
operator mengenai pelaksanaan KTP-el, adapun waktu itu yang
diadakan oleh provinsi. Kalau SIAK ada setiap tahunnya, karena SIAK
kan dasar nya juga dalam melakukan verifikasi data.
Peneliti :Bagaimana koordinasi yang dilakukan DKCS dala pelaksanaan KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Koordinasi dilakukan dari tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan.
Peneliti :Apakah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan dan pencetakan KTP-
el di Kota Cilegon sudah cukup memadai?
Informan :Masing-masing kecamatan sudah memiliki dua perangkat KTP-el dari
pusat, Cuma ada beberapa yang mengalami kerusakan, paling banyak
yang rusak itu iris mata. Sidik jari ada dua yang belum kembali dari
pusat sejak tahun 2013.
Peneliti :Apa saja dampak positif setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Dengan adanya KTP-el semua terlayanai seperti pengurusan asuransi,
perbankan dan lainnya. Semua instansi memanfaatkan KTP-el, sekarang
kan berbasis KTP-el, kalau bukan KTP-el tidak mau melayani seperti
BPJS, perbankan dan lainnya.
Peneliti :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan ini sudah tepat dalam
mengatasi permasalahan penduduk di Kota Cilegon?
Informan :Kalau menurut saya sudah tepat, karena KTP-el dilengkapi dengan
biometrik sehingga tidak akan ada lagi KTP ganda disaat yang akan
datang.
Peneliti :Apa harapan anda selaku operator setelah diterapkannya program KTP-
el di Kota Cilegon ini?
Informan :Harapannya kalau semua sudah KTP-el , tidak ada lagi data ganda ,
sehingga akurasi datanya tepat.
MEMBERCHECK

Nama : Ma’ruf ( Operator Kecamatan Pulomerak)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Hari/Tanggal : Kamis, 1 September 2016

Tempat : Kantor Kecamatan Pulomerak


Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda mengenai diterapkannya program KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Menurut saya bagus, dengan diterapkannya KTP-el ini penduduk tidak
bisa memiliki KTP lebih dari satu , meminimalisir data ganda.
Peneliti :Bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Masyarakat Kecamatan Pulomerak sangat antusias apabila ada
pelayanan langsung dari DKCS, tetapi kalau tidak ada pelayanan
keliling dan harus datang untuk mengurus sendiri di Kecamatan agak
sulit karena kesadaran penduduk di Kecamatan Pulomerak akan
kepemilikan KTP-el masih rendah padahal untuk pembuatan KTP-el di
Kecamatanpun gratis atau tidak dipungut biaya. Di Kota Cilegon,
Kecamatan Pulomerak yang capaian KTP-el nya paling rendah yaitu
baru 75%.
Peneliti :Apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan KTP-el ini?
Informan :Kendalanya yaitu sering habisnya blangko dan ribon menghambat
dalam pencetakan KTP-el ini, jaringan yang sering trouble baik server
KTP-el maupun jaringan SIAK nya apabila hujan lebat jaringan nya
offline , dan kesadaran penduduk Kecamatan Pulomerak yang masih
rendah akan kepemilikan KTP-el.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el di
Kota Cilegon?
Informan :Masih banyak penduduk yang masih sulit untuk dijangkau karena
Kecamatan Pulomerak ini terdapat gunung-gunung. Di Kecamatan
sendiri masih kurangnya sarana untuk melakukan perekaman secara
mobile , sebenarnya sudah pernah meminta ke DKCS sarana untuk
perekaman mobile di daerah pegunungan, tetapi belum di respon.
Adupun daerahnya meliputi Gunung Batur I , Gunung Batur II,
Ciporong, Tembulung, Lebakgede, Cipala, Suralaya. Pinginnya sih
kesana , tetapi transportasi dan sarana prasana belum mendukung.
Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
Informan :Kalau dari pihak kecamatan hanya bisa menghimbau masyarakat untuk
melakukan perekaman bagi yang belum memiliki KTP-el melalui RT,
RW, kelurahan.
Peneliti :Apakah anda selaku operator pernah diberikan bintek / pelatihan
mengenai petunjuk pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Pernah diberikan bintek mengenai pelaksanaan KTP-el tingkat kota
yang di adakan di Hotel Cilegon pada tahun 2014.
Peneliti :Bagaimana koordinasi yang dilakukan dalam pelaksanaan KTP-el di
Kota Cilegon?
Informan :Koordinasi yang dilakukan dengan DKCS cukup baik, jika ada trouble
mengenai perekaman , pencetakan KTP-el maupun database dalam
SIAK langsung dikonsultasikan dengan pihak DKCS.
Peneliti :Apakah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan dan pencetakan KTP-
el di Kota Cilegon sudah cukup memadai?
Informan :Sarana dan prasarana masih belum memadai, di Kecamatan Pulomerak
sebenarnya ada 2 (dua) alat untuk perekaman KTP-el tapi yang satu
rusak alat untuk iris matanya rusak. Kemudian alat untuk pencetakan
KTP-el yang terbatas di DKCS sehingga harus bergantian, ditambah
lagi kalau ketersediaan blangko yang kosong sampai berbulan-bulan
membuat pelayanan menjadi terlambat.
Peneliti :Apa saja dampak positif setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Dampak positifnya tentu saja membuat database menjadi lebih akurat
dengan adanya KTP-el ini, karena data tunggal dan tidak bisa
digandakan atau dipalsukan. Dengan adanya KTP-el juga lebih menjadi
efisien karena sudah berlaku seumur hidup tidak perlu diperpanjang
setiap 5 (lima) tahun sekali, kecuali ada perubahan elemen data atau
rusak dan hilang.
Peneliti :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan ini sudah tepat dalam
mengatasi permasalahan penduduk di Kota Cilegon?
Informan :Menurut saya sudah tepat apabila tujuannya untuk menertibkan
administrasi kependudukan, karena sedikit demi sedikit permasalahan
seperti KTP ganda menjadi berkurang dengan adanya KTP-el ini.
Mudah-mudahan beberapa tahun lagi kita bisa merasakan, karena saat
ini sedang proses ruet nya.
Peneliti :Apa harapan anda selaku operator setelah diterapkannya program KTP-
el di Kota Cilegon ini?
Informan :Aplikasi untuk pengecekan biometrik bisa diaplikasikan di tingkat
Kecamatan , supaya bisa mempermudah penduduk untuk pembuatan
KTP-el khususnya di Pulomerak ini apalagi yang usianya yang sudah
rentan. Dan juga harapannya supaya kedepan KTP-el bisa menjadi kartu
multifungsi tidak hanya identitas penduduk saja sehingga nantinya kita
tidak perlu banyak kartu.
MEMBERCHECK

Nama : Ernita Yurika (Operator Kecamatan Jombang)

Jenis Kelamin : Perempuan

Hari/Tanggal : Jum’at, 26 Agustus 2016

Tempat : Kantor Kecamatan Jombang


Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda mengenai diterapkannya program KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Dengan diterapkannya KTP-el di Kota Cilegon ini, tentunya menjadi
lebih tertib administrasi kependudukannya, database menjadi lebih
akurat walaupun memang belum optimal. Jadi NIK yang sudah KTP-el
tidak bisa digandakan lagi.
Peneliti :Bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Masyarakat Kecamatan Jombang cukup antusias untuk perekaman
KTP-el, mungkin hanya yang baru berusia 17 tahun masih banyak yang
belum rekam KTP-el.
Peneliti :Apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan KTP-el ini?
Informan :Kendalanya peralatan untuk perekaman sering eror atau tidak
berfungsi, seperti irish mata nya dan untuk finger nya, kemudian
jaringan yang sering trouble juga menghambat perekaman. “Data tidur”
juga menjadi kendala , karena banyak data yang tidak muncul karena
adanya integrasi data dari pusat, sehingga tidak bisa perekaman kalau
datanya belum ditampilkan oleh ADB (Administrator Database). Hal itu
terjadi biasanya karena NIK nya lebih dari satu , karena itu
dinonaktifkan sementara oleh Kemendagri. Kendala lainnya yaitu
banyaknya NIK yang biometrik atau KTP-el nya tidak bisa dicetak
biasanya disebabkan karena melakukan perekaman 2 (dua) kali dengan
NIK yang berbeda atau NIK yag ada di KK bukan NIK yang KTP-el
sehingga yang bersangkutan harus melakukan cek biometrik di DKCS
karena di kecamatan belum bisa untuk cek biometrik.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el di
Kota Cilegon?
Informan :Secara geografis Kecamatan Jombang berada di tengah kota jadi tidak
terlalu sulit untuk dijangkau, paling yang agak sulit dijangkau yang
lansia sehingga tidak bisa datang ke kecamatan untuk perekaman. Yah
memang harusnya kita jemput bola, tetapi di kecamatan alat yang bisa
dipakai hanya satu.
Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
Informan :Adapun upaya yang dilakukan dengan terus menghimbau dan
mensosialisasikan supaya bagi yang belum perekaman segera untuk
perekaman KTP-el, karena untuk jemput bola sarana tidak memadai.
Peneliti :Apakah anda selaku operator pernah diberikan bintek / pelatihan
mengenai petunjuk pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Setiap ada program baru pastinya operator di bintek , dan untuk
pelaksanaan KTP-el ini sudah diberikan bintek sejak 2011 saat
perekaman masal. Karena percontohan penerapan KTP-el itu kan Kota
Cilegon awalnya.
Peneliti :Bagaimana koordinasi yang dilakukan DKCS dalam pelaksanaan KTP-
el di Kota Cilegon?
Informan :Untuk koordinasi dengan operator DKCS kita difasilitasi dengan
adanya “Spark” atau semacam aplikasi chatting online , sehingga kalau
ada kendala bisa langsung menghubungi pihak DKCS
Peneliti :Apakah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan dan pencetakan KTP-
el di Kota Cilegon sudah cukup memadai?
Informan :Masih belum memadai, karena sering habisnya blangko dan ribon
menghambat dalam pecetakan. Setelah beberapa bulan tidak ada
blangko, ketika sudah ada sebaliknya ribon yang habis. Masyarakat kan
tidak tahu menahu mengenai kosongnya blangko dan ribon, sehingga
mereka mengklaim bahwa pembuatan KTP-el itu lama dan sulit. Alat
untuk pencetakan di DKCS pun hanya ada 3 sehingga harus menunggu
dan bergantian untuk melakukan pencetakan KTP-el.
Peneliti :Apa saja dampak positif setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Banyak dampak positifnya diantaranya dengan adanya KTP-el ini tentu
NIK tidak bisa digandakan dan dipalsukan, kalau dulu KTP manual
sangat mudah sekali untuk dibuat di Kecamatan karena tidak adanya
keamanan sistem nya. Kalau sekarang akan terdeteksi apabila sudah
punya KTP-el di daerah lain. Kemudian administrasi menjadi lebih
tertib walaupun belum maksimal.
Peneliti :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan ini sudah tepat dalam
mengatasi permasalahan penduduk di Kota Cilegon?
Informan :Program KTP-el ini sudah tepat untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan penduduk, tinggal dijalankan dan menunggu untuk
beberapa tahun kedepan untuk melihat hasil dari diterapkannya KTP-el.

Peneliti :Apa harapan anda selaku operator setelah diterapkannya program KTP-
el di Kota Cilegon ini?
Informan :Harapannya dengan adanya KTP-el kedepannya tidak ada lagi data
ganda, database lebih akurat dan tertib administrasi kependudukan.
sehingga nantinya akan mudah untuk mendapatkan pelayanan publik
baik BPJS, Perbankan, rumah sakit dan instansi lainnya.
MEMBERCHECK

Nama : Sahlawi ( Operator Kecamatan Grogol)


Jenis Kelamin : Laki-laki
Hari/Tanggal : Kamis, 1 September 2016
Tempat : Kantor Kecamatan Grogol
Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda mengenai diterapkannya program KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Bagus, karena dengan diterapkannya KTP-el dapat meningkatkan
pelayanan publik di Kota Cilegon dan juga ada sistem keamanannya
dibanding dengan KTP lama yang terbuat dr kertas yaitu didalam kartu
terdapat chips yang memuat data rekam seperti foto, ttd, sidik jari,
identitas.
Peneliti :Bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Masyarakat Kecamatan Gerogol sangat antusias dan mendukung dalam
pelaksanaan KTP-el ini dan juga pembuatan KTP-el ini gratis atau tidak
dipungut biaya.
Peneliti :Apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan KTP-el ini?
Informan :Kendalanya cukup banyak meliputi peralatan rekam yang sering error
atau tidak berfungsi , jaringan server yang sering offline bisa dari pusat
atau dari DKCS masalahnya. Sehingga menghambat pelaksanaan KTP-
el ini karena harus diperbaiki dulu. Kendala lainya pada saat pencetakan
blangko dan ribon yang sering kosong , sehingga tidak bisa melakukan
pencetakan. Kalau lagi ada alhamdulilah lancar.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el di
Kota Cilegon?
Informan :Karena lokasi yang cukup strategis , tidak ada masyarakat yang sulit
dijangkau dan juga hanya ada 4 (empat) kelurahan jumlah paling sedikit
dibandingkan dengan kecamatan lainnya.

Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
Informan :Upaya yang dilakukan dari kecamatan terus koordinasi dengan pihak
DKCS , dan dari DKCS koordinasi dengan kemendagri. Dan juga terus
mensosialisasikan ke lapisan-lapisan masyarakat supaya untuk
melakukan perekaman KTP-el bagi yang belum rekam.
Peneliti :Apakah anda selaku operator pernah diberikan bintek / pelatihan
mengenai petunjuk pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Tentu saja pernah diberikan bintek untuk para operator yang diadakan
oleh DKCS , kalau tidak salah waktu itu dilakukan di Hotel Sukma
Cilegon.
Peneliti :Bagaimana koordinasi yang dilakukan DKCS dala pelaksanaan KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Seperti yang tadi saya bilang , pihak kecamatan berkoordinasi dengan
baik dengan DKCS untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi
dalam pelaksanaan KTP-el ini.
Peneliti :Apakah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan dan pencetakan KTP-
el di Kota Cilegon sudah cukup memadai?
Informan :Cukup memadai , namun belum 100% .
Peneliti :Apa saja dampak positif setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Dengan adanya KTP-el ini data kependudukan menjadi lebih valid, dan
tentunya sedikit demi sedikit mengurangi data ganda penduduk.
Peneliti :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan ini sudah tepat dalam
mengatasi permasalahan penduduk di Kota Cilegon?
Informan :Kalau menurut saya sudah tepat, karena KTP-el ini sistem berbasis
online sehingga dapat mempermudah dalam pelayanan publik seperti
BPJS, dan perbankan.
Peneliti :Apa harapan anda selaku operator setelah diterapkannya program KTP-
el di Kota Cilegon ini?
Informan :Mudah-mudahan kedepannya bisa lebih ditingkatkan lagi baik dari
jaringan, maupun ketersediaan blanko dan ribon sehingga masyarakat
puas dengan pelayanan yang cepat dalam pembuatan KTP-el di Cilegon
ini, dan juga lebih tertib administrasi kependudukannya.
MEMBERCHECK

Nama : Nunung Lesmana (Operator Kecamatan Ciwandan)


Jenis Kelamin : Perempuan
Hari/Tanggal : Kamis, 1 September 2016
Tempat : Kantor Kecamatan Ciwandan
Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda mengenai diterapkannya program KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Bagus, karena dengan diterapkannya KTP-el ini penduduk hanya
memilki satu tidak bisa double NIK sehingga menjadi lebih efektif.
Peneliti :Bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Sebenarnya karena pada saat perekaman masal pada tahun 2011 tidak
semua yang sudah melakukan perekaman KTP-el nya jadi, sehingga
menyebabkan menurunnya anstusias penduduk Kecamatan Ciwandan.
Peneliti :Apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan KTP-el ini?
Informan :Kendalanya itu jaringan SIAK maupun untuk perekaman yang sering
offline sangat mengganggu perekaman menjadi terhambat, terkadang
juga peralatan tidak berfungsi seperti alat finger dan irish matanya.
Kemudian tidak sedikit masyrakat lupa sudah pernah perekaman KTP-el
atau belum , karena di Kecamatan tidak adanya aplikasi untuk
pengecekan biometrik sehingga sering sekali terjadi perekaman lebih
dari satu kali dengan NIK yang berbeda baik masih di Kota Cilegon
maupun daerah asalnya.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el di
Kota Cilegon?
Informan :Yang sulit dijangkau bukan hanya lokasi tapi kondisi yang kurang
memungkinkan untuk datang ke kecamatan seperti yang lansia, yang
tidak bisa berjalan, dan struk jadi mereka belum memiliki KTP-el. Dan
dari lokasi yang sulit dijangkau yaitu daerah Kelurahan Banjarnegara
dan Gunung sugih.
Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
Informan :Kita dari Kecamatan terus melakukan himbauan kepada aparatur dan
masyarakat supaya untuk membuat KTP-el di kecamatan.
Peneliti :Apakah anda selaku operator pernah diberikan bintek / pelatihan
mengenai petunjuk pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Kalau saya kebetulan baru setahun disini, jadi belum pernah ikut bintek
KTP-el di Cilegon.
Peneliti :Bagaimana koordinasi yang dilakukan DKCS dala pelaksanaan KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Kalau ada kendala kita koordinasi dengan pihak DKCS baik melalui
via telpon maupun melalui “Spark” ( aplikasi chatting) yang difasilitasi
oleh DKCS.
Peneliti :Apakah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan dan pencetakan KTP-
el di Kota Cilegon sudah cukup memadai?
Informan :Kalau menurut saya, sarana dan prasarana dalam pelaksanaan KTP-el
ini masih kurang memadai. Peralatan yang sering error , waktu itu
pernah alat yang untuk tanda tangan rusak terua alat tersebut di bawa ke
DKCS untuk diperbaiki, sehingga di Kecamatan Ciwandan tidak bisa
melakukan perekaman. Dan untuk warga yang ingin melakukan
perekaman dialihkan sementara ke DKCS, namun banyak masyarakat
yang mengeluh karena jarak dari Ciwandan ke Kantor DKCS lumayan
jauh. Ditambah lagi jaringan eror sampai seminggu baru diperbaiki.
Sehingga menghambat pelayanan.
Peneliti :Apa saja dampak positif setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Yang tadinya punya KTP lebih dari satu, sekarang ketahuan sehingga
harus dihapus NIK yang satunya. Biasanya yang istrinya lebih dari satu ,
sekarang kan tidak bisa digandakan sehingga harus memilih salah satu
mau tinggal di alamat yang mana.
Peneliti :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan ini sudah tepat dalam
mengatasi permasalahan penduduk di Kota Cilegon?
Informan :Menurut saya sudah tepat, waktu itu pernah ada data ganda setelah
dilakuakan cek biometrik ternyata dia sudah pernah memiliki KTP-el di
daerah lain. Dengan begitu dia harus mengurus surat pindah dan hanya
memiliki satu KTP-el.
Peneliti :Apa harapan anda selaku operator setelah diterapkannya program KTP-
el di Kota Cilegon ini?
Informan :Harapannya supaya lebih baik lagi kedepannya tidak adanya kendala-
kendala sehingga pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon menjadi lebih
efektif dan efisien.
MEMBERCHECK

Nama : Iyus Yusya (Operator Kecamatan Purwakarta)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Hari/Tanggal : Kamis, 1 September 2016

Tempat : Kantor Kecamatan Purwakarta


Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda mengenai diterapkannya program KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Sangat bagus, karena dengan KTP-el ini masyakat hanya bisa memiliki
NIK tunggal yang tidak bisa dirubah.
Peneliti :Bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Masyarakat Kecamatan Purwakarta cukup antusias untuk membuat
KTP-el.
Peneliti :Apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan KTP-el ini?
Informan :Kendala yang paling utama yaitu sering kosongnya balngko KTP-el
sehingga tidak bisa melakukan pencetakan, dan juga jaringan yang
sering offline menghambat dalam perekaman KTP-el. Kalau offline
lokal biasanya yang mau perekaman kita alihkan ke DKCS, tetapi
banyak yang tidak mau karena jauh. Kendala lainnya yaitu “data tidur”
yang mana data nya tdak muncul didata SIAK sehingga tidak bisa
langsung perekaman, kemudian banyak yang membuat KTP-el tetapi
tidak bisa dicetak karena biometrik.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el di
Kota Cilegon?
Informan :Kalau untuk lokasi masih bisa terjangkau, paling kalau yang benar-
benar sakit tidak bisa berjalan itu yang sulit untuk dijangkau sehingga
harus dilakukan jemput bola untuk perekaman.
Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
Informan :Adapun yang dilakukan hanya mensosialisasikan ke kelurahan-
kelurahan dan RT RW nya supaya menyampaikan ke masyarakat untuk
melakukan perekaman KTP-el di Cilegon.
Peneliti :Apakah anda selaku operator pernah diberikan bintek / pelatihan
mengenai petunjuk pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Kalau saya kebetulan baru satu tahun , jadi untuk KTP-el tidak pernah
mengikuti binteknya.
Peneliti :Bagaimana koordinasi yang dilakukan DKCS dala pelaksanaan KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Koordinasi yang dilakuakn dengan dinas cukup baik , karena kita terus
komunikasi terkait masalah perekaman maupun mengenai pencetakan
KTP-el.
Peneliti :Apakah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan dan pencetakan KTP-
el di Kota Cilegon sudah cukup memadai?
Informan :Kalau menurut saya, sarana dan prasarana dalam pelaksanaan KTP-el
di Kota Cilegon ini belum memadai karena yah seperti kendala-kendala
yang tadi disebutkan blangko KTP-el terbatas, sedangkan antusias
masyarakat cukup tinggi. Kemudian juga untuk pengecekan biometrik
hanya bisa dilakukan di DKCS, padahal harusnya di kecamatan juga ada
supaya untuk menghindari “duplicated record” atau perekaman lebih
dari sekali.
Peneliti :Apa saja dampak positif setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Dampak setelah diterapkannya KTP-el ini tentu administrasi menjadi
lebih tertib walaupun belum maksimal.
Peneliti :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan ini sudah tepat dalam
mengatasi permasalahan penduduk di Kota Cilegon?
Informan :Program KTP-el ini menurut saya sudah cukup tepat dalam mengatasi
permasalahan identitas penduduk,
Peneliti :Apa harapan anda selaku operator setelah diterapkannya program KTP-
el di Kota Cilegon ini?
Informan :Harapan kedepan mudah-mudahan sarana dan prasarana bisa lebbih
ditingkat, bisa melakukan cek biometrik dan pencetakan KTP-el di
Kecamatan supaya lebih efektif.
MEMBERCHECK

Nama : Aam Riani (Operator Kecamatan Cilegon)

Jenis Kelamin : Perempuan

Hari/Tanggal : Kamis, 29 September 2016

Tempat : Kantor Kecamatan Cilegon


Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda mengenai diterapkannya program KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Kalau menurut saya bagus juga dengan diterapkannay KTP-el , karena
dengan adanya KTP-el kita lebih tertib tidak bisa memiliki KTP lebih
dari satu, karena apabila ada NIK lebih dari satu akan ketahuan. Intinya
penduduk menjadi lebih tertib dalam administrasi kependudukan, dan
berkependudukan di satu wilayah saja.
Peneliti :Bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Mengenai respon dari masyarakat sebenarnya sangat antusias, hanya
saja ada 2 (dua) kategori yaitu, pertama tanggapan mereka bagus apabila
KTP-el nya tidak bermasalah , yang kedua tanggapan mereka kurang
bagus karena KTP-elnya bermasalah atau tidak bisa dicetak karena
beberapa alasan seperti biometrik sehingga yang bersangkutan harus ke
DKCS , disitulah mereka merasa dipersulit dalam pembuatan KTP-el.
Peneliti :Apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan KTP-el ini?
Informan :Kendala cukup banyak yaitu ketika masyarakat banyak yang mau
perekaman KTP-el tetapi alat perekaman eror, jaringan offline , data
penduduknya “data tidur” , dan untuk pencetakan di DKCS printer
untuk mencetak nya hanya ada beberapa printer untuk 8 (delapan)
kecamatan dan dinas , harusnya disediakan masing-masing untuk
kecamatan supaya tidak mengantri atau bergantian untuk pencetakan
KTP-el supaya lebih cepat. Kemudian untuk blangko KTP-el dan ribbon
kadang lancar , kadang kosong sehingga tidak bisa melakukan
pencetakan KTP-el. Banyaknya data penduduknya yang “data tidur”
sehingga tidak bisa perekaman pada saat itu juga, karena di dinas juga
berkasnya menumpuk yang mengerjakan hanya satu jadi kita tidak bisa
menjanjikan kepada masyatakat kapan bisa perekaman, ada yang
mengerti atau maklum, ada juga yang marah-marah karena sudah ijin
kerja hanya untuk buat KTP-el. Hal-hal seperti itu yang sulit untuk
dijelaskan kepada masyarakat.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el di
Kota Cilegon?
Informan :Di Kecamatan Cilegon lokasinya cukup strategis jadi tidak terlalu sulit
untuk dijangkau, paling hanya di sekitar Kelurahan Bagendung (TPU
sampah Cilegon) yang lumayan agak jauh.
Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
Informan :Dari kecamatan kita selalu menghimbau masyarakat yang belum
melakukan perekaman KTP-el supaya datang ke Kecamatan, dan untuk
kendala lainnya selalu dikonsultasikan kepada dinas.
Peneliti :Apakah anda selaku operator pernah diberikan bintek / pelatihan
mengenai petunjuk pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Kalau seinget saya untuk SIAK setiap tahun diadakan bintek karena
selalu di upgrade ke versi baru, dan KTP-el hanya sekali diadakan di
hotel sukma itupun hanya materi, prakteknya langsung di Kecamatan
masing-masing didampingi dengan pembimbing 2(dua) orang
Kemendagri.
Peneliti :Bagaimana koordinasi yang dilakukan DKCS dalam pelaksanaan KTP-
el di Kota Cilegon?
Informan :Komunikasi antara operator kecamatan dan dinas terus berjalan dengan
baik supaya bisa berkoordinasi dengan baik dalam pelaksanaan KTP-el
di Kota Cilegon ini.
Peneliti :Apakah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan dan pencetakan KTP-
el di Kota Cilegon sudah cukup memadai?
Informan :Sarana dan prasarana masih belum memadai, sebelumnya ada dua alat
perekaman di Kecamatan Cilegon tapi yang satu rusak jadi sekarang
hanya satu dan itupun sering eror alatnya. Dan untuk pencetakan nya
belum memadai , saya pingin nya sih setiap kecamatan memiliki satu
alat pencetak KTP-el supaya tidak berebut.
Peneliti :Apa saja dampak positif setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Administrasi kependudukan menjadi lebih tertib, hanya ada satu NIK
KTP-el dan tidak bisa digandakan, karena sekarang juga beberapa
instansi seperti perbankan, BPJS dan lainnya yang mengaharuskan
KTP-el. Pengalaman saya dulu saya dulu saat masih KTP yang reguler
atau manual, untuk mengganti tahun lahir dituakan atau dimudakan
tidak menggunakan data pendukung , dan ternyata itu untuk hutang di
bank kalau dulu ganti tanggal dan tahun lahir bisa ganti NIK dengan
input baru . kalau sekarang perubahan apapun harus menggunakan data
pendukung sehingga dokumen menjadi lebih tertib dan NIK juga tidak
bisa diganti.
Peneliti :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan ini sudah tepat dalam
mengatasi permasalahan penduduk di Kota Cilegon?
Informan :Sudah tepat karena sedikit demi sedikit membuat administrasi
kependudukan menjadi lebih tertib.
Peneliti :Apa harapan anda selaku operator setelah diterapkannya program KTP-
el di Kota Cilegon ini?
Informan :Harapannya kualitas baik sarana prasarana dan SDM lebih ditingkatkan
lagi, banyak KTP-el yang sudah dicetak namun ada cacatnya dibagian
foto atau biodata ada yang kurang jelas, banyak masyarakat yang
komplain untuk dicetak ulang. Dan juga supaya nanti di kecamatan bisa
pengecekan biometrik sehingga masyarakat tidak perlu jauh-jauh untuk
ke dinas.
MEMBERCHECK

Nama : Ukon Furkoni (Operator Kecamatan Cibeber)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Hari/Tanggal : Kamis, 29 September 2016

Tempat : Kantor Kecamatan Cibeber


Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda mengenai diterapkannya program KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Menurut saya bagus, karena dengan adanya KTP-el ini nantinya tidak
adalagi KTP ganda atau data ganda , sehingga data penduduk benar-
benar valid.
Peneliti :Bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Masyarakat cibeber cukup antusias dengan diterapkannya KTP-el ini.
Peneliti :Apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan KTP-el ini?
Informan :Kendala utama perekaman KTP-el itu jaringan yang sering offline dan
juga alat perekaman yang sudah tidak memungkinkan atau sering tidak
berfungsi sehingga menjadi terhambat. Dan kendala utama dalam
pencetakan yaitu blangko KTP-el yang sering kosong dan printer untuk
mencetak tidak cukup untuk 8 (delapan) kecamatan.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el di
Kota Cilegon?
Informan :Ada satu kelurahan yang agak sulit dijangkau , yaitu daerah yang
berbatasan dengan Kebupaten Serang. Karena lokasinya lumayan jauh
sehingga kesadaran penduduk untuk membuat KTP-el masih rendah.
Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
Informan :Adapun upaya yang dilakukan , terus mensosialisasikan ke RT dan RW
nya dan juga kita jemput bola yaitu mengadakan perekaman KTP-el di
kelurahan.
Peneliti :Apakah anda selaku operator pernah diberikan bintek / pelatihan
mengenai petunjuk pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Saya 2 (dua) kali mengikuti bintek pelaksanaan KTP-el yaitu di Hotel
Sukma Cilegon dan Hotel City Cilegon.
Peneliti :Bagaimana koordinasi yang dilakukan DKCS dala pelaksanaan KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Koordinasi yang dilakukan alhamdulilah lancar, sehingga apabila ada
trouble kita langsung konsultasi dan menghubungi DKCS.
Peneliti :Apakah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan dan pencetakan KTP-
el di Kota Cilegon sudah cukup memadai?
Informan :Belum memadai, yang pertama ketersediaan blangko yang jauh dari
memadai sehingga sering kosong, dan juga alat atau printer pencetak
KTP-el yang terbatas sehingga harus bergantian dengan 7 (tujuh)
kecamatan lainnya.
Peneliti :Apa saja dampak positif setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Dengan adanya KTP-el sangat berdampak baik , semakin hari semakin
meminimalisir adanya KTP ganda karena sudah online seluruh
Indonesia. Sehingga mengurangi juga bentuk kriminalitas seperti
penipuan dan lainnya.
Peneliti :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan ini sudah tepat dalam
mengatasi permasalahan penduduk di Kota Cilegon?
Informan :Sebenarnya kalau untuk permasalahan penduduk sudah cukup tepat,
namun untuk kedepannya mudah-mudahan KTP-el inin bisa menjadi
kartu multifungsi sehingga cukup satu kartu untuk pelayanan publik.
Peneliti :Apa harapan anda selaku operator setelah diterapkannya program KTP-
el di Kota Cilegon ini?
Informan :Harapannya supaya di Kecamatan Cibeber ini bisa melakukan
pencetakan di Kecamatan supaya bisa menjadi lebih efektif dan efisien,
dan juga supaya ditingkatkan lagi baik dari sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan KTP-el ini.
MEMBERCHECK

Nama : Nenty Rillya (Operator Kecamatan Citangkil)

Jenis Kelamin : Perempuan

Hari/Tanggal : Kamis, 29 September 2016

Tempat : Kantor Kecamatan Citangkil


Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda mengenai diterapkannya program KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Menurut saya program KTP-el ini sangat bagus , karena dengan
diterapkannya KTP-el masyarakat hanya bisa memiliki satu NIK KTP-
el sehingga tidak bisa digandakan , namun program ini masih belum
maksimal karena masih mengalami kendala.
Peneliti :Bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Program KTP-el ini kan baru dimulai lagi pada januari 2015 lalu, baru
sekarang ini masyarakat antusias untuk melakukan perekaman KTP-el,
karena adanya informasi yang menyatakan bahwa paling lambat
perekaman KTP-el 30 September 2016. Jadi masyarakat berbondong-
bondong datang ke kecamatan untuk perekaman.
Peneliti :Apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan KTP-el ini?
Informan :Kendalanya cukup banyak, yaitu blangko KTP-el dan ribbon yang
sering kosong sehingga kami tidak bisa melakukan pencetakan ,
kemudian peralatan untuk perekaman yang sering error serta jaringan
server yang kadang mengalami gangguan sehingga menghambat
perekaman KTP-el. Masyarakat juga terkadang lupa ketika ditanya
sudah pernah perekaman KTP-el atau belum , sehingga banyak sekali
KTP-el yang tidak bisa dicetak karena duplicated record , karena di
kecamatan belum adanya aplikasi untuk melakukan pengecekan
biometrik seperti yang di dinas. Padahal kalau di Kecamatan bisa
melakukan pengecekan biometrik akan meminimalisir terjadinya
duplicated record atau perekaman lebih dari sekali.
Peneliti :Adakah masyarakat yang sulit dijangkau dalam pelaksanaan KTP-el di
Kota Cilegon?
Informan :Kecamatan Citangkil memiliki lokasi yang cukup strategis sehingga
tidak terlalu sulit, paling yang sulit dijangkau usia lansia yang yang
tidak bisa datang ke kecamatan untuk perekaman.
Peneliti :Upaya apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
Informan :Adapun upaya yang dilakukan Kecamatan Citangkil yaitu terus
menghimbau masyarakat melalui kelurahan, RW dan RT supaya segera
datang ke kecamatan bagi yang belum memiliki KTP-el atau belum
melakukan perekaman.
Peneliti :Apakah anda selaku operator pernah diberikan bintek / pelatihan
mengenai petunjuk pelaksanaan program KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Kalau untuk bintek mengenai pelaksanaan KTP-el saya belum pernah
ikut, karena saya baru menjadi operator selama 2 tahun saya hanya
pernah mengikuti bintek SIAK versi 5 yang diadakan provinsi .
Peneliti :Bagaimana koordinasi yang dilakukan DKCS dala pelaksanaan KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Koordinasi yang kami lakukan dengan dinas cukup baik, apabila ada
kendala kami selalu menghubungi operator atau ADB DKCS melalui
“Spark” semacam aplikasi untuk chatting atau melalui Whatsapp.
Peneliti :Apakah sarana dan prasarana dalam pelaksanaan dan pencetakan KTP-
el di Kota Cilegon sudah cukup memadai?
Informan :Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan KTP-el masih kurang
memadai, yaitu tadi blangko dan ribbon sering kosong, alat perekaman
juga sudah mulai error, dan juga untuk pencetakan di DKCS hanya ada
beberapa printer , sehingga harus menunggu dan bergantian.
Peneliti :Apa saja dampak positif setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :beberapa dampak setelah diterapkannya KTP-el ini yaitu kedepannya
tidak ada lagi data ganda , satu NIK untuk satu penduduk. sehingga
dengan KTP-el tunggal tentunya dapat meminimalisir terjadinya
penipuan dan lainnya. Dengan adanya KTP-el juga meudahkan kita
untuk mendapatkan pelayanan publik baik perbankan , rumah sakit dan
pelayanan publik lainnya.
Peneliti :Apakah program KTP-el yang telah diterapkan ini sudah tepat dalam
mengatasi permasalahan penduduk di Kota Cilegon?
Informan :Untuk saat ini masih belum bisa dikatakan tepat atau tidak, karena
masih banyaknya kendala, mungkin nanti beberapa tahun lagi kita baru
bisa merasakannya.
Peneliti :Apa harapan anda selaku operator setelah diterapkannya program KTP-
el di Kota Cilegon ini?
Informan :Harapan saya selaku operator, perlu diadakan bintek setiap tahunnya
karena operator selalu berganti-ganti guna meningkatkan kualitas SDM,
kemuadian supaya lebih ditingkatkan lagi sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan KTP-el di Kota Cilegon , mudah-mudahan ke depannya
nanti bisa melakukan pencetakan dan pengecekan biometrik di tingkat
Kecamatan supaya lebih mempermudah masyarakat dan pelayanan
menjadi lebih cepat.
MEMBERCHECK

Nama : Wina Maryamul

Jenis Kelamin : Perempuan

Hari/Tanggal : Senin, 17 Oktober

Tempat : Kantor Disdukcapil Kota Cilegon


Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Program KTP-el ini sangat bagus , dibandingkan dengan KTP lama
yang dilaminating. Karena NIK KTP-el tidak bisa digandakan.
Peneliti :Apakah anda sudah tahu mengenai pemberlakuan KTP-el seumur hidup
di Kota Cilegon ? bagaimana tanggapan anda ?
Informan :Karena saya pindahan dari Tasik, saya buat KTP-el di dinas dan
mereka bilang bahwa KTP-el sekarang berlaku seumur hidup.
Tanggapannya dengan begitu tidak perlu memperpanjang tiap 5 tahun.
Peneliti :Bagaimana prosedur pelayanan dalam pembuatan KTP-el cukup
mudah?
Informan :Kalau untuk prosedur cukup mudah, tetapi di dinas ini banyak sekali
yang antri jadi lama menunggu antriannya.
Peneliti : Bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pegawai Kecamatan / Dinas
dalam pelayanan pembuatan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Untuk pelayanan dari tingkat bawah alhamdulilah tidak dipersulit.
Peneliti :Apakah anda mendapatkan informasi yang jelas mengenai program
KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Kalau dari tingkatan bawah seperti RT RW Kelurahan Kecamatan
masih kurang informasi yang saya dapat mengenai KTP-el ini.
Peneliti :Apakah ada kesulitan dalam pembuatan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Tidak ada kesulitan dalam pembuatan KTP-el di DKCS , tapi yah
katanya jadinya agak lama.
Peneliti :Berapa lama waktu yang dijanjikan dalam pembuatan KTP-el?
Informan :Saya buat tanggal 4 dan sekarang tanggal 17 untuk pengambilan , baru
kartu keluarga saja yang sudah jadi, KTP-el nya belum jadi karena
katanya balngko baru ada tahun 2017. Jadi hanya dikasih surat
keterangan untuk mengurus keperluan-keperluan yang berlaku untuk 6
(enam) bulan kedepan.
Peneliti :Apa saja dampak positif yang dirasakan setelah diterapkannya KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Dengan diterapkannya KTP-el ini sebenarnya data menjadi lebih akurat
sehingga dapat mempermudah hal lainnya, tapi sayang blangko sering
kosong jadi menghambat.
Peneliti :Apa harapan anda selaku masyarakat, setelah diterapkannya program
KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Harapannya kedepan ketersediaan blangko selalu ada, walaupun sudah
dikasih surat keterangan tetap saja kami ingin KTP-el yang asli. Supaya
lebih mudah untuk dibawa , dibandingkan surat keterangan agak repot.
MEMBERCHECK

Nama : Leonardo
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hari/Tanggal : Senin, 17 Oktober 2016
Tempat : Kantor Disdukcapil Kota Cilegon
Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Lebih tertib yang sekarang terus untuk pengurusan ke Bank lebih cepat
karena kan sudah online.
Peneliti :Apakah anda sudah tahu mengenai pemberlakuan KTP-el seumur hidup
di Kota Cilegon ? bagaimana tanggapan anda ?
Informan :Ya, saya sudah tahu dari teman-teman saya. Ini saya baru mau
mengurus untuk pembuatan KTP-el karena saya pindahan dari Bekasi.
Peneliti :Bagaimana prosedur pelayanan dalam pembuatan KTP-el cukup
mudah?
Informan :Kalau di Cilegon cukup mudah dan saya akui bersih, cuma kalau di
Bekasi “kotor” masih banyak nya pungutan-pungutan liar.
Peneliti :Bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pegawai Kecamatan / Dinas
dalam pelayanan pembuatan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Kalau di kelurahan dan kecamatan pelayanannya tertib dan ramah , tapi
kalau di dinas yah begini ngantri.
Peneliti :Apakah anda mendapatkan informasi yang jelas mengenai program
KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Kalau informasi yang diberikan kelurahan maupun kecamatan
informasinya belum terlalu jelas, paling saya dapet informasi lainnya
dari teman-teman dan juga sekarang bisa akses di internet.
Peneliti :Apakah ada kesulitan dalam pembuatan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Untuk prosedur pembuatan tidak ada kesulitan karena sebelumnya saya
sudah KTP-el di Bekasi, jadi tinggal perubahan alamat Cilegon saja.
Peneliti :Berapa lama waktu yang dijanjikan dalam pembuatan KTP-el?
Informan :waktu yang dijanjikan sebenarnya 2 (dua) minggu, tapi blangko KTP-el
lagi kosong katanya jadinya kemungkinan tahun 2017 belum tau
pastinya.
Peneliti :Apa saja dampak positif yang dirasakan setelah diterapkannya KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Dampak positifnya sekarang jadi serba mudah untuk pengurusan apa-
apa lebih cepat karena sudah online sekarang.
Peneliti :Apa Harapan anda selaku masyarakat, setelah diterapkannya program
KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Harapan kedepan lebih tertib dan lancar dan lebih ditingkatkan lagi.
MEMBERCHECK

Nama : Masayu Azka

Jenis Kelamin : Perempuan

Hari/Tanggal : Senin, 17 Oktober 2016

Tempat : Kantor Disdukcapil Kota Cilegon


Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Saya Cuma ibu rumah tangga biasa, jarang menggunakan KTP-el jadi
manfaatnya kurang dirasa, tetapi dengan diterapkannya KTP-el ini
sistem sudah online jadi kalau mau pindah kemana ketahuan sehingga
tidak bisa digandakan.
Peneliti :Apakah anda sudah tahu mengenai pemberlakuan KTP-el seumur hidup
di Kota Cilegon ? bagaimana tanggapan anda ?
Informan :Saya sudah tahu bahwa KTP-el sekarang berlaku untuk seumur hidup,
karena saya pindahan dari Kecamatan Cilegon ke Kecamatan Citangkil
tahun 2015. Menurut saya cukup efisien dengan diberlakukannya
seumur hidup sehingga tidak perlu untuk diperpanjang tiap 5 tahun
sekali.
Peneliti :Bagaimana prosedur pelayanan dalam pembuatan KTP-el cukup
mudah?
Informan :Alhamdulilah waktu saya membuat KTP-el di Kecamatan cukup
mudah , karena belum tarlalu ramai seperti saat ini , sekarang juga
blangko katanya lagi kosong.
Peneliti :Bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pegawai Kecamatan / Dinas
dalam pelayanan pembuatan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Pelayanan di Kecamatan cukup mudah dan ramah sehingga tidak
dipersulit.
Peneliti :Apakah anda mendapatkan informasi yang jelas mengenai program
KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Untuk informasi mengenai KTP-el cukup jelas saya dapatkan dari RT,
RW kelurahan dan kecamatan.
Peneliti :Apakah ada kesulitan dalam pembuatan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Kalau saya alhamdulilah lancar tidak ada kesulitan saat pembuatan
KTP-el karena saya pindahan dari Kecamatan Cilegon dan sudah KTP-
el jadi saat pindah ke Kecamatan Citangkil tidak ada kesulitan.
Peneliti :Berapa lama waktu yang dijanjikan dalam pembuatan KTP-el?
Informan :waktu itu kalau tidak salah kurang dari 2 (dua) minggu sudah jadi,
kalau sekarang lama yah karena blangko nya kosong.
Peneliti :Apa saja dampak positif yang dirasakan setelah diterapkannya KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Dengan diterapkannya KTP-el bisa lebih mempermudah untuk
pelayanan publik, seperti perbankan bisa langsung di scan KTP-el nya.
Peneliti :Apa Harapan anda selaku masyarakat, setelah diterapkannya program
KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Harapan kedepan dengan adanya KTP-el ini supaya lebih dipermudah
untuk mengurus segala hal, jadi tidak dipersulit untuk mendapatkan
pelayanan publiknya.
MEMBERCHECK

Nama : Wawi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hari/Tanggal : Senin, 17 Oktober 2016
Tempat : Kantor Disdukcapil Kota Cilegon
Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Dengan adanya KTP-el ini cukup bagus, karena sekarang sudah online
jadi kalau kita mau pindah ketahuan.
Peneliti :Apakah anda sudah tahu mengenai pemberlakuan KTP-el seumur hidup
di Kota Cilegon ? bagaimana tanggapan anda ?
Informan :Saya belum tahu karena KTP-el saya belum jadi, kalau memang sudah
berlaku seumur hidup baguslah karena jadi lebih efisien.
Peneliti :Bagaimana prosedur pelayanan dalam pembuatan KTP-el cukup
mudah?
Informan :Pembuatan KTP-el ini cukup ribet yah, karena saya beberapa kali
mengajukan tapi tidak jadi-jadi, saya dulu sudah pernah rekam katanya
biometrik.
Peneliti :Bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pegawai Kecamatan / Dinas
dalam pelayanan pembuatan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Pelayanan cukup ramah, tapi saya harus ke DKCS untuk cek biometrik
tapi di dinas ngantrinya cukup lama, itu saja sih.
Peneliti :Apakah anda mendapatkan informasi yang jelas mengenai program
KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Informasi yang saya dapatkan mengenai KTP-el kurang jelas mulai dari
bawah sampai tingkat kecamatan.
Peneliti :Apakah ada kesulitan dalam pembuatan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Bukan sulit sih, tapi agak ribet karena saya sudah pernah rekam tapi
KTP-el nya tidak jadi karena biometrik.
Peneliti :Berapa lama waktu yang dijanjikan dalam pembuatan KTP-el?
Informan :Dari kecamatan diberi waktu pengambilan 2 (dua) minggu, tetapi KTP-
el saya tidak jadi-jadi sampai sekarang karena blangko juga kosong
katanya jadi tahun 2017.
Peneliti :Apa saja dampak positif yang dirasakan setelah diterapkannya KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Pastinya dengan adanya KTP-el akan lebih mudah untuk mendapatkan
pelayanan public.
Peneliti :Apa Harapan anda selaku masyarakat, setelah diterapkannya program
KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Harapan saya kedepan semoga pembuatan KTP-el biasa lebih cepat dan
blangko KTP-el selalu tersedia.
MEMBERCHECK

Nama : Nuraeni
Usia : 24th
Jenis Kelamin : Perempuan
Hari/Tanggal : Senin, 17 Oktober 2016
Tempat : Kantor Disdukcapil Kota Cilegon
Hasil wawancara :
Peneliti :Bagaimana tanggapan anda setelah diterapkannya KTP-el di Kota
Cilegon?
Informan :Kayanya sih KTP-el lebih bagus karena adanya sidik jari jadi lebih
aman.
Peneliti :Apakah anda sudah tahu mengenai pemberlakuan KTP-el seumur hidup
di Kota Cilegon ? bagaimana tanggapan anda ?
Informan :Yah saya tahu dari pak RT bahwa sekarang KTP-el sudah berlaku
seumur hidup, maka dari itu saya baru mau rekam KTP-el di Kecamatan
karena KTP saya masih manual. Tanggapannya bagus karena tidak
perlu repot untuk memperpanjang tiap 5 tahun sekali.
Peneliti :Bagaimana prosedur pelayanan dalam pembuatan KTP-el cukup
mudah?
Informan :Prosedur pelayanan agak sulit, karena katanya data saya ada perbedaan
tanggal jadi kartu keluarga saya harus diperbaiki dan balik lagi ke
Kelurahan untuk minta pengantar pembuatan Kartu Keluarga.
Peneliti :Bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pegawai Kecamatan / Dinas
dalam pelayanan pembuatan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Untuk pelayanan cukup ramah tidak masalah.
Peneliti :Apakah anda mendapatkan informasi yang jelas mengenai program
KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Informasi yang diberikan pegawai kecamatan cukup jelas.
Peneliti :Apakah ada kesulitan dalam pembuatan KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Prosedurnya yang terlalu panjang menurut saya, karena harus minta
pengantar dari RT RW Kelurahan baru ke Kecamatan. Dan saat saya
mau mengambil KTP-el di Kecamatan ternyata belum jadi katanya
KTP-el nya tidak bisa dicetak, disuruh ke dinas buat cek biometrik.
Peneliti :Berapa lama waktu yang dijanjikan dalam pembuatan KTP-el?
Informan :Diberi waktu untuk pengambilan sebenarnya hanya 2 minggu, tapi
katanya blangkonya lagi kosong jadi hanya diberi surat keterangan.
Peneliti : Apa saja dampak positif yang dirasakan setelah diterapkannya KTP-el
di Kota Cilegon?
Informan :Dampaknya belum tahu karena saya baru mau buat KTP-el, mungkin
menjadi lebih mudah.
Peneliti :Apa Harapan anda selaku masyarakat, setelah diterapkannya program
KTP-el di Kota Cilegon?
Informan :Harapan saya sebagai warga mudah-mudahan pembuatan KTP-el
menjadi lebih cepat dan tidak ribet.
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 26 TAHUN 2009

TENTANG

PENERAPAN KARTU TANDA PENDUDUK BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN


SECARA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Kartu Tanda Penduduk sebagai identitas resmi penduduk merupakan
bukti diri yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan kepemilikan satu Kartu Tanda Penduduk
untuk satu penduduk diperlukan kode keamanan dan rekaman elektronik
data kependudukan berbasiskan Nomor Induk Kependudukan;
c. bahwa berdasarkan Pasal 101 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan, Pemerintah memberikan Nomor Induk
Kependudukan kepada setiap penduduk paling lambat akhir tahun 2011 dan
dicantumkan dalam Kartu Tanda Penduduk;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang
Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan
Secara Nasional;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 80, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4736);
5. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata
Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENERAPAN KARTU TANDA


PENDUDUK BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN SECARA
NASIONAL.

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:


1. Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP adalah identitas resmi
Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang
berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK adalah nomor
identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada
seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia.
3. KTP berbasis NIK adalah KTP yang memiliki spesifikasi dan format KTP
Nasional dengan sistem pengamanan khusus yang berlaku sebagai identitas
resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana.
4. Penduduk wajib KTP adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang
memiliki Izin Tinggal Tetap yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau
telah kawin atau pernah kawin secara sah.
5. Instansi Pelaksana adalah perangkat pemerintah kabupaten/kota yang
bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan
Administrasi Kependudukan.
6. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah Negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
7. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan
dalam negeri.
8. Kode keamanan adalah alat identifikasi jati diri yang menunjukan identitas diri
penduduk secara tepat dan akurat sebagai autentikasi diri yang memastikan
dokumen kependudukan sebagai milik orang tersebut.
9. Rekaman elektronik adalah alat penyimpan data elektronik penduduk yang
dapat dibaca secara elektronik dengan alat pembaca dan sebagai pengaman
data kependudukan.

Pasal 2

(1) Untuk keperluan penerapan KTP berbasis NIK secara nasional, Pemerintah
menyediakan perangkat keras, perangkat lunak, dan blangko KTP berbasis
NIK yang dilengkapi kode keamanan dan rekaman elektronik, serta
pemberian bimbingan teknis pelayanan KTP berbasis NIK.
(2) Standar dan spesifikasi perangkat keras, perangkat lunak, dan blangko
KTP berbasis NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
(3) Bimbingan teknis pelayanan KTP berbasis NIK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah dengan peserta dari
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pasal 3

(1) Perangkat keras dan perangkat lunak sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 2 ayat (1) diberikan oleh Pemerintah kepada Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota hanya 1 (satu) kali.
(2) Blangko KTP berbasis NIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) diberikan oleh Pemerintah kepada Pemerintah Kabupaten/Kota hanya
1 (satu) kali.
(3) Pemeliharaan atas perangkat keras dan perangkat lunak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pasal 4

Pengadaan perangkat pendukung yang diperlukan dalam penerapan KTP


berbasis NIK serta pemeliharaannya menjadi tanggung jawab Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pasal 5

(1) Penyediaan blangko KTP berbasis NIK sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3 ayat (2) didasarkan pada data penduduk wajib KTP pada saat
Peraturan Presiden ini ditetapkan.
(2) Penyediaan blangko KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bertahap sampai terpenuhinya jumlah yang dibutuhkan.
(3) Penyediaan secara bertahap sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
didasarkan pada ketersediaan anggaran dan kondisi daerah yang meliputi
kualitas cakupan data penduduk, sumber daya manusia yang telah
terlatih, dan akses jaringan yang tersedia.

Pasal 6

(1) Blangko KTP berbasis NIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) memuat kode keamanan dan rekaman elektronik sebagai alat
verifikasi jati diri dalam pelayanan publik.
(2) Rekaman elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi biodata,
pas photo, dan sidik jari seluruh jari tangan penduduk yang bersangkutan.
(3) Sidik jari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diambil pada saat pengajuan
permohonan KTP berbasis NIK, dengan ketentuan:
a. untuk WNI, dilakukan di Kecamatan; dan
b. untuk orang asing yang memiliki izin tinggal tetap, dilakukan di
Instansi Pelaksana.
(4) Rekaman sidik jari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diakses
oleh pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 7

(1) Setiap penduduk wajib KTP berhak memperoleh KTP berbasis NIK yang
diterbitkan oleh Instansi Pelaksana sesuai domisili penduduk yang
bersangkutan.
(2) Setiap penduduk yang telah memiliki KTP tetapi belum berbasis NIK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 3, harus mengajukan
penggantian KTP berbasis NIK sesuai domisili penduduk yang
bersangkutan.
(3) Pelaksanaan penerbitan dan penggantian KTP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) berdasarkan pada pedoman teknis yang
ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 8

(1) Dalam hal KTP berbasis NIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
mengalami kerusakan, hilang, dan/atau tidak dapat dipergunakan, Instansi
Pelaksana menerbitkan KTP pengganti berdasarkan pengajuan oleh
penduduk yang bersangkutan.
(2) Penggantian KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9

(1) Pembiayaan perangkat keras, perangkat lunak, blangko KTP berbasis NIK,
dan pemberian bimbingan teknis pelayanan KTP berbasis NIK oleh
Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (3),
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Pembiayaan untuk pemeliharaan perangkat keras dan perangkat lunak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), dan pembiayaan untuk
pengadaan dan pemeliharaan perangkat pendukung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Pasal 10

Pada saat Peraturan Presiden ini ditetapkan, KTP yang belum berbasis NIK tetap
berlaku dan harus disesuaikan dengan Peraturan Presiden ini paling lambat akhir
tahun 2011.

Pasal 11

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juni 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO


PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 126 TAHUN 2012
TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 26 TAHUN 2009
TENTANG PENERAPAN KARTU TANDA PENDUDUK BERBASIS NOMOR
INDUK KEPENDUDUKAN SECARA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa jumlah Penduduk Wajib KTP saat ini telah


melampaui target perekaman KTP Elektronik yang telah
ditentukan pada tahun 2009 sehingga terdapat kelebihan
jumlah Penduduk Wajib KTP yang belum terakomodir
perekamannya;

b. bahwa beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor


26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk
Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional perlu
disesuaikan dengan perkembangan yang ada;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Presiden tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden
Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda
Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara
Nasional;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang …
- 2 -

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi


Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4674);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 80, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4736) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun
2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 265, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5373);

5. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang


Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk
Kependudukan Secara Nasional sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 67
Tahun 2011;

MEMUTUSKAN …
- 3 -

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS


PERATURAN PRESIDEN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG
PENERAPAN KARTU TANDA PENDUDUK BERBASIS NOMOR
INDUK KEPENDUDUKAN SECARA NASIONAL.

Pasal I

Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan


Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan
Secara Nasional yang telah beberapa kali diubah dengan
Peraturan Presiden:

a. Nomor 35 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan


Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu
Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan
Secara Nasional; dan

b. Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas


Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang
Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk
Kependudukan Secara Nasional;

diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan ayat (2) dan ayat (3) Pasal 3 diubah, sehingga


Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3 …
- 4 -

Pasal 3

(1) Perangkat keras dan perangkat lunak sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) diberikan oleh
Pemerintah kepada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota hanya 1 (satu) kali.

(2) Blangko KTP Elektronik sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 2 ayat (1) diberikan oleh Pemerintah kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota setiap tahun.

(3) Pemeliharaan atas perangkat keras dan perangkat lunak


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung
jawab Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/
Kota sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya.

2. Ketentuan Pasal 10 diubah, sehingga Pasal 10 berbunyi


sebagai berikut:

Pasal 10

(1) KTP non elektronik tetap berlaku dan harus disesuaikan


dengan Peraturan Presiden ini paling lambat tanggal 31
Desember 2013.

(2) Dalam hal penduduk yang sudah melakukan perekaman


KTP Elektronik tetapi belum menerima KTP Elektronik,
KTP non elektronik yang telah habis masa berlakunya
dinyatakan tetap berlaku.

(3) Masa …
- 5 -

(3) Masa berlaku KTP non elektronik sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) sampai dengan penduduk yang
bersangkutan menerima KTP Elektronik.

3. Ketentuan ayat (3) Pasal 10 B diubah, sehingga Pasal 10 B


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 10 B

(1) KTP Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 A


merupakan:

a. Identitas resmi bukti domisili penduduk;

b. Bukti diri penduduk untuk pengurusan kepentingan


yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan;

c. Bukti diri penduduk untuk pengurusan kepentingan


pelayanan publik di Instansi Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Lembaga Perbankan, dan Swasta yang
berkaitan dengan dan tidak terbatas pada Perizinan,
Usaha, Perdagangan, Jasa Perbankan, Asuransi,
Perpajakan dan Pertanahan.

(2) Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Lembaga


Perbankan, dan Swasta wajib memberikan pelayanan
bagi penduduk dengan dasar KTP Elektronik dengan
tidak mempertimbangkan tempat penerbitan KTP
Elektronik.

(3) Instansi ...


- 6 -

(3) Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Lembaga


Perbankan, dan Swasta tetap memberikan pelayanan
kepada penduduk yang memiliki KTP non Elektronik
dengan lingkup kabupaten/kota tempat penerbitan KTP
non Elektronik sampai dengan tanggal 31 Desember
2013.

4. Ketentuan ayat (1) dan ayat (3) Pasal 10 E diubah, sehingga


Pasal 10 E berbunyi sebagai berikut:

Pasal 10 E

(1) Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Lembaga


Perbankan wajib melaporkan penyelenggaraan
pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 B
ayat (2) setiap 6 (enam) bulan sekali sampai dengan
tanggal 31 Desember 2013 hasil pemberlakuan KTP
Elektronik kepada Presiden melalui Menteri.

(2) Menteri berhak meminta laporan penyelenggaraan


pelayanan dengan menggunakan KTP Elektronik yang
dilaksanakan oleh swasta.

(3) Ketentuan mengenai pelaporan atas penyelenggaraan


pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Pasal II

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar …
- 7 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2012

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 293127

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIAT KABINET RI
Plh. Deputi Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan,

ttd

Fadlansyah Lubis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Pribadi

Nama : Alfi Syahriyanti

NIM : 6661110742

Tempat Tanggal Lahir : Serang, 04 Agustus 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. H. Abdullah No.43 RT.03/01 Kelurahan Citangkil

Kecamatan Citangkil, Cilegon – Banten

Moto Hidup : “Proses tidak akan mengkhianati hasil”

Email : Syahriyanti.alfi@yahoo.com

2. Riwayat Pendidikan

TK : TK Al-Khaeriyah (1998-1999)

SD : SDN Krenceng II (1999-2005)

SMP : SMP N 2 Cilegon (2005-2008)


SMA : SMAN 3 Cilegon (2008-2011)

Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (2011-2017)

3. Riwayat Organisasi

Anggota UKM PSM Gita Tirtayasa

Anda mungkin juga menyukai